Anda di halaman 1dari 7

AQIDAH

1. Pengertian Aqidah
a. Secara Umum : Aqidah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri
seseorang terhadap apa yang diimaninya. Di dalam islam, Aqidah meliputi
keimanan kepada Allah SWT beserta sifat-sifatNya.
b. Secara Bahasa : Aqidah diartikan sebagai ikatan atau keyakinan
c. Secara Istilah : Aqidah merupakan sebuah keimanan yang kuat terhadap suatu
dzat tanpa ada keraguan sedikitpun.
d. Secara Garis Besar : Aqidah islam meliputi semua rukun iman yaitu iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta iman kepada Qada dan
Qadar. Intinya, pengertian Aqidah adalah sebuah keimanan yang pasti tanpa ada
keraguan sama sekali

2. Ruang Lingkup Aqidah


a. Ilahiyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,
khususnya membahas mengenai Allah SWT.
b. Nubuwwat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah
(nabi dan rasul Allah).
c. Ruhaniyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya
malaikat, iblis, dan jin.
d. Sam’iyyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya
surga, neraka, alam kubur, dan lainnya.

3. Tujuan Mempelajari Aqidah


a. Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT : Orang yang paham Aqidah akan bisa
dengan mudah mengikhlaskan ibadahnya semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Dari sini, mereka akan terus berusaha meningkatkan ibadahnya tanpa ada
keraguan lainnya.
b. Menenangkan Jiwa : Aqidah bertujuan untuk membuat hati menjadi lebih tenang
karena bisa menerima semuanya dengan ikhlas, baik takdir baik maupun buruk.
Hal ini karena mereka meyakini bahwa semuanya ini sudah diatur oleh Allah.
Mereka juga akan percaya bahwa rencana Allah jauh lebih indah sehingga tidak
perlu khawatir apa yang akan terjadi esok hari.
c. Meningkatkan Amal Baik : Tujuan Aqidah sebenarnya untuk menghindarkan diri
dari perbuatan sesat. Oleh karena itu, mereka yang memahami dengan baik
Aqidah akan senantiasa melakukan amalan baik dan menjauhi perbuatan buruk
yang dilarang Allah. Mereka akan selalu ingat bahwasannya setiap perbuatan
dosa yang dilakukan akan mendapat balasan dan siksaan.
d. Menegakkan Agamanya : Mereka yang mempelajari Aqidah tidak akan pernah
ragu dalam berbuat baik, terutama untuk menegakkan agamanya. Selain itu,
mereka juga akan selalu berusaha untuk memperkuat tiang penyangga
agamanya, termasuk berjihad. Pada dasarnya, Aqidah akan membuat orang tahu
bahwasannya yang perlu dikejar tidak semata-mata kebahagiaan di dunia tetapi
juga di akhirat.
4. Keistimewaan Aqidah Islam
a. Sumber Pengambilan Murni : Aqidah islam memiliki landasan yang jelas dan
murni yaitu Al Qur’an, As Sunnah serta ijma’ Salafush shalih. Jadi, Aqidah ini tidak
ada campur tangan dengan hawa nafsu, akal ataupun sekedarasumsi manusia.
b. Aqidah Tentang Perkara Ghaib : Perkara ghaib merupakan segala sesuatu yang
tidak dapat dijangkau oleh indra manusia. Aqidah islam sendiri bertumpu pada
penyerahan diri dan kepasrahan terhadap segala hal yang tidak dapat dilogika.
c. Jelas, Mudah dan Terang : Aqidah islam memuat segala hal dengan jelas tanpa
ada penyimpangan apapun di dalamnya. Selain itu, semua dalil dan maknanya
juga sangat mudah dipahami oleh semua orang.
d. Bebas dari Paradoks, Kekaburan dan Kerancuan : Seperti yang dijelaskan di awal,
sumber utama Aqidah islam sangatlah murni. Bahkan dalil-dalilnya juga sangat
jelas. Oleh karena itu, di dalamnya terbebas dari unsur kekaburan atau paradoks.
Bahkan, Aqidah Islam tidak mudah untuk dimasuki kebatilan dari berbagai arah.

5. Contoh Aqidah Islam


a. Beriman kepada Alla Ta’ala dan sifat-sifatnya dengan cara menerima dan
meyakini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunah (hadits).
b. Melakukan enam rukun iman dalam kehidupan sesuai dengan ajaran Islam
dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
c. Saling menghormati dan menyayangi sesama anggota keluarga dan masyarakat
sesuai ajaran Islam. Mau melakukan beberapa kegiatan bersama sesuai ajaran
Islam misalnya; melakukan shalat berjamaah.
d. Tidak menerima fatwa, kecuali berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tsabit (kokoh).
HUBUNGAN AGAMA DENGAN KESEHATAN

1. Pengertian Agama :
a. Bahasa sansekerta : terdiri dari dua akar suku kata yaitu “a” yang berarti tidak dan
“gama “ yang berarti kacau sehingga artinya tidak kacau. Hal itu mengandung
pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan
manusia agar tidak kacau
b. Bahasa Arab : “addin” dari bahasa arab yang artinya hukum, kata ini juga
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang
harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan
membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran
agama.
c. Secara Garis Besar : Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya
dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang
mempercayai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa
melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa
dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari agama maka akan ada
kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka
terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan
mudah terkena penyakit hati.

2. Pengertian Kesehatan : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Namun, secara umum pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara
umum seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan ini
dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme
dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.

3. Hubungan Agama dengan Kesehatan


a. Pola hubungan Saling Berlawanan : Agama dan kesehatan berpotensi untuk
mengalami perbedaan dimana, pada pandangan agama tertentu cara pengobatan
yang dilakukan oleh pihak medis melanggar hukum agama, minsyalnya islam
beranggapan bahwa terapi dengan urine merupakan seuatu yang najis tapi dalam
dunia medis itu tidak apa-apa.
b. Pola Hubungan Saling Mendukung : Agama dan ilmu pengetahuan juga
berpotensi saling medukung, dimana sebagai contoh pada saat calon jemaah haji
akan mendapatkan general check-up supaya perjalanan hajinya dapat berjalan
lancar.
c. Pola Hubungan Saling Melengkapi : Yang dimaksud disini ialah adanya peranan
agama sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, sebagai
contoh dalam islam kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan memakan
makanan yang manis-manis, tetapi dalam dunia kesehatan itu bukan sebuah
keharusan hanya sebagai pemulihan kondisi tubuh sehingga tidak kaget ketika
menerima asupan yang lebih banyak.
SUMBER – SUMBER HUKUM ISLAM

1. Pengertian Hukum Islam : Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan
baik dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber
dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda dan alam semesta,
tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.

Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya’riat. Sya’riat menurut asal katanya
berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata tersebut sya’riat Islam berarti jalan yang
lurus ditempuh seorang muslim. Menurut istilah, Sya’riat berarti aturan atau undang-
undang yang diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
sebagai hamba Allah, individu, warga, dan subyek alam semesta. Sya’riat merupakan
landasan fiqih. Pada prinsipnya syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al-
Quran dan sunah Rasulullah. Syari’at bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih
luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan fiqih
adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat tentang sya’riat. Oleh karena itu
lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, dan karena
merupakan hasil karya manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa
ke masa dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada aliran-aliran
yang disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih menunjukkan keragaman dalam
hukum Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).

2. Sumber – sumber Hukum Islam :


a. Al Qur’an : Adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada nabi
terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-qur’an memuat
banyak sekali kandungan. Kandungan-kandungan tersebut berisi perintah,
larangan, anjuran, ketentuan, dan sebagainya. Al-qur’an menjelaskan secara rinci
bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta
masyarakat yang madani. Oleh karena itulah, Al-Qur’an menjadi landasan utama
untuk menetapkan suatu hukum.
b. As Sunnah (Al-Hadist) : Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan,
ucapan dan cara Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan /
tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum
kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan
oleh para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut
sebagai hadits. Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.
c. Ijma’ : Adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
Ijma' terbagi menjadi dua:
1) Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya
dengan lisan ataupun tulisan yang meneangkan persetujuannya atas
pendapat mujtahid lain di masanya.
2) Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan
pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.
d. Mazhab : Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab
adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian,
kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas
batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah.
e. Qiyas : Menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat,
bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa
sebelumnya

3. Sifat Hukum islam


a. Bidimensional : mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi). Di
samping itu sifat bidimensional juga berhubungan dengan ruang lingkupnya yang
luas atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek saja,
tetapi mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat dimensional
merupakan sifat pertama yang melekat pada hukum islam dan merupakan sifat
asli hukum Islam.
b. Adil : dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi merupakan
sifat yang melekat sejak kaidah – kaidah dalam sya’riat ditetapkan. Keadilan
merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia baik sebagai individu
maupun masyarakat.
c. Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai transedental yaitu
Wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat ini,
hukum islam memiliki validitas baik bagi perseorangan maupun masyarakat.
Dalam sistem hukum lainnya sifat ini juga ada, hanya asaja nilai-nilai transedental
sudah tidak ada lagi.

4. Ciri – ciri Hukum Islam


a. Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam
b. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan aqidah dan
akhlak.
c. Mempunyai dua istilah kunci.
d. Tediri atas dua bidang utama.
e. Strukturnya berlapis.

5. Bagian – bagian Hukum Islam


a. Munakahat yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang mengenai
perkawinan, perceraian, serta akibat-akibatnya.
b. Wirasah mengatur segala masalah yang menyangkut tentang warisan. Hukum
kewarisan ini juga disebut faraid.
c. Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum yang mengatur masalah kebendaan
dan tata hubungan manusia dalam soal ekonomi.
d. Jinayat (‘ukubat) yang menuat aturan-aturan mengenai perbuatan yang diancam
dengan baik dalam bentuk jarimah hudud (bentuk dan batas hukumannya sudah
ditentukan dalam Alqur’an dan hadis) maupun jar h ta’zir (bentuk dan batas
hukuman ditentukan penguasa).
e. Al Ahkam as-sulthaniyah yakni hukum yang mengatur urusan pemerintahan,
tentara, pajak, dan sebagainya.
f. Siyar adalah hukum yang mengatur perang, damai, tata hubungan dengan negara
dan agama lain.
g. Mukahassamat mengatur peradilan, kehakiman, dan hukum acara

6. Tujuan Hukum Islam


a. Pemeliharaan atas keturunan : Hukum islam telah menetapkan aturan beserta
hukum untuk mencegah kerusakan atas nasab dan keturunan
manusia.contohnya, islam melarang zina dan menghukum pelakunya.
b. Pemeliharaan atas akal : Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya
mengkonsumsi segala sesuat yang dapat merusak akal. Di sisi lain, islam
mengajarkan umatnya agar menuntut ilmu mentaddaburi alam, dan berpikir untuk
mengembangkan kemampuan akal. Allah memuji orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan.
c. Pemeliharaan untuk agama : Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk
masuk dan menganut agama islam

7. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat


a. Fungsi Ibadah. Fungsi Utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah
SWT.
b. Fungsi amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Hukum Islam mengatur kehidupan manusia
sehingga dapat menjadi kontrol sosial. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan
hukum islam, yakni mendatangkan kemaslahatan (manfaat) dan menghindarkan
kemadharatan (sia-sia) baik di dunia maupun di akhirat.
c. Fungsi zawajir. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum islam sebagai
sarana pemaksa yang melindungi umat dari segala perbuatan yang
membahayakan
d. Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Sebagai sarana untuk mengatur sebaik
mungkin dan memperlancar interaksi sosial. Keempat fungsi tersebut tidak
terpisahkan melainkan saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA

Aliah B. Purwakanta Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.

Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: dir. Perguruan Tinggi Agama Islam

Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: PT. Al
Maktabah.

Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di perguruan
tinggi umum. Jakarta : dir. Pt. agama Islam

Rakhamat Jalaluddin, Psikologi Agama sebuah pengantar,PT. Mizan Pustaka, Bandung,


2003.

Anda mungkin juga menyukai