Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

Bab 1 pendahuluan

Beras yang disimpan di dalam gudang

tradisional maupun gudang modern sering

mendapat gangguan dari serangga hama.

Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan dan kehilangan berat bahan. Besarnya

kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara


serangga hama menyerang atau merusak. Produk

pascapanen merupakan bagian tanaman yang

dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk

memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi

petani maupun konsumen (Wagianto, 2008).

Hama biasanya melubangi gabah dan

memakan beras yang berada di dalamnya. Apabila

gabah tersebut digiling maka beras yang dihasilkan

akan pecah-pecah dan mengalami susut yang

relatif besar. Akibat dari serangan hama pasca

panen tersebut beras atau gabah akan menjadi

berlubang kecil-kecil, karena beras atau gabah


tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif

lama maka beras atau gabah tersebut menjadi

butiran, pecah dan remuk bagaikan tepung

(Harahap, 2003).

Menurut FAO (1974) dalam Manueke

(1993) Kerusakan pada bahan pascapanen atau

bahan simpanan sangat berarti dan mempunyai

nilai penting dalam arti ekonomi karena: (1) bahan

tersebut siap dikonsumsi, (2) menghabiskan biaya

yang cukup banyak yaitu mulai dari pembenihan,

pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan

panen. Jadi, kerusakan yang sedikit pada bahan

pascapanen sudah merupakan kerugian yang


besar dibandingkan dengan serangan organisme

pengganggu pada tanaman dipertanaman. Selain

itu akibat lain dari adanya infestasi yang

mengakibatkan terjadinya perubahan pada bahan

pascapanen seperti perubahan warna dan rasa

serta bau yang tidak enak atau terkontaminasi

dengan penyakit yang terbawa oleh organisme

tersebut.

Serangga yang paling banyak anggota- anggotanya sebagai hama pascapanen adalah dari

ordo Coleoptera, ordo Lepidoptera, ordo

Hymenoptera, dan ordo Hemiptera. Dari keempat

ordo serangga tersebut Ordo Coleoptera adalah


kelompok serangga yang terbanyak memiliki

anggota-anggotanya sebagai hama pascapanen

(Pranata,1982; Munro, 1986).

Menurut Pranata (1982), beberapa hama

penting yang merusak komoditi beras di Indonesia

antara lain, Sitophilus oryzae (Coleoptera;

Curculionidae), Rhizopertha dominica (Coleoptera;

Bostrychidae), Tribolium castaneum (Coleoptera;

Tenebrionidae), Cryptolestes ferrugineus

(Coleoptera; Cucujidae), Tenebroides mauritanicus

(Coleoptera; Trogosstidae), dan Corcyra

cephalonica (Lepidoptera; Pyralidae).


Bab 2

Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi
hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada
sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm,
sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika
bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa.

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir.
Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya
dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya
adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas
akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva
akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama
± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya
siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis
produk yang diserang (Naynienay, 2008).

Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta,
Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim,
2008 ).Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat,
bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae)
bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek,
kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil,
tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang
menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan
hama ini yang bercampur dengan air liur hama.

Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan semut
hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan
dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat
penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.

Sitophilus sp

Tribolium sp
Tribolium sp merupakan hama gudang yang paling banyak ditemukan digudang. Hama ini memiliki
jelajah yang luas karena dapat terbang dan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dari yang lain. Hama
ini biasanya keluar dan aktif setelah jam 3 sore. Lingkungan yang cocok untuk berkembang biak pada
suhu 35’C. Komoditas yang biasa diserang yaitu beras, tepung dari biji-bijian, kopra dan kacang tanah.
Hama betina dewasa bisa bertelur sebanyak 500 telur dan umur Tribolium sp bisa berumur satu tahun.

Rhyzopertha Dominica

Secara kasat mata, bentuk dari Rhyzopertha Dominica sama persis dengan Tribolium sp. Waktu yang
diperlukan hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 25 hari. Larvanya terdapat dalam butiran. Hama
betina dewasa bisa bertelur sebanyak 300-500 telur. Kondisi yang cocok hama ini yaitu 34’C.

Oryzaephilus sp

Dibaca dari namanya hama ini jelas menyerang padi-padian dan beras. Suhu ideal untuk berkembangnya
hama ini yaitu sekitar 30-33’C. dalam berkembang biak, serangga betina dewasa mampu menghasilkan
300 terul dalam satu kali bertelur. Umur hama ini juga sangat panjang yaitu mencapai tiga tahun. Hama
ini menyerang beras, padi-padian, kopra dan buah-buahan.

Psocids (Gurem)

Hama ini dikenal dengan nama gurem. Serangga yang sangat kecil dan menyenangi daerah yang lembab.
Bentuk tubuh kecil berwarna putih kekuningan. Waktu yang dibutuhkan dari telur sampai dewasa adalah
15 hari. Serangga ini biasanya memakan jasad serangga lain yang mati dan bangkai tanaman. Hama ini
menjadi indicator pada gudang yang memiliki kelembaban tinggi dan kotor. Mungkin sebagian
masyarakat Indonesia tidak asing dengan hama beras ini. Sitophilus sp adalah hama beras yang paling
banyak ditemui pada beras. Hama ini biasanya ditemukan pada beras yang disimpan di rumah dan lama
tidak digunakan. Hama beras ini bisa timbul pada beras yang disimpan karena larva dari hama ini telah
terdapat dalam butir beras dan kemudian tumbuh dewasa sehingga dalam tempat penyimpanan
apapun, hama ini bisa ditemukan. Jenis komoditas yang diserang yaitu beras, gabah, jagung kering dan
gandum. Kondisi yang cocok hama ini berkembang biak yaitu 30’C.

Tribolium sp

Tribolium sp merupakan hama gudang yang paling banyak ditemukan digudang. Hama ini memiliki
jelajah yang luas karena dapat terbang dan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dari yang lain. Hama
ini biasanya keluar dan aktif setelah jam 3 sore. Lingkungan yang cocok untuk berkembang biak pada
suhu 35’C. Komoditas yang biasa diserang yaitu beras, tepung dari biji-bijian, kopra dan kacang tanah.
Hama betina dewasa bisa bertelur sebanyak 500 telur dan umur Tribolium sp bisa berumur satu tahun.

Rhyzopertha Dominica

Secara kasat mata, bentuk dari Rhyzopertha Dominica sama persis dengan Tribolium sp. Waktu yang
diperlukan hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 25 hari. Larvanya terdapat dalam butiran. Hama
betina dewasa bisa bertelur sebanyak 300-500 telur. Kondisi yang cocok hama ini yaitu 34’C.
Oryzaephilus sp

Dibaca dari namanya hama ini jelas menyerang padi-padian dan beras. Suhu ideal untuk berkembangnya
hama ini yaitu sekitar 30-33’C. dalam berkembang biak, serangga betina dewasa mampu menghasilkan
300 terul dalam satu kali bertelur. Umur hama ini juga sangat panjang yaitu mencapai tiga tahun. Hama
ini menyerang beras, padi-padian, kopra dan buah-buahan.

Psocids (Gurem)

Hama ini dikenal dengan nama gurem. Serangga yang sangat kecil dan menyenangi daerah yang lembab.
Bentuk tubuh kecil berwarna putih kekuningan. Waktu yang dibutuhkan dari telur sampai dewasa adalah
15 hari. Serangga ini biasanya memakan jasad serangga lain yang mati dan bangkai tanaman. Hama ini
menjadi indicator pada gudang yang memiliki kelembaban tinggi dan kotor.

Bab 3 penutup

4.1 Kesimpulan

Sebagian besar hama gudang merupakan ordo coleopteran (serangga). hama pasca panen merupakan
salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang
disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat
merugikan. Sedangkan cara untuk mengatasinya dapat melalui cara kimia, biologi, dan mekanik. Selain
itu Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil panen.
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera.

2. Pada umumnya morfologi Hama Kumbang terdiri dari Caput, Antena, Alat mulut, Mata mejemuk,
Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen dan Sayap.

3. Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan serta fumigasi terhadap
bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.

Dapus

Banks, H.J. 1979. Identification of Stored Product

Cryptolestes spp (Col: Cucujidae); A Rapid

Techique for Preparation of Suitale Mount.


Journal of the Australian Entomology

Society, Vol. 18.

Brower, J. 2003. Stored Product Management. Oklahoma Cooperative Extension Service

Division of Agricultural Sciences and

Natural Resources Oklahoma State

University. www.okstate.edu/ag/aged

cm4h/pearl/ e912/ch13/ch13f29

Buntin, G. D., S. P. Keith., M.J. Weiss, and James

A. Webster, 2003. Handbook of Small

Grain Insects. photographs, Maps, and

Identification Keys. Entomological Society

of America and APS PRESS


Ebeling, W. 2002. Pests Of Stored Food Products.

Urban Entomology. Chapter 7.

www.entomology.ucr.edu/ebeling/ebeling7

Haines, C.P. 1991. Insect and Arachinids of

Tropical Stored Product Their Biology and

Identification. Natural Resource Institute,

Central Avenue, Chatam Maritime, Kent

Mey 4 TB, United Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai