Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

TERPADU

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

Dosen Pengampu: Dr. Ir. H. Salamet Ginandjar, M.M.,M.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Kelas Agroteknologi 5B

Enden Triyanti 1177060027


Ilham Jamaludin 1177060037
Irma Yuliana Sopandi 1177060040
Lulu Khulwatul Jannah A 1177060048

JURUSAN AGROTEKNOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu.
Dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu diperlukan strategi
sebagai sistem perencanaan atau tindakan yang rinci untuk mencapai tujuan,
keuntungan, atau kesuksesan tertentu. Hal ini sangatlah penting untuk
mengefektifkan dan mengefisinsikan pengendalian agar hasil budidaya dapat
berjalan secara optimal. Maka dari itu, dalam makalah ini dibahas mengenai
program -program strategi atau taktik yang dapat dilakukan dala pengendalian
hama penyakit terpadu.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi manfaat dan memberi informasi
bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan ke
arah yang lebih baik.

Bandung, 19 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1. Arti Kata Menurut Beberapa Kamus..................................................................3
2.2 Nomena Yang Berkaitan Dengan Judul................................................................5
2.3 Pengertian Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu.......................5
2.4 Program Strategi Pelaksanaan Pengendalian Hama Penyakit.........................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mengendalikan serangan dan populasi OPT, masih sangat


banyak petani yang menggunakan pestisida yang dilakukan secara terjadwal (tidak
memperdulikan ada atau tidak populasi hama) dan tidak bijaksana dalam
pengaplikasiannya. Pengendalian dengan pestisida ini mengakibatkan
bertambahnya biaya produksi, menimbulkan ketahanan atau kekebalan (resistensi)
OPT, meningkatnya atau meledaknya populasi OPT, terbunuhnya organisme
bukan sasaran dan musuh-musuh alami, munculnya hama sekunder, menimbulkan
residu serta mengakibatkan pencemaran lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan
manusia, dan masih banyak dampak lainnya (Rachmat et al., 1999).
Upaya penanggulangan hama penyakit yang pernah dilakukan dengan
menggunakan pestisida kimia memang cukup berhasil, namun banyak dampak
negatifnya juga. Upaya pengendalian hama penyakit dengan metode yang canggih
ini justru berdampak balik kepada petani. Peneliti di dunia akhir- akhir ini mulai
berpikir keras untuk mengevaluasi hal yang terjadi. Akhirnya ditemukanlah suatu
konsep pengendalian terpadu (PHT). Pengendalian tidak lagi hanya menggunakan
obat bernama pestisida kimia saja, tetapi menggunakan berbagai pengendalian
berbasis ekologi. Bahkan pestisida dijadikan pilihan yang paling akhir dari
metode pengendalian hama penyakit.
Namun dalam perkembangannya dengan makin tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan bahaya penggunaan pestisida kimia serta pentingnya kelestarian
lingkungan, menjaga keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan, serta guna
mengurangi penggunaan dan ketergantungan pada pestisida, maka dikembangkan
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM) , yaitu
perpaduan beberapa teknik pengendalian secara serasi yang dikembangkan dalam
satu kesatuan koordinasi pengelolaan, sehingga populasi dan serangan OPT dapat
diturunkan atau tetap berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian.

1
2

Program PHT telah dimulai di Indonesia sejak tahun 1986 untuk tanaman
padi yang diawali dengan dikeluarkannya larangan oleh pemerintah Indonesia
terhadap 56 jenis insektisida untuk digunakan menyemprot hama-hama tanaman
padi. Namun sampai saat ini program PHT belum dikembangkan secara luas di
seluruh sistem pertanian Indonesia. Pada konsep ini, pemakaian pestisida baru
dilakukan setelah populasi hama melewati AE. Apabila populasi hama masih di
bawah AE, maka diserahkan pada musuh-musuh alami untuk mengendalikannya.
Dalam konsep PHT, pengelolaan hama dilakukan dengan memadukan semua cara
pengendalian yang telah diketahui, termasuk pengendalian secara biologis, fisik,
mekanik, bercocok tanam, hayati, kimiawi. Dalam hal ini diperlukan suatu
perencanaan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman atau disebut
dengan strategi pengendalian agar dapat secara efektif melakukan berbagai
metode atau teknik dalam pengendaliannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit dari berbagai kamus?
2. Apa nomena yang berkaitan dengan judul?
3. Apa yang dimaksud dengan Strategi pengendalian Hama dan Penyakit
Terpadu?
4. Bagaimana program strategi pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit dari
berbagai kamus.
2. Mengetahui nomena yang berkaitan dengan judul
3. Mengetahui Strategi pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
4. Mengetahui program strategi pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Arti Kata Menurut Beberapa Kamus

a Strategi menurut beberapa kamus ialah:


 KBBI: rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.
 Webster : seni merancang menggunakan rencana untuk mencapai suatu
tujuan
 Cambrdge: rencana yang rinci untuk mencapai keberhasilan di situasi
seperti perang , politik , bisnis , industri , olahraga , atau keterampilan.
 Collins: seperangkat rencana dimaksudkan untuk mencapai sesuatu,
terutama dalam jangka panjang; seni perencanaan terbaik untuk
mendapatkan suatu keuntungan atau kesuksesan; rencana atau siasat
 American heritage: Rencana atau tindakan yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Kesimpulan: suatu rencana atau tindakan yang rinci untuk mencapai tujuan,
keuntungan, atau kesuksesan tertentu.

b Pengendalian menurut beberapa kamus ialah:


 KBBI: proses, cara,pengekangan.
 Webster: tindakan untuk mengurangi insiden atau tingkat keparahan
 Cambridge: membatasi , atau mengatur sesuatu, atau tindakan atau perilaku
seseorang
 Collins kendali atas sesuatu atau seseorang
 American heritage: untuk menyesuaikan dengan persyaratan; untuk
menahan diri; untuk mengurangi atau mencegah penyebaran.
Kesimpulan: sutu tindakan membatasi, mengekang, mengendalikan atau
mengatur sesuatu.

3
4

c Hama menurut beberapa kamus ialah:


 KBBI: Hewan yang mengganggu produksi pertanian seperti babi hutan,
tupai, tikus, dan terutama serangga; perusak.
 Webster: Sesuatu yang mengganggu; gangguan.
 Oxford: Serangga atau binatang yang menghancurkan tanaman; sesuatu atau
segala hal yang mengganggu.
 American Heritage: Suatu organisme yang mengganggu, menghambat
aktivitas, merusak, membahayakan tanaman atau menyebabkan tanaman
rusak.
 Cambridge: Serangga atau binatang kecil yang membahayakan atau
merusak tanaman.
Kesimpulan: organisme yang dapat mengganggu, merusak, dan membahayakan
tanaman budidaya sehingga menimbulkan kerugian bagi manusia.

d Penyakit menurut beberapa kamus ialah:


 KBBI : sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk
hidup.
 Webster: kondisi yang mengganggu fungsi normal dan biasanya
dimafestasikan dengan perbedaan tanda dan gejala.
 Cambridge: suatu kondisi dari manusia , hewan , atau tumbuhan yang
dirugikan karena suatu organ atau bagian yang tidak dapat bekerja
sebagaimana biasanya; segala kerusakan fungsi normal fisiologis yang
memengaruhi seluruh atau sebagian organisme, terutama perubahan
patologis spesifik yang disebabkan oleh infeksi, stres, dan sebagainya.
 American Heritage: Suatu kondisi abnormal suatu bagian, organ, atau sistem
suatu organisme yang dihasilkan dari berbagai penyebab, seperti infeksi,
peradangan, faktor lingkungan, atau cacat genetik, dan ditandai oleh
kelompok tanda, gejala, atau keduanya yang dapat diidentifikasi.
 Collins: adalah penyakit yang menyerang manusia, hewan, atau tumbuhan,
misalnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau infeksi.
Kesimpulan: Suatu kondisi abnormal dari manusia , hewan , atau tumbuhan yang
dirugikan karena suatu organ atau bagian yang tidak dapat bekerja sebagaimana
biasanya yang dihasilkan dari berbagai penyebab, seperti infeksi, peradangan,
faktor lingkungan, atau cacat genetik, dan ditandai oleh kelompok tanda, gejala,
atau keduanya
5

e Terpadu menurut beberapa kamus ialah:


 KBBI: Sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu, dan sebagainya).
 Webster: Ditandai oleh kontrol terpadu dari semua aspek; dicirikan oleh
integrasi.
 Oxford: Banyak bagian yang berbeda terkait erat dan bekerja sama dengan
sukses.
 American Heritage: Menjadikan keseluruhan dengan menggabungkan
semua bagian.
 Cambridge: Dua hal atau lebih yang digabungkan untuk menjadi lebih
efektif.
Kesimpulan: menjadikan keseluruhan dengan menggabungkan dua atau lebih
bagian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih efektif.

2.2 Nomena Yang Berkaitan Dengan Judul

Ayat yang berkaitan dengan judul adalah terdapat pada Q.S An – Naml:18

‫ت نحوملحةة حياَ أحيَيحهاَ اَلنتوملل اَودلخللواَ حمحساَإكنحلكوم حل يحوحإطحمنتلكوم لسلحويحماَلن حولجلنولدهل حوهلوم حل‬
‫ححتتىى إإحذاَ أحتحوواَ حعلحىى حواَإد اَلنتومإل حقاَلح و‬
‫يحوشلعلروحن‬
Artinya : Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor
semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu
tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari

2.3 Pengertian Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Strategi merupakan cara penggunaan seluruh kekuatan dan daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Untuk menerapkan dan
mengembangkan PHT pada suatu daerah perlu disusun. Maka dari itu strategi atau
yang dapat disebut sebagai taktik pengendalian Hama Penyakit terpadu ini
merupakan pengendalian yang didasarkan atas pertimbangan kondisi ekologi dan
ekonomi agar terciptanya suatu agroekosistem yang stabil.
Filosofi pengendalian hama menyangkut tiga dasar pokok pengendalian
perangkat lunak (soft control), satu dasar pokok pengendalian perangkat keras
(hard control), dan lintasan kritis (critical path) (Baehaki 1992). Tiga dasar pokok
pengendalian dengan perangkat lunak adalah kultur teknis, varietas unggul, dan
6

musuh alami. Satu dasar pokok perangkat keras adalah pengendalian langsung
dengan membunuh hama berdasar nilai ambang ekonomi yang merupakan
lintasan kritis pemandu pengendalian perangkat keras.
Dasar filosofi tersebut kemudian dijabarkan dalam taktik-taktik pengendalian
yang disesuaikan dengan masalahnya. Taktik pengendalian dengan tanaman inang
tahan paling banyak digunakan. Keuntungan penggunaan tanaman inang tahan
dalam pengendalian hama adalah bersifat permanen dalam beberapa hal atau
persisten untuk jangka waktu yang lama, kompatibel dengan taktik atau metode
pengendalian lainnya, selaras dengan sistem ekologi dan lingkungan, selaras
dengan upaya peningkatan produksi secara ekonomi, aman, efektif, dan mudah
diadopsi (Anonymous 2002).
Taktik kultur teknis (cultural control atau ecological management) adalah
taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu
lingkungan dengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan,
dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami.
Walaupun sudah tergolong tua, metode kultur teknis masih efektif menekan
tingkat serangan hama dan diterima luas dalam implementasi teknologi PHT.
Tujuan akhir dari taktik kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dari
siklus musiman hama sehingga hama tidak berkembang (Anonymous 2002b)
Taktik pengendalian hayati sebagai isu lingkungan berskala internasional
mempunyai keunggulan yaitu dapat bersifat permanen dalam mempertahankan
populasi hama pada tingkat yang aman, tidak mencemari lingkungan, ekonomis,
dan kompatibel dengan teknik pengendalian lainnya. Namun demikian, teknik
pengendalian hayati dalam implementasinya tidak dapat mengatasi setiap masalah
hama (Anonymous 2002c). Taktik pengendalian yang banyak dipakai saat ini
adalah penggunaan insektisida manakala usaha dengan taktik yang telah
disebutkan di atas tidak berhasil. Oleh karena itu, insektisida kimia tampaknya
masih diperlukan meskipun penggunaannya harus dibatasi (Anonymous 2002d).
7

2.4 Program Strategi Pelaksanaan Pengendalian Hama Penyakit

Beberapa strategi pelaksanaan dalam beberapa bidang kegiatan atau program


yang terdiri atas; Pengembangan teknologi, jaringan informasi, proses
pengambilan keputusan , pemberdayaan petani , dan penelitian pendukung PHT.
Teknologi PHT meliputi berbagai teknik pengelolaan agroekositem yang
diterapkan dengan tujuan agara sasaran PHT tercapai dengan memerhatikan
berbagai kendala ekosistem dan system social setempat. Teknologi PHT tidak
hanya teknologi pengendalian hama tetapi juga terknologi informasi , dan
teknologi pengambilan keputusan. Untuk keadaan pertanian di Indonesia yang
rata-rata masyarakat taninya berpendidikan dan berpenghasilan rendah , teknologi
PHT perlu memiliki beberapa sifat khusus yang berbeda dengan teknologi PHT di
negara-negara maju, antara lain :
a. Teknologi yang digunakan sebaiknya merupakan teknologi “lunak” yang
sedikit mendatangkan dampak samping terhadap lingkungan, kesehatan
masyarakat dan timbulnya reaksi-reaksi seleksi dari hama.
b. Teknologi harus dapat lebih memanfaatkan dan mendorong berfungsinya
proses pengendali alami serta memanfaatkan sumber daya alam setempat.
c. Teknologi yang digunakan merupakan perpaduan optimal berbagai teknik
pengedalian.
d. Teknologi yang digunakan harus secara mudah dapat dimengerti dan
mampu dilaksanakan oleh petani yang memiliki sumber daya yang terbatas
e. Teknologi PHT harus fleksibel dan menampung inovasi dan variasai sesuai
degan keadaan ekosistem yang dikelola dan masyarakat setempat

Arah pengembangan teknologi PHT dalam konteks petani di Indonesia lebih ,


menekankan pengendalian hama yang berjalan secara alami dan mengurangi
sekecil mungkin intervensi manusia dalam bentuk penggunaan masukan produksi
yang “keras” atau padat energy, seperti pestisida kimia konvensional berspektrum
lebar.Pengendalian hayati dengan meningkatkan kemampuan parasitoid, predator,
serangga-serangga hama perlu diprioritaskan. Segala kegatan, termasuk budidaya
tanaman untuk melakukan konservasi musuh alami harus ditingkatkan.
Perbanyakan dan pelepasan agens pengedalian hayati terutama pathogen serangga
(bakteri,jamur,virus) yang dilakukan oleh petani merupakan alternative yang
dianjurkan. Adapun beberapa program
8

1. Pengambangan Teknologi PHT


Menurut Flint dan Van den Bosch (1981) ada beberapa langkah
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi PHT di
suatau ekosistem yang didasarkan atas sifat-sifat biologi,ekologi, dan ekonomi
hama. Langkah-langkah tersebut dapat juga diterapkan dalam kondisi ekosistem
dan masyarakat petani di Indonesia. Beberapa langkah yang perlu dilakukan
adalah:
a. Pelajari lebih dahulu sifat-sifat biologi tanaman dan pertanaman termasuk
pertumbuhan dan fenologinya terutama dalam kaitanya dengan pengaruh
lingkungan fisik dan biotiknya.
b. Susun pengeompokan jenis hama dan iidentifikasi jenis-jenis hama utama,
pelajari dan kuantifikasikan besar kerusakan yang diakibtakan, dan mulai
pelajari kedudukan ekonomi hama tersebut bagi pertain dan masyarakat.
Hama-hama utama di suatu daerah akan berbeda dengan hama utama di
daerah-daerah lain.
c. Pelajari dan tetapkan secepat mungkin factor-faktor lingkungan (abiotic dan
biotik) kunci yang berpengaruh positif dan negative terhadap kehidupan dan
perkembangbiakan hama-hama utama dan juga hama potensial pada
ekosistem setempat.
d. Pelajari dan pertimbangkna konsep, metode dan bahan yang secara tunggal
maupun gabungan yang secara permanen dapat menekan populasi hama
utama dan potensial tetap berada dibawah aras ekonominya masing-masing.
e. Susun program pengendalian sedemikian rupa sehingga mempunyai
kelenturan yang memungkinkan diadakan penyesuaian terhadap perubahan
yang terjadi. Hindari program pengelolaan ekosistem uang kaku,seragam,
dan tidak menampung variasi antar petak, antar daerah, dan antar waktu.

Agar penyakit-penyakit tanaman tertentu dapat dikelola,


biologi penyakit tersebut harus diketahui, penyebabnya Agar penyakit-penyakit
tanaman tertentu dapat dikelola, biologi penyakit tersebut harus
diketahuiPenyebabnya perlu dikenal, dimana penyebab penyakit bertahan,
bagaimanacara menularnya, bagaimana dipercarkannya (dispersal), dan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit.
9

FAO pada tahun 1977 mengemukakan urutan langkah yang


sebaiknyaditempuh dalam mengaplikasikan pengendalian penyakit tanaman,
yaitu:

1. Identifikasi Penyakit
Suatu tanaman pertanian dapat terserang oleh banyak pathogen.Patogen-
patogen ini perlu diketahui, sekurang-kurangnya patogen yang penting. Patogen-
patogen sering mengadakan interaksi, dan juga mengadakaninteraksi dengan
tumbuhan inang, dibawah pengaruh berbagai faktorlingkungan. Identifikasi
penyakit yang akan dikelola, adalah mutlak penting,sebab kalau keliru, semua
tindakan berikutnya akan salh juga. Termasukdidalamnya keterangan yang
terperinci tentang bioteknologi dari penyakittersebut.

2. Batasan Tentang Unit Agroekosistem Yang Dikelola Penyakitnya


Pengganggu tanaman tidak mengenal batas-batas pemilikan atau batas
batas administrative. Oleh karena itu, pada umumnya orang tidak dapat
membatasi diri pada arealnya sendiri saja.
Pengelolaan penyakit tembakau harus diingat bahwa fektor virus kerupuk dan
pseudomosaik (Bemisiam gossypiperda) berasl dari gulmagulma yangterdapat di
tepi jalan, dan lahan-lahan kosong. Jenis agroekosistem, dimana akan diterapkan
konsep tersebut harusdipertimbangkan. Misalnya padi, cengkeh, campuran kopi
dengan coklat,tanaman tumpang sari, multiple cropping, dan lain sebagainya.
Semuanya inidilengkapi tentang keterangan kuantitatif berkaitan dengan iklim,
tanamanutama, tanaman sekunder, keadaan sosial ekonomi petani, pengairan,
keadaanadat istiadat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
penyakittersebut. dan jangan lupa pula komponen biologi lainnya seperti gulma,
hamavertebrata, dan lain sebagainya.

3. Strategi Pengelolaan
Berdasarkan keterangan dan pengetahuan yang ada, dicoba
menyusunstrategi pengelolaan dengan memilih komponen-komponen pengelolaan
yang kompatibel atau cocok satu sama lainnya, dengan teknik budidaya
10

tatacara berproduksi bagi tanaman yang diusahakan, komponen-komponen pengel


olaan itu adalah:
 Varietas tahan
 Teknik budidaya
 Pestisida
 Pengendalian biologi/hayati
 Peraturan-peraturan dan karantina

4. Penentuan Ambang Ekonomi


Pada saat akan melakukan pengendalian/pengelolaan penyakit sebaiknya
kita mengetahui ambang ekonomi dari penyakit yang dikelola.Ambang ekonomi
adalah tingkat intensitas penyakit yang menyebabkan pengurangan nilai produksi
yang sama dengan biaya pelaksanaan pengelolaan penyakit. Ambang ekonomi
pada penyakit tanaman sukar ditentukan.
Besarnya kerugian yangterjadi pada umumnya tidak sebanding dengan
kerusakan yang tampak.Ambang ekonomi sangaat dipengaruhi oleh jenis tanaman
dan lingkungan,antara lain cuaca. Selain itu juga dipengaruhi oleh harga yang
tidak stabil. Oleh karena itu sampai sekarang belum ada penyakit tanaman
yangdapat ditentukan ambang ekonominya secara tepat, sedangkan
ambangekonomi merupakan salah satu prasyarat
untukdilaksanakannyapengelolaan penyakit.

5. Monitoring dan Peramalan Penyakit


Jika cuaca menguntungkan orang harus menyemprot tanamannya
meskipun patogen ataupun bercak-bercak yangdisebabkannya belum terlihat.
Intensitas gejala dipertanaman harus selaludiamati. Keadaan lingkungan, antara
lain cuaca, harus selalu dipantau,khususnya apabila inokulum patogen
diperkirakan selalu ada. Teknik monitor penyakit tersebut adalah mutlak
perlu.Tujuannya untuk mengetahui perkembangannya,dihubungkan denganiklim
seperti suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, curah hujan, angin,dan lain
sebagainya. Hasil monitor ini akan memberikan pedoman bagilangkah yang perlu
diambil.

2. Jaringan Informasi
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan PHT secara
makro adalah berfungsinya jaringan informasi yang efektif dan efisien
mendukung PHT. Jaringan informasi PHT perlu direncanakan dan disusun sengan
11

cermat sehingga hubungan informasi antara para pelaksana PHT dapat berjalan
dengan lancer, cepat, dan efisein sehingga tindakan pengedalian dilakukan selalu
tepat dengan keadaan dan keperluan lapangan.
Berbagai informasi lapangan yang dikumpulkan melalui kegiatan mentoring
harus cepat dikirimkan kepada para pengambil keputusan sehingga bisa dilakukan
analisis data dan berdasar analisis tersebut dapat diambil keputusan yang sesuai.
Informasi dan rekomendasi dari pihak pengambilan keputusan ke para pelaksana
pengendalian harus berjalan cepat dan tepat sasaran.
Di tingkat lapangan para petani diajarkan untuk bisa melaksanakan
pemantauan, analisis ekosistem, pengambilan keputusan dan pengendalian. Untuk
melakukan analisis dan pengambilan keputusan para petani harus memiliki
informasi yang sesuai dengan kondisi mereka.

3. Proses Pengambilan Keputusan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu


Menurut Nortnon (1976) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan oleh petani dalam pengendalian hama yaitu :
a. Tujuan petani
b. Ketersediaan tenaga, modal dan tanah
c. kedalaman pengertian petani tentang serangan hama dan kerusakan
yang diakibatkan,
d. Kisaran dan efektifitas, metode pengendalian yang tersedia dan
langsung dapat digunakan petani.

Proses pengemambilan keputusan pengendalian harus dilakukan dengan


menggunakan informasi yang cukup lengkap agar didapatkan hasil yang efektif
dan efisien. Para pengambil keputusan harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang cukup tentang berbagai aspek pengelolaan hama sehingga
keputusan yang diambil tepat. Tindakan pengambilan keputusan PHT seharusnya
dilakukan sejak tahap perencanaan dan persiapan penanaman, tahap penanaman
sampai tanaman dipanen atau selama satu musim tanam untuk tanaman musiman.

4. Pemberdayaan Petani
Lebih dari 80% lahan pertanian di Indonesia baik tanaman pangan,
hortikultura maupun perkebenunan dikekolola dan dikerjakan oleh petani kecil
12

dengan luas kepemilikian tanah dan modal serta kemampuan Sumber Daya
Manusia yang terbatas. Tingkat produktifitas dan kualitas produk –produk
pertanian kita sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemandirian petani dalam
mengelola lahan usahanya secara professional termasuk dalam menerapkan dan
mengembangkan PHT.
Pemerintah telah melaksanakan program pelatihan petani PHT dengan
pola dan sitem SLPHT sejak tahun 1989 sampai 1998 untuk petani tanaman
pangan (padi, palawija, dan hortikultura) dan sejak tahun 1997 sampai 2005 untuk
petani perkebunan. Tujuanya agara petani lebih mandiri dan percaya diri dalam
menerapkan dan pengembangkan PHT di lahan atau hamparan lahan lainya.
Indikasi sementara menunjukan bahwa para petani yang telah mengikuti SLPHT
dapat berhasil menerapkan berbagai prinsip PHT sehingga mampu meningkatkan
keuntungan usaha tani mereka.

5. Penelitian Pendukung PHT


Program penerapan dan pengembangan PHT tidak akan berjalan tanpa
didukung yang cukup dan terus-menerus dari program penelitian yang relevan.
Kegiatan pelaksanaan PHT dan penelitian PHT harus berjalan seiring dan saling
melengkapi. Sistem PHT akan selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan dinamika
ekosistem dan sistem sosial ekonomi melalui kegiatan penelitian, sedangkan dunia
penelitian akan menerima masukan dari pelaksanaan PHT di lapangan sebagai
masalah-masalah yang harus diteliti. Suatu konsorsium lembaga-lembaga
penelitian Amerika Serikat pada tahun 1979 membagi kegiatan penelitian PHT
dalam kelompok besar yaitu :
a. Penelitian dasar-merupakan kegiatan penelitian aspek-aspek dasar PHT
seperti taksonomi, biologi, ekologi, genetika, fisiologi, biokimia
,toksikologi, ekonomi mikro termasuk Ambang Ekonomi, sebaran spasial
dan teknik sampling, budaya masyarakat local, dll.
b. Penelitian Komponen Pengendalian-merupakan kegiatan penelitian
tentang teknik pengendalian hama seperti pengendalian budidaya tanaman,
pengendalian hayati, penggunaan varietas tahan hama, pengendalian fisik
dan mekanik , pengendalian kimiawi,dll. Penelitian komponen
pengendalian biasanya ditujukan untuk mecari teknik pengendalian suatu
jenis hama atau organisme tertentu.
13

c. Penelitian Sistem Aras 1-merupakan kegiayan penelitian yang


menggabungkan atau memadukan berbagai teknik pengedalian untuk
mengendalikan beberapa jenis organisme pengganggu dari kelompok yang
sama.
d. Penelitian Sistem Aras 2-merupakan kegaiatan penelitian yang mencari
cara pengelolaan ekosistem pertanian yang optimal sehingga semua jasad
pengganggu dapat dikendalikan dan tetap berada di bawah aras
pengendaliannya masing-masing. Penelitian tingkat terakhir akhir ini yang
merupakan penggabungan penelitian tahap pertama ,kedua, dan ketiga.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Strategi pengendalian hama penyakit terpadu merupakan suatu rencana atau


tindakan yang dilakukan secara rinci dalam pengendalian hama penyakit tanaman,
untuk mencapai tujuan keuntungan, atau kesuksesan tertentu. Maka dari itu
strategi atau taktik pengendalian Hama Penyakit terpadu ini merupakan
pengendalian yang didasarkan atas pertimbangan kondisi ekologi dan ekonomi
agar terciptanya suatu agroekosistem yang stabil. Beberapa program strategi
pelaksanaan dalam beberapa bidang kegiatan atau program diantaranya
pengembangan teknologi, jaringan informasi, proses pengambilan keputusan,
pemberdayaan petani, dan penelitian pendukung PHT. Program-program
tersebutlah dapat mengoptimalkan pengendalian hama penyakit terpadu dalam
sistem budidaya pertanian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1992 tentang


sistem Budidaya Tanaman.
Anonim, 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1992
tentangKarantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
[Anonim]. 2008. http://kuniaorganic.blogspot.com/2008/11/hamadan- insektisida-
mikroba.html Diakses pada tanggal 21-02-2011.
[Anonim] http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=4235 Diakses
padatanggal 21-02- 2011.
[Anonim] http://htysite.co.tv/pht.htm. Diakses pada Tanggal 25-02-2011Agrios,
G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Academic Press, New
York. 803p.
Elfina yetti dan Puspita fifi. 2004. Buku Ajar Pengendalian Hama
Terpadu.Faperika Press Universitas Riau. Pekanbaru RIAU
Fry, W.E., 1982. Principles of Plant Disease Management. Academic Press.
NewYork, 378p.
[Diakses , 19 November 2019]
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah MadaUniversity
Press. 754p.

15

Anda mungkin juga menyukai