REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH B3
Judul Study of Medical Hazardous And Toxic (B3) Waste
Management From Health Clinic Jurnal Journal of Enviroment Volume dan Halaman Vol 7, Hal : 182-188 Tahun 2022 Penulis Imam Chandra Suyuti1*, Suheryanto2 , Novrikasari3 Reviewer Meysa Andini Putri (114200024) Tanggal 9 Juni 2023
Latar belakang Limbah medis di Indonesia tergolong limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3), yang pengelolaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Fasilitas pelayanan kesehatan (HSF) menghasilkan sekitar 75–90% limbah domestik atau biasa disebut limbah tidak berbahaya, yang berasal dari ruang administrasi, dapur, dan rumah tangga. Limbah B3 yang tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan hal tersebut, harus dilakukan upaya untuk memperhatikan kegiatan pengelolaan limbah B3 secara baik dan benar Tujuan Untuk mengetahui jumlah limbah medis B3, mengidentifikasi limbah B3, dan mengetahui prosedur proses pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas Objek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2021 di Puskesmas yang terletak di Desa Sri Katon, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Provinsi Sumatera Selatan.
Peta Administrasi Daerah Penelitian
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif Pengumpulan data berikut adalah analisis data, yang merupakan penguraian subjek menjadi berbagai bagiannya dan studi tentang bagian-bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk dengan cepat memahami dan memahami pentingnya keseluruhan. Data yang terkumpul ditabulasikan, dianalisis, dan didiskusikan secara deskriptif dan kualitatif. Hasil Penelitian Identifikasi Limbah dan Jumlah Limbah B3 yang Akan Disimpan : Limbah medis B3 Puskesmas X termasuk dalam kategori limbah medis padat yang berasal dari empat ruangan, yaitu ruang dokter, poliklinik, unit rawat inap, dan ruang farmasi. Dari keempat ruangan tersebut, jenis limbah medis B3 yang paling banyak dihasilkan antara lain 350 bss strip per bulan dari ruang dokter dan ruang rawat inap, 300 handscoon per bulan dari poliklinik, dan tiga obat kadaluarsa per bulan dari ruang farmasi Proses penanganan : Proses penanganan dilakukan dengan pemisahan sampah medis menurut kategori atau jenis sampah, pengangkutan, petugas menimbang limbah, Petugas telah melaporkan saldo pengelolaan limbah Proses penyerahan limbah kepada pihak ketiga : Klinik Kesehatan X mengadakan perjanjian kerjasama (MOU) dengan pihak ketiga dalam hal ini PT. Z adalah pengangkut/pengangkut limbah B3 yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tempat Penyimpanan Limbah B3 : Fasilitas penyimpanan limbah B3 di Puskesmas X berukuran 2×3 m dan telah dirancang untuk menghindari bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, terutama jika tumpahan dan/atau tumpahan terjadi akibat kesalahan penanganan penyimpanan Pengemasan limbah : Petugas pengelola limbah B3 melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada kerusakan atau kebocoran pada kemasan karena korosi atau faktor lainnya. Selain itu, perusahaan membuat laporan kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun Puskesmas X telah berjalan dengan baik. Selain itu, sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah telah memenuhi ketentuan pemerintah yang berlaku. Pengelolaan dan penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun di Puskesmas X dimulai dengan mengumpulkan limbah medis, mengidentifikasi limbah (berdasarkan sumber, karakteristik, dan jumlahnya), menyimpan dan mengemas limbah bahan berbahaya dan beracun, dan terakhir mengangkut limbah tersebut ke tempat pengolahan atau akhir. tempat pembuangan. Klinik Kesehatan X bekerja sama dengan pihak ketiga berlisensi untuk pengelolaan limbah tingkat lanjut. Komentar (saran dan Saran : pada pengemasan harusnya menggunakan piktogram kritik) Reviewer simbol bahaya dari GHS SDS. Kritik : Terlalu banyak menggunakan berbagai jenis senyawa kimia untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditumbulkan.