Anda di halaman 1dari 3

Dewasa berwarna merah kecokelatan dengan panjang tubuh berkisar 3 4 mm.

Dapat terbang pada kondisi tertentu.


Larva lebih menyukai memakan embrio biji.
Tidak begitu menyukai cahaya secara langsung.
Selain merusak biji dengan memakannya serta berkembangbiak pada produk, juga meninggalkan
kotoran, bangkai, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga dapat mengkontaminasi
biji/produk tepung sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas produk.

Lebih menyukai tempattempat yang hangat dan lembab, sehingga sering ditemukan di daerah
tropis seperti Indonesia.

Sering ditemukan pada produk beras, jagung, gaplek, dan produk berupa tepung atau biji-bijian
yang telah diproses.

Sering pula ditemukan pada area proses produksi terutama pada produk makanan atau produk
tepung, pada area yang dekat dengan sumber makanan, pada tumpukan pallet, celahan atau
retakan pada lantai dan dinding, serta pada celahan di dalam container.
1/3

Tribolium sp adalah hama External Feeders dan Scavengers dimana menyerang produk yang
telah rusak oleh jenis hama lain seperti Rice Weevil atau Lesser Grain Borrer.

Dengan tubuh yang kecil dan pipih memungkinkan untuk dapat hidup pada bermacam-macam
model kemasan terutama yang banyak mempunyai lipatan.

Siklus hidup dari telur hingga dewasa minimum 20 hari dalam kondisi optimum 35C. Setiap
betina dapat menghasilkan telur mencapai 450 butir dengan 2 10 butir per hari dan
membutuhkan waktu 30 hari untuk menjadi dewasa.

Larva berwarna putih kekuningan dan berukuran 0,75 mm.


Dewasa berwarna merah kecokelatan dengan panjang tubuh berkisar 3 4 mm.
Dewasa dapat hidup selama 18 bulan bahkan ratarata sampai 2 tahun.

Siklus Hidup Tribolium sp

2/3

1. Secara Non Kimiawi


Cleaning dan Sanitasi dengan baik dan teratur merupakan kunci dari pengendalian.
Membersihkan ceceran produk/bahan makanan dengan menggunakan Vacum terutama pada
celah/retakan, dan membersihkan peralatan tersebut setelah digunakan.

Sampah makanan dan sampah dari proses produksi dimasukkan dalam kantong plastik yang
tertutup rapat.

Menutup pintu dengan rapat dan menutup celah-celah yang dapat dilalui oleh hama.
Menutup celah/retakan pada lantai dan dinding agar tidak digunakan sebagai sarang oleh
hama.

Manajemen penyimpanan produk/bahan makanan yang baik (First In First Out).


Menggunakan suhu panas dan dingin untuk mengendalikan Larva dan Telur yang
kemungkinan ada pada produk/bahan makanan.

Menaikkan suhu panas pada oven sekitar 120 - 140F selama 20 menit.
Inspeksi secara mendetail terhadap barang yang akan masuk ke dalam area gudang atau
proses produksi.

Inspeksi kondisi kendaraan transporter atau media pembawa terhadap kemungkinan


keberadaan hama pada saat akan melakukan pengiriman.

2. Secara Kimiawi
Menggunakan Pheromone Trap dengan semacam penarik (attractant) yang mengandung
hormon seksual.

Space Treatment menggunakan pestisida kontak non residual pada area yang terinfestasi
menggunakan Ultra Low Volume (ULV).

Crack & Crevice Treatment pada celah/retakan kemudian menutupnya dengan rapat (sealing).
Residual Spraying pada permukaan area dengan pestisida residual.
Admixture, yaitu pencampuran secara langsung pestisida dengan produk.
Fumigasi, jika ditemukan dalam jumlah yang banyak dengan infestasi hama yang besar.
3/3

Anda mungkin juga menyukai