Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN EKOLOGI SERANGGA

“PENGGUNAAN PERANGKAP KUNING DAN IDENTIFIKASI SERANGGA YANG


TERTANGKAP “

DI SUSUN OLEH:
BARIQ MUHAMMAD YOTA PUTRA
D1A021196

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ir. Wilyus, M.Si.
Dwi Ristyadi, S.P., M.Sc.Ag., Ph.D.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya kepada saya, sehingga pada kesempatan ini saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum dengan baik. Laporan praktikum ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah EKOLOGI SERANGGA, saya menyadari
bahwa penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dosen
kita, dan teman-teman sekelompok atau pun teman-teman sekelas kita yang sudah mau
bekerja sama dalam praktikum ini.
Laporan praktikum ini berisi, tentang penggunaan perangkap kuning untuk
menangkap serangga di lahan fakultas pertanian Universitas jambi. Saya berharap laporan ini
dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi bagi pembaca yang membutuhkan. Saya
juga terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Demikianlah kata pengantar ini saya sampaikan, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan laporan ini, dan sekian Terima kasih.

Jambi, 5 Desember 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di sisi lain, dalam mengendalikan hama petani sayuran selalu menggunaan pestisida
sintetik yang berlebihan baik frekuensi aplikasi maupun dosis pada sayuran segar dalam
mengendalikan permasalahan hama, dinilai lebih banyak menimbulkan efek negatif di
kalangan produsen maupun konsumen. Efek negatif ini dapat berupa kontaminasi pada bahan
pangan dan pencemaran lingkungan baik tanah, air dan udara , disamping timbulnya
resistensi hama terhadap pestisida, matinya serangga bukan sasaran dan tingginya residu
pestisida. Pengendalian hama terpadu (PHT) sebagai suatu konsep untuk mengendalikan
hama merupakan salah satu solusi untuk menghindari dampak negatif intensifikasi dalam
pertanian. Diantara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian
secara fisik dengan menggunakan perangkap kuning berperekat merupakan alternatif
pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Hal ini erat kaitannya dengan
kelangsungan ekologi maupun habitat tanaman tersebut. Meskipun dampaknya dirasakan
dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem
(Julinatono, 2009).
Perangkap merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menangkap serangga yang
berisi umpan yang digunakan untuk menarik hama agar masuk ke dalam perangkap.
Pengendalian hama dengan cara pengendalian ramah lingkungan dapat dilakukan dengan cara
fisik maupun mekanis, salah satu cara pengendalian hama ramah lingkungan secara fisik
adalah penggunaan perangkap warna untuk menarik serangga dengan warna-warna yang
disukai serangga, biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam mengamati serangga di pertanaman adalah
mengumpulkan semua jenis serangga dan mengidentifikasi serangga hama dan bukan hama,
dari kegiatan ini akan diketahui berbagai jenis hama yang dapat mengakibatkan kerusakan
bagi pertanaman yang sedang diusahakan, sehingga dapat ditetapkan tindakan
pengendaliannya (Suheriyanto, 2002).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah, untuk mengetahui teknik pembuatan
perangkap kuning serangga, dan untuk mengidentifikasi serangga yang di dapatkan dari
perangkap kuning serangga tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perangkap Kuning
Pengendalian hama terpadu adalah pengelolaan yang mengurangi penggunaan pestisida
sintetik pada tanaman. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diterapkan secara fisik, mekanis,
rotasi tanaman dan pergiliran tanaman lebih ramah lingkungan. Salah satu pengendalian
hama terpadu di perkebunan adalah penggunaan perangkap likat kuning (yellow sticky trap).
Serangga pengganggu tanaman biasanya tertarik pada cahaya, warna, aroma makanan atau
bau tertentu, dimana warna yang disukai serangga biasanya warna kontras, misalnya kuning
cerah. Inilah dasar pembuatan perangkap lengket berwarna kuning dari plastik, botol atau
kertas yang dilapisi lem agar hama tidak beterbangan dan mati. Warna kuning bisa berasal
dari cat kuning atau bahan kuning lainnya.
Perangkap kuning atau yellow trap merupakan perangkap untuk pengendalian yang
dirancang dengan warna kuning yang berguna untuk manarik serangga karena telah diolesi
dengan lem. Penggunaan perangkap ini dapat membantu mempermudah dalam pengendalian
selain itu tidak membutuhkan biaya yang mahal. Pemasangan perangkap kuning dilakukan
setelah tanaman berumur 45 hari setelah tanam (hst) dan sudah memiliki buah (Karo dkk.,
2014).
Penggunaan perangkap kuning ini dapat menjerat serangga yang mempunyai
kecenderungan terbang keatas atau kesamping terutama menuju ke arah yang terang. Salah
satu teknik menjerat serangga yang telah banyak digunakan adalah dengan menggunakan
atraktan atau zat penarik sehingga menyebabkan serangga dapat tertarik dalam
perangkap. Aplikasi perangkap massal feromon sintetis telah terbukti efektif untuk
mengendalikan P. operculella, namun, beberapa faktor harus dioptimalkan untuk
meningkatkan efisiensinya (Hashemi, 2015).
2.2 Kegunaan Perangkap Kuning
Perangkap kuning digunakan untuk pemantauan serangga di pertanaman penting untuk
menentukan upaya preventif pengendalian hama. Ketertarikan serangga umumnya pada
perangkap kuning karena warna tersebut menyerupai bunga dan serangga sangat
menyukainya. Hakim (2016) mengatakan bahwa ketertarikan serangga terhadap warna
disebabkan pemantulan cahaya kesegala arah dan banyak serangga pemakan tumbuhan
menanggapi positif pola pantulan cahaya dari tanaman inang, dan tanggapan ini bisa sangat
spesifik.
Menurut Marikum dkk, (2014) Perangkap warna yang memiliki daya tarik efektif
mengendalikan lalat buah adalah perangkap berwarna kuning, karena dapat menangkap
banyak lalat buah, yaitu 24 lalat buah /perangkap/5 hari. Keefektifan perangkap kuning ini
tergantung pada penempatan pada setiap tanaman yang akan dipasangi alat tersebut pada
satuan luas tertentu. Namun, Krcmar (2014) mengemukakan bahwa perangkap modifikasi
hitam adalah yang paling berhasil dan mengumpulkan 20% dari semua lalat tabanida yang
dikumpulkan, sedangkan perangkap kuning paling tidak efektif dengan 1%.
2.3 Macam-macam warna perangkap serangga
Perangkap serangga memiliki bermacam-macam warna yang masing-masing
memiliki keefektifan tersendiri dalam menangkap serangga sasaran. Thongjua et al, (2015)
mengatakan bahwa desain eksperimen menggunakan RCBD dengan 7 metode (trap warna)
adalah:
1. kuning
2. ungu
3. putih
4. Hijau
5. hitam.
6. Biru
7. Oranye
Untuk menentukan dan menghitung jumlah thrips dan serangga lainnya dari perangkap
warna setiap 2 minggu (14 hari) sebanyak 4 kali. Umumnya serangga tertarik pada warna
hijau, kuning, dan merah. Warna tersebut menyerupai bagian-bagian tanaman sehingga
serangga dengan sangat mudah mendekati perangkap.
2.4 Jenis-jenis perangkap:
1. Perangkap kuning
Jebakan ini didasari sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Musababnya
warna itu mirip warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna. Permukaannya dilumuri
lem sehingga serangga yang hinggap bakal lengket sampai ajal menjemputnya. Perangkap
kuning ampuh memikat hama golongan aphid, kutu, dan tungau. Itu juga dijadikan indikator
populasi hama di sekitarnya.
Saat jumlah hama yang tertangkap perangkap melebihi ambang yang ditentukan, misalnya 50
individu kutu putih/hari, maka saat itu perlu dilakukan penanggulangan serius dengan
pestisida kimia maupun biologis. Umumnya perangkap berbentuk lembaran triplek, fiber,
atau karton tebal berukuran 15x 15 cm2 dan dilumuri vaselin, oli, atau minyak jelantah
dengan kepadatan 60—100 perangkap/ha.
2. Lampu
Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan di suatu tempat sebagai panduan utama.
Mereka akan terbang mendekat begitu melihat cahaya,baik berasal dari lampu maupun nyala
api. Di tempat terang itu mereka bertemu lawan jenis lalu kawin untuk meneruskan
generasinya. Sebelum ada penerangan buatan manusia, cahaya terang itu hanya berasal dari
bulan. Saat terang bulan, serangga keluar dan beramai-ramai kawin. Hasilnya, populasi
serangga meningkat ketika bulan memasuki bulan mati, yaitu periode 5—10 hari sesudah
purnama.
Hama dari golongan serangga di kebun pun mempunyai sifat yang sama. Makanya pekebun
membuat perangkap lampu. Serangga bakal terbang mengitarinya sampai akhirnya jatuh atau
masuk jebakan berupa air atau lem yang diletakkan di bawah lampu. Perangkap ini bisa
mengendalikan hama dari golongan aphid, kupu, ngengat, atau kumbang. Sebanyak 10—20
perangkap/ha diletakkan 25—40 cm lebih tinggi daripada tanaman.
3. Feromon
Jebakan itu dibuat dengan memanfaatkan kebutuhan komunikasi serangga pengganggu
tanaman. Komunikasi itu dilakukan dengan hormon bernama feromon. Itu berguna untuk
menunjukkan adanya makanan, memikat pejantan, menandai jejak, membatasi wilayah
teritorial, atau memisahkan kelas pekerja, tentara, dan ratu. Yang sekarang banyak digunakan
adalah feromon untuk menarik pasangan.
Zat yang baunya mirip feromon betina—disebut bahan atraktan—dipasang pada perangkap
yang ditempatkan di kebun. Serangga jantan akan tertarik dan masuk ke perangkap yang
sudah diberi air atau lem. Makhluk sial yang tertipu itu pun menemui ajalnya. Sejak 2 tahun
terakhir perangkap itu populer digunakan untuk memerangi lalat buah yang menjadi momok
di perkebunan buah-buahan skala sedang sampai luas. Atraktan yang paling banyak dipakai
adalah metil eugenol. Lahan 1 ha cukup dipasangi 8—10 perangkap lantaran aroma tajamnya
bisa tercium dari jarak cukup jauh.
BAB III
METODE PRALTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan hari Kamis 16 November sampai 17 November ini waktu
pemasangan dan pengamatannya sama pada jam 7:30 di lab penyakit lama atau sebelah
kantor pak fuad, di depan green house lahan praktikum terong, dan terkahir di lahan
praktikum mahasiswa di lahan iht kelas C
3.2 Alat dan Bahan
1. cangkul kecil
2. parang pendek
3. palu dan paku 1setengan inci
4. botol atau gelas pop Ice 10
5. detergen bubuk atau rinso saset 5 saset
6. pisau atau gunting
7. plastik penanda atau map plastik yg biasa di pakai untuk penanda praktikum
3.3 Cara Kerja
1. cari batang kayu dengan tinggi yang sama dengan botol minum mineral biasa
2. lalu potong plastik map berwarna kuning sebesar kertas a4 tapi di bagi 2 lalu di
satukan ke bagian atas kayu yang sudah di potong dan di buat untuk menutupi
perangkap kuning ini
3. lalu lancip kan atau pipihkan bagian ujung batang kayu agar bisa di tancapkan di
tanah setelah itu gali lubang sebesar gelas pop Ice yg sudah ada
4. dan masukan gelas pop Ice ke dalam tanah, selanjutnya nya larutkan deterjen bubuk
5. selanjutnya nya larutkan deterjen bubuk , dan masukan ke dalam gelas yang sudah
berada di dalam tanah dan masukan hanya 1/4 saja
6. lalu siapkan 9 tutupan perangkap serangga warna kuning dan setelah itu di letakan di
9 tempat yg berbeda
7. tempat pertama ada di lab serangga yang lama atau di dekat kantor pak fuad, lokasi
kedua di lahan praktikum terong di depan green House, dan terakhir di lahan
praktikum mahasiswa di lahan iht kelas C
8. di setiap lahan ada 3 perangkap yg di pasang jadi satu lahan ada 3 perangkap nya
9. dan setelah itu tunggu selama 24 jam lalu setelah 24 jam di ambil kembali agar bisa di
identifikas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1a: semut hitam jumlah populasi 7
1b: semut semai jumlah populasi 5
1c: semut semai jumlah populasi 1 , jangkrik jumlah populasi 1
2a: semut hitam jumlah populasi 3
2b: semut semai jumlah populasi 6, semut hitam jumlah populasi 1
2c: -
3a: laba-laba jumlah populasi 1
3b: semut hitam jumlah populasi 1 semut semai jumlah populasi 3
3c: semut hitam jumlah populasi 1, laba-laba jumlah populasi 1
Note : semut hitam (diniponera sp), semut semai (Paederus littoralis), jangkrik (gryllus sp),
laba-laba (pardosa sp)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum kami mendapat hasil pengamatan yaitu diketahui bahwa pada
perangkap kuning yang di buat terdapat beberapa hama yang tertangkap. Hama tersebut
didominasi oleh semut hitam (diniponera sp) dan semut semai (Paederus littoralis) yang
terdapat hampir di sebagian besar perangkap. Selain itu terdapat beberapa hama dalam
jumlah yang kecil yang antara lain jangkrik (gryllus sp), laba-laba (pardosa sp). Menurut
Sinubulan et., al. (2013), ketinggian perangkap dapat mempengaruhi jumlah hama yang
terperangkap. Ketinggian pemasangan perangkap berpengaruh nyata terhadap efektifitas
penangkapan hama. Semakin menjauhi kanopi maka semakin sedikit hama yang
terperangkap. Begitu pula sebaliknya, semakin mendekati kanopi maka semakin efisien
penangkapan hama. Selain faktor di atas ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam pemasangan perangkap warna yakni pemilihan warna itu sendiri.
Sihombing et.,al. (2013) berpendapat bahwa serangga dapat membedakan warna-warna
karena adanya perbedaan selsel retina pada serangga, kisaran panjang gelombang yang dapat
diterima serangga adalah sekitar 2540 – 6000 nm. Perangkap dengan warna kuning lebih
kontras dan mengkilap, sehingga serangga lebih mudah tertarik dibandingkan dengan jenis
perangkap warna lainnya. Hal tersebut karena warna kuning memiliki panjang gelombang
610 nm, warna hijau memiliki panjang gelombang 510 nm dan warna biru memiliki panjang
gelombang 460 nm.
Penggunaan perangkap kuning berperekat akan memerangkap serangga yang menyukai
atau tertarik dengan warna kuning. Pada tanaman sayuran, biasanya hama yang banyak
menyerang adalah hama daun yang lebih menyukai daun yang masih muda. Hama daun kalau
melihat warna kuning seperti melihat kumpulan daun-daun muda. Warna kuning juga bagi
serangga menandakan buah-buahan itu telah masak.Oleh karena itu warna kuning menarik
serangga untuk hinggap paling banyak. Salah satu cara pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan metode jebakan (trapping) yaitu dengan menggunakan yellow
trap. Yellow trap merupakan suatu jebakan berwarna kuning yang dapat menarik serangga
untuk datang kemudian serangga tersebut akan terjebak pada permukaan trap yang telah
dilumuri minyak atau lem dan vaselin. Lu et al., (2012) mengemukakan bahwa perangkap
kuning (yellow trap) ini merupakan metode umum yang digunakan untuk memantau populasi
suatu serangga namun belum cukup banyak digunakan sebagai alternatif pengendalian.
Mas’ud (2011) mengatakan bahwa serangga menggunakan sejumlah isyarat visual (visual
cues) untuk menemukan inang yang berupa sayuran ataupun buah. Kesesuaian isyarat akan
menyebabkan serangga lebih tertarik untuk menemukan inangnya.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perangkap warna (color trap) merupakan suatu
stimulus visual yang dapat memberikan tanggapan tertentu pada serangga.Serangga lebih
banyak terperangkap pada perangkap warna yang diberi warna kuning dibandingkan warna
merah ataupun biru.Pemasangan perangkap kuning juga berpengaruh karena apabila
diletakkan pada tempat yang biasanya jarang dilewati hama, maka perangkap kuning dapat
disia-sia dibuat sehingga perangkap kuning diletakkan pada tempat yang biaanya didatangi
hama seperti di pohon dekat buahnya atau tidak lebih tinggi dari pohon atau
tanaman. Pengendalian dengan perangkap warna cukup efektif pada beberapa jenis hama atau
penyakit (Abuagla dan Al-Deeb 2011). Perangkap kuning dapat dikatakan sebagai umpan
untuk menjebak hama harena warna kuning yang banyak disukai hama (Delpoux and Deugie,
2015).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesmpulan
1. Perangkap kuning atau yellow trap merupakan perangkap untuk pengendalian yang
dirancang dengan warna kuning yang berguna untuk manarik serangga karena telah
diolesi dengan lem
2. Berdasarkan hasil praktikum yang tekah dilakukan dapat disimpulkan berhasil karena
sebagin besar telah terlihat adanya serangga yang terperangkap meskipun jenis dan
jumlahnya berbeda serangga tersebut didominasi oleh semut hitam (diniponera sp)
dan semut semai (Paederus littoralis) yang terdapat hampir di sebagian besar
perangkap.
3. Dari praktikum ini dapat di simpulkan bahwa perangkap kuning ini efektif untuk
perangkap serangga karena banyak hama yang terperangkap tetapi musuh alami juga
ikut terperangkap dalam perangkap ini
4. faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemasangan perangkap warna
yakni pemilihan warna itu sendiri dan ketinggian tempat
DAFTAR PUSTAKA
Setiawati, W, Asandhi, AA, Uhan, TS, Marwoto, B, Soemantri, A & Hermawan 2002, Teknik
pengendalian OPT ramah lingkungan pada tanaman kentang dengan penekanan pada
kutukebul (Bemisia tabaci Genn.) dan Nematoda (Meloidogyne sp.)’, Laporan APBN
Tahun 2002, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Setiawati, W, Udiarto, BK & Soetiarso, TA 2007, ‘Selektivitas beberapa insektisida terhadap
hama kutukebul (Bemisia tabaci Genn) dan predator Menochilus sexmaculatus Fabr’, J.
Hort., vol. 17, no. 2, pp. 168-78.
Setiawati, W, Murtiningsih, R, Gunaeni, N & Rubiati, T 2008, Tumbuhan bahan pestisida
nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) Prima Tani Balitsa, Balitsa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hakim, L., Erdi, S., dan Abdul, M. 2016. Pengendalian Alternatif Hama Serangga Sayuran
dengan Menggunakan Perangkap Kertas. Agro. 3(2) : 21-33.
Hashemi, S. M. 2015. Influence of Pheromone Trap Color and Placement on Catch of Male
Potato Tuber Moth, Phthorimaea operculella. Ecologica Balkanica. 7(1) : 45-50.
Karo, C., Yuswani, P., dan Lisnawita. 2014. Pengaruh Bentuk dan Ketinggian Perangkap
Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) Pada
TanamanTomat (Solanum lypersicum mill.) di Dataran Rendah.
Online Agroekoteknologi. 3(1) : 32-34.
Anonim.2000. Teknik Operasional Pemasangan Perangkap Lalat Kuning. Available at
http://www.deptan.go.id/ditlin horti/buku/lamp 6htm
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F., 1996.Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi
Keenam. Penerjemah Soetiyono Partosoejono. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai