TRIGGER 1 : DERMATOFITOSIS
OLEH : KELOMPOK TUTORIAL IV (EMPAT) Fasilitator Ketua Sekretaris Anggota : dr. Hadril Basyudin Sp. S : Erwin Purnama : Afriyani (08-039) (08-202)
Enggi Nurma Reza (08-034) Rika Prasetiowati Siska Ilham Robfadli Purnanda (08-035) (08-036) (08-037)
: MODULILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN : 1 (satu) : 7 (tujuh) : 4 (empat) : dr. Hadril Basyudin Sp. S : Erwin Purnama ( 08100701000039) : Afriyani ( 08100701000202)
Enggi Nurma Reza ( 08100701000034) Rika Prasetiowati Siska Ilham ( 08100701000035) ( 08100701000036)
Robfadli Purnanda ( 08100701000037) Febriyon Syuhanda ( 08100701000038) Eka Kurnia Saputri ( 08100701000040)
Erwin purnama
TRIGGER 1: DERMATOFITOSIS
Seorang wanita 45 tahun pekerjaan ibu rumah tangga dengan keluhan bercak merah kehitaman dan gatal pada sela paha dan lipat payudara sejak 6 bulan yang lalu. Suami juga mempunyai keluhan yang sama. Pada pemeriksaan terlihat lesi berbentuk polisiklik, polimorfik berupa plak hiperpigmentasi, papul eritem dan vesikel dipinggirnya, skuama, likenifikasi, batas tegas dengan pinggir aktif. Diagnosis mengarah pada tinea et korporis.
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. 2) Polisiklik 3) Polimorfik macam efloresensi. 4) Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang : bentuk pinggiran yang sambung menyambung. :kelainan kulit yang sedang berkembang terdiri atas bermacam-
dari 0,5 cm garis tengah dan mempunyai dasar. 5) Papul eritem :penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran
diameter lebih kecil dari 0,5 cm, berisikan zat padat dan disertai kemerahan pada kulit yang disebabakan pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversibel. 6) Plak Hiperpigmentasi: peninggian diatas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih. 7) Likenifikasi 8) Tinea et korporis skin). 9) Skuama : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. :penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas. :dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
3. Patogenesa dermatofitosis Jamur dermatofita terjadi dermatofitosis 4. Cara penularan dermatofitosis Kontak langsung Zoofilik menyerang stratum korneum rusak stratum korneum
5. Klasifikasi dermatofitosis Tinea kapitis Tinea barbe Tinea kruris Tinea pedis et manum Tinea ungium Tinea korporis
6. Caramendiagnosadandiagnosa banding dermatofitosis Diagnosa a. Anamnesa Keluhan utama : gatal pada lipatan paha
b. Pemeriksaan fisik Lesi berbentuk polisiklik, polimorfik berupa plak hiperpigmentasi Papul eritem Vesikel dipinggir Skuama Likenifikasi Batas tegas dengan pinggir aktif
Kerokan kuku
8. Edukasi pada pasien tentang dermatofitosis Memberitahu pasien untuk hidup bersih
9. Prognosadermatofitosis Quo at sanam Quo at vitam Quo at cosmetikum : dubia : bonam : malam
GEJALA
DIAGNOSA
ANAMNESA
STATUS DERMATOLOGIS
PEM.PENUNJANG
DERMATOFITOSIS
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
KOMPLIKASI
STEP VII. SHARE THE RESULT OF INFORMATON GATHERING AND PRIVATE STUDY
1. DEFINISI, PENYEBAB DAN GEJALA KLINIS DERMATOFITOSIS a) Definisi
DERMATOFITOSIS adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis. 4
Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle ringworm).
b) Penyebab
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T. tonsurans.5 Microsporum Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:
SPECIES Microsporum audouinii Microsporum canis Microsporum cooeki Microsporum ferrugineum Microsporum gallinae Microsporum gypseum Microsporum nanum Microsporum persicolor Tabel 2.1 Spesies Microsporum.
CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR) Anthropophilic Zoophilic (Cats and dogs) Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents) Anthropophilic Zoophilic (fowl) Geophilic (also isolated from fur of rodents) Geophilic and zoophilic (swine) Zoophilic (vole and field mouse)
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.6 Epidermophyton Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar. Koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan Tricophyton Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.
NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES Species Ajelloi Concentricum Equinum Erinacei Flavescens Gloriae Interdigitale Megnini Mentagrophytes Phaseoliforme Rubrum Schoenleinii Simii Soudanense Terrestre Tonsurans Vanbreuseghemii Verrucosum Violaceum Yaoundei Tabel 2.2 Spesies Trichophyton. Natural Reservoir Geophilic Anthropophilic zoophilic (horse) zoophilic (hedgehog) geophilic (feathers) Geophilic Anthropophilic Anthropophilic zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic Geophilic Anthropophilic Anthropophilic zoophilic (monkey, fowl) Anthropophilic Geophilic Anthropophilic Geophilic zoophilic (cattle, horse) Anthropophilic anthropophilic
c) Gejala klinis Dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas. Penderita merasa gatal dan kelainan yang berbatas tegas, terdidri atas macam-macam efloresensi kulit ( polimorfi). Bagian tepi lebih aktif ( lebih jelas tanda-tanda peradangan) dari pada bagian tengah. Bentuk klinis dari dermatofitosis berdasarkan lokalisasi: a. Tinea pedis Dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki
Tinea bentuk interdigitalis, dimana pada jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dank arena daerah ini lembab maka sering dilihat maserasi (kulit putih dan rapuh) Tinea bentuk moccasin foot, pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik, eritema biasa nya ringan dan terlihat bagian tepi lesi. Pada bentuk subakut terlihat ada vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. b. Tinea unguinum ( kelainan pada kuku) Bentuk subungual distalis, permukaan kuku bagian distal akan hancur dan terlihat kuku rapuh yang menyarupai kapur. Leukonikia trikofita, terlihat keputihan dipermukaan kuku yang dapat di korek Bentuk subungual proksimalis, terlihat kuku di bagian distal masih utuh sedangkan bagian proksimal rusak c. Tinea kruris ( pada lipatan paha, daerah perineum dan sekitar anus) Lesi yang berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata dari pada daerah tengah nya. Bila penyakit ini menahun dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. d. Tinea korporis ( pada kulit tubuh tidak berambut) Lesi bulat dan lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. e. Tinea kapitis ( kelainan pada kulit dan rambut kepala) Kerion, reaksi peradangan yang berat berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitar nya. 2. KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis misalnya SIMONS dan GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trikomikosis, dan onikomikosis berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk:
Tinea kapitis
Dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong dan kadangkadang sampai perut bagian bawah Tinea pedis et manum
Tinea unguium
Dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea diatas. tinea masih dikenal Selain 6 bentuk istilah yang mempunyai arti khusus yaitu: Tinea imbrikata
Dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan Trichophyton concentricum.
Dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichophytonschoenleini: secara klinis antara lain terbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor). Tinea fasilais, tinea aksilaris
Yang juga menunjukkan daerah kelainan. Tinea sirsinata, arkuata Yang merupakan penamaan deskriptif morfologis. Keenam istilah tersebut dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis. Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea inkognito, yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah/tempat tidur hewan, tempat makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama adalah anjing, kucing, sapi, kuda, dan mencit. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi menginfeksi manusia dan menimbulkan reaksi radang.
4. PATOGENESA DERMATOFITOSIS
Sumberpenularan: - Manusia Hewan Tanah Alatygmengandun gelemenjamur Faktorpredisposisi : 1. Hospes : - Obesitas - Friksi -Hiperhidrosis -Imunitas< - Hygiene < - Genetik 2. Lingkungan : - Lembab - Panas - Oklusi Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa penjamu, serta kemampuan untuk menembus jaringan penjamu, dan mampu bertahan dalam lingkungan penjamu, menyesuaikan diri dengan suhu dan keadaan biokimia penjamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama yaitu: perlekatan dermatofit pada keratinosit, penetrasi melewati dan diantara sel serta pembentukan respon penjamu. Kolonisasi Infeksi
a. Patogenesis Tinea Kapitis Mikroorganisme penyebab penyakit ini adalah jamur keratinofilik. Kemampuan jamur untuk menyerang dan hidup sebagai parasit bergantung pada kebutuhan keratin. Mula-mula jamur mengadakan kolonisasi pada permukaan kulit. Reaksi peradangan tergantung pada hospes, genera/spesies jamur penyebab dan lokalisasi daerah yang terkena. Organisme tsb dapat berada bertahun-tahun pada tubuh penderita sehingga orang tersebut menjadi carrier.
Infeksi pada tinea kapitis dapat dibagi dalam 3 periode: 1. Periode inkubasi dan perluasan Berlangsung 3-4 bulan, hifa tumbuh di stratum korneum pada scalp dan orifisium folikel. Hifa menyebar kedalam dan sekitar batang rambut, menuju kebawah folikel rambut dan menembus bagian tengah rambut. Hifa tumbuh pada bagian rambut intrapilari sampai mencapai batas keratogenous zone. Hifa yang terletak intrapilari ini berproliferasi dan membentuk artrospora, kemudian bergerak keatas dan menuju korteks. Rambut mudah patah pada titik terlemahnya yaitu daerah Adamsons fringe. Pada infeksi endotriks artrospora dibentuk lebih cepat, sedangkan korteks tetap utuh dan rambut menjadi rapuh, patah dan memberi gambaran titik-titik hitam. 2. Periode refrakter Ditandai dengan menghilangnya hifa dan tidak terdapat lesi baru 3. Periode involusi Rambut kembali normal b. Patogenesis Tinea Korporis dan Kruris Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi kedalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhan jamur dengan pola radial didalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit yang sirsinar dengan batas yang jelas dan meningi yang disebut ringworm. Reaksi kulit semula berbentuk papul yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis.
c. Patogenesis Tinea unguium Mekanisme hancurnya kuku oleh karena infeksi dermatofita belum jelas. Namun berdasarkan penelitian T.mentagrophytes lebih aktif dan cepat menghancurkan kuku dibandingkan T.rubrum.
Kultur Spesimen akan diinokulasi ke dalam media isolasi primer, seperti agar sabourauds dextrose yang terdiri dari sikloheksimid (actidione) dan masa inkubasi 26-28o C selama 4 minggu. Pertumbuhannya signifikan pada banyak dermatofita
b. Diagnosa banding
Tinea capitis 1. Alopesia areata 2. D.seboroik 3. Led+psoriasis skuama (-) jamur (-) jamur (-)
4. Pedikulosis capitis impetiginosa kutu / telur (+) 5. Furunkel/furunkulosis mirip kerion Tinea barbae - sikosis barbe - dermatitis kontak T.corporis Dermatitis seboroik Pinggir kurang tegas hifa (-) Psoriasis skuama perak Lepra t anestesi (+) Hifa (-) Pitiriasis rosea Tinea incognito R/ kortikosteroid pinggir kabur hifa (-) hifa (-)
Tinea kruris D. Seboroik mengenai skrotum Neurodermatitispinggir=tengah Dermatitis kontak Candidiasis inguinalis iritatif, membran putih Tinea pedis Dermatitis kontakanamnesa+hifa (-) Dermatitis numularis Hyper.rhagadiformis plantaris Kandidiasis merah iritatif Infeksi banal sela jari Tinea unguium Onikomikosis kandida tidak rapuh, radang (+) Unguius inkarnatus radang kronis, pertumbuhan terganggu
Infeksi Tinea
Rekomendasi
Alternatif
unguium Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400
(Onychomycosis) 6 minggu untuk kuku mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan jari tangan, 12 minggu berturut-turut. untuk kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (612 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan) Tinea capitis Griseofulvin 500mg/day ( Terbinafine Itraconazole 250 100 mg/hr/4 mgg
mg/hr/4mgg
sampai sembuh (6-8 minggu) Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hrselama 2-4
mg/hr sampai sembuh mingguItraconazole 100 mg/hrselama 15 (4-6 minggu), sering hratau 200mg/hrselama 1 mgg. Fluconazole dikombinasikan dengan imidazol. Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg 150-300 mg/mggu selama 4 mgg.
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200 (4-6 minggu) mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg. Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau minggu) 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg. Chronic and/or Terbinafine widespread non-responsive tinea. Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit mg/hrselama minggu 250 Itraconazole 200 mg/hrselama 4-6 mgg. 4-6 Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5250 mg sehari tergantung berat badan. Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar. Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus. Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
b. Pencegahan
Bagi seseorang yang sedang terinfeksi jamur kulit atau yang relatif mudah terinfeksi jamur berdasarkan pengalaman masa lalunya (pernah menderita infeksi jamur), ada baiknya berupaya mencegah penjalaran dan terulangnya infeksi jamur kulit dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki yang lembab.
Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari tanpa dicuci termasuk yang gak kos juga)
Menggunakan sepatu yang tidak lembab. (jangan lupa menjemur sepatu yaaa) Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.
Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur kulit. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki dan pelipatan kulit.
b. Komplikasi
-Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida -Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik -Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit -Allopecia permanen &kerion(pada tinea capitis) -Onychomycosis(pada tinea manus/pedis)
Tinea corporis Hindarai binatang penyebab infeksi Gunakan pakaian/alat mandi milik sendiri Gunakan pelindung sewaktu bekerja
Tinea cruris Gunakan celana dalam yang menyerap keringat Gunakan pakaian atau alat mandi milik sendiri
Tinea pedis Usahakan agar kaki teteap kering Gunakan sepatu atau sandal yang menyerap keringat
KESIMPULAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jarinngan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa penjamu, serta kemampuan untuk menembus jaringan penjamu, dan mampu bertahan dalam lingkungan penjamu, menyesuaikan diri dengan suhu dan keadaan biokimia penjamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama yaitu: perlekatan dermatofit pada keratinosit, penetrasi melewati dan diantara sel serta pembentukan respon penjamu.Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Budimulja, Unandar. Mikosis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keempat, 2006. Editor: Adhi Juanda, dkk. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 89 105. Dorland, W. A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, 2002. Editor: Huriawati Hartanto, dkk. Jakarta; EGC. Prof. dr. Mawarli harahap. Infeksi Jamur Kulit, Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Editor; prof.dr. mawarli harahap. Jakarta; hipokrates. Hal 73-87. Graham-brown, Robin. Infeksi jamur, Lecture Notes on Dermatology, Edisi kedelapan, 2005. Editor: Amalia Safitri, S.TP, M.Si. Jakarta; Erlangga. Halaman 32-41.