Pn3 Ep1 Pedoman Pelayanan Hiv
Pn3 Ep1 Pedoman Pelayanan Hiv
Tentang
Ditetapkan di Bogor,
Pada tanggal 28 Desember 2021
1
DAFTAR ISI
Kep Pedoman pelayanan HIV.....................................................................................I
Daftar Isi......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. Latar Belakang.........................................................................................1
2. Pengertian.................................................................................................2
BAB III RUANG LINGKUP..........................................................................................3
3. Ruang Lingkup..........................................................................................3
BAB IV KEBIJAKAN.................................................................................................4
4. Kebijakan Umum.......................................................................................4
5. Kebijakan Khusus.....................................................................................4
BAB IV TATA LAKSANA.............................................................................................5
9. ARV (Antiretroviral)...................................................................................15
a. Kapan Memulai ARV..........................................................................15
b. HIV Acquired Nefropathy....................................................................15
c. Rejimen awal......................................................................................15
d. Istilah 4S dalam terapi ARV...............................................................15
e. Menghentikan ARV............................................................................15
f. Target dari pemberian ARV................................................................15
g. Tantangan dalam pemberian ARV.....................................................16
2
BAB IV DOKUMENTASI....................................................................................26
3
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA Lamp Kep.Ka RSAU dr. M.Hassan Toto
RSAU dr. M. HASSAN TOTO Nomor Kep / 55 / XII / 2021
Tanggal 28 Desember 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja
selanjutnya disingkat RSAU dr. M. Hassan Toto adalah satuan pelaksana Lanud
Atang Sendjaja yang berkedudukan langsung di bawah komandan Lanud Atang
sendjaja. RSAU dr. M. Hassan Toto bertugas menyelenggarakan kegiatan yang
diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI AU meliputi dukungan
kesehatan, pelanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan
preventif serta penunjang kesehatan. RSAU dr. M. Hassan Toto mendapatkan
penetapan Kelas C berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 445/387/Kpts/Per-
UU/2017 tentang Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit Angkatan Udara dr.
Muhammad Hassan Toto
b. RSAU dr. M. Hassan toto mempunyai visi yaitu Rumah Sakit terbaik dan
bermutu yang selalu meningkatkan intelektual yang berwawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang profesional, sehingga dapat mendukung
kesehatan awak pesawat dan seluruh anggota serta keluarga TNI AU pada
Khususnya dan TNI pada umumnya serta seluruh masyarakat Bogor. Adapun
misi RSAU dr. M. Hassan Toto antara lain melaksanakan kegiatan preventiv,
kuratif dan rehabilitatif dalam rangka tugas pokok TNI AU serta bagi seluruh
masyarakat Bogor, tempat pelayanankesehatan terbaik, profesional, dan
bermutu untuk anggota dan keluarga TNI AU serta bagi seluruh masyarakat
Bogor, dan berperan aktif dalam pelayanan kesehatan sosial dan bhakti sosial
kesehatan guna mendukung program kesehatan TNI AU serta pemerintah bogor.
4
Sedangkan motto rsau dr. M. Hassan Toto adalah Totalitas, Dedikasi, Loyalitas
pelayanan kami untuk kesembuhan anda.
c. Dalam rangka mengemban tugas maka RSAU dr. M. Hassan Toto Lanud
Atang Sendjaja senantiasa mengikuti perkembangan dunia kesehatan dan
kedokteran dalam upaya mencegah dan menanggulangi terpadu HIV AIDS di
lingkungan TNI AU, RSAU Dr. M. Hassan Toto telah melaksanakan langkah-
langkah dan upaya mencegah dan menanggulangi HIV AIDS secara terpadu
serta efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk mencapai satu kesatuan pola pikir
dan pola tindak maka RSAU Dr. M. Hassan Toto membuat suatu Pedoman
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS.
2. Pengertian
konseling pre tes, testing, dan konseling pasca tes. Konselor adalah petugas
yang memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan seluk beluk
HIV/AIDS.Tempat melaksanakan VCT adalah di Klinik Cempaka RSAU dr. M.
Hassan Toto atau di ruang rawat inap.
j. ARV = ARV merupakan singkatan dari antiretroviral. Maksud dari obat ARV
adalah pengobatan untuk mengatasi infeksi akibat retrovirus, terutama HIV.
6
3. Ruang Lingkup
BAB I Pendahuluan
e. Pelayan pada ODHA dengan faktor resiko Injection Drug User (IDU)
BAB III
KEBIJAKAN
4. Kebijakan Umum
5. Kebijakan Khusus
c. RSAU dr. M. Hassan Toto membentuk Tim HIV dalam rangka memberikan
Pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
e. RSAU dr. M. Hassan Toto bekerja sama dengan rumah sakit lain sebagai
sarana rujukan
BAB IV
TATA LAKSANA
Pasien
KTP
Mendaftar No Urut
Catat Registrasi
Rawat Jalan
Poli Cempaka
c. Alur VCT
5) Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, pasien menanda tangani informed
consent yang disediakan di poli cempaka RSAU dr. M. Hassan Toto. Jika
pasien tidak setuju, maka diberikan formulir penolakan tes
8) Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, pasien menjalani konseling pasca tes
9) Bila hasil Positif palsu, pasien disarankan tes ulang 6 bulan yang akan
datang
10) Bila hasil positif pasien dirujuk ke dokter yang bertugas dengan membawa
hasil tes
11) Bila pasien belum setuju untuk tes disaran kunjungan ulang dan hasil
konseling disimpan
12) Apabila pasien setuju untuk melakukan tes, Petugas memberikan informed
consent kepada pasien dan meminta tanda tangan detelah pasien membaca isi
form HIV
16) Bila pasien tidak setuju untuk di tes, Petugas meminta pasien
untuk menandatangani form penolakan pemeriksaan
1) Pasien Umum
a) Pasien membawa pengantar dari satuan kerja
a. Alur PITC
1) Dokter menyarankan pemeriksaan HIV dan memberikan informasi serta
konseling singkat tentang pemeriksaan HIV
Menawarkan Tes
Setuju Memberikan Informasi Pra test Tidak
Penularan HIV Setuju
Pencegahan HIV
a. Alur PMTCT
Menawarkan Tes
Setuju Tidak
Memberikan Informasi Pra test
c.Penularan HIV Setuju
d. Pencegahan HIV
2) Peningkatan kasus HIV pada Ibu Hamil mengarah pada epidemi HIV
yang meluas ( generalized epidemic).
1) Menawarkan testing HIV pada semua ibu hamil - terutama untuk Papua.
3) Memberikan HAART pada semua ibu hamil dengan HIV positive tanpa
memandang stadium klinis dan nilai CD4 seumur hidup.
1) Penanganan Ibu.
2) Penanganan bayi.
penanganan bayi
20
g. Penanganan Anak.
1) Pemberian ARV profilaksis dengan AZT selama 2 bulan langsung
setelah bayi lahir
i. Inti Dari PMTCT adalah Mencegah penularan HIV dari ibu hamil kepada
bayi yang dikandungnya.
1) Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif.
5) Persalinan aman.
a) Biaya.
b) Keterlibatan suami/pasangan.
22
8. ARV (antiretroviral)
2) Toksisitas.
3) Cost.
4) Adherence.
5) Interaksi obat.
1) Start.
e. Menghentikan ARV.
1) Dilakukan jika didapat efek samping yang mengancam nyawa.
2) Gangguan mental.
4) Geografi.
24
8) Ketrampilan komunikasi.
3) Protease Inhibitor (PI): Obat ini bekerja menghambat enzim protease yang
memotong rantai panjang asam amino menjadi protein yang lebih kecil.
l. Efek samping.
b) Insiden 5 - 10 %.
5) Biasa terjadi.
6) Faktor resiko penggunaan -NRTIs, (d4T>ZDV).
6) Substitusi
29
30
1) Profilaksis OI / terapi IO
2) HAART
3) Herbal
6) Pengobatan tradisional
2) Harus disadari
t. Interaksi Obat :
2) Interaksi Farmakokinetik
a) Absorpsi
c) Ekskresi
3) Interaksi Farmakodinamik
u. Rifampisin.
1) Adalah penginduksi kuat P450 dan menurunkan kadar plasma NNRTI dan
PI.
2) Kadar NNRT menurun 30-37%; penurunan ini biasanya tidaklah
signifikan secara klinis. Pada beberapa pasien, kadar NVP atau EFV
dalam darah gagal terapi
3) Kadar PI menurun 90%, yang dapat berakibat signifikan secara klinis.
w. Monitoring.
2) Kunjungan 1X sebulan
5) Catatan CD4
3) Gejala Klinis. Gejala klinis yang muncul pada IRIS adalah demam tinggi,
manifestasi neurologis, keluhan serta gejala pada saluran nafas makin
hebat. Keadaan ini merupakan aspek kritis pada penderita dan keluarga.
Kondisi ini dapat mendorong progresivitas infeksi dan semakin
memperjelek keadaan penderita
(5) genetik
5) Kriteria Diagnostik.
a) Kriteria Major.
b) Kriteria Minor.
y. Pencegahan.
1) Penderita AIDS yang diketahui memiliki infeksi oportunistik (PCP,
tuberculosis, hepatitis virus B dan Kriptokokus ) dapat terhindar dari IRIS
dengan memberikan terapi antimikroba selama 2 minggu - 2 bulan
sebelum dimulai terapi Antiretroviral.
2) Memberikan ARV sedini mungkin dgn CD-4<350
(9) Beri peringatan pada konseli, bahwa obat ARV ini mahal, dan
sekarang obat ini disubsidi oleh pemerintah.
(10) Beritahukan bagaimana cara memperoleh obat ini selanjutnya.
37
f) pasien keluar dari klinik dengan tujuan mengambil obat di apotik rawat
jalan
a. Alur Profilaksis :
1) Cuci area terpajan dengan cairan yang berpotensi menimbulkan infeksi
dengan sabun cair
2) Bilas mukosa membran yang terpajan dengan air, jika tersedia dengan
larutan saline
3) Jangan menambah lagi dengan larutan yang dapat menimbulkan
iritasi termasuk antiseptik dan desinfektan ke area yang terpajan
4) Beritahu petugas medik perihal pajanan sesegera mungkin
10) Perincian tentang tenaga kesehatan yang terpajan (status medis, status
vaksinasi)
11) Laporkan kejadian ke dokter penanggung jawab. Dokter penanggung
jawab akan melaporkan kejadian ke dinas kesehatan kota/kabupaten dan
orang yang terkena pajanan di konsul ke dokter konsulen HIV
12) Petugas medis akan mengevaluasi pajanan yang berpotensi menularkan
virus
AZT 300 mg /12 jamx28 hari 3TC 150 mg /12 jamx28 hari Lop/r 400/100
mg
/12 jamx28 hari
41
5) Tusukan (benda tajam berongga) AZT 300 mg /12 jamx28 hari 3TC 150
mg /12 jamx28 hari Lop/r 400/100 mg /12 jamx28 hari
a) Berikan rejimen 2 obat
b. Monitoring :
1) Priofilaksis harus diberikan selama 28 hari
d. Evaluasi
Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan apabila aktif
dilanjutkan terapi pengobatan dan apabila non reaktif memonitoring paska
pajanan selesai
42
Ditetapkan di Bogor
pada Tanggal 28 Desember 2021
46
47