Anda di halaman 1dari 34

PROSES PENYULUHAN UJI PH TANAH MENGGUNAKAN

(PUTS) DI DESA WONOJATI KECAMATAN


JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata praktikum


Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Dani Widjaya

Oleh :
GOLONGAN B / KELOMPOK 5

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

i
DAFTAR KELOMPOK

GOLONGAN B / KELOMPOK 5
Koordinator : Rian Ardiansyah (131510601115)
Anggota : 1. Tiyah Annisa Firdaus (131510601109)
2. Koko Riston Nahampun (131510601110)
3. Yoga Wiaji Bahresi (131510601112)
4. Silviana Puteri (131510601114)
5. Anji Nafillatu S (131510601116)
6. Luluk Rofiqoh (131510601117)
7. Reinita Dwi Putri Anggraini (131510601118)
8. Susilo Setiowati (131510601119)
9. Lita Octaviana Efendi (131510601120)
10. Atika Ramadhania (131510601169)

ii
PENGESAHAN

Laporan Praktikum Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian dengan Judul “Proses


Penyuluhan Uji PH Tanah Menggunakan (PUTS) Di Desa Wonojati
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember” telah diperiksa dan disahkan oleh
Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian pada :
Hari :
Tanggal :

Koordinator Praktikum Asisten Pembimbing


Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

Nindya Hayuningtyas Dani Widjaya


NIM. 111510601104 NIM. 121510601021

Mengesahkan
Ketua Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

Sudarko, SP., M.Si


NIP. 198002032005011001

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga Laporan Praktek Lapang Praktikum Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian dengan judul “Proses Penyuluhan Uji PH Tanah
Menggunakan (PUTS) Di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan laporan praktek lapang ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Jani Januar, MT., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M selaku Ketua Jurusan Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Tim dosen pembina mata kuliah Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.
4. Sudarko, SP., M.Si selaku Ketua Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan.
5. Tim asisten Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian yang telah
memberikan bimbingan mulai awal hingga akhir.
6. Ibu Yunita Romayanti selaku Penyuluh Pertanian Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah.
7. Kelompok tani serta seluruh warga Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal
hingga terselesaikannya laporan akhir praktikum ini.
Kami menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Penyusunan
Laporan Praktek Lapang ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan dan
kebaikan.

Jember, November 2014

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


DAFTAR KELOMPOK ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6


2.1 Perencanaan Penyuluhan ......................................................................... 6
2.2 Materi Penyuluhan Pertanian .................................................................. 7
2.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ........................................................ 8
2.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ............................................................... 11
2.5 Teori Model Komunikasi .......................................................................... 11

BAB 3. GAMBARAN UMUM ........................................................................ 14


3.1 Gambaran Umum Wilayah ...................................................................... 14
3.2 Gambaran Umum Kelompok Tani ......................................................... 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17


4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian ....................................................... 17
4.2 Materi Penyuluhan Pertanian .................................................................. 19
4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ........................................................ 21
4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ............................................................... 23
4.5 Model Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian ................................. 24

v
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 26
5.2 Saran .......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dokumentasi
Blanko/Rencana Kerja Penyuluh Pertanian
Peta Wilayah
Daftar Presensi Lapang
Kartu Konsultasi

vi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman


2.1 Gambar Model Komunikasi Linier ....................................................... 12
2.2 Gambar Model Komunikasi Interaksional ............................................ 12
2.3 Gambar Model Komunikasi Transaksional .......................................... 13
3.1 Gambar Struktur Kelembagaan Gapoktan ............................................ 16
4.1 Gambar Model Komunikasi Transaksional .......................................... 25

vii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor
pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya dan
sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Kenyataan yang terjadi yakni sebagian besar penggunaan lahan di wilayah
Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total
angkatan kerja masih menggantungkan nasib di sektor pertanian. Pertanian di
Indonesia menjadi sektor terbersar hampir dalam setiap ekonomi negara
berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya,
memberikan lapangan kerja hampir bagi seluruh angkatan kerja yang ada.
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan dari tanaman dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan
pertanian rakyat sedangkan dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit,
kehutanan, peternakan, dan perikanan. Pengertian pertanian secara garis besar
dapat diringkas menjadi (1) proses produksi, (2) petani dan pengusaha, (3) tanah
tempat usaha, (4) usaha pertanian (farm business). Kegiatan pertanian terjadi
ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan
hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Jadi, pertanian sendiri
umunya dapat dijadikan sebagai usaha yang menguntungkan bagi semua orang
atau istilah lainnya adalah agribisnis (Soetriono dkk., 2006).
Komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau informasi oleh
komunikator atau penyuluh kepada komunikan atau petani. Suatu proses
komunikasi membutuhkan suatu keterampilan dalam memaknai suatu pesan atau
informasi baik oleh komunikator ataupun komunikan. Keterampilan tersebut akan
dapat membuat suksesnya pertukaran informasi dalam proses pengiriman suatu
pesan atau informasi. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan
penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari adanya suatu kegiatan
penyuluhan. Keahlian dan keterampilan berkomunikasi bagi seorang penyuluh
sangat dibutuhkan dalam proses penyuluhan dalam mensosialisasikan program

1
2

-program yang ingin dijalankan. Selain itu, dibutuhkan penggunaan bahasa yang
jelas agar pesan yang disampaikan oleh penyuluh dapat diserap dengan baik oleh
komunikan. Setelah mendengar pesan yang disampaikan oleh komunikator,
diharapkan timbul suatu kesadaran oleh komunikan dan kemudian mempunyai
keinginan untuk mencoba menerapkannya (Rasyid, 2012).
Menurut Rasyid (2012), penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial
yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.
Penyuluhan dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan
yang bersifat nonformal di luar sistem sekolah yang biasa untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga
mampu meningkatkan pendapatan keluarganya dan pada gilirannya akan
meningkatkan pula kesejahteraan hidupnya. Penyuluhan dilihat dari prosesnya
merupakan komunikasi dua manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau
komunikator (penyuluh) dan satu lagi sebagai penerima pesan atau komunikan
(petani). Tujuan akan tercapai bila terjadi komunikasi yang dapat dipahami. Peran
komunikasi sangat besar dalam kegiatan penyuluhan pertanian, yang akan
mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya
(Ermina, 2013).
Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang
berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian baik secara perorangan maupun
kelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu
seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Penyuluhan pertanian
adalah sistem pendidikan informal yang diberikan kepada petani dan keluarganya
dengan maksud agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki
kesejahteraan diri dan keluarganya. Komunikasi pertanian dikatakan berhasil jika
masing-masing pihak baik komunikator dan komunikan mampu serta mau
mencari kesamaan pengertian dari pesan atau informasi yang diberikan oleh
komunikator atau diterima oleh komunikan pada sistem sosial yang berlaku dalam
masyarakat dimana mereka berada. Penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat
harus didasarkan pada potensi atau kekuatan yang dapat membantu proses
3

perubahan agar dapat lebih baik, cepat dan terarah karena tanpa adanya kekuatan
yang berasal dari masyarakat itu sendiri maka masyarakat akan sulit bergerak
untuk melakukan perubahan (Rasyid, 2012).
Komunikasi dalam penyuluhan pertanian menjadi faktor penting dalam
menentukan keberhasilan pengembangan pertanian. Kabupaten Jember secara
keseluruhan memiliki sistem penyuluhan yang cukup baik. Salah satu desa dengan
sistem penyuluhan yang kooperatif adalah Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember. Perbatasan wilayah Desa Wonojati adalah sebelah utara
berbatasan dengan Desa Cangkring, sebelah selatatan berbatasan dengan Desa
Sruni, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tempurejo dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Kertonegoro.
Penduduk Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah sebagian besar memiliki
mata pencaharian sebagai petani, sisanya bekerja menjadi buruh perkebunan,
peternak dan beberapa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mayoritas mata
pencaharaian sebagai petani tersebut terbukti dengan keadaan atau kondisi alam
yang ada di sepanjang desa yaitu banyaknya lahan pertanian seperti sawah.
Organisasi masyarakat di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah antara lain
kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan), PKK, kelompok ternak dan
karang taruna. Salah satu gabungan kelompok tani yang ada di Desa Wonojati
Kecamatan Jenggawah yaitu Gapoktan Sumber Rejeki yang terdiri dari 4
kelompok tani. Keempat kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Barokah
yang terletak di Dusun Talang, Kelompok Tani Mandiri yang terletak di Dusun
Bringin Lawang, Kelompok Tani Harapan yang terletak di Dusun Krajan
Wonojati dan Kelompok Tani Makmur yang terletak di Dusun Timur Gunung.
Masyarakat Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah secara keseluruhan
memeluk agama Islam. Tidak ditemui satu pun masyarakat yang beragama lain.
Hal tersebut dapat dilihat dari tempat ibadah yang ada di sepanjang desa memang
hanya ditemui tempat ibadah untuk para muslim. Bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh masyarakat adalah bahasa Madura, meskipun sebagian kecil ada
juga yang menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Fasilitas umum yang
ada di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah meliputi masjid, balai desa dan
4

poskamling. Keadaan transportasi di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah dapat


dikatakan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan jalan raya yang sudah beraspal
dan akses menuju Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah yang tidak begitu sulit.
Pertanian di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah tidak menghadapi
banyak kendala. Masalah umum yang sering ada seperti ketika musim kemarau
datang, pembagian pasokan air kurang merata sehingga petani dapat mengalami
kegagalan panen, dan juga hama tikus yang tidak dikendalikan dengan baik akan
dapat menurunkan hasil produktivitas para petani. Sekarang ini petani di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah membutuhkan informasi teknologi pertanian
yang lebih banyak agar pertanian dapat dilaksanakan lebih efisien, efektif dan
dapat memaksimalkan tingkat produktivitas. Teknologi yang ada di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah khususnya bidang pertanian terbilang masih
sedikit, dalam bertani masyarakat masih menerapkan pertanian semi tradisional.
Penyuluhan pertanian yang baik terus dijaga dan ditingkatkan agar mampu
mengatasai masalah-masalah dan keluhan yang timbul dari petani di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami perencanaan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian yang ada di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami materi dari penyuluhan
pertanian yang ada di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember.
3. Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami pelaksanaan penyuluhan
pertanian yang ada di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember.
4. Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami proses evaluasi dari
penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang ada di Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember.
5

5. Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami model komunikasi yang


digunakan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.

1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, sebagai referensi untuk penelitian atau tugas selanjutnya.
2. Bagi petani, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang teknologi
atau inovasi di bidang pertanian yang ada di Desa Wonojatati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember.
3. Bagi pemerintah, sebagai acuan dalam menyediakan sarana dan prasarana
yand diperlukan dalam proses penyuluhan di Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Penyuluhan


Perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan
mengenai tugas organisasai penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan
jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek, misalnya informasi
mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada pertemuan petani
dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi
modern. Agen penyuluhan harus memutuskan secara bersama atau individu
mengenai tujuan yang hendak dicapai, kelompok sasaran yang akan dibantu
dengan pembentukan pendapat dan pengambilan, isi pesan penyuluhan, metode
penyuluhan atau kombinasinya yang digunakan, cara penggunaan, dan organisasi
semua kegiatan. Beberapa asumsi yang berhubungan dengan perencanaan
program penyuluhan yaitu perubahan yang direncanakan merupakan syarat
penting bagi kemajuan sosial bagi orang dan masyarakat. Program penyuluhan
jika direncanakan dan dilaksanakan dengan tepat akan memberi kontribusi yang
signifikan pada perubahan yang direncanakan, perencanaan memungkinkan untuk
memilih, mengatur, dan mengadministrasikan program yang akan memberi
kontribusi pada kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat.
Perencanaan program penyuluhan melalui beberapa tahapan yang perlu
dilakukan. Perencanaan program memiliki 5 tahapan, diantaranya :
a. Pada tahap awal dilakukan perumusan keadaan dan masalah melalui analisis
terhadap situasi sehingga diperlukan fakta-fakta yang menyangkut seluruh
aspek dari situasi dalam jumlah yang besar. Informasi yang diperlukan adalah
berkaitan dengan sasaran penyuluhan seperti minat, pendidikan, kebutuhan,
adat istiadat, kebiasaan dan tradisinya.
b. Pada tahap kedua yaitu penetapan pemecahan masalah dan perumusan tujuan.
Untuk kepentingan psikologis, sasaran harus terlibat dalam proses penetapan
tujuan dan sasaran penyuluhan.
c. Perencanaan pendidikan. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap mengajar yang
meliputi materi yang perlu diajarkan dan cara yang harus dilakukan untuk

6
7

mengajar. Penggunaan beberapa metode komunikasi yang berbeda sengaja


dipilih untuk merangsang tindakan belajar, seperti media massa, kelompok, dan
interpersonal.
d. Tahap keempat adalah mengevaluasi tindakan mengajar. Perencanaan untuk
evaluasi perlu dibangun menjadi perencanaan kerja selama tahap-tahap
sebelumnya. Proses evaluasi dapat dilakukan secara sederhana dan informal.
e. Rekonsiderasi merupakan tahap akhir yaitu mempertimbangkan perencanaan
penyuluhan setelah evaluasi dilakukan. Tahap ini memuat suatu tinjauan
upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya dan hasil-hasil (Ban, 2012).

2.2 Materi Penyuluhan Pertanian


Menghadapi era agribisnis dan otonomi daerah, diperlukan adanya
paradigma penyuluhan pertanian yang memposisikan petani dan keluarganya
sebagai fokus kegiatan pembangunan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian
harus lebih diarahkan kepada upaya pemberdayaan petani dan keluarganya agar
mampu menerapkan konsep agribisnis secara utuh dan selaras dengan potensi
wilayah serta memperhatikan kelestariannya. Kegiatan penyuluhan pertanian pada
intinya adalah pembinaan terhadap masyarakat yang tergabung dalam kelompok
tani, harus ditata dan dikembangkan sedemikian rupa agar harapan dapat
terpenuhi sebagai mana mestinya (Abubakar dan Siregar, 2010).
Menurut Kusnadi (2011), metode penyuluhan pertanian adalah cara
penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian
kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang
memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata,
menyederhanakan, menyajikan dn lain-lain. Dilain pihak, simbol dapat diartikan
kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling
banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh
pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang
digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian.
8

Dilain pihak, kegiatan penyuluhan pertanian terlibat dalam proses belajar


mengajar karena penyuluhan termasuk dalam sistem pendidikan non formal.
Sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar dalam penyuluhan pertanian
menghendaki retensi yang tinggi atau efek yang maksimal. Setiap audien
memerlukan belajar yang berulang untuk memperoleh retensi yang tinggi. Dengan
demikian, teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan
keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata
simbol dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan
serta menentukan bentuk penyajian pesan. Tujuan adanya komunikasi pertanian
adalah:
1. Meningkatkan efektivitas penyuluhan pertanian dengan pemilihan metode yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya.
2. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi
beberapa metode yang tepat dan berhasil.
3. Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki.

2.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian


Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu proses berkesinambungan
untuk menyampaikan informasi serta teknologi yang berguna bagi petani dan
keluarganya. Kegiatan ini diupayakan agar tidak menimbulkan “ketergantungan”
petani kepada penyuluh, tetapi untuk menciptakan kemandirian petani dengan
memposisikannya sebagai wiraswasta agribisnis. Penyelenggaraan penyuluhan
pertanian masih didominasi oleh program-program pemerintah yang bersifat top
down dan cenderung untuk memenuhi peningkatan produksi. Akibatnya, penyuluh
pertanian lebih mengkonsentrasikan penyuluhan dan pelayanannya pada
komoditas tertentu yang diprogramkan (padi dan palawija). Kebijakan penyuluhan
mengalami perubahan di era globalisasi dan menghadapi pasar bebas. Kebijakan
yang semula untuk menjadikan petani hanya terampil berproduksi berubah
menjadi kebijakan yang menciptakan iklim untuk memotivasi petani agar lebih
rasional dalam mengembangkan usaha berdasarkan kemampuannya dan potensi
9

pasar. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh PPL dalam rangka untuk mewujudkan
dasar penyuluhan pertanian yaitu membantu petani agar petani mampu menolong
dirinya sendiri. Penyuluh menempati posisi yang penting sebagai agen perubahan
atau “agent of change” di dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian karena
penyuluh yang berhubungan langsung dengan petani di lapangan. Peranan
penyuluh sebagai agen perubahan yaitu mendorong petani untuk melakukan
perubahan-perubahan yang lebih terarah dan modern dalam kegiatan usahatani
melalui perubahan-perubahan pada petani itu sendiri. Kegiatan penyuluhan
pertanian diharapkan pembinaan para petani memiliki kemampuan dalam
memperbaiki hidupnya sehingga akan mampu meningkatkan peran sertanya
dalam pembangunan pertanian agar tercipta pertanian yang maju dan efisien.
Kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan perkembangan kelompok tani, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas, adanya hubungan baik dengan instansi terkait,
peningkatan produksi, dan akhirnya peningkatan ekonomi bagi petani (Yulida
dkk., 2012).
Pelaksanaan penyuluhan dapat dinilai dari informasi pimpinan dan
penyuluh pada kelembagaan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten
dan Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan. Arifudin (2013), membagi pelaksanaan
penyuluhan berdasarkan pasal-pasal. Salah satu pasal mengenai penyuluhan yaitu
pada pasal 13 :
a. Mekanisme, tata kerja, dan metode penyuluhan.
Pelaksanaan mekanisme dan tata hubungan kerja penyelenggara
penyuluhan di berbagai tingkatan harus tertata dengan baik sehingga
penyelenggaraan penyuluhan bisa terintegrasi dan sinergis. Mekanisme dan
hubungan tata kerja adalah bagaimana cara kerja atau proses untuk melakukan
suatu kegiatan dalam hal ini penyuluhan pertanian sehingga dengan cara
kerja/proses yang tersusun secara rapi akan menghasilkan output yang cukup
baik. Metode penyuluhan yang telah disusun oleh Badan Pelaksana Penyuluhan
merupakan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
pelaku utama (petani). Metode penyuluhan yang diberikan kepada para
penyuluh, cukup mempengaruhi kinerja penyuluh di lapangan.
10

b. Penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.


Badan Pelaksana Penyuluhan melakukan pertemuan rutin yang
dilaksanakan sebulan sekali di ruang pertemuan Badan Pelaksana Penyuluhan
dengan agenda menyampaikan setiap materi penyuluhan yang telah tercantum
dalam program penyuluhan pertanian.
c. Melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan
kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta pembiayaan penyuluhan.
Pembinaan pengembangan kerjasama dan kemitraan yang dilakukan oleh
Badan Pelaksana Penyuluhan sebatas memberikan suatu arahan dan aturan
bagaimana cara melakukan pembinaan pengembangan kerjasama dan
kemitraan tersebut. Pembinaan pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana
dan prasarana serta pembiayaan penyuluhan sangat berkaitan erat, dimana
Badan Pelaksana Penyuluhan tidak berperan penting dalam pembinaan tersebut
dikarenakan Badan Pelaksana Penyuluhan hanya memfasilitasi bukan
menyediakan pembinaan pada BPP yang ada.
d. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan swasta
melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Penyuluh PNS yang terdaftar di Badan Pelaksana Penyuluhan diberikan
pelatihan baik formal maupun informal. Pelatihan formal adalah pelatihan yang
dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan terhadap penyuluh dengan
penyampaian informasi materi yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok tani di setiap BPP atau sesuai dengan program
penyuluhan yang telah dibuat. Pelatihan formal dilaksanakan rutin dengan
jangka waktu sebulan sekali yang dilaksanakan di ruang pertemuan Badan
Pelaksana Penyuluhan, sedangkan pelatihan informal adalah pelatihan dengan
cara praktek langsung di lapangan. Artinya, dengan diadakannya
pelatihan/praktek langsung di lapangan akan mempermudah bagi penyuluh
untuk melihat hasil dari materi yang telah disampaikan.
11

2.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Menurut Van den ban dkk., (2012), evaluasi adalah alat manajemen yang
berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian di
analisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sesistematis
dan seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang
dan yang akan datang seperti dalam perencanaan, program, pengambilan
keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan
yang lebih efektif. Data tersebut mencakup penentuan penilaian keefektifan
kegiatan dibanding dengan sumber daya yang digunakan. Evaluasi kampanye
penyuluhan biasanya mencakup ulasan atas hasil yang dicapai pada penyuluhan
yang diberikan, menurut kriteria yang ditentukan. Beberapa masalah yang
dijumpai adalah sulitnya membedakan antara perubahan yang disebabkan oleh
penyuluh dan dari penyebab lainnya.
Evaluasi biasanya menunjukkan bahwa penyuluhan tidak selalu dengan
sepenuhnya mencapai sasaran awal. Hanya sedikit kemungkinan untuk
memperbaiki penyuluhan, jika diketahui perbedaan antara sasaran awal dan yang
telah dicapai. Harus diketahui juga penyebabnya sehingga telah mencapai kurang
lebih seperti yang telah direncanakan. Tujuan evaluasi akan menentukan data
yang harus dikumpulkan untuk mengevaluasi program penyuluhan. Dikenal dua
jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif yang mengumpulkan informasi untuk
pengembangan program penyuluhan yang efektif dan evaluasi sumatif yang
mengukur hasil akhir suatu program agar dapat memutuskan apakah program
diteruskan, diperluas, atau diperkecil.

2.5 Teori Model Komunikasi


Menurut Desrianti (2009), teori komunikasi dianggap tahapan paling awal
dalam berinteraksi. Para ahli seperti Lasswell menyatakan bahwa cara yang
terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who
says in which channel to whom with what effect yang memiliki arti, siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa. Jawaban bagi
pertanyaan yang bersifat paradigmatik. Lasswell berpendapat bahwa hal-hal yang
12

harus terdapat dalam proses komunikasi dan merupakan unsur-unsur dalam proses
komunikasi yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media, receiver
(komunikan/penerima), dan effect (efek).
Menurut Irwansyah (2014), terdapat beberapa teori komunikasi
diantaranya ada yang disebut sebagai teori linier komunikasi, teori interaksional
komunikasi, dan teori transaksional komunikasi.
1. Teori linier komunikasi
Teori ini sering disebut dengan Teori Shannon dan Weaver yang mana
teori ini merepresentasikan sumber informasi (information source) menghasilkan
sebuah pesan (mesagge) yang ditransmisikan sebagai signal kepada reciever yang
mana pada signal yang berupa kode tersebut dipancarkan melalui saluran yang
mempunyai kapasitas tertentu, yang dimana saluran ini juga dianggap selalu
mengalami noise. Pesan tersebut dapat berupa lisan, tulisan, dan gambar. Teori ini
juga bisa disebut sebagai komunikasi satu arah yaitu dimana reciever sebagai
penerima tidak dapat memberikan umpan balik (feedback).

Pembicara Pendengar

Gambar 2.1. Model Komunikasi Linier


2. Teori interaksional komunikasi
Teori pada peristiwa interaksional terjadi ketika sumber berbicara dan
penerima mendengarkannya. Sebaliknya, ketika penerima (pendengar) berbicara,
maka pembicara yang mendengarkannya. Dalam model ini berlangsung secara
dua arah, dimana pendengar memberikan umpan balik kepeda pembicara. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami kondisi seperti model komunikasi
interaksional.

Pembicara Pendengar

Gambar 2.2. Model Komunikasi Interaksional


13

3. Teori transaksional komunikasi


Teori model komunikasi transaksional berlangsung hanya jika komunikasi
dipandang dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih, dimana arah
pesan atau pengaruh bukan terjadi secara dua arah, namun berlangsung secara
simultan selama pihak-pihak yang terlibat (partisipan) berkomunikasi. Setiap
orang akan berperan keduanya, yakni sebagai pembicara dan pendengar yang
berlangsung simultan ketika mereka mengkomunikasikan dan atau menerima
pesan.

Pembicara Pendengar

Gambar 2.3. Model Komunikasi Transaksional


BAB 3. GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Wilayah


Jenggawah adalah salah satu desa sekaligus kecamatan di Jember. Secara
administratif desa Jenggawah berbatasan dengan beberapa wilayah. Batasan
tersebut yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Klompangan, Kecamatan
Ajung, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wonojati, Kecamatan
Jenggawah, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lengkong, Kecamatan
Mumbulsari, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mangaran, Kecamatan
Ajung. Desa Wonojati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember. Desa Wonojati Kecamatan Jengggawah memiliki
luas lahan pertanian yakni 674.494 ha/m2 dari total luas daerah Desa Jengawah
919.728 ha/m2. Jumlah penduduk yang tinggal di Desa Jenggawah adalah 7.995
jiwa. Penduduk yang tinggal di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah rata-rata
bermata pencaharian sebagai petani.
Desa Wonojati adalah desa yang mempunyai sumber daya yang beragam.
Sumber daya alam pertanian di Desa Wonojati yang banyak di budidayakan
petani desa adalah komoditas padi, sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas
tanaman padi di Desa Wonojati tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Desa
Wonojati sudah tergolong memadai, seperti penggunaan traktor dalam pengolahan
tanah, penggunaan benih bermutu, sumur bor untuk irigasi dan kondisi jalan yang
baik. Selain sumber daya pertanian, sumber daya manusia di Desa Wonojati juga
sudah tergolong maju. Hal ini dilihat dari mayoritas penduduk desa yang
berpendidikian SMP dan juga kebanyakan pemuda desa yang sudah melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi.

3.2 Gambaran Umum Kelompok Tani


Desa Wonojati merupakan desa yang memiliki suatu lembaga berupa
kelompok tani. Kelompok tani yang berada di Desa Wonojati merupakan
kelompok tani yang masih aktif dalam bidang pertanian. Kelompok tani
merupakan suatu lembaga yang dapat dijadikan fasilitator antara para petani

14
15

dengan penyuluh. Kelembagaan yang terdapat di Desa Wonojati yaitu terdiri dari
Kelompok tani dan Gapoktan. Desa Wonojati memiliki 4 kelompok tani
diantaranya yaitu kelompok tani Barokah yang terletak di Dusun talang,
kelompok tani Mandiri yang terletak di Dusun Beringin Lawang, kelompok tani
Harapan terletak di Dusun Krajan Wonojati, dan yang terakhir yaitu Kelompok
Tani Makmur yang terletak di Dusun Timur Gunung. Jumlah anggota setiap
kelompok berbeda-beda tergantung dari wilayah kepemilikan sawah. Jumlah
anggota setiap kelompok tani berkisar antara 200 sampai 300 orang. Kelompok
tani tersebut termasuk kelompok tani aktif karena setiap sebulan sekali berkumpul
bersama penyuluh membahas mengenai kondisi usahatani mereka. Tanaman yang
sering dibudidayakan oleh anggota kelompok tani atau masyarakat yaitu
tembakau, padi, dan jagung.
Di Desa Wonojati terdapat suatu kelompok tani wanita dimana dari
kelompok tani tersebut anggotanya berasal dari warga Desa Wonojati. Para ibu-
ibu Desa Wonojati selain menjadi ibu rumah tangga juga dapat menjadi kelompok
tani wanita. Kelompok tani wanita dibimbing dan diberikan pelatihan
keterampilan agar dapat menghasilkan suatu produk atau agroindustri. Salah satu
produk atau agroindustri yang telah dihasilkan oleh kelompok tani wanita di Desa
Wonojati yaitu dodol dari buah tomat. Pada waktu harga tomat merosot para
kelompok tani wanita dapat memanfaatkan tomat tersebut untuk dijadikan dodol
tomat sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi dan pendapatan petani
meningkat.
Kelompok tani di Desa Wonojati memiliki struktur organisasi seperti
lembaga-lembaga lain. Gapoktan di Desa Wonojati membawahi empat kelompok
tani yang ada. Pekerja harian Gapoktan terdiri dari Ketua, Bendahara, dan
Sekretari. Setiap kelompok tani memiliki pekerja harian yang sama seperti
Gapoktan. Struktur kelembagaan pada Gapoktan dapat dilihat pada gambar 3.1.
16

Ketua Gapoktan

Bendahara Sekretaris

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Tani Barokah Tani Mandiri Tani Harapan Tani Makmur

Gambar 3.1. Struktur Kelembagaan Gapoktan


Berdasarkan gambar diatas, gapoktan di Desa Wonojati dipimpin oleh
Bapak Drs. Sudaryo dan sekaligus sebagai ketua Kelompok Tani Barokah. Tugas
dari Bapak Sudaryo selaku pimpinan atau ketua Gapoktan yaitu mengarahkan dan
memimpin jalannya rapat atau penyuluhan, melakukan koordinasi antar anggota
dan mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan bersama. Sekretaris Gapoktan
yaitu Bapak Joni. Tugas dari sekretaris yaitu menyediakan absensi ketika
penyuluhan berlangsung, sebagai notulen ketika penyuluhan, dan mengatur keluar
masuknya surat-menyurat seperti proposal dan undangan. Bendahara Gapoktan
dipilih dari Kelompok Tani Makmur yaitu Bapak Sulaeman dan sekaligus sebagai
Ketua dari Kelompok tani tersebut. Tugas bendahara pada Gapoktan ini seperti
tugas bendahara pada umumnya yaitu mengelola dana yang ada di Gapoktan.
Anggota Gapoktan di Desa Wonojati terdiri dari Kelompok tani Barokah,
Kelompok Tani Mandiri, Kelompok Tani Harapan, dan Kelompok Tani Makmur.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian


Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang diorganisir, disengaja, dan
berkesinambungan untuk memilih alternatif terbaik agar mencapai tujuan-tujuan
khusus. Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan suatu kerangka kerja bagi
penyuluh dan semua pihak yang terlibat untuk mengambil keputusan tentang
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan dengan
cara yang efisien dalam pelaksanaannya. Perencanaan penyuluhan pertanian
diperlukan sebagai acuan dalam mempertimbangkan secara seksama apa yang
harus dilakukan, bagaimana cara melaksanakannya, dan siapa sasaran yang akan
dituju dalam penyuluhan pertanian tersebut. Perencanaan penyuluhan pertanian
menjadi pedoman pengambilan keputusan bila ada usulan atau saran
penyempurnaan dan sebagai ukuran dalam mengevaluasi seberapa jauh tujuan
yang telah dicapai. Seperti halnya yang dilakukan penyuluh dalam merencanakan
program penyuluhan pertanian di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.
Penyuluh pertanian di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember melakukan pendekatan terhadap petani terlebih dahulu untuk
mengumpulkan data mengenai permasalahan yang sedang dihadapi petani pada
umumnya yang dihadapi saat ini yaitu produksi padi di beberapa dusun Desa
Wonojati mengalami kemunduran pada musim panen kali ini. Data atau informasi
yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan penyuluh mengidentifikasi
permasalahan yang sedang dihadapi petani. Penurunan produksi yang terjadi pada
petani padi di Desa Wonojati disebabkan oleh kurangnya kebutuhan unsur hara
dalam tanah sehingga hasil produksi menurun. Identifikasi masalah tersebut
kemudian didapat suatu tujuan yang menjadi tujuan penyuluhan pertanian. Setelah
penetapan tujuan, penyuluh pertanian merancang susunan rencana kerja yang
nantinya akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian. Penyuluh
merancang untuk memberikan penyuluhan kepada petani padi di Desa Wonojati
terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi dengan memberikan materi

17
18

mengenai Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang diharapkan mampu menjadi
solusi untuk menangani masalah yang ada. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
merupakan cara yang dapat mengetahui rendah atau tidaknya pH tanah milik
petani.
Sebuah program pertanian diperlukan seorang penyuluh untuk
mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan tertentu dan perkembangan
teknologi di bidang pertanian kepada masyarakat tani. Komunikasi merupakan
proses pengiriman pesan atau informasi oleh komunikator atau penyuluh kepada
komunikan atau petani tetapi dalam proses pengiriman tersebut dibutuhkan suatu
keterampilan dalam memaknai pesan baik oleh komunikator ataupun komunikan
sehingga dapat membuat sukses pertukaran informasi. Komunikasi dan metode
penyuluhan yang dipakai merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan
penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari kegiatan penyuluhan
tersebut.
Penyuluh merencanakan metode apa yang akan digunakan dalam
penyuluhan tersebut. Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara
dan prosedur yang dilakukan oleh seorang penyuluh di bidang pertanian, yang
bertujuan untuk membantu mengubah perilaku petani ke arah yang lebih baik.
Metode dan teknik penyuluhan pertanian akan efektif apabila digunakan atau
diterapkan secara tepat. Metode yang digunakan dalam penyuluhan di Desa
Wonojati adalah metode secara kelompok dengan pertemuan. Metode pertemuan
dapat berupa ceramah, diskusi, dan kuliah. Metode pertemuan yang digunakan
yaitu metode diskusi. Metode diskusi adalah cara yang yang digunakan untuk
memberikan penyuluhan yang diikuti oleh peserta yang lebih terbatas, peserta
sangat homogen dan berlangsung komunikasi 2 arah. Penyuluhan dilaksanakan
dengan suasana yang santai.
Sasaran yang akan dituju dalam penyuluhan merupakan sekelompok orang
yang akan menerima materi dan manfaat secara langsung dari adanya program
penyuluhan. Sasaran penyuluhan dengan materi Perangkat Uji Tanah Sawah
(PUTS) adalah anggota Gapoktan Sumber Rejeki di Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember. Lokasi dan waktu penyuluhan pertanian perlu
19

ditentukan terlebih dahulu supaya kegiatan penyuluhan yang akan


diselenggarakan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Lokasi penentuan
pengadaan penyuluhan pertanian dipilih pada tempat yang lokasinya strategis dan
mudah dijangkau oleh anggota lain yaitu dirumah salah satu anggota Gapoktan
Sumber Rejeki yang berada di pinggir jalan raya Desa Wonojati sehingga akses
jalan mudah dijangkau. Waktu penyuluhan ditentukan malam hari untuk
memastikan peserta yang akan datang tidak memiliki kesibukan lainnya dan
meminimalisir kemungkinan tidak hadirnya anggota.
Kendala pada perencanaan penyuluhan yang diselenggarakan di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember yaitu penyuluh mangalami
kesulitan dalam menentukan materi penyuluhan yang akan disampaikan pada
anggota kelompok tani yang akan mengikuti penyuluhan yaitu Gapoktan Sumber
Rejeki. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut penyuluh harus melakukan
pendekatan terhadap petani agar mudah menemukan permasalahan yang sedang
dihadapi oleh petani. Selain itu, dalam menentukan materi penyuluhan harus
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi petani karena petani akan tertarik
mengikuti penyuluhan tersebut sehingga memberikan manfaat bagi petani dalam
mengelola usahataninya.

4.2 Materi Penyuluhan Pertanian


Penyuluhan yang dilakukan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember merupakan salah satu penyuluhan berupa acara perkumpulan
atau pertemuan tiap anggota dari kelompok tani yang tergabung dalam suatu
gabungan kelompok tani. Pertemuan tersebut diadakan secara rutin dalam jangka
waktu satu bulan berturut-turut dan bertempat di kediaman salah satu anggota
yang mendapatkan undian arisan. Meskipun hanya berupa suatu pertemuan,
namun di dalam pertemuan tersebut juga terdapat suatu pesan atau materi yang
disampaikan penyuluh. Materi penyuluhan dari pertemuan yang diadakan terakhir
kali di Desa Wonojati adalah mengenai PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah).
Pemberian materi dari penyuluh tentu dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi
pertanian yang sedang terjadi di Desa Wonojati. Salah satu kelompok tani yang
20

tergabung dalam gabungan kelompok tani mengalami kendala atau permasalahan


terhadap lahan pertanian yang sedang dibudidayakan. Masalah terebut yaitu
menurunnya produktivitas padi yang telah diketahui sebelumnya disebabkan oleh
penggunaan pupuk yang kurang berimbang sesuai dengan status hara yang
terkandung dalam tanah sawah.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi dapat dilakukan
melalui perbaikan teknologi budidaya, salah satunya adalah melalui pemupukan
berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman. Keterbatasan pengetahuan petani
mengenai dosis pemupukan yang tepat menyebabkan penggunaan pupuk menjadi
lebih tinggi dan tidak tepat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) Kementerian Pertanian, telah menghasilkan beberapa inovasi
teknologi pemupukan padi dengan beberapa cara penentuan dosis pupuk.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui status
unsur hara di dalam tanah. Salah satu cara yang praktis, efisien, dan dapat
dilakukan di lapangan baik oleh petani maupun Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) adalah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). PUTS
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menentukan status hara N,
P, K dan pH di dalam tanah. Penggunaan PUTS dapat dilakukan untuk
menentukan status hara tanah sawah dan rekomendasi pupuk sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Hasil
pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikategorikan menjadi
tiga kelas status hara yang mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu : status
rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan salah satu cara
memudahkan para petani dalam menganalisa uji tanah. Satu Unit Perangkat Uji
Tanah Sawah terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi
kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K,
(3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, (4)
Bagan Warna Daun (BWD). Uji tanah dengan menggunakan PUTS ini akan
memberikan rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang
diuji. Prinsip yang digunakan untuk menyusun PUTS ini adalah dapat mengukur
21

hara N, P, dan K tanah dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Campuran antara


sampel tanah dan bahan kimia yang telah dimasukkan dalam tabung reaksi, akan
nampak warna yang menunjukkan pH tanah di lahan tersenut rendah atau tidak.
Adanya PUTS yang dapat dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau
petani terlatih, dosis pupuk untuk padi sawah lebih tepat dan efisien dan
penerapannya dapat menjangkau wilayah yang luas. Bagi petani, penggunaan
PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menambah
keuntungan secara ekonomi. Pemakaian pupuk yang tepat dan efisien dapat
menekan pencemaran lingkungan dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam
berat dari pupuk). Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan
PUTS dapat menghemat pemakaian pupuk.
Penggunaan teknologi PUTS, ditemukan beberapa kendala dalam proses
pengaplikasiannya. Salah satu kendalanya yaitu terbatasnya kemampuan petani
untuk mengoperasikan PUTS tersebut. Hal itu disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan wawasan petani mengenai teknologi atau inovasi baru dalam
bidang pertanian dan salah satunya yaitu PUTS karena dalam penggunaan PUTS
tersebut diperlukan pengoperasian dari pihak yang terlatih. Solusi yang dapat
diberikan untuk mengatasi kendala tersebut yakni dengan mengadakan suatu
program pelatihan mengenai proses pengoperasian PUTS kepada para petani.
Program pelatihan tersebut juga perlu diikuti dengan kegiatan demonstrasi atau
praktek di lapangan secara langsung. Dengan adanya program pelatihan beserta
demonstrasi untuk para petani, maka akan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan petani dan juga akan meningkatkan kemampuan petani dalam
menerapkan PUTS maupun teknologi atau inovasi dalam bidang pertanian
lainnya.

4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian


Pelaksanaan penyuluhan pertanian harus dijalankan dengan baik agar
petani dapat menyerap informasi dengan jelas dan akurat dalam proses
penyuluhan. Metode dapat diartikan sebagai suatu tindakan tertentu yang harus
dilakukan untuk tercapainya tujuan tertentu. Penggunaan metode penyuluhan
22

harus disesuaikan dengan kondisi petani. Metode penyuluhan pertanian terdiri dari
metode pameran, metode pertemuan umum, metode sandiwara, metode
penyuluhan melalui radio, metode penyuluhan melalui cassete, metode
penyuluhan melalui televisi, metode penyuluhan melalui pemutaran film, metode
penggunaan media cetak, metode demonstrasi, metode pertemuan, metode
karyawisata, kursus lapang petani, dan kunjungan rumah.
Metode penyuluhan yang digunakan penyuluh saat melakukan penyuluhan
di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah adalah metode pertemuan. Metode
pertemuan dapat berupa ceramah, kuliah, dan diskusi. Proses penyuluhan yang
terjadi disana yaitu dengan menggunakan diskusi. Pertemuan diskusi bisanya
diikuti oleh jumlah peserta yang terbatas dan komunikasi yang terjadi berlangsung
secara dua arah. Gapoktan yang mengikuti penyuluhan terlihat cukup antusias
dalam menanggapi materi yang diberikan oleh penyuluh. Peserta yang hadir
dalam penyuluhan duduk melingkar sehingga mudah jika ingin menyampaikan
pendapat karena dapat melihat seluruh peserta maupun penyuluhnya. Semua
kelompok anggota diskusi aktif bertukar pendapat.
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Jum’at malam tanggal 10 November
2014 yang dimulai sekitar pukul setengah 8 malam sampai selesai. Tempat
diadakannya penyuluhan yaitu di rumah salah satu anggota kelompok tani dekat
rumah Ibu penyuluh. Kendala dalam pelaksanaan penyuluhan di Desa Wonojati
Kecamatan Jenggawah yaitu Gapoktan kurang memperhatikan penjelasan materi
PUTS yang diberikan oleh penyuluh dan waktu penyuluhan yang telah ditentukan
pada pukul 8 malam, kedatangan anggota kelompok tani tidak tepat waktu.
Solusinya yaitu perlu adanya kesadaran dalam diri masing-masing petani agar
mau memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyuluh sehingga dapat
dipahami secara baik dan untuk anggota kelompok tani harus disiplin atau datang
tepat waktu agar acara penyuluhan berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan.
Jika Gapoktan memperhatikan dengan baik, maka manfaat yang akan diperoleh
untuk keberhasilan usahataninya bisa maksimal.
23

4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu hal yang direncanakan dan
telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengambil keputusan dalam
menentukan kebijakan yang akan dilakukan selanjutnya. Evaluasi di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dilakukan di awal dan di
akhir atau setelah penyuluhan. Evaluasi awal di Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember dilakukan saat pertemuan rutin Gapoktan setiap
satu bulan sekali tepatnya pada tanggal sepuluh, sedangkan evaluasi akhir atau
setelah penyuluhan dilakukan penyuluh secara personal. Evaluasi secara personal
dilakukan penyuluh dengan tujuan lebih cepat mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang sedang terjadi pada salah satu anggota Gapoktan.
Evaluasi awal membahas tentang program dari pemerintah yaitu Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi. RDKK merupakan
alat perumusan untuk memenuhi sarana produksi yang dibutuhkan petani. RDKK
pupuk bersubsidi diberikan hanya kepada petani yang tergabung dalam kelompok
tani. Penyuluh menyatakan bahwa para petani tidak mengambil semua jatah
pupuk yang telah ditentukan. Rata-rata petani mengambil pupuk Urea saja,
sedangkan pupuk-pupuk yang lain seperti SP36, Petroganik, Ponska dan ZA
hanya sedikit pengambilannya. Padahal pupuk-pupuk tersebut harus diambil
permusim tanam sebanyak 3 kali dalam setahun. Penyuluh menghimbau para
petani untuk menggunakan pupuk berimbang, yaitu dengan cara mengambil
semua jatah yang telah ditentukan berdasarkan luas lahan yang dimiliki masing-
masing petani.
Evaluasi akhir dilakukan di akhir acara, yaitu setelah dilakukan penjelasan
materi tentang PUTS. PUTS adalah Perangkat Uji Tanah Sawah yang digunakan
untuk mengetahui kekurangan unsur hara dalam tanah sehingga penyuluh dapat
menganjurkan pupuk-pupuk apa saja yang harus diberikan pada tanah tersebut.
Setelah dilakukan pengujian, tanah sawah terbukti pHnya rendah. Penyuluh
menganjurkan petani untuk menambahkan kapur seperti dolomit sehingga
tanahnya tidak asam lagi. Evaluasi awal dan akhir dilaksanakan secara bersamaan,
tepatnya saat pelaksanaan penyuluhan tanggal 10 November 2014.
24

Proses evaluasi penyuluhan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah


Kabupaten Jember pertama kali dilaksanakan oleh Gapoktan. Evaluasi dilakukan
ketika ada pertemuan kelompok tani. Setiap kelompok tani menyatakan
permasalahan yang dihadapi anggotanya. Dari pernyataan itu, didapatkan
informasi yang akan ditampung oleh Gapoktan, kemudian disampaikan pada PPL
setempat. Informasi dari Gapoktan dilaporkan oleh PPL ke UPTD Jenggawah
ketika ada acara pertemuan rutin. Setelah UPTD memperoleh informasi dari PPL,
maka UPTD mengambil keputusan untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Kendala yang dihadapi penyuluh di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember ketika melakukan evaluasi adalah kurangnya perhatian dari
petani. Petani yang memperhatikan hanya yang mengalami permasalahan saja,
sedangkan yang lainnya berbicara sendiri dengan temannya. Cara mengatasi
kendala tersebut yaitu penyuluh memberikan nasehat kepada seluruh petani agar
mau memperhatikan dengan baik ketika penyuluh melakukan evaluasi.
Seharusnya, petani yang mengikuti penyuluhan memperhatikan semua
penyampaian dari penyuluh agar tercapai tujuan yang telah direncanakan.

4.5 Model Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian


Model komunikasi dalam penyuluhan pertanian dibedakan kedalam tiga
jenis, yaitu model komunikasi linier, model komunikasi interaksional, dan model
komunikasi transaksional. Model komunikasi dalam penyuluhan yang
dilaksanakan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah yaitu model komunikasi
transaksional. Model komunikasi transaksional merupakan model komunikasi
yang berlangsung hanya jika komuniksai dipandang dalam konteks hubungan
antara dua orang atau lebih, dimana arah pesan atau pengaruh bukan terjadi secara
dua arah, namun berlangsung secara simultan selama pihak-pihak yang terlibat
berkomunikasi. Ketika penyuluh selesai memberikan materi tentang PUTS,
Gapoktan bertanya tentang solusi untuk mengatasi pH tanah yang cukup rendah.
Kemudian, penyuluh menjawab pertanyaan tersebut. Solusi untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu dengan memberikan dosis pupuk yang sesuai. Gapoktan
kemudian memberikan pertanyaan lagi kepada penyuluh dan penyuluh menjawab
25

kembali pertanyaan tersebut. Hal tersebut berlangsung secara terus menerus


sampai semua pihak paham mengenai permasalahan yang ada sehingga tidak
timbul kebingungan.

Penyuluh Petani

Gambar 4.1. Model Komunikasi Transaksional


Proses komunikasi tersebut dimulai ketika pembicara atau penyuluh
memberikan materi kepada pendengar atau Gapoktan. Gapoktan kemudian
menanyakan tentang solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penyuluh
menjawab pertanyaan tersebut. Proses tersebut terjadi secara berulang-ulang
sampai setiap pihak bisa memahami dengan baik.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Perencanaan penyuluhan pertanian di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember dilakukan untuk menentukan metode penyuluhan yang
akan digunakan dan penyuluh melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada
petani untuk menentukan materi penyuluhan yang akan diberikan.
2. Materi penyuluhan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) yang diberikan oleh
penyuluh merupakan solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
oleh petani di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
3. Sebelum melaksanakan penyuluhan pertanian, penyuluh mempersiapkan
terlebih dahulu metode penyuluhan yang digunakan yaitu metode pertemuan.
4. Evaluasi penyuluhan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember dilakukan di awal dan di akhir atau setelah penyuluhan dilakukan.
5. Model komunikasi yang terjadi saat penyuluhan berlangsung yaitu model
komunikasi transaksional.

5.2 Saran
1. Petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian sebaiknya lebih
memperhatikan materi yang diberikan oleh penyuluh dan berpartisipasi aktif
supaya kegiatan penyuluhan dapat tercapai sesuai dengan tujuan penyuluhan
pertanian.
2. Penyuluh harus mempunyai cara atau metode penyuluhan yang efektif agar
materi penyuluhan yang disampaikan dapat diserap dengan baik oleh petani.
3. Pemerintah seharusnya memberikan bantuan dalam kegiatan penyuluhan di
Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dengan cara
memberikan pelatihan kepada penyuluh.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar dan Siregar, Amelia N. 2010. Kualitas Pelayanan Penyuluh Pertanian


dan Kepuasan Petani dalam Penanganan dan Pengolahan Hasil Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L.). Penyuluhan Pertanian, 5(1) : 1-15.

Arifudin, Eri Sayamar, Susy Edwina, Wahyuni Rizki. 2013. Implementasi UU


SP3K pada Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Kota Pekanbaru. SEPA,
9(2) : 190-200.

Ban, Van Den, dan Hawskin. 2012. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Desrianti, Alex. 2009. Teori dan Model Komunikasi. Bandung: Universitas


Padjadjaran.

Ermina, Yogasuria. 2013. Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian. Serial


Online. http://bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel/artikel-manaje
men/662-ir-ermina-yogasuria-m-si. Diakses 23 Oktober 2014.

Irwansyah. 2014. Teori, Konsep, dan Model Komunikasi. Serial Online.


http://komunikasi.us/index.php/course/2175-liya. Diakses 23 Oktober
2014.

Kusnadi, Dedy. 2011. Metode Penyuluhan Pertanian. Bogor: STPP Press.

Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan pada Petani Sawah. Ilmu
Komunikasi, 1(1) : 1-12.

Soetriono, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Bayu Media.

Yulida, Roza., Kausar, dan Lena Marjelita. 2012. Dampak Kegiatan Penyuluhan
Terhadap Perubahan Perilaku Petani Sayuran di Kota Pekanbaru. IJAE,
3(1) : 37-58.

Anda mungkin juga menyukai