Anda di halaman 1dari 7

ILMU PEMULIAAN TERNAK

PENAKSIRAN HERITABILITAS

Oleh:

Nama : Mohammad Rafi Pratama


NIM : D1A019147
Kelas :C
Asisten : Dika Setiawan

LABORATORIUM PEMULIAAN TERNAK TERAPAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2020
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Hasil
I.2 Pembahasan
Mutu genetik ternak dapat diketahui dengan analisis terhadap potensi genetiknya
yang tercermin dari fenotipe melalui performan produksi. Hal ini ditegaskan lagi oleh
Darmawan(2012) yang menyatakan bahwa performan produksi ditentukan oleh faktor
genetik dan lingkungan, dimana faktor genetik ternak lebih sulit untuk dianalisis sehingga
perlu ditaksir berdasarkan performannya yang diukur secara kuantitatif. Pemeliharaan
ternak yang mempunyai nilai genetik tinggi disertai dengan manajemen yang baik
tentunyaakan memberikan hasil yang optimal baik dari segi produksi dan efisiensi usaha.
Heritabilitas menunjukkan sebesar besar ragam fenotipa menggambarkan
kemampuan genetik ternak, serta seberapa besar keunggulan tetua yang akan diwariskan
kepada keturunannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karnaen
(2010) yang menyatakan jika heritabilitas ialah istilah yang digunakan untuk menunjukan
keragaman total suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh keturunan. Ditambahkan oleh
Abdullah (2019) yang menyatakan bahwa jika nilai heritabilitas pada suatu populasi ternak
tinggi, maka seleksi individu akan efektif begitu pula sebaliknya bila nilai heritabilitas rendah.
Seleksi yang dimaksudkan ialah upaya yang dilakukan untuk menghindari kegagalan
reproduksi dengan menggunakan beberapa parameter genetik.
Pengetahuan nilai heritabilitas dalam program pemuliaan khususnya seleksi dapat
memprediksi kemajuan genetik berdasarkan respon seleksi. Jumlah populasi, tempat dan
metode penaksiran yang digunakan mempengaruhi nilai parameter genetik. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Gunawan(2016) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas dapat
beragam karena perbedaan jumlah dan jenis ternak, waktu dan lingkungan serta metode
pendugaan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tribudi(2019) yang
menyatakan bahwa perbedaan metode analisis juga dapat menyebabkan perbedaan nilai
heritabilitas yang diperoleh.
Heritabilitas rendah biasanya dipengaruhi faktor lingkungan. Faktor lingkungan tidak
mengandung faktor genetik dan hanya dipengaruhi oleh musim dan tahun kelahiran.
Menurut Noor (2010), sifat yang berhubungan dengan reproduksi memiliki nilai heritabilitas
lebih rendah dibandingkan sifat produksi. Nilai heritabilitas yang rendah mengakibatkan
respon seleksi yang diperoleh lebih rendah karena faktor lingkungan berperan sebagian besar
variasi dan menutupi komponen genetik. Rendahnya nilai heritabilitas pada sifat reproduksi
daripada sifat produksi mengindikasikan perlunya peningkatan mutu genetik ternak.
Heritabilitas sendiri tidak hanya berlaku populasi tertentu, waktu tertentu dan
metode perhitungan tertentu. Menurut Putra et al (2014) Keragaman lingkungan, metode
analisis dan jumlah sampel yang digunakan dan heritabilitas berubah menurut jenis ternak,
sifat, populasi, bangsa, waktu, dan daerah. Beberapa lingkungan dapat menyebabkan
ekspresi perbedaan genetik yang lebih besar yang memperbesar keragaman genetik dan
heritabilitas. Lingkungan yang baik dan tepat pastinya akan membuat genetik dan
heritabilitas lebih baik daripada lingkungan yang kurang tepat dan tidak sesuai. Perbedaan
waktu,populasi dan perhitungan menyebabkan perbedaan nilai heritabilitas itu sendiri
karena terjadi perubahan komposisi ternak dan ragam genetik yang terdapat di dalam
populasi.
Nilai heritabilitas berkisar antara 0,0 dan 1,0 (0 ≤ h2 ≤ 1), namun angka ekstrim ini
jarang diperoleh untuk sifat-sifat kuantitatif ternak. Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga
kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Nilai heritabilitas dikatakan kecil(rendah) bila nilainya
0,0 – 0,2; sedang 0,2 - 0,4 dan besar (tinggi) jika nilai lebih dari 0,4. Nilai heritabilitas yang
didapatkan pada praktikum hari ini ialah 0,30 yang artinya nilai heritabilitas pada tingkatan
yang sedang. Telah disebutkan bahwa semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang
diseleksi maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Hal tersebut
menurut Ciptadi(2019) menjelaskan bahwa tingginya heritabilitas suatu karakter
menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Sifat yang dimiliki nilai
heritabilitas, ialah nilai heritabilitas bukan merupakan suatu konstanta serta nilai heritabilitas
suatu sifat dapat berbeda karena perbedaan lokasi pengamatan, perbedaan kelompok
ternak, waktu pengamatan dan cara menghitung heritabilitas.
II. KESIMPULAN

1. Nilai heritabilitas ini mengukur seberapa jauh sifat genetik tetua dapat
mempengaruhi fenotipe keturunan.
2. Nilai heritabilitas dapat beragam karena perbedaan jumlah dan jenis ternak,
waktu dan lingkungan serta metode pendugaan yang digunakan
3. Nilai heritabilitas berkisar antara 0,0 dan 1,0 (0 ≤ h2 ≤ 1), namun angka ekstrim ini
jarang diperoleh untuk sifat-sifat kuantitatif ternak.
4. Nilai heritabilitas pada praktikum hari ini didapatkan 0,30 , dimana pada kategori
nilai heritabilitas terletak pada tingkatan sedang.
5. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi maka semakin tinggi
peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., C. I. Novita, dan E. M. Sari. Manajemen Reproduksi Ternak Sapi. Syiah Kuala
University Press, Aceh.
Ciptadi, G., Aulanni’am, A. Budiarto, dan Y. Oktanella. 2019. Genetikan dan Pemuliaan
Peternakan Veteriner. UB Press, Malang.
Darmawan, H., dan N. Supartini. 2012. Heretabilitas dan Nilai Pemuliaan Domba Ekor
Gemuk di Kabupaten Situbondo. Buana Sains. 12(1) : 51-62.
Gunawan, A., dan R. R. Noor. Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih
Domba Garut Tipe Laga. Media Peternakan. 29(1) : 7-15.Di Balai Pembibitan
Ternak Unggul Sapi Bali.Buletin Peternakan. 37(2) : 74-78.
Noor, R. 2010. Genetika Ternak (6th ed.). Penebar Swadaya. Jakarta
Putra, W. P. B., Sumadi, S., & Hartatik, T. 2014. Estimasi nilai pemuliaan dan most
probable producing ability sifat produksi sapi aceh di kecamatan indrapuri
provinsi aceh. Buletin Peternakan. 38(1), 1.\
Tribudi, Y., V. M. A. Nurgiartiningsih, dan P. W. Prihandini. 2019. Pendugaan Nilai
Heritabilitas Sifat Pertumbuhan Pada Sapi Madura. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan.
29(2) : 152-157.

Anda mungkin juga menyukai