Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan dan juga salah
satu komoditas ekspor utama sektor pertanian di Indonesia. Pengembangan kakao
ke depan secara global diarahkan pada upaya mewujudkan agribisnis kakao yang
efisien dan efektif sehingga tercipta peningkatan pendapatan petani (khususnya
petani kakao). Dan hasil kakao yang berdaya saing .
Habitat asli tanaman kakao adalah hutan hujan tropis dengan naungan pohon-
pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relative sama, serta
kelambapan tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti ini, tanaman kakao akan
tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa
varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis
komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari
bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah
2
dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah.
Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah
biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam.
Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian
disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup
tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji
dikeringkan di bawah sinar matahari.
Biji di bungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya
asam manis dan di duga mengandung zat penghambat perkecambahan. Di sebelah
dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan
poros embryo. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya
mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang berkecambah
di dalam buah yang terlambat di panen karena buah telah kering.
Dari bahan pulp kakao yang tidak di gunakan, akan dimanfaatkan sebagai
pupuk organik dengan tambahan dekomposer promi serta Guano. Dengan
pemanfaatan limbah pulp dan Guano ini di harapkan mampu mengganti
pemakaian bahan kimia dalam budi daya kakao untuk meningkatkan produksi
kakao.
1.5 Hipotesa
1. Pemberian pupuk organic dengan komposisi tertentu berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
2. Pemberian pupuk organic dengan komposisi tertentu berpengaruh
tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
6
Menurut Cheesman (cit. Wood dan Lass, 1985) kakao dibagi tiga kelompok
besar yaitu Criollo, Forestero dan Trinitario. Criollo termasuk dalam kakao mulia
(fine-flavoured) dengan mutu tinggi tetapi rentan terhaap hama dan penyakit serta
pertumbuhannya kurang kuat. Untuk tipe Forestero (bulk), mutunya beragam
tetapi lebih rendah daripada subjenis cacao. Pertumbuhan tanaman kuat dan cepat,
daya hasilnya tinggi dan relatif tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit.
Untuk kakao Trinitario merupakan hibrida criollo dengan forestero. Sifat
morfologi dan fisiologisnya sangat bergam, demikian juga dengan daya dan mutu
hasilnya. (PUSLIT Koka,2004)
sudah masak akan berwarna kuning. Sementara buah yang ketika muda merah,
setelah masak berwarna jingga.
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam,
yaitu 20-50 butir perbuah. Jika di potong melintang tampak bahwa biji di susun
oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada
poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu
untuk tipe forester.
dalam pulpa merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba selama
proses fermentasi biji kakao berlangsung.
Cara untuk mengurangi kandungan pulpa pada biji kakao adalah dengan
pemeraman buah kakao hasil panen di kebun selama 7-12 hari atau pemerasan
pulpa secara mekanis. Pulpa yang diperoleh dari proses pemerasan ternyata
menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan di sekitar areal pengolahan biji
kakao. Limbah pulpa yang tidak segera ditangani akan difermentasi oleh mikroba
sehingga menimbulkan aroma asam dan tidak sedap bagi lingkungan di
sekitarnya.
2.1.4 Guano
Sumber hewan lainnya yang kini mulai dirambah oleh para peternak
adalah guano yang terbuat dari kotoran walet. Maraknya peternakan walet yang
sangat menjanjikan itu, meningkatkan jumlah kotoran walet yang sangat potensial
diolah kembali menjadi pupuk yang bernilai ekonomi cukup tinggi.
Untuk proses pembentukannya, secara alami pupuk guano ini terjadi dengan
siklus sebagai berikut:
Kandungan mineral dari pupuk tersebut adalah unsur utama seperti nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur dengan jumlah yang bervariasi.
Kandungan NPK pupuk dapat berubah tergantung sumber kotoran hewan yang
digunakan, jenis makanan sehari-hari si hewan, dan penambahan unsur saat proses
pembuatan di pabrik.
4. Sangat baik jika digunakan pada pertumbuhan rumput dengan dosis dan
prosedur pemupukan yang tepat.
5. Mengontrol nematoda merugikan yang ada di dalam tanah.
6. Baik sebagai aktifator dalam pembuatan kompos.
7. Mempunyai daya kapasitas tukar kation (KTK) yang baik sehingga
tanaman mudah menyerap unsur yang bermanfaat dalam pupuk.
8. Menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan
proses fotosintesis pada tanaman
9. Kaya akan unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N). Oleh karena itu jenis
pupuk ini lebih dikenal sebagai pupuk organik fosfor.
10. Rendah kandungan mercury dan zat berbahaya lain.
11. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik yang berada di dalam
atau di luar ruangan.
12. Produk pupuk yang ramah lingkungan.
Setiap pupuk sebaiknya digunakan pada waktu yang tepat. Guano sebaiknya
digunakan pada saat menjelang masa panen, menjelang pembungaan dan
pembentukan buah. Kandungan mineral pada pupuk ini akan meningkatkan
kualitas hasil yang diinginkan.
Penggunaan pupuk guano ini relatif sama dengan penggunaan pupuk organik
lainnya. Pemberian dengan dosis yang cukup rendah, yaitu berkisar 2-3 sendok
makan per tanaman dapat dilakukan sebulan sekali. Atau untuk lebih
optimumnya, lihat dan lakukan sesuai dengan dosis dan cara yang tertera pada
label produk.
Dari penjelasan di atas, makin terlihat bahwa semakin banyak potensi natural
dari lingkungan sekitar yang perlu pengkajian lebih lanjut agar potensi yang ada
dapat dimanfaatkan dengan baik. Kembali ke alam dan ramah lingkungan
11
merupakan awal kita untuk menjaga bumi menjadi lebih baik di masa yang akan
dating. (Blog_Idea_Online_Guano-Kotoran-Burung-yang-Menyuburkan.htm
2.1.5 Promi
Saat ini petani cenderung memilih menggunakan pupuk kimia daripada
menggunakan pupuk organik. Akibatnya kandungan bahan organik tanah
berkurang, kesuburan tanah menurun, hasil panen terus menurun. Salah satu cara
untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah seperti semula adalah dengan
menambahkan kompos ke tanah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk
kimia(http://upload.ugm.ac.id/download2.php?a=231kompos_jerami)
berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic,
seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik
industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan di lakukan mulai dari benih di kecambahkan yang meliputi
penyiraman dan penyiangan. Penyiraman di lakukan jika media terlihat kering,
kurang lebih tiap hari di lakukan penyiraman untuk menghindari kekeringan dan
kekurangan air.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah bibit berumur ± 1 bulan dan telah di beri
perlakuan. Pemberian pupuk organic dilkukan dalam 2 minggu sekali dengan
dosis 2 gr yang telah di tentukan, dengan pengamatan 2 minggu sekali. Teknis
pemberian pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman di dalam polybag. Dengan
membuat parit kecil untuk membenamkan pupuk tersebut.
Parameter pengamatan yang di gunakan :
Yij = µ + α i + ß j + α I ß j + € ijk
Dimana,
Yij= Nilai pengamatan perlakuan ke – i ulangan j
µ = Rata–rata umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
17
Setelah dianalisa dengan sidik ragam (Anova), maka selanjutnya data hasil
penelitian akan dianalisa dengan uji BNT 5%, dengan rumus :
BNT5% = tα, dbG x 2.KTG
n
18
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jember
Wanti-smanda,Blog.http://coklat-chocolate.blogspot.com/2008/03/kulit-buah-
kakaopulp-buah.html diakses pasa tanggal 24 september 2009
http://upload.ugm.ac.id/download2.php?a=231kompos_jerami2.pdf&b diakses
pada tanggal 14 september 2009