Disarikan dari Buku Dinamika Kelompok, Teori dan Keterampilan, David W. Johnson
dan Frank P. Johnson
Disusun oleh :
Nina Fajrika Puspita
16/407934/PMU/09125
i
A. Pendahuluan
Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan pendidikan. Disitulah letak pentingnya manusia sebagai makhluk
yang berpikir untuk terus belajar, baik itu belajar secara kelembagaan formal maupun
belajar dari pengalaman yang pernah dan akan dialami.
Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi
dengan menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informai atau materi pelajaran.
Lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan
pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi seseorang.
Pembelajaran melalui pengalaman termasuk menggambarkan pengalaman
seseorang untuk membangkitkan dan terus menerus memperbarui suatu teori tindakan
yang mengarahkan keefektifan tindakan seseorang. Suatu bentuk pembelajaran melalui
pengalaman adalah pembelajaran secara prosedural, yang termasuk pembelajaran
terkonsep mengenai apakah keterampilan itu dan kapan seharusnya dipakai, dan
kemudian melatih keterampilan itu untuk mengurangi kesalahan dalam pelaksanaannya
sampai mencapai tingkat penguasaan yang dapat berjalan dengan sendirinya.
Seorang penulis teori kognitif Rusia, L.S. Vygotsky (1962) mengatakan bahwa
belajar dari pengalaman adalah proses munculnya perkembangan manusia. Dalam
pembelajaran melalui pengalaman, seseorang bertanggungjawab terhadap suatu
pembelajaran, bukan guru atau instruktur. Meskipun pembelajaran melalui pengalaman
memancing dan memasukkan aktivitas-aktivitas, sangat penting untuk selalu diingat
bahwa pengalaman saja tidak cukup, dibutuhkan belajar berdasarkan penggabungan
antara pengalaman dan pemahaman tentang pengalaman.
Dalam bab ini akan dibahas hakikat teori tindakan, menggabungkan keahlian
dengan pembelajaran melalui pengalaman, pembelajaran berdasarkan pengalaman dan
motivasi, mempelajari keterampilan kelompok, permainan peran, belajar menjadi
seorang peserta pengamat, dan etika pembelajaran melalui pengalaman.
1
B. Hakikat Teori Tindakan
Ketika seseorang mempelajari pola perilaku yang secara efektif sesuai dengan
situasi yang ada, seseorang akan cenderung mengulanginya terus menerus sampai dapat
melakukan dengan sendirinya. Pola kebiasaan perilaku tersebut tergantung pada teori
tindakan. Teori tindakan adalah suatu teori dalam memahami tindakan apa saja yang
perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam suatu situasi. Setiap
teori selalu mengandung pola jika dan maka, tidak terkecuali teori tindakan. Teori
tindakan dalam suatu situasi, jika melakukan sesuatu maka akan muncul hal lain sebagai
akibat. Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan dan seseorang melakukannya secara
otomatis, teori tindakan menjadi tidak dapat diungkapkan. Ketika tindakan seseorang
menjadi tidak efektif, orang tersebut akan menjadi peduli terhadap teori tindakan dan
memperbaruinya. Misalnya: pada saat masih kecil diajari oleh orang tua dalam
berperilaku di lingkungan sosial, namun ketika dewasa mulai belajar bagaimana untuk
memperbarui teori tindakan.
Menurut Kurt Lewin, seseorang akan mencoba untuk mengantisipasi tindakan
yang akan menyebabkan orang tersebut menerima akibatnya, dan kemudian
menggambarkan pengalamannya untuk menentukan apakah teori tindakan yang
dilakukan sudah benar atau masih perlu diperbaiki. Seseorang mempunyai banyak teori
tindakan, belum tentu seseorang tersebut sadar terhadap teori tindakannya. Suatu
tindakan biasanya berdasarkan pengetahuan tak terucap, dimana pengetahuan tersebut
tidak dapat jelaskan dengan kata-kata. Karena sebagian besar teori tindakannya berjalan
secara otomatis, seseorang jarang menyadari antara teori tindakan dan akibat yang
ditimbulkannya.
2
Pengalaman merupakan kunci utama dalam membangun keterampilan kelompok yang
membuat lebih baik.
Pembelajaran melalui pengalaman dapat menghasilkan teori tindakan berdasarkan
pengalaman seseorang dan kemudian terus menerus memperbaruinya untuk
meningkatkan keefektifan. Tujuan dari pembelajaran melalui pengalaman adalah untuk
mengubah struktur pemikiran, memperbarui perilaku, dan menambah daftar
keterampilan perilaku orang yang mempelajarinya.
Proses dari pembelajaran melalui pengalaman dapat dirumuskan dalam empat
tahap. Tahap yang pertama dimulai dari bertindak berdasarkan teori tindakan yang
dilakukan sekarang. Kemudian menilai akibat tindakan yang dilakukan dengan
membuat gambaran atau feedback. Selanjutnya, membuat gambaran tentang keefektifan
tindakan dan menyusun ulang atau memperbaiki teori tindakan. Kemudian menerapkan
teori tindakan yang telah direvisi dengan melakukan serangkaian perilaku yang telah
diperbarui. Selanjutnya mengulangi proses perbaikan ini secara terus menerus sampai
menjadi ahli dalam melakukan keterampilan tersebut. Tahapan tersebut dapat
digambarkan sebagai berkut:
Tahapan tersebut dibuat berdasarkan sejumlah prinsip yang perlu diikuti dan
dipahami. Prinsip tersebut didasarkan pada teori Kurt Lewin, meliputi:
3
1. Prinsip 1: pembelajaran melalui pengalaman yang efektif mempengaruhi pola
pemikiran orang yang mempelajarinya (teori tindakan), sikap, nilai, anggapan,
dan pola perilaku.
2. Prinsip 2: orang lebih mempercayai pengetahuan yang ditemukan sendiri
daripada pengetahuan yang diberikan oleh orang lain.
Menurut Lewin, prosedur percobaan dimana seseorang menerima atau menolak
suatu teori penting diperkenalkan supaya seseorang dapat menguji sendiri pola
perilaku alternatif di bawah pengawasan. Pendekatan pembelajaran berdasarkan
keingintahuan dan penemuan dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk
belajar dan menentukan kesimpulan.
3. Prinsip 3: pembelajaran lebih efektif apabila berada dalam proses yang aktif,
bukan pasif.
Ketika seseorang mendapatkan sebuah teori, konsep, atau latihan, dia akan
memahami lebih menyeluruh, dan menggabungkan secara lebih efektif dengan
pembelajaran di masa lampau dan dapat bertahan lebih lama.
4. Prinsip 4: teori tindakan baru, sikap, dan pola perilaku tidak dapat diterima
dengan menggunakan pendekatan sepotong demi sepotong; keseluruhan sistem
pengaruh pola pemikiran perilaku seseorang harus berubah.
Teori, sikap, dan pola perilaku saling berhubungan, dan hal-hal tersebut harus
dilakukan semuanya bukan salah satunya saja. Sistem pengaruh pola pemikiran
perilaku menuntut hubungan kekonsistenan dan keteraturan. Pembelajaran baru
dapat diterima dan digabung jika sistemnya diubah.
5. Prinsip 5: diperlukan lebih dari sekedar informasi untuk mengubah teori
tindakan, sikap dan pola perilaku.
Dengan mengatakan kepada seseorang tentang kemauan atau keinginan untuk
berubah, tidak berarti orang tersebut akan berubah. Informasi hanya berperan
untuk membangkitkan ketertarikan seseorang mempelajari lebih tentang
keinginan untuk berubah.
6. Prinsip 6: dibutuhkan lebih dari pengalaman satu orang untuk mengesahkan
suatu pengetahuan.
7. Prinsip 7: perubahan perilaku hanya sementara saja kecuali teori tindakan dan
sikap yang mendasarinya diubah.
4
Keterampilan perilaku yang baru dapat dilatih dan dipelajari, tetapi jika tanpa
perubahan dalam teori tindakan, sikap, dan pola perilaku yang baru maka akan
hilang. Misalnya dalam kasus mengurangi berat badan, seseorang memulai
dengan mengurangi kalori dan berolah raga lima kali dalam sepekan. Tidak lama
kemudian asupan kalorinya meningkat dan olahraganya berkurang menjadi dua
kali dalam sepekan. Dapat disimpulkan bahwa pola baru bukan hanya perubahan
pada waktu yang singkat tapi harus diimbangi dengan kekonsistenan.
8. Prinsip 8: pandangan seseorang dan lingkungan sosial seseorang harus diubah
terlebih dahulu sebelum mengubah teori tindakan, sikap, dan perilaku.
9. Prinsip 9: lingkungan sosial yang lebih mendukung, menerima, dan peduli
membuat seseorang menjadi lebih bebas untuk melakukan percobaan dengan
perilaku baru, sikap, dan teori tindakan.
Situasi belajar seharusnya diatur sehingga orang yang belajar merasa nyaman di
lingkungan tersebut dan dapat mencoba perilaku dan sikap yang baru.
10. Prinsip 10: supaya perubahan dalam pola perilaku, sikap dan teori tindakan
dapat berubah secara permanen, orang dan lingkungan sosial harus berubah.
11. Prinsip 11: lebih mudah mengubah teori tindakan, sikap, dan perilaku suatu
kelompok daripada secara perorangan.
Keuntungan mempelajari keterampilan dan perilaku baru dalam kelompok
adalah bahwa anggota kelompok dapat memberikan semangat yang tidak
diperoleh dalam perorangan. Anggota kelompok dapat saling bergantung untuk
memberi dukungan dan membahas pengalaman mereka ketika melalui proses
bersama-sama.
12. Prinsip 12: seseorang mendapatkan sistem teori tindakan, sikap, dan pola
perilaku yang baru ketika berada dalam kelompok yang baru.
5
motivasi menjadi penting dan menekankan pada keberhasilan dan pencapaian yang
dirasakan seseorang dalam mempelajari keterampilan baru.
Pembelajaran melalui pengalaman memberikan kesempatan untuk mencapai
keberhasilan dengan membiarkan seseorang untuk memutuskan aspek apa saja dari
pengalaman yang ingin difokuskan, keterampilan apa saja yang ingin dikembangkan,
dan bagaimana membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman tersebut. Berbeda dengan
pendekatan pembelajaran tradisional, dimana seseorang pasif dan instruktur mengatur
bahan yang akan dibahas dan bagaimana menyampaikan bahan tersebut tanpa
melibatkan murid atau peserta.
Motivasi dalam pembelajaran melalui pengalaman dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu psikologis dan lingkungan. Faktor psikologi berupa dorongan pada diri seseorang
untuk bertanggung jawab terhadap perilaku yang dilakukan. Faktor lingkungan berupa
dukungan dan persetujuan dari kelompok, bahwa menggunakan pengaruh kelompok
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
kelompok.
6
Sebagian besar keterampilan kelompok melalui langkah-langkah berikut:
a. Kesadaran diri, canggung melaksanakan keterampilan tersebut.
b. Perasaan aneh melakukan keterampilan baru, setelah perasaan canggung
hilang maka akan membuat keterampilan menjadi lebih mudah. Namun,
banyak orang yang merasa keterampilan itu tidak dibutuhkan, sehingga
dorongan diperlukan untuk melewati tahap ini.
c. Terampil tetapi menggunakan keterampilan itu seperti mesin.
d. Otomatis, secara terus menerus digunakan dimana keterampilan telah
benar-benar menyatu dalam perilaku.
6. Selalu berpikir positif saat latihan bahwa akan mencapai kesuksesan
7. Meminta dukungan teman dalam menggunakan keterampilan
Semakin banyak dukungan yang di dapatkan, maka semakin mudah seseorang
meningkatkan keterampilan tersebut.
8. Membantu orang lain mempelajari keterampilan
Salah satu cara terbaik untuk mengukur keterampilan adalah mencoba
mengajarkan keterampilan tersebut kepada orang lain. Mengajarkan suatu
keterampilan kepada orang lain dapat membantu melihat sejauh mana
keterampilan yang dimiliki seseorang tersebut sehingga dapat meningkatkan
prestasinya.
F. Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah suatu alat pelatihan yang penting untuk
menguasai keterampilan-keterampilan baru. Permainan peran dapat meniru situasi
kehidupan yang sebenarnya, memungkinkan untuk mencoba cara baru menangani
situasi tanpa menerima akibat yang serius jika metode yang disusun gagal. Tujuan dari
role playing berfokus pada pola perilaku dan akibatnya dengan mengizinkan
anggotanya untuk mengalami situasi tersebut secara nyata, menilai perilaku yang efektif
dan tidak, mendalami perilaku, dan melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatasi situasi dengan cara yang membangun.
Permainan peran merupakan sesuatu yang imajiner dimana seseorang diminta
untuk mengambil peran tertentu dan bertindak mencari jalan keluarnya. Peserta
bertindak dan bereaksi sesuai dengan syarat-syarat yang diminta untuk diambil,
kepercayaan yang diminta untuk dipegang, dan karakter yang diminta untuk diperankan.
7
Semakin nyata permainan peran dan semakin efektif latihan yang dilakukan, maka
sesorang akan semakin merasakan dan semakin mempelajari bahwa emosi semakin
terlibat. Ketika seseorang ditunjuk menjadi fasilitator atau memimpin suatu permainan
peran, terdapat 3 hal penting yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Membantu peserta masuk ke dalam situasi dan perannya dengan mengenalkan
bahwa mereka harus memainkan emosinya.
2. Melakukan evaluasi ketika permainan peran ketika selesai, konflik, dan solusi.
3. Meyakinkan peran yang dimainkan oleh peserta setelah permainan peran
berakhir. Beberapa peserta mengalami masalah dalam mendalami peran
mereka dan beberapa peserta lainnya mengalami masalah untuk keluar dari
peran mereka.
8
Belajar menjadi seorang peserta pengamat dimulai dengan belajar bagaimana
mengamati proses kelompok yang digunakan untuk mencapai tujuan. Proses tersebut
termasuk tujuan kelompok, komunikasi, kepemimpinan, penggunaan kekuasaan,
pengambilan keputusan, dan penanganan konflik. Mengamati bertujuan untuk
menjelaskan dan mencatat perilaku yang muncul. Dari perilaku anggota kelompok,
seorang pengamat dapat menarik kesimpulan tentang proses kelompok, cara kelompok
tersebut berfungsi. Permasalahan yang mucul dalam mengamati adalah kemungkinan
berkurangnya sudut pandang secara objektif dari pengamat.
Solusi terhadap masalah kecenderungan ini adalah penggunaan sistem
pengkodean yang terstruktur, dimana pengamat perlu untuk menggolongkan perilaku
setiap anggota kelompok dalam kategiri yang objektif. Dengan melakukan hal ini,
paling tidak memastikan bahwa pengamat melihat kesamaan perilaku pada skala yang
sama. Biasanya diambil empat langkah dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah
tersebut meliputi:
1. Menyiapkan pengamatan dan perencanaan supaya pengamatan mendapatkan
hasil yang bermanfaat. Pada langkah ini, kelompok harus memutuskan
perilaku, tindakan, dan keterampilan yang akan diamati.
2. Pengamat memperhatikan dan mencatat seberapa sering setiap anggota
menunjukkan perilaku khusus
3. Menyumpulkan seberapa baik fungsi kelompok dalam aspek proses kelompok
berdasarkan pengamatan
4. Menyimpulkan pengamatan dan menyampaikannya kepada kelompok sebagai
feedback. Feedback dapat digunakan untuk memperbaiki proses kelompok.
Feedback merupakan informasi tentang prestasi seseorang yang dibandingkan
dengan kriteria prestasi ideal. Feedback dapat dijadikan diarahkan untuk suatu tindakan
yang membangun dan meningkatkan prestasi keterampilan kerja kelompok.
9
diperlukan tanggungjawab untuk tidak menghalangi ketertarikan dan kebutuhan
seseorang. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam melakukan standar-standar etika
dalam hubungan belajar mengajar adalah pengajar harus melakukan kode etik dan
menilai apa yang dilakukannya. Selama tindakan tersebut berdasarkan kepedulian, rasa
hormat, dan memperhatikan peserta, pelanggaran kode etik dapat di kurangi. Demikian
juga, seseorang yang memimpin kegiatan pembelajaran melalui pengalaman harus
mengembangkan kode etik dirinya sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan.
10