Anda di halaman 1dari 9

ILMU PEMULIAAN TERNAK

UJI KETURUNAN

Oleh:

Nama : Mohammad Rafi Pratama


NIM : D1A019147
Kelas :C
Asisten : Dika Setiawan

LABORATORIUM PEMULIAAN TERNAK TERAPAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2020
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Hasil
I.2 Pembahasan

Uji keturunan (progeny test) adalah cara untuk menduga susunan genetik suatu
individu dengan meneliti sifat–sifat keturunannya. Evaluasi genetik tetua menggunakan
informasi produksi keturunannya dapat dilakukan karena anak merupakan contoh acak dari
gen-gen tetuanya. Hal tersebut sesuai dengan Halawena (2015) yang menyatakan bahwa uji
keturunan (progeny test) adalah suatu percobaan yang diberi ulangan untuk menduga atau
menaksir susunan genetik suatu individu tetua dengan meneliti sifat-sifat keturunannya yang
berasal dari pembiakan generatif. Uji keturunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu uji
keturunan half-sib (jika salah satu induknya tidak diketahui) dan uji keturunan full-sib (jika
kedua induknya diketahui).
Kualitas keturunan akan berpengaruh pada seleksi. Seleksi pada umumnya
berdasar pada potensi genetik akan mampu meningkatkan efektivitas seleksi sehingga
dapat meningkatkan kemajuan genetik akibat seleksi. Hal tersebut sesuai dengan Dewi
(2018) yang menyatakan bahwa potensi genetik pejantan dapat tercermin dari kualitas
keturunannya yang dapat diprediksi dari performans yang dapat diukur.
Uji keturunan disebut juga dengan uji zuriat. Uji ini juga dikenal dengan nama
Progeny Test yaitu serangkaian uji pada calon pejantan untuk mengetahui kemampuan
mewariskan sifat-sifat unggulnya pada keturunannya. Hal tersebut sesuai dengan Komala
(2015) yang menyatakan bahwa tes uji keturunan umumnya dilakukan terhadap pejantan,
karena ia bertanggung jawab terhadap banyaknya keturunan yang dihasilkan seumur
hidupnya. Komala (2015) juga menambahkan bila uji zuriat ini memerlukan waktu yang
lama dan biaya tinggi
Perhitungan dalam uji keturunan sesuai dengan materi dalam buku praktikum
yaitu menaksir nilai pemuliaan pejantan, lakukan seleksi dan taksir hasil seleksi
berdasarkan informasi yang diperoleh. Hal tersebut sesuai dengan Putra dkk, (2014)
yang menyatakan bahwa rumus dasar metode uji zuriat adalah dengan menghitung
NP seekor pejantan. Sebelum menghitung NP terlebih dahulu harus menghitung nilai
heritabilitas dari sifat yang dipakai dalam program seleksi. Estimasi nilai pemuliaan
pejantan yang diuji dalam program uji zuriat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Sifat kuantitatif dan kualitatif pada ternak dapat diwariskan kepada keturunannya.
Besarnya proporsi dari keragaman suatu sifat yang diwariskan kepada keturunannya
maka perlu dihitung angka pewarisan atau heritabilitas (h2). Heritabilitas (h2) merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total dari suatu sifat
kuantitatif pada ternak (yang diukur dengan beragam dan variansi) dari suatu sifat yang
diakibatkan oleh pengaruh genetik. Hal tersebut menurut Setyaningsih (2017), jika angka
pewarisan pada suatu sifat tinggi maka diharapkan keunggulan suatu sifat tetua yang
diwariskan kepada keturunannya juga tinggi.
II. KESIMPULAN
1. Uji keturunan adalah suatu metode evaluasi genetic ternak menggunakan informasi
produksi keturunannya.
2. Uji keturunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu uji keturunan half-sib (jika
salah satu induknya tidak diketahui) dan uji keturunan full-sib (jika kedua induknya
diketahui).
3. Uji keturunan dapat dilakukan baik pada ternak jantan dan betina, tetapi umumnya
dilakukan untuk pejantan dengan sifat yang dibatasi jenis kelamin (sex limited)
4. Evaluasi genetik tetua menggunakan informasi produksi keturunannya dapat
dilakukan karena anak merupakan contoh acak dari gen-gen tetuanya
5. Respon seleksi merupakan akibat dari adanya tindakan seleksi. Besarnya respon
seleksi tidak sama untuk setiap jenis ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R., & Wardoyo, I. (2018). Keunggulan Relatif Kambing Persilangan Boer dan
Kacang. Jurnal Ternak : Jurnal Ilmiah Fakultas Peternakan Universitas Islam
Lamongan 9(1) : 13-17.
Halawena, J. (2015). Variasi Genetik Pertumbuhan Tanaman Uji Keturunan Nyatoh (Pala
Quium Optusi Folium) Umur 1.5 Tahun di Hutan Penelitian Batuangus Sulawesi
Utara. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(4) : 819-823.
Komala, I., Arifiantini, I., & Tumbelaka, L. I. T. A. 2015. Hubungan Produksi Susu
Berdasarkan Grade MPPA dengan Performa Reproduksi. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 3(1) : 33-39
Putra, W. B., Hartatik, T., & Saumar, H. (2014). Perbandingan Hasil Uji Performans Calon
Induk (Heifer) Sapi Aceh dengan Metode Indeks Seleksi (IS) dan Nilai Pemuliaan
(NP). Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 12(2) : 61-68
Setyaningsih, D. W. 2017. Evaluasi Pejantan Fries Holland dengan Metode Contemporary
Comparison dan Best Linear Unbiased Prediction. Jurnal Agritek. 18(1)

Anda mungkin juga menyukai