Anda di halaman 1dari 27

Seri 01

Robinson Putra

Sumber : Puslitbang Tanamanan Pangan, BPTP SUMUT,


BPTP Riau, BPTP Lampung, BPTP DKI, BPTP, SULTRA, BPTP
DIY, BPTP Kalbar, IRRI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 1


Robinson Putra

Sumber : Puslitbang Tanamanan Pangan, BPTP SU-


MUT, BPTP Riau, BPTP Lampung, BPTP DKI, BPTP,
SULTRA, BPTP DIY, BPTP Kalbar, IRRI

Produksi Oleh : BPTP Kepulauan Riau

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 53
VISI & MISI
BPTP KEPULAUAN RIAU
SK :OM1490
Nomor Persilangan : OM606/IR18348-36-3-3 Visi
Golongan : Cere
Umur tanaman : 103 hari
Bentuk Tanaman : Tegak “Menjadi penggerak utama, terunggul, dan
Tinggi Tanaman : 101cm
Anakan Produktif : 117anakan responsif memberikan pelayanan prima
Warna kaki : Hijau dalam inovasi teknologi pertanian tepat
Warna telinga daun : putih guna spesifik Lokasi menuju pertanian
Warna lidah daun
Warna daun
: hijau
: Hijau
industrial berkelanjutan di Kepulauan Riau
Permukaan daun : Kasar pada tahun 2019”.
Posisi daun : Tegak
Posisi daun bendera : Tegak
Warna batang : Hijau Misi
Kerebahan : tahan rebah
Leher malai : sedang
Kerontokan : sedang Menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan
Bentuk gabah : Panjang ramping inovasi pertanian spesifik wilayah sesuai dengan kebutuhan
Warna gabah : kuning bersih pengguna
Rata-rata hasil : 6,59 ton/ha GKG
Potensi hasil : 8,0 ton/ha
Berat 1000 butir : 25,2gram Mengembangkan jejaring kerjasama baik di daerah maupun
Tekstur nasi : pulen nasional dan internasional dalam rangka peningkatan
Kadar amilosa : 22,40 % kapasitas pengkajian, pendayagunaan hasil pengkajian dan
Ketahanan terhadap hama pengembangan inovasi pertanian
Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri strain III, IV Melaksanakan pengkajian dan pengembangan norma dan
dan strain VIII tahan terhadap penyakit blas ras 133 standar metodologi pengkajian dan pengembangan teknologi
Keterangan pertanian
Cocok untuk ditanam di sawah dataran rendah sampai sedang
(± 600 m dpl)
Pemulia Mengembangkan SDM yang profesional dan mandiri
Aan A. Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah, Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi,
M.yamin Samaullah
Peneliti
Baehaki SE, Triny SK, Suprihanto,Prihadi Wibowo,Anggiani Nasution, Rina Dirgahayu,
AA Kamandalu, Akmal, Ali imran, Zairin
Teknisi
Thoyib S. Maruf, Maman Suherman, Uan DS, Karmita, Meru, Suwarso, Dede Munawar
alas an Utama dilepas : Umur sangat genjah, Produktivitas tinggi
Tahun dilepas : 2009
Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 52 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 3
KATA PENGANTAR

SK :OM2395
Nomor Persilangan : IR63356-SEL/TN1
Golongan : Cere
Umur tanaman : 103 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 99 cm
Anakan Produktif : 18 anakan
Warna kaki : Hijau
Warna telinga daun : putih
Warna lidah daun : hijau
Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Posisi daun bendera : Tegak
Warna batang : Hijau
Kerebahan : tahan rebah
Leher malai : sedang
Kerontokan : sedang
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : kuning bersih
Rata-rata hasil : 6,21 ton/ha GKG
Potensi hasil : 8,0 ton/ha
Berat 1000 butir : 25,1 gram
Tekstur nasi : pera
Kadar amilosa : 26,4 %
Ketahanan terhadap hama
Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri strain III, IV
dan strain VIII tahan terhadap penyakit blas ras 133
Keterangan
Cocok untuk ditanam di sawah dataran rendah sampai sedang
(± 600 m dpl)
Pemulia
Aan A. Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah, Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi,
M.yamin Samaullah
Peneliti
Baehaki SE, Triny SK, Suprihanto,Prihadi Wibowo,Anggiani Nasution, Rina Dirgahayu,
AA Kamandalu, Akmal, Ali imran, Zairin
Teknisi
Thoyib S. Maruf, Maman Suherman, Uan DS, Karmita, Meru, Suwarso, Dede Munawar
alas an Utama dilepas : Umur sangat genjah, Produktivitas tinggi
Dilepas : 2009
Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 4 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 51
Hama putih palsu (leaffolder)
Cnaphalocrocis medinalis (Guenée)Hama putih palsu jarang menjadi hama
utama padi. Serangannya menjadi berarti bila kerusakan pada daun pada
fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai >50%. Kerusakan
SK :BP1178-2F-26 akibat serangan larva hama putih palsu terlihat dengan adanya warna putih
Asal Persilangan : Cisadane/IR54742-1-19-11-8 pada daun di pertanaman (Gb. 20). Larva (Gb. 21) makan jaringan hijau
Golongan : Cere daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang
Umur tanaman : 108 hari berwarna putih. Siklus hidup hama ini 30-60 hari.
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 106 cm Tanda pertama adanya infestasi hama putih palsu adalah kehadiran ngengat
Anakan Produktif : 18 anakan berwarna kuning coklat yang memiliki 3 buah pita hitam dengan garis
Warna kaki : Hijau lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat,
Warna telinga daun : Putih ngengat berbentuk segi tiga(Gb. 22). Untuk mengendalikan hama putih
Warna lidah daun : Hijau palsu:
Warna daun : Hijau  Upayakan pemeliharaan tanaman sebaik mungkin agar pertanaman
Permukaan daun : Kasar
tumbuh secara baik, sehat, dan seragam;
Posisi daun : Tegak
Posisi daun bendera : Tegak  Pergunakan insektisida (bila diperlukan) berbahan aktif fipronil atau
Warna batang : Hijau karbofuran;
Kerebahan : tahan rebah  Jangan menggunakan insektisida sampai tanaman berumur 30 hari
Leher malai : sedang setelah tanam pindah atau 40 hari sesudah sebar benih;
Kerontokan : sedang
Bentuk gabah : ramping  Tanaman padi yang terserang pada fase ini dapat pulih apabila air dan
Warna gabah : kuning pupuk dikelola dengan baik.
Rata-rata hasil : 6,52 ton/ha GKG Larva hama putih palsu
Potensi hasil : 78,60 ton/ha GKG ; 12 ton /ha GKG
Berat 1000 butir : 27 gram
Tekstur nasi : Pulen
20 21
Kadar amilosa : 21,35 %
Ketahanan terhadap hama
Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri strain III, IV
dan strain VIII tahan terhadap penyakit blas ras 133
Keterangan
Cocok untuk ditanam di sawah dataran rendah sampai sedang
(± 600 m dpl)
Pemulia
Aan A. Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah, Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi,
M.yamin Samaullah
Peneliti Daun berwarna putih dan terlipat akibat . Larva Hama putih Palsu
Baehaki SE, Triny SK, Suprihanto,Prihadi Wibowo,Anggiani Nasution, Rina Dirgahayu, kerusakan yang ditimbulkan oleh larva
AA Kamandalu, Akmal, Ali imran, Zairin hama putih palsu
Teknisi
Thoyib S. Maruf, Maman Suherman, Uan DS, Karmita, Meru, Suwarso, Dede Munawar
alas an Utama dilepas :
Umur sangat genjah, Produktivitas tinggi (lebih baik dari dodokan), tekstrur nasi pulen Ngegat Hama putih Palsu
Pengusul 22
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 50 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 5
Hama putih (caseworm)
Nymphula depunctalis (Guenée) Hama putih jarang menjadi hama utama SK :956/Kpts/SR.120/7/2008
pada padi. Tanda adanya hama ini di lapang adalah dari ngengat kecil (Gb. Nomor Persilangan : BP205D-KN-78-1-8
23) dan larva. Serangan oleh hama ini dapat terjadi pada pembibitan sampai Asal : Dakava line 85/Membramo
fase anakan. Fase hama yang merusak adalah fase larva. Golongan : Cere Indica
Umur tanaman : 118 hari
Kerusakan pada daun yang khas yaitu daun terpotong seperti digunting (Gb. Bentuk Tanaman : Tegak
24). Daun yang terpotong tersebut berubah menyerupai tabung yang Tinggi Tanaman : 100 cm
digunakan larva untuk membungkus dirinya dan larva aman dengan benang Anakan Produktif : 15 anakan
-benang sutranya. Larva bernafas dari dalam tabung dan memerlukan air di Warna kaki : Hijau
sawah. Gulungan daun yang berisi larva dapat mengapung di atas per- Warna telinga daun : tidak berwarna
mukaan air pada siang hari dan makan pada malam hari. Larva akan me- Warna lidah daun : tidak berwarna
manjat batang padi membawa gulungan daunnya yang berisi air untuk Warna daun : Hijau Tua
pernafasannya (Gb. 25). Tindakan pengendalian perlu dilakukan kalau Permukaan daun : Kasar
tingkat serangan mencapai >25% daun rusak atau 10 daun rusak per Posisi daun : Tegak
rumpun. Bila diperlukan, gunakan insektisida yang berbahan aktif fipronil Posisi daun bendera : Tegak
atau karbofuran. Warna batang : Hijau
Kerebahan : tahan rebah
Leher malai : sedang
Kerontokan : sedang
Bentuk gabah : sedang ramping
23 25 Warna gabah : kuning
Jumlah gabah/malai : 157 butir
Rata-rata hasil : 6,82 ton/ha GKG
Potensi hasil : 78,60 ton/ha GKG ; 12 ton /ha GKG
Berat 1000 butir : 28 gram
Tekstur nasi : Sangat Pulen
Kadar amilosa : 18 %
Ketahanan terhadap hama
Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri strain III, IV
dan strain VIII
Agak tahan penyakit virus tungro inokulum variasi 013 dan 031
dan rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum varian 073
Gulungan daun yang berisi hama putih Keterangan
Ngegat hama putih mengapung diatas air Cocok untuk ditanam di sawah dataran rendah sampai sedang
(± 600 m dpl)
Pemulia
Buang Abdullah, Soewito Tjokrowidjojo, Sularjo, dan Bambang
24 Kustianto
Gejala kerusakan yaitu daun sep- Peneliti
erti digunting Atito D, Endang Suhartatik, Anggiani Nasution, Heni Safitri,
Angelita P, Lestari, Ema Herlina, Baehaki S.E., Neni E Sumardi,
Aris, dan Hairmansis
Teknisi
Sudarno, Indarjo, Yusuf, Supartopo, Sail Hanafi, Yaya Suhaya,
Suryono, Gusnimar Aliawati, dan Panca Hadi Siwi
Pengusul
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 6 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 49
Daftar Isi

Hama
SK :951/Kpts/SR.120/7/2008 Penggerek batang padi - stem borer
Nomor Persilangan : BP 1356-1 G-KN-4 Wereng coklat - brown planthopper
Asal : Tajum/Maros/Maros Wereng hijau - green leafhopper
Golongan : Cere Kepinding tanah - black bug
Umur tanaman : 115 hari Walang sangit - rice bug
Bentuk Tanaman : Tegak Tikus - rat
Tinggi Tanaman : 85-95 cm Ganjur - gall midge
Anakan Produktif : 15 anakan Hama putih palsu - leaffolder
Warna kaki : Hijau Hama putih - caseworm
Warna telinga daun : Putih Ulat tentara/grayak - armyworm
Warna lidah daun : Hijau Ulat tanduk hijau - green horned caterpillar
Warna daun : Hijau Tua Ulat jengkal-palsu hijau - green semilooper
Permukaan daun : Kasar Orong-orong - mole cricket
Posisi daun : Tegak Lalat bibit - rice whorl maggot
Posisi daun bendera : Tegak Keong mas - golden apple snail
Warna batang : Hijau Burung - bird
Kerebahan : sedang
Leher malai : sedang Penyakit
Kerontokan : sedang Hawar daun bakteri - bacterial leaf blight
Bentuk gabah : ramping Bakteri daun bergaris - bacterial leaf streak
Warna gabah : kuning jerami dengan garis-garis coklat Blas - blast
Rata-rata hasil : 5,83 ton/ha GKG Hawar pelepah daun - sheath blight
Potensi hasil : 7,30 ton/ha GKG Busuk batang - stem rot
Berat 1000 butir : 27-28 gram Busuk pelepah daun bendera - sheath rot
Tekstur nasi : Pulen Bercak coklat - brown spot
Kadar amilosa : 18,55 % Bercak Cercospora - narrow brown leaf spot
Ketahanan terhadap hama Hawar daun jingga - red stripe
Agak tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 1, 2 Tungro - tungro
dan 3 Kerdil rumput - grassy stunt
Ketahanan terhadap penyakit Kerdil hampa - ragged stunt
Agak tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri strain III,
dan agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri strain IV dan Hara
VIII Kahat nitrogen - nitrogen deficiency
Agak tahan penyakit virus tungro inokulum variasi 013 dan 031 Kahat fosfor - phosphorus deficiency
dan rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum varian 073 Kahat kalium - potassium deficiency
Keterangan
Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai Diskripsi Tanaman Padi Inpari
ketinggian 600 m dpl Inpari 5,
Pemulia Inpari 3
Aan Andang Daradjat dan Bambang Suprihatno Inpari 7
Peneliti Inpari 8
I.N. Widiarta, Baehaki SE, Triny SK, S.D Indrasari, Prihadi Inpari 9
Wibowo, Omi Syahromi, Nafisah, Cucu Gunarsih, Estria Furry P. Inpari 10,
Teknisi inpari 1
Sailan, Zaenal Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, dan Dede Inpari 2,
Munawar Inpari 6
Pengusul
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 48 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 7
Kata Pengantar

Dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi


Beras Nasional (P2BN), peneliti,penyuluh dan petugas
lapang perlu dibekali dengan informasi yang memadai ten- SK : 952/Kpts/SR.120/7/2008
Nomor Persilangan : BP23F-PN-11
tang masalah lapang tanaman padi. Buku saku ini, yang per- Asal : Cere Indica
tama kali diproduksi oleh LPTP Kepulauan Riau , alas an Umur tanaman : 108 hari
mengapa perlu diprosuksi karena belum banyak beredar di Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 93 cm
peneliti, penyuluh, petani dan petugas lapang. Oleh karena Anakan produktif : 16 anakan
itu, buku untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Warna kaki : Hijau
Warna telinga daun :Tidak berwarna
Warna lidah daun :tidak berwarna
Informasi yang disusun dalam buku saku ini berasal dari Warna daun : hijau
buku saku berjudul Masalah hama, Penyaki, hara, pada Permukaan daun : Kasar
padi”dan beberapa sumber lainnya, termasuk hasil penelitian Posisi daun : Tegak
Posisi daun bendera : Tegak
di Indonesia. Warna batang : Hijau
Kerebahan : Tahan rebab
Terbitnya buku saku ini diharapkan berguna bagi peneliti, Leher malai : sedang
Kerontokan : sedang
penyuluh, petani, dan petugas lapang dalam pembangunan Bentuk gabah : ramping
pertanian di Kepulauan Riau. Warna gabah : kuning bersih
Jumlah gabah per malai : 100 butir
Rata-rata hasil : 7,32 ton/ha GKG
Saya sampaikan penghargaan kepada penyusun dan peneliti Potensi hasil : 10 ton/ha GKG
yang telah meluangkan waktu dan tenaga sampai diterbit- Bobot 1000 butir : 27 gram
kannya buku ini. Saya berharap agar buku ini bermanfaat Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22 %
bagi pengguna dan menantikan saran dan kritik untuk per- Ketahanan terhadap hama :
baikan selanjutnya. Tahan terhadap Wereng Batang Coklat Biotipe 2, dan
agak tahan terhadap Wereng Coklat Biotipe 3
Kepri, Desember 2016 Ketahanan terhadap penyakit :
Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII
Keterangan :
Kepala, Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai
dengan ketinggian ± 500 m dpl
Pemulia :
Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Baang
Dahono, SP., M.Si Abdullah, Sularjo, Aris Hairmansis, Heni Safitri, dan Suwarno
NIP. 196204111998031001 Peneliti :
Atito D., Anggiani N., Santoso, Arifin K., dan Endang S.
Teknisi :
Sail Hanafi, Sudarno, Suryono, dan Panca Hadi Siwi
Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 8 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 47
Penggerek Batang (stem borer)
Scirpophaga incertulas (Penggerek batang kuning)(Gb 1),S. innotata
(Penggerek batang putih) (Gb. 2),Chilo suppressalis (Penggerek batang
Nomor pedigri : S3382-2d-Pn-4-1 bergaris) (Gb. 3)Penggerek batang termasuk hama paling penting pada
Asal persilangan Persilangan :S487b-75/IR19661//IR19661///IR64////IR64 tanaman padi yang sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan
Golongan :Cere hasil yang tinggi. Di lapang, keberadaan hama ini ditandai oleh kehadiran
Umur tanaman :108-116 hari ngengat (kupu-kupu) (Gb. 1, 2, dan 3), kematian tunas-tunas padi (sundep,
Bentuk tanaman :Tegak dead heart) (Gb. 4), kematian malai (beluk, white head) (Gb. 5),dan ulat
Tinggi tanaman :100-120 cm (larva) penggerek batang (Gb. 6).
Anakan produktif :17-25 anakan
Warna kaki : hijau Hama ini dapat merusak tanaman pada semuafase tumbuh, baik pada saat di
Warna batang : hijau pembibitan, faseanakan, maupun fase berbunga. Bila seranganterjadi pada
Warna telinga daun : putih pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep dan jika terjadi
Warna lidah daun : putih pada saat berbunga, disebut beluk.Sampai saat ini belum ada varietas yang
Warna daun : hijau tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu
Muka daun : kasar diwaspadai, terutama pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang
Posisi daun : tegak tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek
Daun bendera : tegak batang. Hindari penanaman pada bulan-bulan Desember-Januari, karena
Bentuk gabah : ramping panjang (P=8,6 mm L =2,3 mm P/L = 3,9 suhu,kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkem-
Warna gabah : kuning bersih bangan penggerek batang,sementara tanaman padi yang baru ditanam, san-
Kerontokan : sedang gatsensitif terhadap hama ini. Tindakan pengendalianharus segera dil-
Tekstur nasi : Pulen akukan, kalau > 10% umpun memperlihatkan gejala sundep atau beluk.
Kadar amilosa : 22% Insektisida yang efektif terhadap penggerek 3
Bobot 1000 butir (gabah kering giling) : 27,7+ 0,76 g
Rata-rata hasil (gabah kering giling) : 5,08 t GKG/ha kadar air 14 %
Potensi hasil : 7,00 t GKG/ha kadar air 14 %
Ketahanan terhadap
- Hama :Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, dan
2
- Penyakit : Agak tahan terhadap bakteri hawar daun
strain III dan agak peka strain IV dan peka
terhaddap virus tungro varian 013, 031 dan 131

Anjuran tanam : Dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau G.5 Gejala Sundep
Alasan utama dilepas/keunggulan : Potensi hasil tinggi dibanding IR64, mutu
beras baik, dan tahan hawar daun bakteri
Instansi pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan
BPTP Sulawesi Selatan G. 1 Ngegat G. 2 Ngegat G. 3 Ngegat
Pemulia : ZA. Simanulang, Atito D, Idris Haddade, penggerek batang penggerek batang penggerek batang
padi putih padi putih
Aan Andang Daradjat,Bambang Su- padi bergaris
prihatno, dan M. Yamin Samaullah, Trini S. Kadir,
Nafisah, dan Didik Hernowo
Peneliti : Triny S. Kadir, Nafisah, dan Didik Her- batang tersedia di kios-kios sarana per-
nowo tanian,terutama yang berbahan aktif: karbofu- G. 6 Gejala beluk
ran,bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz,
Tim peneliti : Thoyib S. Ma’ruf, Yahya, Holil, Suwarsa, dan fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk
Maman Suherman, Karmita pestisida, baca dan pahami informasi yang tertera-
Teknisi : Abd. Rauf Serry, dan Amirudin Manrapi pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak
Dilepas tahun : 2009 beterbangan, jangan memakai pestisida semprot
untuk sundep dan beluk.

G.7 Larva Penggerek Batang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 46 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 9
Wereng coklat (brown planthopper-BPH)
Nilaparvata lugens (Stal) Wereng coklat (WCk) (Gb. 7) menjadi salah satu
hama utama tanaman padi di Indonesia sejakpertengahan tahun 1970-an. Ini
merupakankonsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas Nomor pendigiri : IR73005-69-1-1-2
unggul, pemupukan N dosis tinggi,penerapan IP>200, dsb). Penggunaan Asal : IR65469-161-2-2-2-3-2/IR61979-136-1-3-2-2
pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan Golongan : Cere
tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Tergantung pada Umur tanaman : 125 hari
tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian Bentuk tanaman : Tegak
hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso. Selain itu, WCk Tinggi tanaman : 113 +8 cm
juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Anakan produktif : 18 + 3 anakan
Warna kaki : hijau
Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, Warna batang : hijau
WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir Warna lidah daun : putih
semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu Warna daun : Hijau
(pengisian). Gejala WCk pada individu rumpun dapat terlihat dari daundaun Permukaan daun : Kasar
yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti ter- Posisi daun : Tegak
bakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. Dalam suatu ham- Posisi daun bendera : Tegak
paran, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran (Gb. 8), yang Bentuk gabah : Panjang dan ramping (P=7,06 mm L =2,20 mm P/L =
menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian 3,21)
meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian, Warna gabah : Kuning Bersih
populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi. Kerontokan : sedang
Rata-rata hasil : 6,41 ton/ha
Potensi hasil : 9,3 ton/ha
Berat 1000 butir : 27,4 gram
Tekstur nasi : Pulen
Ketahanan terhadap hama : Agak rentan terhadap hama wereng batang
coklat biotipe 1, 2 dan 3
Keterangan terhadap penyaki : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri ras III, dan agak rentan ras IV dan
VIII; serta rentan terhadap penyakit virus
tungro inokulum no. 073 dan 031, agak
tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013
Anjuran : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran
rendah sampai ketinggian 600 dpl.
Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
Balai
Gejala Opperbum Wereng Coklat Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan
BPTP Sulawesi Selatan
Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah, dan Bam
Wereng Coklat bang Suprihatno
Penelti : I.N. Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A.
Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R.
WCk dapat dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi dengan Heru Praptana, Baehaki SE, Triny S. Kadir,
jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida juga Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron,
efektif untuk mengendalikan hama ini. Varietas tahan WCk, tergantung pada dan Idris Hadade
biotipe yang berkembang di suatu ekosistem . Daerah-daerah endemik WCk Teknisi :Thoyib S. Ma’ruf, Maman Suherman, Meru,
biotipe1, dapat menanam, antara lain, varietas Memberamo, Widas, dan Uan Sudjanang, Sukanda, Suwarsa, Dede
Cimelati; untuk biotipe 2 dan 3, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus. Berbagai insek- Munawar, Abd.Rauf Serry, dan Abd. Hanid
tisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassi- Dilepas :Tahun 2009
ana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metol-
karb, MIPCI, propoksur, atau tiametoksan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 10 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 45
Wereng hijau (green leafhopper)
Nephottetix virescens

Nomor pedigri : IRT73012-15-2-2-1 N. nigropictus


Asal persilangan : IR68064-18-1-1-2-2/IR61979-136-1-3-2-2 N. cinticeps
Golongan : cere N. malayanus
Umur tanaman : 125 hari Peran wereng hijau (WH) (Gb. 9) dalam system pertanaman padi menjadi
Bentuk tanaman : tegak penting oleh karena WH merupakan vektor penyakit tungro, yang merupa-
Tinggi tanaman : 113+8 cm kan salah satu penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan WH
Anakan produktif : 19+3 anakan sebagai penghambat dalam system pertanian padi sangat tergantung pada
Warna kaki : hijau penyakit virus tungro. Sebagai hama, WH banyak ditemukan pada sistem
Warna batang : hijau sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada
Warna telinga daun : putih ekosistem padi gogo. WH menghisap cairan dari dalam daun bagian ping-
Warna lidah daun : hijau gir,
Warna daun : hijau tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. WH menyebab-
Muka daun : kasar kan daun-daun padi berwarna kuning sampi kuning oranye, penurunan
Posisi daun : tegak jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek).
Daun bendera : tegak Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan WH.
Bentuk gabah : Panjang dan ramping (P =6,78 mm, L=2,12 mm, P/L =3,21 WH umumnya dikendalikan dalam satu paket dengan pengendalian tungro.
Warna gabah : kuning bersih Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro seperti Tukad, Petanu,
Kerontokan : sedang Kalimas, dan Bondoyudo, dan penggunaan insektisida. Beberapa insektisida
Tekstur nasi : pulen efektif, terutama yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidkloprid,
Kadar milosa : 21 % karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.
Bobot 1000 butir : 23,3 g
Rata-rata hasil : 6,25 t/h
Potensi hasil : 9,9 t/ha
s
Hama :Agak rentan terhadap hama wereng batang coklat
biotipe 1, 2, dan 3 8
Penyakit :Agak tahan penyakit hawar daun bakteri ras III dan
agak rentan ras IV dan VIII; agak tahan penyakit tun
gro inokulum no. 073, serta tahan penyakit tungro
inokulum no. 031 dan no. 013
Anjuran tanam :Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian
sampai dengan 600 m dpl. 9
Alasan utama dilepas :Nasi pulen dan potensi hasil tinggi
Instamsi pengusul :Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Balai Penelitian
Tanaman Tungro,Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan
Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah, dan Bambang Su-
prihatno
Peneliti : I.N. Widiarta, Jumanto, A. Yasin Said, Sahardi, Ach
mad Muliadi, R.Heru Praptana, Baehaki SE, Triny S.
Kadir, Burhanuddin, Prihadi Wibowo,
Teknisi : Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris Hadade ,Thoyib S.
Ma’ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang,
Sukanda,Abd. Rauf Serry, dan Abd. Hanid Wereng Hijau
Dilepas ; 2009

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 44 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 11
Kepinding tanah (black bug)
Scotinophara coarctata
Nomor pendigiri : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1
Pada ekosistem padi di Asia, terdapat Asal : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2
dua spesies kepinding tanah, yaitu Golongan : Cere
kepinding tanah Malaya, Scotinophara Umur tanaman : 110-115 hari
(=Podops) coarctata (Gb. 10) dan Bentuk tanaman : Tegak
kepinding tanah Jepang Scotinophara Tinggi tanaman : 104 +7 cm
(=Podops) lurida. Banyak lagi spesies Anakan produktif : 16 + 3 anakan
yang mirip kedua kepinding tanah Warna kaki : hijau
tersebut, tetapi keberadaannya jarang Warna batang : hijau
mencapai jumlah yang melimpah. Warna lidah daun : putih
Kedua jenis kepinding tanah ini sering Warna daun : Hijau
mencapai jumlah berlimpah dan kare- Permukaan daun : Kasar
na pengendalian dengan pestisida sulit Posisi daun : Tegak
dilakukan, hama ini sering men- Posisi daun bendera : Tegak
imbulkan kerugian besar. Pada siang Warna batang : Hijau
hari, kepinding tua yang hitam G.10 Kepinding Tanah Kerebahan : Sedang
coklat mengkilat bergerombol di Kerontokan : Sedang
pangkal batang padi, persis di batas genangan air pada siang hari. Pada Bentuk gabah : Panjang (P=7,06 mm L =2,20 mm P/L = 3,21)
malam hari mereka naik batang padi dan mengisap cairan dari dalam jarin- Warna gabah : Kuning Bersih
gan tanaman. Selama musim kemarau, kepinding tanah menghabiskan Kerontokan : sedang
waktunya di belahan tanah-tanah yang ditumbuhi rumput. Kepinding tanah Rata-rata hasil : 6,23 ton/ha
dapat terbang ke pertanaman padi dan berkembang biak dalam beberapa Potensi hasil : 8,7 ton/ha
generasi. Berat 1000 butir : 27,4 gram
Tekstur nasi : Pulen
Mereka kembali ke fase dormannya setelah padi dipanen. Kepinding de- Kadar amilosa : 20,78 %
wasa dapat berpindah menempuh jarak yang jauh. Kepinding dewasa tertar- Ketahanan terhadap hama : Agak rentan terhadap hama wereng batang
ik pada sinar dengan intensitas yang kuat dan penangkapan tertinggi di- coklat biotipe 1, 2 dan 3
peroleh pada saat bulan purnama. Pengisapan cairan oleh kepinding tanah Keterangan terhadap penyaki : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun
menyebabkan warna tanaman berubah menjadi coklat kemerahan atau bakteri ras III, dan agak rentan ras IV dan
kuning. Buku pada batang merupakan tempat isapan yang disukai karena VIII; serta rentan terhadap penyakit virus
menyimpan bayak cairan. Pengisapan oleh kepinding tanah pada fase tungro inokulum no. 073 dan 031, agak
anakan, menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertumbuhan terham- tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013
bat (kerdil). Apabila serangan terjadi setelah fase bunting, tanaman Anjuran : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran
menghasilkan malai yang kerdil, eksersi malai yang tidak lengkap, dan rendah sampai ketinggian 600 dpl.
gabah hampa. Dalam kondisi populasi kepinding tinggi, tanaman yang Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
dihisap dapat mati atau mengalami bugburn, seperti hopperburn oleh Balai
wereng coklat.Kepinding tanah dapat dikendalikan dengan cara: Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan
 membersihkan lahan dari berbagai gulma agar sinar matahari dapat BPTP Sulawesi Selatan
mencapai dasar kanopi tanaman padi, Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah, dan Bam
bang Suprihatno
 menanam varietas padi berumur genjah, untuk menghambat pening- Penelti : I.N. Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A.
katan populasi kepinding tanah Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R.
Heru Praptana, Baehaki SE, Triny S. Kadir,
Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron,
dan Idris Hadade
Teknisi :Thoyib S. Ma’ruf, Maman Suherman, Meru,
Uan Sudjanang, Sukanda, Suwarsa, Dede
Munawar, Abd.Rauf Serry, dan Abd. Hanid
Dilepas :Tahun 2009

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 12 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 43
Walang sangit (rice bug)
SK ; 953/Kpts/SR.120/7/2008 Leptocorisa oratorius (Fabricius)Walang sangit (Gb. 11) merupakan hama
Nomor persilangan : BP3448E-4-2 yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme
Asal : Digul/BPT164C-68-7-2 merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila
Golongan : Cere diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau.
Umur tanaman : 110 hari Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga
Bentuk tanaman : Sedang digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Wa-
Tinggi tanaman : 95-100 cm lang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang
Anakan produktif : 17 anakan susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna
Warna kaki : hijau dan mengapur, serta gabah menjadi hampa (Gb. 12). Hama ini dapat
Warna telinga daun : Putih dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti: • mengenendalikan gulma,
Warna lidah daun : Hijau baik yang ada di sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman;
Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar  Meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata
Posisi daun : Tegak agar tanaman tumbuh seragam;
Posisi daun bendera : Tegak  Menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia
Warna batang : Hijau
Kerebahan : Sedang  pembungaan;
Kerontokan : Sedang  Mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging
Bentuk gabah : Panjang ramping yang sudah rusak, ataudengan kotoran ayam;
Warna gabah : Kuning Bersih Menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada
Rata-rata hasil : 6,05 ton/ha pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi. Penggunaan
Potensi hasil : 7,52 ton/ha insektisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
Berat 1000 butir : 24 gram - BPMC,
Tekstur nasi : Pulen - fipronil,
Kadar amilosa : 20,57 % - metolkarb,
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan terhadap hama wereng - MIPC, atau
Batang coklat Biotipe 1,2 dan agak rentan - propoksur.
terhadap biotipe 3
Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri strain III, dan agak rentan terhadap
hawar daun Bakteri strain IV dan strain
VIII, rentan terhadap virus Gambar Walang Sangit
tungro inokulum varian no 073, agak 11
tahan terhadap penyakit virus tungro
inokulum varian no 031 dan no 013
Keterangan : cocok untuk ditanam di ekosistem sawah
sampai dengan ketinggian 600 m dpl
Pemulia : Aan Andang Daradjat dan Bambang
Suprihatno.,
Peneliti :I.N. Widiarta, Baehaki SE, Triny SK, S.D
Indrasari, Prihadi WibowoOmi Syahromi,
Nafisah, Cucu Gunarsih, dan Estria Furry P,
Teknisi : Thoyib S. Ma’ruf, Maman Superman,
Meru, Uan Sudjanang, M.Sailan, Zaenal
Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, dan Gambar Beras yang 12
Dede Munawar mengalami perubahan
warna dan mengapur
Pengusul :Balai Besar Penelitian Tanaman Padi akibat serangan walang
sangit

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 42 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 13
Tikus (rat)
SK ; 955/kpts/Sr.120/7/2008
Rattus argentiventer (Rob. & Kloss) Tikus (Gb. 13) merusak tanaman padi Nomor persilangan : I R5600-21-2-2
pada semua fase tumbuh dari semai hingga panen, bahkan sampai penyim- Asal : Shen Nung 89-366/Ketan Lumbu
panan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generat- Golongan : Cere
if, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Pada se- Umur tanaman : 115 hari
rangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas Bentuk tanaman : Sedang
ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan (Gb. Tinggi tanaman : 100-105 cm
14A). Anakan produktif : 15 anakan
Warna kaki : hijau
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi Warna telinga daun : Putih
dalam sarangnya di tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan di Warna lidah daun : Hijau
daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus Warna daun : Hijau
bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke Permukaan daun : Kasar
sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada Posisi daun : Tegak
daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki Posisi daun bendera : Tegak
(foot print), jalur jalan (runway), kotoran/faeces, lubang aktif, dan gejalase- Warna batang : Hijau
rangan. Tikus sangat cepat berkembang biak dan hanya terjadi pada periode Kerebahan : Sedang
padi generatif. Dalam satu musim tanam, satu ekor tikus betina dapat me- Kerontokan : Sedang
lahirkan 80 ekor anak. Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan Bentuk gabah : Panjang dan agak gemuk
PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yang Warna gabah : Kuning Bersih
didasarkan pada biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara bersama oleh Rata-rata hasil : 5,74 ton/ha
petani sejak dini (sejak sebelum tanam), intensif dan terus-menerus, me- Potensi hasil : 7,20 ton/ha
manfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam Berat 1000 butir : 27,41 gram
wilayah sasaran pengendalian skala luas. Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23,91 %
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan terhadap hama wereng
Tikus Batang coklat Biotipe 1,2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap penyakit hawar daun
13 bakteri strain II, dan agak rentan strain
IV dan strain VIII, rentan terhadap virus
tungro inokulum varian no 073, agak
tahan terhadap penyakit virus tungro
inokulum varian no 031 dan no 013
Sifat khusus lainnya : memiliki kadar Fe tinggi dalam beras
pecah kulit antara 18-33 ppm, sedangkan
ciherang hanya 11-19 ppm
14 Keterangan : cocok untuk ditanam di ekosistem sawah
sampai dengan ketinggian 600 m dpl
Pemulia : Aan Andang Daradjat dan Bambang
Suprihatno.,
Peneliti :I.N. Widiarta, Baehaki SE, Triny SK, S.D
Ciri- Indrasari, Prihadi WibowoOmi Syahromi,
khas Nafisah, Cucu Gunarsih, dan Estria Furry P,
petak Teknisi : Thoyib S. Ma’ruf, Maman Superman,
sawah diserang tikus (A), kerusakan padi stadia Meru, Uan Sudjanang, M.Sailan, Zaenal
vegetatif (B) & generatif (C) Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, dan
Dede Munawar
Pengusul :Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 14 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 41
Pada awal musim, pengendalian tikus ditekankan untuk menekan populasi
awal tikus, yang dilakukan melalui gropyok masal, sanitasi habitat,
pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS, pemasangan bubu
Rujukan perangkap pada pesemaian (Gb. 15). TBS merupakan pertanaman padi yang
ditanam 3 minggu lebih awal, berukuran minimal (20x20) m, dipagar
Dobermann A, Fairhurst TH. 2000. Rice: Nutrient Disorders & dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada
setiap jarak 1 m, memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagar plastik
Nutrient Management. International Rice Research Institute dengan lubang menghadap keluar, dan dilengkapi dengan tanggul sempit
(IRRI), Potash & Phosphate Institute (PPI), and Potash & Phos- sebagai jalan masuk tikus.
phate Institute Canada (PPIC).
TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu tergenang air untuk
International Rice Research Institute. 2003. Rice Knowledge mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS
adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius
Bank (CD version). International Rice Research Institute, 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih
DAPO Box 7777, Metro Manila, Philippines. dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.
LTBS (Gb. 16) merupakan bentangan pagar plastik sepanjang > 100 m,
Mew TW, Castilla NP, Elazegui FA, Vera Cruz CM.2001. The dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselangseling agar
etiology of red stripe of rice: current status and future directions mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan
in IRRN 26.1/2001. International Rice Research Institute. Ou LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang
tanggul irigasi, dan tanggul/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap
S.H. 1985. Rice Diseases. Commonwealth tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui
Mycological Institute. The Cambrian News Ltd., tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap. Fumigasi (Gb.
Great Britain. 17) paling efektif dilakukan pada fase generatif, saat sebagian besar tikus
berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini efektif membunuh tikus
Reissig WH, Heinrichs EA, Litsinger JA, Moody K,Fiedler L, beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida sebaiknya hanya
digunakan saat populasi tikus sangat tinggi, dan hanya efektif pada periode
Mew TW, Barrion AT. 1986. Illustrated Guide to Integrated bera dan fase awal vegetatif.
Pest Management in Rice in Tropical Asia. International Rice
Research Institute, DAPO Box 7777, Metro Manila, Philip-
pines.

Shepard BM, Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Ricefeeding 16


insects of tropical Asia. International Rice Research Institute,
DAPO Box 7777, Metro Manila, Philippines.

Untung K, Harsono Lanya, dan Yadi Rusyadi penterjemah). 15


1995. Permasalahan Lapangan tentang Padi di Daerah Tropika. LTBS pada Tanggul Irigasi
International Rice Research Institute, DAPO Box 7777, Metro TBS pada habitas batas kampung
Manila, Filipina.
Fumigasi 17
Pagar plastic Pintu Masuk Tikus

20 cm
Pintu Masuk Tikus Bubu perangkap

Skema posisi bubu Perangkap pada LTBS

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 40 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 15
Ganjur (gall midge) Kahat kalium
Orseolia oryzae (Wood-Mason) Ganjur umumnya bukan merupakan hama (potassium deficiency)
utama padi di Indonesia. Hama ini hanya sedikit merugikan, sangat bersifat
Balail, dan hanya terjadi pada musim-musim tertentu. Namun demikian, Tanaman padi yang kekurangan unsur hara K sebagian akarnya
serangan ganjur dapat terjadi sejak pertanaman masih di pembibitan sampai
tanaman mencapai fase primordia. Gejala khas ganjur adalah tunas padi
membusuk, tanaman kerdil (Gb.76), daun layu/terkulai, ping-
yang tumbuh menjadi bentuk seperti pentil atau daun bawang, dengan pan- giran dan ujung daun tua seperti terbakar (daun berubah warna
jang bervariasi, 15-20 cm (Gb. 18). Anakan yang terserang ganjur tidak menjadi kekuningan/oranye sampai kecoklatan yang dimulai
mampu menghasilkan malai. Serangga dewasa Orseolia oryzae menyerupai dari ujung daun terus menjalar ke pangkal daun (Gb. 77),
nyamuk kecil, tidak kuat terbang (Gb. 19), sehingga penyebaran sangat anakan berkurang, ukuran dan berat gabah berkurang. Tanaman
terbatas. Serangga ini aktif pada malam hari dan sangat tertarik pada caha- yang kahat kalium juga lebih rentan terhadap serangan hama
ya. Hama ganjur dapat dikendalikan melalui langkah-langkah sebagai beri-
kut: dan penyakit, serta keracunan besi.
 Atur waktu tanam agar puncak curah hujan tidak bersamaan dengan
stadia vegetatif.
 Bajak ratun/tunggul yang berasal dari tanaman sebelumnya dan bu-
ang/bersihkan semua tanaman inang alternatif seperti padi liar (Oryza
rufipogon) selama masa bera.
 Tanam varietas tahan seperti Ciliwung dan Asahan Hama ganjur
dewasa sangat tertarik terhadap cahaya, oleh karena itu lampu
perangkap dapatdigunakan untuk menangkap hama ganjur dewasa. Tanaman yang
 Insektisida granular yang berbahan aktif karbofuran dapat digunakan
76
kahat K tumbuh
karena bekerja secara sistemik. kerdil

18
19

Gejala pada ujung


daun tua seperti
77 terbakar dan beru-
bah warna menjadi
kuning kecoklatan

Serangga Dewasa Ganjur Seperti Nyamuk


Gejala kerusakan Daun Menggulung seperti kecil
daun bawang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 16 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 39
Ulat tentara/grayak (armyworm)
Kahat fosfor Spodoptera mauritia acronyctoides (Guenée) Mythimna separata (Walker)
(phosphorus deficiency) Spodoptera exempta (Walker) Spodoptera litura (Fabricius) (jarang merusak
padi) Ngengat dewasa aktif pada malam hari. Pada malam hari serangga
dewasa makan, berkopulasi, dan bermigrasi, sedangkan pada siang hari
Gejala kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan akar tanaman ngengat beristirahat di dasar tanaman. Ngengat sangat tertarik terhadap
lambat, tanaman kerdil, daun berwarna hijau gelap dan tegak (Gb. cahaya.
74),lama-kelamaan daun berwarna keungu-unguan,anakan sedikit
(Gb. 75), waktu pembungaan terlambat atau tidak rata, umur tana- Kerusakan terjadi karena larva (Gb. 26) makan bagian atas tanaman pada
man/panen lebih panjang, dan gabah yang terbentuk berkurang. malam hari dan cuaca yang berawan. Larva mulai makan dari tepi daun
Secara umum, P telah diidentifikasi sebagai unsur hara yang penting sampai hanya meninggalkan tulang daun dan batang (Gb. 27). Larva sangat
bagi kesehatan akar tanaman dan menambah ketahanan tanaman rakus dan serangan terjadi pada semua fase tumbuh tanaman padi, mulai
terhadap keracunan besi. dari pembibitan, khususnya pembibitan kering, sampai fase pengisian. M.
separata dapat memotong malai pada pangkalnya dan dikenal sebagai ulat
pemotong leher malai (Gb. 28). Bila diperlukan, gunakan insektisida yang
berbahan aktif BPMC atau karbofuran.

26 27
75

Larva dan pupa ulat tentara Gejala Kerusakan serangan

Malai Terpotong akibat serangan


28 larva ulat tentara
74

Tanaman yang Kahat P sebelah Tanaman yang kahat P tumbuh


kanan anakan sedikit. kerdil, daun hijau gelap dan tegak
lurus

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 38 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 17
Ulat tanduk hijau (green horned caterpillar)
Melanitis leda ismene Cramer Ngengat tidak tertarik pada cahaya. Ngengat
Kahat nitrogen (nitrogen deficiency)
berupa kupu-kupu yang berukuran besar yang sangat mudah dikenali karena
pada sayapnya terdapat bercak berbentuk seperti mata (Gb. 29). Larva (Gb. Tanaman yang mengalami kahat nitrogen memperlihatkan gejala per-
tumbuhan yang kerdil dan menguning, daun lebih kecil dibandingkan
30) memiliki 2 pasang tanduk, satu pasang di bagian ujung kepala dan satu daun tanaman sehat (Gb. 72). Gejala umum kekurangan N pada tana-
pasang lainnya ada di bagian ujung abdomen. Larva penyebab kerusakan man muda adalah seluruh tanaman menguning (Gb. 73), sedangkan
pada tanaman, makan daun mulai dari pinggiran dan ujung daun. Fase per- pada tanaman tua gejalanya terlihat nyata pada daun bagian bawah
tumbuhan tanaman yang diserang adalah dari fase anakan sampai pemben- (tua) yang berwarna hijau kekuning-kuningan hingga kuning. Selain itu,
tukan malai. anakan yang dihasilkan berkurang dan terlambat berbunga, tetapi proses
pemasakan lebih cepat sehingga kebernasan berkurang. Gabah dari
Selain tanaman padi, serangga ini memiliki inang lain seperti rumput- malai yang dihasilkan juga berkurang.
rumputan, tebu, sorgum, Anastrophus sp, Imperata sp, dan Panicum spp.
Hama ini sebaiknya dikendalikan dengan cara memanfaatkan musuh alami,
seperti parasit telur Trichogrammatidae. Oleh karena itu pengendalian
secara kimiawi dengan insektisida tidak dianjurkan pada saat tanaman beru-
mur 30 hari setelah tanam pindah atau 40 hari setelah sebar benih.

Daun kahat
Nitrogen lebih
kecil daripada
daun tanaman
sehat

29 72

Gejala umum
Ngegat berukuran besar pada sayap terdapat mata
seluruh tana-
man muda
menguning.

73

30

Larva ulat tanduk hijau memiliki 2 pasang tanduk, satu pasang dibagi-
an ujung kepala dan yang satu lagi dibagian ujung abdomen

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 18 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 37
Kerdil hampa (ragged stunt) Ulat jengkal-palsu hijau (green
Kerdil hampa disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
semilooper)
wereng coklat. Penyakit ini menghasilkan beberapa gejala Naranga aenescens (Moore)
malformasi pada daun seperti daun bergerigi (ragged) Populasi tinggi dari hama ini dapat terjadi sejak di persemaian hingga
dan melintir (twisting) (Gambar70 dan 71). Daun tana- anakan maksimum. Larva muda memarut jaringan epidermis tanaman,
man sakit berwarna hijau tua. Malai dari tanaman yang meninggalkan lapisan bawah daun yang berwarna putih (Gb. 31). Larva
sakit hanya keluar sebagian dan gabah yang dihasilkan yang sudah tua makan dari pinggiran daun (Gb. 32). Larva bergerak seperti
hampa. ulat jengkal dengan cara melengkungkan bagian belakang tubuhnya

Tanaman padi yang diberi pupuk dengan takaran tinggi sangat disukai hama
Penyakit dikendalikan melalui pengendalian wereng coklat ini. Populasinya meningkat selama musim hujan. Ngengat aktif pada malam
antara lain dengan penanaman varietas tahan. hari dan pada siang hari bersembunyi di dasar tanaman atau di rumput-
rumputan. Hama ini jarang menyebabkan kehilangan hasil karena tanaman
yang terserang dapat sembuh kembali dan juga musuh alami dapat menekan
populasi hama ini. Oleh karena itu, untuk mengendalikan hama ini
sebaiknya dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur
Trichogrammatidae; parasit larva dan pupa seperti Ichneumonidae, Braco-
nidae, Eulophidae, Chalcidae; dan laba-laba pemangsa ngengat.

71 Larva muda memarut jaringan


70 31 epidermis tanaman meninggal-
kan lapisan bawah daun yang
berwarna putih.

Gejala pada daun bendera, Gejala awal daun bergerigi


berubah bentuk, melintir; pada fase tanaman muda
pada fase bunting.
Larva tua ulat jengkal-palsu
hijau makan dari pinggiran
daun.
32

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 36 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 19
Orong-orong (mole cricket) Kerdil rumput (grassy stunt)
Gryllotalpa orientalis Burmeister Orong-orong jarang menjadi masalah di Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan yang
sawah, tetapi sering ditemukan di lahan pasang surut dan biasanya hanya berlebihan, sehingga tampak seperti rumput (Gambar 68). Daun tanaman
terdapat di sawah yang kering, yang kekurangan air. Penggenangan tana- padi menjadi sempit, pendek, kaku, berwarna hijau pucat sampai hijau, dan
man menyebabkan orong-orong pindah ke pematang. Hama ini memiliki kadang-kadang terdapat bercak karat (Gambar 69). Tanaman yang terinfeksi
tungkai depan yang besar (Gb. 33). Siklus hidupnya 6 bulan. Hama ini biasanya dapat hidup sampai fase pemasakan tetapi tidak memproduksi
dapat merusak tanaman pada semua fase tumbuh Benih yang disebar di malai.
pembibitan juga dapat dimakannya.
Stadia pertumbuhan tanaman yang paling rentan adalah pada saat tanam
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang dan orang sering keliru pindah sampai bunting. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang
dengan gejala kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). ditularkan oleh wereng coklat, dan tanaman inangnya hanya padi.
Orong-orong merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada
di bawah tanah (Gb. 34). Pertanaman padi muda yang diserangnya mati
sehingga terlihat adanya spotspot kosong di sawah. Cara pengendalian
Cara pengendalian orong-orong:
 Perataan tanah agar air tergenang merata;  Pengendalian dilakukan terhadap vektornya yaitu wereng coklat
Nilaparvata lugens.
 Penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur orong
-orong di tanah;
 Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);
 Penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif karbofu-
ran atau fipronil.

68 69

34
33

Tanaman terinfeksi Virus Daun tanaman padi men-


kerdil rumput jadi sempit,pendek, kaku
dan berwarna hijau pucat
Orong-orong Pangkal tanaman rusak
akibat orong-orong

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 20 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 35
Tungro Lalat bibit (rice whorl maggot)
Virus tungro Hydrellia philippina Ferino Lalat bibit merupakan hama penting pada dae-
rah yang kondisi airnya sulit diatur. Dalam serangan yang tinggi, hama ini
Tungro (Gb. 66) merupakan salah satu penyakit penting pada padi sangat dapat menyebabkan petani harus melakukan tanam ulang, karena lebih dari
merusak dan tersebar luas. Di Indonesia, semula penyakit ini hanya terbatas 50% tanaman baru mereka mati oleh lalat bibit (Gb. 35). Lalat bibit (Gb.
di Sulawesi Selatan, tetapi sejak awal tahun 1980-an menyebar ke Bali, 36) umumnya menyerang pertanaman yang baru dipindah di sawah yang
Jawa Timur, dan sekarang sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah tergenang. Gejala serangan berupa bercak kuning di sepanjang tepi daun,
Indonesia. Bergantung pada saat tanaman terinfeksi, tungro dapat me- daun yang terserang menjadi berubah bentuk, dan daun menggulung (Gb.
nyebabkan kehilangan hasil 5-70%. Makin awal tanaman terinfeksi tun- 37).
gro,makin besar kehilangan hasil yang ditimbulkannya.
Telur serangga ini diletakkan di permukaan atas daun, berwarna keputih-
Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun (Gb. putihan, berbentuk lonjong menyerupai buah pisang (Gb. 38) Bila daun
67) dan tanaman tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari yang menggulung dibuka, dengan mudah dapat dijumpai larva yang
sedikit menguning sampai jingga. Tingkat kekerdilan tanaman juga bervari- berwarna kuning kehijauan yang tembus cahaya (Gb. 39). Larva juga dapat
asi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil. Gejala khas ini ditentukan oleh bergerak ke bagian tengah tanaman sampai mencapai titik tumbuh
tingkat ketahanan varietas, kondisi lingkungan, dan fase tumbuh saat tana-
man terinfeksi. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengeringkan sawah. Pengendali-
an lalat bibit yang tepat adalah melalui pencegahan karena ketika gejala
Penyakit tungro ditularkan oleh wereng hijau dan dapat dikendalikan me- kerusakan terlihat di lapang, lalat bibit sudah tidak ada di pertanaman.
lalui pergiliran varietas tahan yang memiliki tetua berbeda, pengaturan Penggunaan insektisida (bila diperlukan) adalah yang berbahan aktif:
waktu tanam, sanitasi dengan menghilangkan sumber tanaman sakit, dan - bensultap,
penekanan populasi wereng hijau dengan insektisida. Beberapa varietas - BPMC, atau
tahan tugro antara lain Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, - karbofuran.
Kalimas, dan Bondoyudo. Beberapa cara yang juga dapat dilakukan adalah:
 Mengatur waktu tanam serempak minimal 20 ha luasan sawah;
 Menanam bibit pada saat yang tepat, yaitu dengan menanam bibit
sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau tercapai;
 Menanam dengan cara jajar legowo; 35 36 39
 pada saat tanaman umur 2-3 minggu setelah tanam bila dijumpai 2
tanaman bergejala lebih dari 10 rumpun segera aplikasikan
insektisida
 yang efektif mematikan wereng hijau; dan  sawah jangan
dikeringkan, biarkan kondisi air pada kapasitas lapang agar
wereng hijau tidak aktif berpencar menyebarkan tungro.

Serangan Lalat bibit dewasa Larva lalat bibit

66
67 37 38

Akibat serangan daun berubah warna, dan


dipinggir ada bercak kuning Telur lalat bibit seperti pisang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 34 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 21
Keong mas (golden applesnail) Hawar daun jingga (red stripe)
Pomacea canaliculata (Lamarck)
Keong mas (Gb. 40) merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tana-
Penyebab: belum diketahui Red stripe (RS) atau hawar daung jing-
man dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di per- ga (HDJ), merupakan penyakit padi yang relatif baru yang
tanaman. Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat pertama kali ditemukan di Subang, Jawa Barat tahun 1987. Penya-
mengambang (Gb. 41). Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas ada- kit ini umumnya terjadi pada daun, di lahan sawah dengan kondisi
lah pada saat 10 hari setelah tanam pindah, atau 21 hari setelah sebar benih drainase buruk, dan pada tanaman yang telah mencapai fase tum-
(benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan tanaman lebih besar daripada buh generatif. HDJ berkorelasi negatif dengan tinggi tempat karena
laju kerusakan oleh keong mas. semakin tinggi tempat, penyakit semakin ringan. Penyakit ini me-
nyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Sampai
Bila terjadi invasi keong mas, sawah perlu segera dikeringkan, karena saat ini, penyebab penyakit belum diidentifikasi secara pasti.
keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani me-
nanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pin-
dah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian Gejala penyakit diawali dengan titik kecil berwarna jingga (oranye)
(flash flood = intermitten irrigation). (Gb. 63) di helaian daun.Dari titik tersebut terbentuk garis lurus
(stripe)berwarna jingga, ke arah ujung daun. Garis ini tidak
Bila padi ditanam dengan sebar langsung, selama 21 hari setelah sebar, pernah ke arah pangkal daun (Gb. 64).
sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain
itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum Dalam perkembangannya, gejala ini menjadi hawar (blight), mirip
tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada
saat dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memu-
dengan gejala yang disebabkan oleh hawar daun bakteri (Gb. 65).
dahkan pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliann- Hawar daun jingga dikendalikan secara kultur teknis. Pemberian
ya. pupuk dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per
ha dapat menekan perkembangan penyakit.

Penyakit juga dapat ditekan dengan mengeringkan lahan dan mem-


buka kanopi pertanaman, untuk mengurangi kelembaban dan mem-
40 perbaiki sirkulasi udara dalam kanopi.

63 64 65

41

Keong mas Akibat serangan Keong mas


Gejala berupa bercak berwarna Bercak yang bersatu yang
Gejala awal hawar daun hijau kuning terang pada stadia menyerupai hawar bakteri
jingga berupa bercak hijau mulai berbunga.
kuning terang yang berkem-
bang menuju ujung daun.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 22 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 33
Bercak cercospora (narrow Keberadaannya di lapang ditandai oleh adanya telur berwarna me-
brown leaf spot)
rah muda (Gb. 42) dan keong mas dengan berbagai ukuran dan
warna. Keong mas merupakan salah satu hama penting yang me-
Cercospora oryzae nyerang padi muda terutama di sawah yang ditanam dengan sistem
tabela. Keong mas dapat dikendalikan melalui:
Bercak cercospora disebabkan oleh 62
jamur Cercospora oryzae. Penyakit  Secara fisik, gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang
menyebabkan kerusakan yang serius dipasang pada tempat air masuk di pematang untuk memini-
pada pertanaman di lahan yang ku- malkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan
rang subur. pemungutan dengan tangan.
Penyakit menghasilkan gejala lurus  Secara mekanis, pungut keong (Gb. 43) dan hancurkan. Telur
sempit berwarna coklat pada helaian keong mas dihancurkan dengan kayu/bambu.
daun bendera, pada fase tumbuh  Bila di suatu Balaisi sudah diketahui bahwa keong mas adalah
pemasakan (Gb. 62). hama utama, sebaiknya tanam bibit umur > 21 hari dan tanam
lebih dari satu bibit per rumpun; buat caren di dalam dan di
sekeliling petakan sawah.
Gejala juga dapat terjadi pada  Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos
pelepah dan kulit gabah. Penyakit dikendalikan dengan pemupukan amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin.
berimbang yang lengkap, dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, Aplikasi pestisida dilakukan di sawah yang tergenang, di
dan 100 kg KCl per ha. caren, atau di cekungan-cekungan yang ada airnya tempat
keong mas berkumpul.

43
42

Telor Keong Mas berwarna merah Keong mas dari areal pertanaman
muda

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 32 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 23
Burung (bird) Bercak coklat (brown spot)
Lonchura spp. Helmintosporium oryzae
Ploceus sp.
Penyakit bercak coklat (Gb. 60) disebabkan oleh jamur Helmintosporium
Burung (Gb. 44) me- oryzae pada pertanaman. Bercak coklat dapat menyebabkan kematian tana-
nyerang tanaman padi man muda dan menurunkan kualitas gabah. Seperti penyakit bercak cerco-
pada fase matang susu spora, penyakit ini merusak sekali pada pertanaman padi di lahan dengan
44 sistem drainase buruk atau lahan yang kahat unsur hara, terutama yang
sampai pemasakan biji unsur kalium. Penyakit jarang sekali terjadi di lahan subur.
(sebelum panen). Se-
rangan mengakibatkan biji Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah bercak berwarna coklat,
hampa, adanya gejala berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada permukaan
seperti beluk, dan biji daun (GB. 61), pada pelepah, atau pada gabah. Patogen penyakit bersifat
banyak yang terbawa benih (seed borne), sehingga dalam keadaan yang cocok, penyakit
hilang. dapat berkembang pada tanaman yang masih sangat muda. Penyakit dapat
dikendalikan secara efektif dengan varietas tahan dan melalui pemupukan
dengan 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl.

Burung sebaiknya dikendalikan dengan cara:

1. Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore,
karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang kritis
bagi tanaman diserang burung. 60
2. Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan bu- 61
rung; luas sawah yang diisolasi kurang dari 0,25 hektar.
3. Bila tanam tabela:
 Benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah;
 Benih yang digunakan harus lebih banyak;
 Gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk
menakut-nakuti burung; pekerjakan penjaga burung;
 Tanam serentak dengan sekitarnya; jangan menanam atau
memanen di luar musim agar tidak dijadikan sebagai satu-
satunya sumber makanan pada saat itu. Gejala bercak coklat
4. Kendalikan habitat/sarang burung. Gejala bercak coklat berbentuk oval
dan bulat

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 24 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 31
Busuk pelepah (sheath rot) .Hawar daun bakteri (bacterial
Sarocladium oryzae (Sawada) Gums dan
Hawksworth
leaf blight - BLB)
Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Infeksi terjadi pada pelepah daun paling atas yang menutupi malai muda Hawar daun bakteri (HDB) merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas
pada akhir fase bunting. Gejala awal adalah adanya noda berbentuk bulat dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau
memanjang hingga tidak teratur dengan panjang 0,5- 1,5 cm, warna abu-abu musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu terge-
di tengahnya dan coklat atau coklat abu-abu di pinggirnya. Bercak mem- nang, dan dipupuk N tinggi (> 250 kg urea /ha). Penyakit HDB
besar, sering bersambung, dan bisa menutupi seluruh pelepah daun. Infeksi menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala
berat menyebabkan malai hanya muncul sebagian (tidak berkembang) (Gb. yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian atau yang baru
58) dan mengerut. Malai yang muncul sebagian hanya dapat menghasilkan dipindah) (Gb. 45). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan
sedikit bulir yang berisi (Gb. 59). Stadia tanaman yang paling rentan adalah menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan
saat keluar malai sampai matang susu. Busuk pelepah dapat dikendalikan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas
dengan cara: (lodoh). Sementara, hawar (Gb. 46) merupakan gejala yang paling umum
 Bakar tunggul segera sesudah panen untuk mengurangi inokulum. dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai
fase pemasakan.
 Atur jarak tanam agar tidak terlalu rapat.
 Beri pupuk K pada fase anakan. Gejala diawali dengan timbulnya bercak abuabu (kekuningan) umumnya
pada tepi daun (Gb. 47). Dalam perkembangannya, gejala akan meluas,
 Penyemprotan fungisida pada daun hanya dilakukan bila diperlukan
membentuk hawar (blight), dan akhirnya daun mengering. Dalam keaadaan
yaitu pada fase bunting dan perlakuan benih dengan fungisida yang lembab (terutama di pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna
berbahan aktif karbendazim atau mankozeb untuk mengurangi infeksi kuning keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang
penyakit. menunjukkan gejala hawar (Gb. 48). Dengan bantuan angin, gesekan antar
 Penyemprotan dengan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif daun, dan percikan air hujan, massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penye-
benomil juga efektif menekan infeksi penyakit. bar penyakit HDB.

Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan; pem-


upukan lengkap; dan pengaturan air. Untuk daerah-daerah yang endemis
penyakit HDB, tanam varietas tahan seperti Code dan Angke dan gunakan
pupuk NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari peng-
genangan yang terus-menerus, mis. 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.

58

45 48
46

59 Kresek pada tanam 30 HST


Gejala hawar pada fase anakan
dan fase masak,
47 Butiran keemasan pada daun yang
Busuk pelepah mengakibatkan Malai yang terserang menghasilkan terserang hawar
malai muncul sebagian sedikit bulir yang berisi
Bercak abu-abu kekuningan pada daun

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 30 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 25
Bakteri daun bergaris (bacterial leaf streak) Busuk batang (stem rot)
Xanthomonas campestris pv. Oryzicola Magnaporthe salvinii (Cattaneo) R.A. Krause & R.K.
Penyakit ini biasanya terjadi hanya pada helaian daun saja. Gejala yang Webster (telemorph)
timbul berupa bercak sempit berwarna hijau gelap yang lama-kelamaan Helminthosporium sigmoideum var. irregulare
membesar berwarna kuning dan tembus cahaya di antara pembuluh daun
(Gb. 49). Sejalan dengan berkembangnya penyakit, bercak membesar, beru- Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam
bah menjadi berwarna coklat (Gb. 50), dan berkembang menyamping kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati
melampaui pembuluh daun yang besar. Seluruh daun varietas yang rentan penyakit ini, kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila
bisa berubah warna menjadi coklat dan mati. Pada keadaan ideal untuk terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan atau
infeksi, seluruh pertanaman menjadi berwarna oranye kekuning-kuningan hujan dengan angin yang kencang.
(Gb. 51).
Gejala awal berupa bercak berwarna kehitamhitaman,bentuknya tidak tera-
Bakteri memasuki tanaman melalui kerusakan mekanik atau melalui ter- tur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar (Gb.56).
bukanya sel secara alami. Butir-butir embun yang mengandung bakteri akan Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah,
muncul pada permukaan daun. Hujan dan angin membantu penyebaran anakan mati, dan akibatnya tanaman rebah (Gb. 57).
penyakit ini. Penyakit umumnya terjadi pada fase anakan sampai stadia
pematangan. Dalam keadaan parah, kehilangan hasil dapat mencapai 30%. Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia
BDB dapat dikendalikan dengan beberapa cara, di antaranya: matang susu. Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%.
 Buang atau hancurkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terin- Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg
feksi/sakit; KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Untuk mengurangi
penyebaran lebih luas lagi, keringkan tanaman sampai saat panen tiba. Cara
 Pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna pencegahan penyakit ini antara lain adalah:
sebelum tanam pindah;
 Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi;
 Gunakan benih atau bibit yang bebas dari penyakit bakteri daun ber-
garis;  Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diari lagi;
 Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran; atur jarak tanam tidak terlalu  Gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan
rapat; berakan tanah sesudah panen. pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit;
 Gunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang atau
difenokonazol.

49
50 51
56

57
Gejala bercak Bercak lama- Akibat infeksi daun bergaris, seluruh tanaman
kuning dan kelamaan berwarna orange kekuning-kuningan
tembus berwarna
cahaya coklat Bercak kehitam-hitaman diluar Gejala busuk pada anakan menjadikan
pelepah daun akibat infeksi tanaman rebah
busuk batang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 26 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 29
Hawar pelepah (sheath blight) Blas (blast)
Rhizoctonia solani Kuhn Pyricularia grisea
(Thanatephorus cucumeris [FR] Donk)
Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama
Hawar pelepah, merupakan penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit pada padi gogo, tetapi sejak akhir 1980-an, penyakit ini juga sudah
ini merusak pelepah, sehingga untuk menemukan dan mengenali penyakit, terdapat pada padi sawah beirigasi. Penyakit yang mampu
perlu dibuka kanopi pertanaman. Penyakit menyebabkan tanaman menjadi menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan oleh jamur
mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar kehilangan yang pathogen Pyricularia grisae.
diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi penuh atau
bahkan hampa. Hawar pelepah terjadi umumnya saat tanaman mulai mem-
bentuk anakan sampai menjelang panen. Namun demikian, penyakit ini juga Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan
dapat terjadi pada tanaman muda (Gb. 54). blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, ber-
bentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna putih (Gb. 52).
Penyakit disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani, dengan gejala awal Sedang blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal
berupa bercak oval atau bulat berwarna putih pucat pada pelepah (Gb. 55). leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu
Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit dapat mencapai menopang malai dan patah (Gb.53). Kemampuan patogen memben-
daun bendera. Patogen bertahan hidup dan menyebar dengan bantuan tuk strain dengan cepat menyebabkan pengendalian penyakit ini
struktur tahan yang disebut sklerotium.
sangat sulit.
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan karena pathogen bersifat poliphag
(memiliki kisaran inang yang sangat luas). Pemupukan tanaman dengan Penyakit ini dikendalikan melalui penanaman varietas tahan secara
dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl perha dapat menekan bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat
perkembangan penyakit ini. Cara pencegahan penyakit a.l.: cepat dan pemupukan NPK yang tepat. Penanaman dalam waktu
 Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat; yang tepat serta perlakuan benih dapat pula diupayakan. Bila diper-
lukan pakai fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen,
 Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum; 45
atau kasugamisin.
 Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi;
 Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan
penyakit;
 Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah;
 Gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difeno-
konazol,
 propikonazol, atau validamisin A.
52 53

55

54

Hawar Pelepah pada tanaman Gejala Hawar Pelepah daun yaitu Gejala blas daun berbentuk belah Blas Leher
muda bercak keabu-abuan berbentuk oval ketupat
memanjang diantara permukaan air
dan daun

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 28 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau 27

Anda mungkin juga menyukai