Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PARASITOLOGI II

MALARIA OVALE DAN MALARIA MALARIAE

KELOMPOK 12

DISUSUN OLEH :

HELVIOLA NIM : 1813453091


PUTRI ADE NINGSIH NIM : 1813453104
RIKA SARI NIM : 1813453063
SYAH REZA FEBRIANTO F. NIM : 1813453070
FERI IRWANDI NIM :

DOSEN PEMBIMBING : DARMADI, SKM, M. BIOMED

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat  dan karunia-nya sehingga kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun sebagai tugas kuliah dan usaha kami dalam
meningkatkan wawasan tentang Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae”.

Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya. Setiap


pembahasannya kami uraikan dengan rinci agar mudah dalam memahaminya. Kami
berusaha agar makalah ini dapat dipahami bersama. Semoga melalui makalah ini kita
dapat memperluas wawasan kita .

Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal dan mencurahkan
segala pikiran, kemampuan yang kami miliki. Makalah kami masih banyak
kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya
kesempurnaan.

Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan teman-teman, semoga


makalah sederhana ini bermanfaat  bagi kita semua. Amin.

Pekanbaru, 3 Oktober 19

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

Daftar isi....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

1.4 Manfaat..............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Sejarah Plasmodium ovale.................................................................................3

2.2 Morfologi dan Siklus hidup...............................................................................3

2.3 Patogen dan Gejala klinis..................................................................................4

2.4 Diagnosis Malaria ovale....................................................................................5

2.5 Sejarah Plasmodium malariae............................................................................8

2.6 Morfologi dan Siklus hidup...............................................................................9

2.7 Patogen dan gejala klinis...................................................................................10

2.8 Diagnosis Malaria malariae...............................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................16

3.1 Kesimpulan........................................................................................................16

3.2 Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Malaria adalah istilah yang diambil dari bahasa Itali yang berarti: mal = busuk
dan aria = udara. Hal ini kemungkinan berhubungan wabah yang terjadi sekitar
kota roma banyak terdapat disekitar rawa – rawa yang berbau busuk. Penyebab
penyakit ini dahulu diduga sebagai kutukan dari dewa. Penderita malaria
biasanya demam dengan limpa yang membesar hingga penyakit ini dikenal juga
sebagai demam kura. ( safar rosdiana, 2009)

Pada abad ke – 19, Laveran menemukan pada darah penderita malaria benda
yang berbentuk pisang dan kemudian diketahui pula bahwa penyakit ini
ditularkan oleh nyamuk yang hidup di rawa- rawa. Hal ini ditemukan oleh Ross
pada tahun 1897. Penyebab penyakit ini adalah parasit dari kelas Sporozoa. Sub-
kelas Haemosporidia dari Genus Plasmodium. ( safar rosdiana, 2009)

Malaria adalah penyakit kronis dan akut yag disebabkan oleh protozoa dari
jenis Plasmodium. Ada 4 spesies yang utama dari jenis plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Yang paling
berbahaya dari spesies ini adalah Plasmodium falciparum karena akibatnya bisa
fatal dan spesies ini juga yang paling banyak menyebabkan kematian. (Banyal,
Surianti, & Dayat, 2016)

Penyebaran malaria sangat luas yakni antar garis 40° lintang selatan dan 60°
lintang utara yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim tropis dan
subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar
atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah
300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta kematian, terutama di Afrika
Sub-Sahara. ( Rony, Andi, Arfa, 2018)

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae ?

2. Bagaimana morfologi dari Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae ?

3. Bagaimana siklus hidup Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae ?

4. Apa patogenitas dari Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae ?

5. apa gejala klinis dari Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae?

6. Bagaimana diagnosa lab terhadap Plasmodium ovale dan Plasmodium


malariae?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah plasmodium ovale dan plasmodium malariae

2. Mengetahui morfologi dan siklus hidup Plasmodium ovale dan Plasmodium


malariae

3. Mengetahui patologi dan gejala Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyakit malaria yaitu plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Plasmodium ovale


Malaria merupakan peyakit yang sangat dikenal oleh masyarakat dengan
jumlah kasus yang cukup banyak. Pengertian Malaria adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh parasit yang dikenal dengan Plasmodium, dimana ia
menginfeksi sel-sel darah merah. Malaria ini ditandai dengan siklus menggigil,
demam, sakit, dan berkeringat. Catatan sejarah menunjukkan manusia yang
terjangkit malaria sejak awal umat manusia. Kata Malaria disebut berasal dari
bahasa italia yang berarti "udara buruk" pertama kali digunakan dalam bahasa
Inggris tahun 1740 oleh H. Walpole saat menjelaskan penyakit malaria ini.
Malaria dikenal pertama kali pada tahun 900an SM. Hipocrates (400-377 SM)
telah membedakan beberapa tipe Malaria. Penemuan adanya parasit dalam darah
penderita Malaria terjadi pada tahun 1880 oleh Alphonse Laveran. Kemudian
Ross (1897) membuktikan peran nyamuk Anopheles dalam penularan Malaria.
Garnharm (1948) menemukan adanya bentuk praeritrosit di hepar. Nama
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut malaria ovale. ( Sari suli,
2016 )

2.2 Morfologi dan siklus hidup Plasmodium ovale

3
Morfologi P.ovale mempunyai persaman dengan P.malariae tetapi perubahan
pada eritrosit yang dihinggapi parasit mirip P.vivax. trofozoit muda ber- ukuran
kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit ). Titik schuffner ( disebut juga titik james )
terbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoit berbentuk bulat dan
kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen
P.malariae. pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar
berbentuk lonjong ( oval ) dan pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu
ujungnya dengan titik schuffner yang menjadi lebih banyak. ( parasitologi
kedokteran, 2008)

Stadium praeritrosit mempunyai periode prapaten 9 hari; skizon hati besarnya


70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual
pada P.ovale hampir sama dengan P.vivax dan berlangsung 50 jam. Stadium skizon
berbentuk bulat dan bila matang mengandung 8-10 merozoit yang letaknya teratur di
tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok di tengah. ( parasitologi
kedokteran, 2008)

Stadium gametosit betina ( makrogametosit) berbentuk bulat, mempunyai inti


kecil, kompak dan sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan
( mikrogametosit ) mempunyai inti difus, sitoplasma berwarna pucat kemerah-
merahan, berbentuk bulat. Pigmen dalam ookista berwarna coklat / tengguli tua
dan granulanya mirip dengan yang tampak pada P.malariae. siklus sporogoni
dalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu 12- 14 hari pada suhu 27o C.
( Parasitologi Kedokteran, 2008 )

2.3 Patogen dan Gejala Klinis


Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivaks. Serangannya sama hebat
tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit
sering tetap berada dalam darah dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih
virulen . P.ovale baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi

4
campur P.ovale sering terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropik
Afrika yang endemi malaria. ( parasitologi kedokteran, 2008)

2.4 Diagnosis malaria ovale


Diagnosis malaria ovale dilakukan dengan menemukan parasit P.ovale dalam
sediaan darah yang dipulas dengan Giemsa.( parasitologi kedokteran, 2008)

Di dalam darah tepi Plasmodium ovale terdapat bentuk-bentuk cincin, trofozoit,


skizon dan bentuk gametosit. ( Soedarto,2011 )

Stadium di Gambaran eritrosit Gambaran parasit


darah
Cincin Normal sampai 1,25 x bulat, Sitoplasma jelas, bintik-
kadang ada bintik schuffner ; bintik kromatin besar.
Fibrie kadang-kadang terjadi;
Eritrosit dengan infeksi
multipel tidak jarang di
jumpai.
Trofozoit Normal -1,25 x Kompak, kromatin besar,
pigmen halus coklat tua.
Skizon Normal -1,25 x, bulat atau Matang terdiri dari 6-14
lonjong, kadang-kadang merozoitdengan inti besar,
fimbrie, tampa bintik berkelompok mengelilingi
schuffner masa pigmen coklat tua.
Gametosit Normal -1,25 x, bulat atau Bulat atau lonjong, padat,
lonjong, kadang-kadang bisa memenuhi eritrosit,
fimbrie, bintik schuffner kromatin padat, eksentris
(makrogametosit), atau
lebih difus (mikro-metosit),
pigmen coklat tersebar.
Stadium Plasmodium ovale dalam darah, tetes tebal

5
1. Tofozoit muda
2. Trofozoit berkembang
3. Trofozoit matang
4. Skizon
5. Gametosit
6. Inti leukosit

a. trombosit
Plasmodium ovale bentuk cincin
Bentuk cincin parasit ini mempunyai sitoplasma yang besar dan kromatin
yang juga berukuran besar. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium ovale
berukuran normal atau lebih besar, berbentuk bulat atau lonjong dan kadang-
kadang mempunyai rumbai-rumbai (fimbriae). Kadang-kadang ditemukan
bintik Schuffner dan tidak jarang ditemukan juga eritrosit yang diinfeksi
oleh banyak parasit (multiple infection). ( Soedarto,2011 )

6
b. Plasmodium ovale bentuk trofozoit
Bentuk trofozoit tampak kompak, mempunyai kromatin berukuran besar dan
pigmen yang berwarna coklat tua. Sel darah merah yang terinfeksi parasit ini
berukuran normal atau sedikit lebih besar (sampai 1,25 x) dan berbentuk
bulat atau lonjong, sebagian diantaranya menunjukkan adanya fimbrie.
Bintik schuffner juga mungkin terlihat. ( Soedarto,2011 )

c. Plasmodium ovale bentuk skizon


Skizon matang mempunyai 6-14 merozoit yang besar intinya, yang
dikelilingi oleh kumpulan pigmen yang berwarna coklat tua. Eritrosit
berukuran normal atau agak membesar, berbentuk bulat atau lonjong.
Beberapa eritrosit mempunyai fimbrie dan juga terdapat bintik Schuffner.
( Soedarto,2011 )

7
d. Plasmodium ovale gametosit

Parasit berbentuk bulat atau lonjong, padat dan mengisi hampir semua
bagian dari sel darah merah. Terdapat kromatin yang padat yang terletak di
bagian tepi (eksentrik) pada makrogametosit atau lebih difus pada
mikrogametosit. Juga dapat terlihat adanya pigmen coklat yang tersebar di
berbagai tempat. Eritrosit berukuran normal atau agak lebih besar, berbentuk
bulat atau lonjong, sebagian mempunyai fimbrie dan tampak adanya bintik
Schuffner. ( Soedarto,2011 )

2.5 Sejarah Plasmodium malariae


Plasmodium malariae telah diakui sejak peradaban Yunani dan
Romawi lebih dari 2.000 tahun yang lalu, dengan pola yang berbeda dari
demam yang dijelaskan oleh orang Yunani awal pada tahun 1800.
(Parasitologi kedokteran, 2008 )

Alphonse Laveran menemukan bahwa agen penyebab malaria adalah


parasit. Detail pekerjaan Golgi tahun 1886 menunjukkan bahwa pada
beberapa pasien ada hubungan antara siklus hidup 72 jam parasit dan pola
dingin dan demam pada pasien pengamatan yang sama. Ditemukan untuk
parasit dengan siklus 48 jam, Golgi menyimpulkan bahwa harus ada lebih

8
dari satu jenis parasit malaria bertanggung jawab atas pola-pola yang
berbeda dari infeksi. ( Bariah dan Pusarawati,2004 )

Plasmodium malariae adalah yang paling dipelajari dari empat spesies


yang menginfeksi manusia, sebagian karena prevalensi rendah dan
manifestasi klinis lebih ringan dibandingkan dengan ketiga spesies lain.
( Bariah dan Pusarawati,2004 )

2.6 Morfologi dan Siklus Hidup


Siklus praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi
sporozoit P.malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk
Anopheles betina yang mengandung sporozoit membuktikan adanya stadium
praeritrosit P.malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang berperan
sebagai hospes reservoar yang potensial. P.rodhaini yang hidup pada
simpanse sinonim dengan P.malariae pada manusia. (Parasitologi
kedokteran, 2008 )

Setelah 13 hari infeksi, skizon praeritrosit menjadi matang dan


merozoit masuk ke aliran darah tepi dan siklus aseksual dimulai dengan
periodisitas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi mirip dengan

9
p.vivax, tapi
eritrosit yang dihinggapi tidak membesar. Pada pewarnaan Giemsa
sitoplasmanya lebih tebal dan lebih gelap dan dalam sel eritrosit terdapat
titik-titi yang disebut titik Zieman. Trofozoit tua bila membulat, besarnya
kira-kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit dapat
melintang sepanjang sel darah merah, membentuk seperti pita merupakan
bentuk yang khas pada P.malariae. Skizon muda membagi intinya dan
akhirnya terbentuk skizon matang yang mengandung rata-rata 8 buah
merozoit. Skizon matang ini mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit,
biasanya mempunyai susunan yang teratur sehingga membentuk bunga
serunai atau bunga “daisy” yang disebut juga “rosert”. (Parasitologi
kedokteran, 2008 )

Derajat parasitemia malaria kuartana lebih rendah dari malaria yang


disebabkan oleh Plasmodium lainnya dan parasit count-nya kurang dari
10.000 per mm³ darah. Siklus aseksualnya berlangsung 72 jam yang
berlangsung secara sinkron. Stadium gametosit mungkin dibentuk dalam
alat-alat dalam dan tampak dalam darah tepi bila telah tumbuh sempurna.
Makrogametosit sitoplasmanya berwarna biru tua berinti kecil dan padat.
Mikrogametosit sitoplasmanya berwarna biru pucat dengan inti difus dan
lebih besar. Pigmen tersebar dalam sitoplasma. (Parasitologi kedokteran,
2008 )

10
2.7 Patologi dan Gejala Klinik
Masa inkubasi pada infeksi P.malariae 18 hari kadang-kadang sampai
40 hari. Gambaran klinik hampir sama dengan infeksi P.vivax, serangan
demam lebih teratur dan terjadi sore hari. Parasit ini menyerang eritrosit
yang lebih tua. Kelainan ginjal pada infeksi menahun bersifat progresif
dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk. Perjalanan penyakit tidak
terlalu berat dan anemia kurag jelas dan penyulit lain jarang. Splenomegali
dapat mencapai ukuran besar. Parasitisme asimtomatik sering
menimbulkan masalah karena darah dipakai untuk donor pada transfusi.
(Parasitologi kedokteran, 2008 )

Nefrosis pada malaria kuartana sering terjadi pada anak-anak di Afrika


dan sangat jarang terjadi pada orang non-imun yang terinfeksi P.malariae.
Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam darah tepi dalam waktu yang
bersamaan, tapi parasitemianya hanya kira-kira 1 dari sel darah merah
yang terinfeksi. (Parasitologi kedokteran, 2008 )

Mekanisme rekuren jangka panjang pada malaria kuartana, disebabkan


oleh parasit pada siklus eritrositer dapat bertahan dalam tubuh, karena dalam
beberapa hal parasit-parasit ini dilindungi oleh sistem kekebalan selular dan
humoral manusia. Ada faktor evasi, yaitu parasit dapat menghindarkan diri
dari fagositosis dan pengaruh zat anti. Selain dari itu, bertahannya parasit-
parasit ini Tergantung pada variasi antigen yang terus menerus berubah dan
dapat menyebabkan rekuerens. (Parasitologi kedokteran, 2008 )

2.8 Diagnosis
Diagnosis dari P.malariae dapat dilakukan dengan menemukan parasit
dalam darah dengan pewarnaan Giemsa. Parasit count pada P.malariae
rendah, hingga perlu ketelitian untuk menemukan parasit ini. Sering
P.malariae pada sedian darah penderita yang tidak menunjukkan gejala
klinik. (Parasitologi kedokteran, 2008 )

Plasmodium malariae dijumpai di dalam darah dalam bentuk cincin, bentuk


trofozoit, bentuk skizon dan bentuk gametosit. ( Soedarto, 2011 )

11
Gambaran Plasmodium malariae di dalam darah

Stadium di darah Gambaran eritrosit Gambaran parasit


cincin Normal sampai 1,25 x Sitoplasma jelas, kromatin
besar.
Trofozoit Normal -0,75 x ; Kompak, kromatin besar,
jarang,bintik Ziemann kadang bentuk pita, pigmen
(dengan pewarnaan kasar coklat tua.
tertentu).
Skizon Normal -0,75 x ; jarang, Skizon matang=6-12 merozoit
bintik Zieman (dengan dengan inti besar berkelompok
pewarnaan tertentu) mengelilingi masa pigmen
kasar, coklat tua, kadang
bentuk roset.
Gametosit Normal -0,75 x ; jarang, Bulat atau lonjong, padat, bisa
bintik Ziemann (dengan memenuhi eritrosit, kromatin
pewarnaan tertentu) padat, eksentris
(makrogametosit), atau lebih
difus (mikrogametosit),
pigmen coklat tersebar.

12
1. Trofozoit muda
2. Trofozoit berkembang
3. Trofozoit dewasa (matur)
4. Skizon muda
5. Skizon muda
6. Skizon muda
7. Skizon dewasa (matur)
8. Inti leukosit
9. Trombosit
10. Sisa sel eritrosit muda

Stadium Plasmodium malariae dalam darah, tetes tebal

a. Plasmodium malariae bentuk cincin

Bentuk cincin (ringform) ini mempunyai sitoplasma yang jelas dan


kromatin yang berukuran besar. Sel darah merah yang terinfeksi parasit ini
berukuran normal atau lebih kecil, sekitar 0,75 kali ukuran normal.
( Soedarto, 2011 )

13
b. Plasmodium malariae bentuk trofozoit

Sitoplasma trofozoit berbentuk padat, mempunyai kromatin berukuran


bulat besar, dengan sitoplasma padat tidak mempunyai vakuol. Pada
trofozoit yang matang, sitoplasma memanjang melintasi sel eritrosit
berbentuk seperti pita (bandforms) atau berbentuk lonjong dengan vakuol
membentuk seperti keranjang (basketform). Juga dapat ditemukan pigmen
kasar yang berwarna coklat tua. Eritrosit yang terinfeksi parasit berukuran
normal atau lebih kecil. Dengan pewarnaan khusus, mungkin dapat
ditemukan bintik-bintik Ziemann. ( Soedarto, 2011 )

c. Plasmodium malariae bentuk skizon


Bentuk skizon matang mempunyai 6-12 merozoit yang mempunyai inti
berukuran besar yang kadang-kadang tersusun seperti rangkain bunga
(rosette form) dan dikelilingi butiran kasar pigmen berwarna coklat tua.
. ( Soedarto, 2011 )

14
d. Plasmodium malariae bentuk gametosit
Bentuk gametosit yang mengisi seluruh bagian sel darah merah ini
berbentuk bulat atau lonjong. Terdapat kromatin yang padat yang pada
makrogametosit terletak di bagian tepi atau tersebar (difus) pada
mikrogametosit. Terdapat pigmen berwarna coklat yang tampak tersebar.
. ( Soedarto, 2011 )

15
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Plasmodium malariae merupakan jenis yang dapat menyebakan penyakit


malaria kuartana yang tingkat keparahannya lebih tinggi dibandingkan dengan
penyakit penyakit malaria tertiana ringan yang disebabkan oleh Plasmodium
ovale. Siklus hidup Plasmodium malariae ada 2 tahap yaitu tahap pada host
manusia dan pada host nyamuk Anopheles SP betina. Anopheles betina
merupakan vektor dari Plasmodium. Berbagai cara untuk mengurangi
penyakit malaria ini dapat dilakukan mulai dari pencegahan hingga
pengobatannya. Meskipun sebenarnya faktor yang paling berpengaruh adalah
faktor lingkungan yang meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi. Faktor –
faktor tersebut pada dasar nya dapat mempercepat ataupun memperlambat
penyebaran penyakit malaria ini melalui vektor nyamuk Anopheles betina.

3.2 Saran

Melakukan langkah – langkah awal pencegahan , salah satunya dengan


menerapkan 3M yaitu :
1. Menguras , menguras tempat penampungan air secara rutin, minimal
jika air sudah mulai keruh.
2. Menutup , menutup tempat – tempat penampungan air, khususnya
yang menjadi konsumsi setiap hari.
3. Mengubur, meengubur barang – barang yang tidak terpakai yang dapat
memungkinkan terjadinya genangan air.

16
DAFTAR PUSTAKA

Safar, Rosdiana.2010. Parasitologi Kedokteran Protozoologi,


Helmintologi, Entomologi. Bandung : CV. YRAMA WIDYA

Staff Pengajar FKUI.2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Badan


Penerbit FKUI

Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: CV Sagung Seto, pp : 9 – 221.

Widiasih DA dan Setyawan B. 2012. Epidemiologi Zoonosis di Indonesia.


Gadjah Mada University Press

Bariah, I dan Pusarawati,S. 2004. Penuntun Praktis Parasitologi


Kedokteran, Cetakan Pertama, Surabaya: Airlangga University Press

Banyal, N. A., Surianti, S., & Dayat, A. R. (2016). Klasifikasi Citra Plasmodium
Penyebab Penyakit Malaria dalam Sel Darah Merah Manusia dengan
Menggunakan Metode Multi Class Support Vector Machine (SVM). ILKOM
Jurnal Ilmiah, 8(2), 111. https://doi.org/10.33096/ilkom.v8i2.54.111-118

Banyal, N. A., Surianti, S., & Dayat, A. R. (2016). Klasifikasi Citra Plasmodium
Penyebab Penyakit Malaria dalam Sel Darah Merah Manusia dengan
Menggunakan Metode Multi Class Support Vector Machine (SVM). ILKOM
Jurnal Ilmiah, 8(2), 111. https://doi.org/10.33096/ilkom.v8i2.54.111-118

17

Anda mungkin juga menyukai