Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan dan juga salah
satu komoditas ekspor utama sektor pertanian di Indonesia. Pengembangan kakao
ke depan secara global diarahkan pada upaya mewujudkan agribisnis kakao yang
efisien dan efektif sehingga tercipta peningkatan pendapatan petani (khususnya
petani kakao). Dan hasil kakao yang berdaya saing .

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan hujan tropis dengan naungan pohon-
pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relative sama, serta
kelambapan tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti ini, tanaman kakao akan
tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit.

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, Di alam


dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan
tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang
meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung


dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum
3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul
dari satu titik tunas.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge)


Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa
varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis
komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari
bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah
2

dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah.
Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah
biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam.
Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian
disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup
tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji
dikeringkan di bawah sinar matahari.

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya


beragam, yaitu 20-50 butir perbuah. Jika dipotong melintang, tampak biji disusun
oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada
poros lembaga(embryo asis). Warna dari kotiledon putih untuk tipe criollo dan
ungu untuk forestero.

Biji di bungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya
asam manis dan di duga mengandung zat penghambat perkecambahan. Di sebelah
dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan
poros embryo. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya
mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang berkecambah
di dalam buah yang terlambat di panen karena buah telah kering.

Permukaan biji kakao di selimuti pulp yang berwarna putih. Pulp


merupakan jaringan halus berlendir dan melekat ketat pada biji kakao. Pulp
sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil gula. Keping biji meliputi 86%
sampai 90% dari berat keping biji, sedang kulit biji sekitar 10%-14%.

Dalam budi daya tanaman kakao, digunakan biji sebagai perbanyakan


generative. Dari biji tersebut di harapkan menghasilkan bibit yang sama dengan
induknya. Dalam pembibitan, biji harus di hilangkan lendir pulp karena rasanya
yang manis di kkawatirkan akan mengundang datangnya semut dan jamur yang
dapat merusak biji tersebut.
3

Selama masa pembibitan, hal perawatan merupakan hal yang mutlak


untuk di lakukan. Karena menentukan apakah bibit tersebut layak untuk di tanam
atau tidak. Perawatan yang perlu dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan
serta pengandalian hama dan penyakit.

Berkembangnya budi daya menggunakan bahan organik, penulis memiliki


inisiatif menggunakan kotoran kelelawar ( Guano) dengan pulp dari buah kakao
untuk di jadikan pupuk organik. Guano merupakan bahan yang efektif untuk
penyubur tanah karena kandungan fosfor dan nitrogennya tinggi. Superfosfat yang
terbuat dari guano digunakan untuk topdressing. Tanah yang kekurangan zat
organik dapat dibuat lebih produktif dengan tambahan pupuk ini. Guano
mengandung amonia, asam urat, asam fosfat, asam oksalat, dan asam karbonat,
serta garam tanah. Tingginya kandungan nitrat juga menjadikan guano komoditas
strategis.

Kotoran kelelawar yang sering disebut guano, ternyata menyimpan potensi


besar sebagai pupuk organik. Sekitar 1.000 gua di Indonesia diprediksi berpotensi
menjadi salah satu solusi atas problem kesulitan pupuk di negara kita saat ini.
Salah satu penelitian yang mampu membuktikan kegunaan guano sebagai bahan
dasar pupuk organik adalah penelitian Universitas Cornell di New York-Amerika
Serikat. Hasil penelitian yang dilansir dalam situs www.css.Cornell menyatakan
bahwa guano memiliki tingkat nitrogen terbesar setelah kotoran merpati. Namun,
menduduki urutan pertama dalam bagian kadar unsur fosfat dan menduduki
urutan ketiga terbesar bersama kotoran sapi perah dalam kadar kalium. Dari
keterangan tersebut guano kelelawar mengandung paling banyak fosfat. Fosfat
merupakan bahan utama penyusun pupuk di samping nitrogen dan Potasium. Di
samping tiga unsur utama tersebut, guano mengandung semua unsur atau mineral
mikro yang dibutuhkan tanaman. Tidak seperti pupuk kimia buatan, guano tidak
mengandung zat pengisi. Guano tinggal lebih lama dalam jaringan tanah,
meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih
lama dari pada pupuk kimia buatan.
4

Untuk membuat suatu pupuk organik tentunya di perlukan suatu fermentor


atau dekomposer. Promi singkatan dari Promoting Microbes. Diberi nama ini
karena Promi berbahan aktif mikroba yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Mikroba bahan aktif Promi terdiri dari 3 macam mikroba, yaitu
Aspergillus sp, Trichoderma harzianum DT 38, Trichoderma harzianum DT 39,
dan mikroba pelapuk. Aspergillus sp memiliki kamampuan untuk melarutkan
fosfat dari sumber-sumber yang sukar larut. Trichoderma harzianum DT 38
memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Trichoderma
harzianum DT 39 berperan sebagai agensia hayati penyakti tular tanah, khususnya
penyakit yang disebabkan oleh jamur. Dan mikroba pelapuk, seperti namanya
berperan untuk melapukkan bahan-bahan organik mentah.

Promi dapat digunakan untuk mendekomposisi/mengkomposkan bahan


organik padat dan memperkaya kompos hasil dekomposisi tersebut dengan
mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Kompos hasil dekomposisi
dengan Promi disebut juga dengan kompos bioaktif, karena mengandung mikroba
aktif yang bermafaat bagi tanaman.

Promi juga dapat digunakan untuk memperkaya kompos atau pupuk


organik lain dengan mikroba-mikroba aktif. Kompos yang diperkaya biasanya
dalam bentuk curah, sedangkan pupuk organik bisa dalam bentuk granular. Promi
disalutkan/dilapiskan di permukaan pupuk organik granul tersebut.

Promi dapat juga langsung diaplikasikan ke tanaman. Promi juga di


kembangkan dalam bentuk granul untuk memudahkan aplikasi secara langsung.
Promi bentuk granul ini sama efektifnya dengan Promi dalam bentuk serbuk.
Promi granul ini lebih mirip dengan biofertilizer.

Saat ini Promi telah berhasil digunakan untuk mengkomposkan TKKS,


fiber (limbah PMKS), jerami, dan sampah. Aplikasi kompos bioaktif Promi
maupun Promi telah diaplikasikan pada bibit kelapa sawit, tanaman kelapa sawit,
tebu, padi, jagung, kacang panjang, cabe, mentimun, dan kakao.
5

Dari bahan pulp kakao yang tidak di gunakan, akan dimanfaatkan sebagai
pupuk organik dengan tambahan dekomposer promi serta Guano. Dengan
pemanfaatan limbah pulp dan Guano ini di harapkan mampu mengganti
pemakaian bahan kimia dalam budi daya kakao untuk meningkatkan produksi
kakao.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penggunaan pupuk organik dapat mempercepat pertumbuhan bibit
kakao?
2. Apakah komposisi pupuk organik dari pulp kakao berpengaruh terhadap
pertumbuhan bibit kakao?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh dari penggunaan pupuk organic terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
2. Mengetahui pengaruh komposisi pupuk organic terhadap pertumbuhan
bibit kakao.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat di jadikan dasar dari pengembangan budi daya dengan
menggunakan pupuk organic.
2. Diharapkan dapat di jadikan alternatif pengganti pupuk kimia.

1.5 Hipotesa
1. Pemberian pupuk organic dengan komposisi tertentu berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
2. Pemberian pupuk organic dengan komposisi tertentu berpengaruh
tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kakao


2.1.1 Sistematika Tanaman Kakao
Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae yang di usahakan secara komersil. Menurut Cuatrecasas (1964)
dikenal dua subjenis kakao, yaitu cacao dan Sphaerocarpum (chev). Cuatr.
Subjenis kakao mempunyai empat forma (taksonomi di bawah subjenis) sebagai
berikut:
1. Forma cacao. Anggotanya tipe criollo dari Amerika Tengah. Bentuk biji
bulat, kotiledon putih, dan mutunya tinggi.
2. Forma pentagonum. Hanya di kenla di Meksiko dan Amerika Tengah. Biji
bulat dan besar. Kotiledon putih dan mutunya tinggi.
3. Forma leiocarpum. Biji bbulat atau montok, kotiledon putih atau ungu
pucat, dan mutunya tinggi. Klon-klon Djati Runggo (DR) termasuk forma
ini.
4. Forma lacandonense. Dikenak di sekat Chiapas, Meksiko. Forma ini
termsuk kakao liar.

Menurut Cheesman (cit. Wood dan Lass, 1985) kakao dibagi tiga kelompok
besar yaitu Criollo, Forestero dan Trinitario. Criollo termasuk dalam kakao mulia
(fine-flavoured) dengan mutu tinggi tetapi rentan terhaap hama dan penyakit serta
pertumbuhannya kurang kuat. Untuk tipe Forestero (bulk), mutunya beragam
tetapi lebih rendah daripada subjenis cacao. Pertumbuhan tanaman kuat dan cepat,
daya hasilnya tinggi dan relatif tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit.
Untuk kakao Trinitario merupakan hibrida criollo dengan forestero. Sifat
morfologi dan fisiologisnya sangat bergam, demikian juga dengan daya dan mutu
hasilnya. (PUSLIT Koka,2004)

2.1.2 Buah dan Biji


Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika
7

sudah masak akan berwarna kuning. Sementara buah yang ketika muda merah,
setelah masak berwarna jingga.

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam,
yaitu 20-50 butir perbuah. Jika di potong melintang tampak bahwa biji di susun
oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada
poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu
untuk tipe forester.

2.1.3 Pulp buah kako


Pulp buah kakao terdapat pada biji yang menempel di bagian luarnya.
Dalam pembibitan atau penyemaian, pulp ini di buang karena dapat mengundang
semut dan jamur. Pada saat ini, limbah dari pulp tersebut belum di manfaatkan
secara maksimal. Berat dari pulp buah kakao untuk tiap biji rata-rata 10% dari
berat biji kakao yang masih di dalam buah.Di dalam pulp buah kakao tersebut
mengandung beberapa komposisi kimia, yaitu :
Tabel komposisi kimia pulp buah kakao.
Kandungan Presentase (%)
Air 80-90%
Kandungan Albuminoid 0,5-0,7%
Glukosa 8-13%
Pati sedikit
Asam yang tidak menguap 0,2-0,4%
Besi Oksida 0,003%
Sukrosa 0,4-1,0%
Garam-garam 0,4-0,45%
(Wanti-smanda,Blog.http://coklat-chocolate.blogspot.com/2008/03/kulit-buah-kakaopulp-
buah.html)

Pengolahan buah kakao menjadi biji kakao kering menghasilkan limbah


antara lain cangkang kakao dan pulpa, yaitu lapisan yang menyelubungi biji kakao
basah. Pulpa terdiri atas senyawa gula (10-15%) dan air (85-90%). Senyawa gula
8

dalam pulpa merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba selama
proses fermentasi biji kakao berlangsung.

Namun, kandungan pulpa yang berlebihan dapat berpengaruh negative


terhadap proses dan hasil fermentasi, yaitu menyebabkan biji kakao memiliki cita
rasa asam. Kandungan pulpa yang tinggi merupakan salah satu kelemahan dari
kakao lindak yang banyak diusahakan di Indonesia.

Cara untuk mengurangi kandungan pulpa pada biji kakao adalah dengan
pemeraman buah kakao hasil panen di kebun selama 7-12 hari atau pemerasan
pulpa secara mekanis. Pulpa yang diperoleh dari proses pemerasan ternyata
menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan di sekitar areal pengolahan biji
kakao. Limbah pulpa yang tidak segera ditangani akan difermentasi oleh mikroba
sehingga menimbulkan aroma asam dan tidak sedap bagi lingkungan di
sekitarnya.

Kandungan gula dalam pulpa yang cukup tinggi ternyata dapat


dimanfaatkan oleh bakteri Acetobacter xylinum sebagai media tumbuh dan
dikonversi menjadi produk makanan, yaitu nata de kakao. Produk nata yang sudah
cukup dikenal di pasaran adalah nata de coco, yaitu nata yang dibuat dari air
kelapa. Karena kandungan selulosanya, produk nata dapat digolongkan sebagai
makanan kesehatan atau makanan diet. Selulosa dikenal sebagai serat pangan
alami (dietary fiber) yang bermanfaat dalam proses pencernaan makanan dalam
usus halus manusia dan dalam proses penyerapan air dalam usus besar. Selain itu,
nata juga dikenal rendah kalori dan tidak mengandung kolesterol. (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Memanfaatkan Limbah Menyelamatkan
Lingkungan)

2.1.4 Guano

Berdasarkan sejarahnya, Guano lebih dulu dikenal di Peru sekitar tahun


1850-1880 sebagai barang perdagangan yang utama. Sedangkan kata Guano
berasal dari bahasa Spanyol 'wanu' yang artinya kotoran (feces dan urine) dari
9

jenis burung laut (contohnya Larus argentatus), kelelawar (contohnya


Phyllonycteris aphylla) dan anjing laut. Sekarang, produk guano lebih didominasi
dari kotoran burung laut dan kelelawar saja.

Sumber hewan lainnya yang kini mulai dirambah oleh para peternak
adalah guano yang terbuat dari kotoran walet. Maraknya peternakan walet yang
sangat menjanjikan itu, meningkatkan jumlah kotoran walet yang sangat potensial
diolah kembali menjadi pupuk yang bernilai ekonomi cukup tinggi.

Untuk proses pembentukannya, secara alami pupuk guano ini terjadi dengan
siklus sebagai berikut:

1. Kelelawar/burung pantai memakan serangga atau biji-bijian;


2. Proses pengeluaran kotoran/feces dan urine dari hewan tersebut di sekitar
sarangnya; dan,
3. Kotoran tersebut dimakan kembali/diuraikan oleh kumbang atau mikroba
lainnya hingga terbentuk pupuk guano organik.

Kandungan mineral dari pupuk tersebut adalah unsur utama seperti nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur dengan jumlah yang bervariasi.
Kandungan NPK pupuk dapat berubah tergantung sumber kotoran hewan yang
digunakan, jenis makanan sehari-hari si hewan, dan penambahan unsur saat proses
pembuatan di pabrik.

Manfaat dari pupuk guano adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan memperkaya struktur tanah karena 40% pupuk ini


mengandung material organik.
2. Terkandung bakteria dan mikrobiotik flora yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman dan sebagai fungisida alami.
3. Kandungan N - P - K yang telah cocok digolongkan sebagai pupuk.
Jumlah kandungan NPK ini dapat diatur dengan cara pengaturan makanan
hewan yang digunakan.
10

4. Sangat baik jika digunakan pada pertumbuhan rumput dengan dosis dan
prosedur pemupukan yang tepat.
5. Mengontrol nematoda merugikan yang ada di dalam tanah.
6. Baik sebagai aktifator dalam pembuatan kompos.
7. Mempunyai daya kapasitas tukar kation (KTK) yang baik sehingga
tanaman mudah menyerap unsur yang bermanfaat dalam pupuk.
8. Menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan
proses fotosintesis pada tanaman
9. Kaya akan unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N). Oleh karena itu jenis
pupuk ini lebih dikenal sebagai pupuk organik fosfor.
10. Rendah kandungan mercury dan zat berbahaya lain.
11. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik yang berada di dalam
atau di luar ruangan.
12. Produk pupuk yang ramah lingkungan.

Setiap pupuk sebaiknya digunakan pada waktu yang tepat. Guano sebaiknya
digunakan pada saat menjelang masa panen, menjelang pembungaan dan
pembentukan buah. Kandungan mineral pada pupuk ini akan meningkatkan
kualitas hasil yang diinginkan.

Kelemahannya adalah harganya lebih mahal dibandingkan jenis pupuk


organik lainnya. Selain itu, pertumbuhan kandungan biji yang terdapat pupuk
yang dorman, akan tumbuh menjadi gulma setelah perlakukan pemupukan.

Penggunaan pupuk guano ini relatif sama dengan penggunaan pupuk organik
lainnya. Pemberian dengan dosis yang cukup rendah, yaitu berkisar 2-3 sendok
makan per tanaman dapat dilakukan sebulan sekali. Atau untuk lebih
optimumnya, lihat dan lakukan sesuai dengan dosis dan cara yang tertera pada
label produk.

Dari penjelasan di atas, makin terlihat bahwa semakin banyak potensi natural
dari lingkungan sekitar yang perlu pengkajian lebih lanjut agar potensi yang ada
dapat dimanfaatkan dengan baik. Kembali ke alam dan ramah lingkungan
11

merupakan awal kita untuk menjaga bumi menjadi lebih baik di masa yang akan
dating. (Blog_Idea_Online_Guano-Kotoran-Burung-yang-Menyuburkan.htm

2.1.5 Promi
Saat ini petani cenderung memilih menggunakan pupuk kimia daripada
menggunakan pupuk organik. Akibatnya kandungan bahan organik tanah
berkurang, kesuburan tanah menurun, hasil panen terus menurun. Salah satu cara
untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah seperti semula adalah dengan
menambahkan kompos ke tanah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk
kimia(http://upload.ugm.ac.id/download2.php?a=231kompos_jerami)

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran


bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan
anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam


dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses
pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-
teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
12

berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic,
seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik
industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik


maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting
Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko
Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau
menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap
aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.

Untuk membuat suatu pupuk organik tentunya di perlukan suatu fermentor


atau dekomposer. Promi singkatan dari Promoting Microbes. Diberi nama ini
karena Promi berbahan aktif mikroba yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Mikroba bahan aktif Promi terdiri dari 3 macam mikroba, yaitu
Aspergillus sp, Trichoderma harzianum DT 38, Trichoderma harzianum DT 39,
dan mikroba pelapuk. Aspergillus sp memiliki kamampuan untuk melarutkan
fosfat dari sumber-sumber yang sukar larut. Trichoderma harzianum DT 38
memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Trichoderma
harzianum DT 39 berperan sebagai agensia hayati penyakti tular tanah, khususnya
penyakit yang disebabkan oleh jamur. Dan mikroba pelapuk, seperti namanya
berperan untuk melapukkan bahan-bahan organik mentah.

Promi dapat digunakan untuk mendekomposisi/mengkomposkan bahan


organik padat dan memperkaya kompos hasil dekomposisi tersebut dengan
mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Kompos hasil dekomposisi
dengan Promi disebut juga dengan kompos bioaktif, karena mengandung mikroba
aktif yang bermafaat bagi tanaman.
13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Jember, yang akan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2010.
3.2 Bahan Dan Alat
a. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini ialah :
1. Pupuk organic yang terbuat dari limbah pulp
2. Bibit kakao yang berumur 1 bulan (GC 7 & TSH 858)
3. Guano
4. Decomposer Promi
5. Polybag berisi media tanam
b. Alat
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini ialah:
1. Meteran
2. Jangka sorong
3. Takaran/ alat timbang
4. Alat tulis
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6
perlakuan dengan 3 kali ulangan tanaman jika diketahui sidik ragam ada beda
nyata lalu dilanjutkan dengan uji BNT 5%.
a. Faktor I : jenis klon kakao
K1 : GC 7
K2 : TSH 858
b. Faktor II : campuran pulp dengan bahan guano dan promi
P1 : pulp dengan guano (perbandingan 1 : ½ )
P2 : pulp dengan guano (perbandingan 1 : ¼)
P3 : pulp dengan promi (perbandingan 1 : ½ )
P4 : pulp dengan promi (perbandingan 1 : ¼ )
14

P5 : pulp dengan guano dan promi (perbandingan 1 : ½ : ½ )


P6 : pulp dengan guano dan promi (perbandingan 1 : ¼ : ¼ )
c. Kombinasi perlakuan
K1 : P1 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano (1 : ½ )
K1 : P2 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano (1 : ¼)
K1 : P3 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano (1 : ½ )
K1 : P4 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano (1 : ¼)
K1 : P5 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano dan Promi (1 : ½ : ½ )
K1 : P6 Klon GC 7 dengan pulp dan Guano dan Promi (1 : ¼ : ¼ )
K2 : P1 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano (1 : ½ )
K2 : P2 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano (1 : ¼)
K2 : P3 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano (1 : ½ )
K2 : P4 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano(1 : ¼)
K2 : P5 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano dan Promi (1 : ½ : ½ )
K2 : P6 Klon TSH 858 dengan pulp dan Guano dan Promi (1 : ¼ : ¼ )

3.4 Metode Pelaksanaan


3.4.1 Pembuatan Pupuk Organik
Bahan yang di perlukan untuk membuat pupuk organik ini di persiapkan
terlebih dahulu, lalu di laksanakan kegiatan sebagai berikut :
1) Bahan pulp yang telah di dapat di timbang sesuai dengan kebutuhan yang
di perlukan.
2) Tempatkan pulp pada wadah yang telah disediakan, lalu masukan guanao
serta promi sesuai dengan komposisi di atas.
3) Tutup wadah tersebut dengan rapat, diamkan selama 1 minggu.
4) Setelah 2 minggu, lakukan pengamatan suhu campuran dengan di balik
tiap pengamatan.
5) Jika suhu telah normal, pupuk dapat di aplikasikan.
Setelah itu di lakukan analisa kandungan unsur-unsur hara yag terkandung di
dalamnya. Lalu pupuk organik yang telah di buat, dapat di aplikasikan ke
tanaman yang berumur kurang lebih 1 bulan.
15

3.4.2 Persiapan Media Tanam


Polybag yang di gunakan berukuran 20x20 cm dengan ketebalan 0,2 mm.
Diberi lubang dengan diameter ± 6mm sebanyak 10-16 lubang. Polybag diisi
dengan tanah dan pasir dengan perbandingan 1 :1.

3.4.3 Penanaman Benih


Benih berasal dari klon kakao GC 7 & TSH 858. Perkecambahan benih di
lakukan langsung dalam media polybag dengan alasan untuk menghemat waktu
serta biaya.

Sebelum di kecambahkan, benih biji kakao direndam dalam larutan Detane


selama ± 5 menit untuk menghindari terjadinya jamur atau penyakit lainnya.
Dalam bedengan bagian atasnya di beri Furadan untuk mencegah datangnya
semut atau hewa lainnya.

Cara menanam benih di bedengan adalah bagian yang besar di letakkan di


bawah, bagian itu merupakan tempat keluarnya calon akar (radicale). Benih di
pendam secukupnya, sehingga hanya sebagian kecil yang muncul diatas pasir.
Dalam waktu 12 hari, sebagian benih kakao telah berkecambah.

3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan di lakukan mulai dari benih di kecambahkan yang meliputi
penyiraman dan penyiangan. Penyiraman di lakukan jika media terlihat kering,
kurang lebih tiap hari di lakukan penyiraman untuk menghindari kekeringan dan
kekurangan air.

Penyiangan di lakukan secara manual untuk menghindari tumbuhnya


gulma yang dapat menyebabkan terjadinaya kompetisi penyerapan unsur hara
antara benih dengan gulma.
16

3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah bibit berumur ± 1 bulan dan telah di beri
perlakuan. Pemberian pupuk organic dilkukan dalam 2 minggu sekali dengan
dosis 2 gr yang telah di tentukan, dengan pengamatan 2 minggu sekali. Teknis
pemberian pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman di dalam polybag. Dengan
membuat parit kecil untuk membenamkan pupuk tersebut.
Parameter pengamatan yang di gunakan :

a) Pertambahan Tinggi Tanaman


Tinggi tanaman di ukur mulai dai pangkal batang bawah hingga ujung
daun.
b) Pertambahan Diameter Batang
Diameter batang di ukur dengan menggunakan jangka sorong.
c) Pertambahan Jumlah Daun
Jumlah daun di hitung mulai dari daun tua hingga daun muda yang teleh
membuka.
d) Analisa media tanam
Analisa ini dilakukan sebelum pemberian pupuk oraganik dan setelah
pemberian pupuk organic pada media tanam dalam polybag.
e) Analisa pupuk Organik
Analisa di lakukan pada pupuk organic untuk mengetahui kandungan yang
ada pada pupuk tersebut.

3.6 Analisis Data


Data yang telah di peroleh akan dinilai dengan menggunakan rumus RAK
sebagai berikut :

Yij = µ + α i + ß j + α I ß j + € ijk
Dimana,
Yij= Nilai pengamatan perlakuan ke – i ulangan j
µ = Rata–rata umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
17

ßj = Pengaruh perlakuan ke-j


α ißj = Pengaruh perlakuan ke i kelompok ke-j
€ ijk = Ragam karena pengaruh error kelompok i perlakuan A ke-j dan
perlakuan B ke-k

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan sesuai dengan


parameter pengamatan, data hasil penelitian yang di peroleh akan dianalisa
dengan sidik ragam atau analisis varian (ANOVA).

Setelah dianalisa dengan sidik ragam (Anova), maka selanjutnya data hasil
penelitian akan dianalisa dengan uji BNT 5%, dengan rumus :
BNT5% = tα, dbG x 2.KTG
n
18

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunannya. Penebar


Swadaya.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Memanfaatkan Limbah


Menyelamatkan Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol
28, No 64, 2006. Denpasar

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jember

Seta, Rasantika M. Guano, Kotoran Burung yang Menyuburkan.http:// Guano-


Kotoran-Burung-yang-Menyuburkan.htm diakses pada tanggal 24 september 2009

Wanti-smanda,Blog.http://coklat-chocolate.blogspot.com/2008/03/kulit-buah-
kakaopulp-buah.html diakses pasa tanggal 24 september 2009

Wikipedia. Kakao.http://id.wikipedia.org/wiki_kakao_Indonesia diakses pada 11


agustus 2009

http://isroi.wordpress.com/promi diakses pada 2 agustus 2009

http://www.disnaksumbar.margamakmur.org diakses pada tanggal 24 agustus


2009

http://purbalinggakab.go.id/ diakses pada tanggal 14 september 2009

http://upload.ugm.ac.id/download2.php?a=231kompos_jerami2.pdf&b diakses
pada tanggal 14 september 2009

Anda mungkin juga menyukai