Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG

BATUBARA DI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI LAHAN PERKEBUNAN

M. Khalid Syafrianto

Abstrak
Lahan pasca tambang merupakan sumberdaya potensial dan memberikan manfaat yang cukup besar
apabila dapat dimanfaatkan secara tepat. Perkebunan dapat dijadikan salah satu bentuk dari pemanfaatan
lahan bekas tambang. Pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai lahan perkebunan di kabupaten
Balangan menggunakan evaluasi kesusaian lahan metode Weight Factor Matching. Hasil penelitian
menunjukan bahwa tanaman kelapa sawit dan karet memiliki nilai s2 (cukup sesuai), Hasil kesesuaian
lahan tersebut menggambarkan bahwa kedua jenis tanaman masuk dalam kategori lahan mempunyai
faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktifitas sehingga memerlukan masukan, pembatas
tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani atau pengelola itu sendiri.
Kata-kata kunci: batubara, kesesuaian lahan, kelapa sawit, karet, Weight Factor Matching, skala
ekonomi perkebunan

1 Pendahuluan kriminalitas dan keresahan sosial


lainnya. Untuk itu kegiatan penutupan
Kegiatan pertambangan berpotensi
tambang harus direncanakan secara
mengubah bentang alam dan
seksama dan melibatkan perusahaan,
mengganggu ekosistem asli (flora, fauna,
khususnya pemerintah daerah dan
jasad renik) serta dapat merubah fungsi
masyarakat, sebagai bagian yang akan
lahan pada saat pasca penambangan,
merasakan dampak langsung dari
disamping itu kegiatan pertambangan
kegiatan penutupan tambang batubara.
juga memiliki dampak positif karena
telah membantu perkembangan Lahan pasca tambang akibat penutupan
perekonomian Indonesia dan sekaligus tambang merupakan sumberdaya
sebagai pembuka akses dalam potensial yang apabila dimanfaatkan
pengembangan daerah-daerah terpencil secara tepat dapat memberikan manfaat
yang semula terisolasi. yang cukup besar. Salah satu
pemanfaatan lahan bekas tambang adalah
Peran kegiatan pertambangan didalam
kegiatan perkebunan.
menunjang perekonominan Indonesia
dapat menjadi dua sisi mata uang, satu Adapun pembatasan masalah:
sisi dapat memberikan konstribusi dalam
a. Luas lahan rencana perkebunan
pembangunan dengan meningkatnya
berdasarkan Rencana Penutupan
pendapatan daerah dan pusat, terbukanya
Tambang sebesar 897 Ha
lapangan kerja baru dari berbagai disiplin
b. Berdasarkan hasil konsultasi antara
ilmu, serta pengembangan wilayah.
pemangku kepentingan untuk
Namun disisi lain apabila daerah
Kabupaten Balangan jenis tanaman
memiliki ketergantungan yang besar
perkebunan yang diinginkan adalah
terhadap kegiatan pertambangan maka
kelapa sawit dan karet (RPT PT
pada saat kegiatan pertambangan
Adaro Indonesia), sehingga yang
berakhir akan menimbulkan dampak,
menjadi kajian dalam penelitian ini
antara lain dengan terhentinya kegiatan
adalah mengenai kelayakan tanaman
perekonomian yang akan menimbulkan
Karet dan Kelapa sawit
pengangguran serta dapat meningkatkan

1
c. Kajian yang dilakukan adalah 2. Kelas menunjukkan keadaan tingkat
kesesuaian dari lahan yang akan kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada
digunakan dengan jenis tanaman yang tingkat kelas, lahan yang tergolong
akan ditanam. ordo sesuai (S) dibedakan kedalam
tiga kelas. Sedangkan lahan yang
2 Kesesuaian lahan tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak
Kesesuaian lahan adalah tingkat dibedakan ke dalam kelas-kelas.
kecocokan suatu bidang lahan untuk  Kelas S1 : Sangat sesuai
penggunaan tertentu (Djaenudin dkk, Lahan tidak mempunyai faktor
2003). Sebagai contoh lahan sesuai untuk pembatas yang berarti atau
irigasi, pertanian tanaman musiman, nyata terhadap penggunaan
pertanian tanaman tahunan. Kesesuaian secara berkelanjutan sehingga
lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi tidak akan mengurangi
saat ini (present) atau setelah diadakan produktifitasnya.
perbaikan (improvement). Lebih spesifik  Kelas S2 : Cukup sesuai
Iagi kesesuaian lahan ditinjau dari sifat Lahan mempunyai faktor
fisik lingkungannya yang terdiri dari pembatas yang berpengaruh
iklim, tanah, topografi, hidrologi, terhadap produktifitas sehingga
dan/atau drainase yang sesuai untuk memerlukan masukan (input).
usaha tani atau komoditas tertentu yang Pembatas tersebut biasanya
produktif dapat diatasi oleh petani atau
Penilaian kesesuaian lahan pada pengelola itu sendiri.
dasarnya dapat berupa pemilihan lahan
yang sesuai untuk tanaman tertentu. Hal
ini dapat dilakukan dengan  Kelas S3:Sesuai marginal
menginterpretasikan peta tanah dalam Lahan mempunyai faktor
kaitannya dengan kesesuaiannya untuk pembatas yang berat, dan faktor
berbagai tanaman dan tindakan pembatas ini berpengaruh
pengelolaan yang diperlukan (Djaeinudin terhadap produktifitasnya
dkk, 2000). sehingga memerlukan masukan
Menurut (FAO, 1976) penilaian yang lebih banyak daripada
kesesuaian lahan dibedakan sebagai lahan yang tergolong S2.
berikut :  Kelas N:Tidak sesuai
1. Ordo menunjukkan keadaan Lahan yang tidak sesuai (N)
kesesuaian lahan secara global. Pada karena mempunyai faktor
tingkat ordo kesesuaian lahan pembatas yang sangat berat dan/
dibedakan ke dalam dua ordo yaitu: atau sulit diatasi.
 Ordo S : Lahan yang tergolong
sesuai. Kesesuaian lahan yang digunakan
 Ordo N : Lahan yang tergolong adalah kesesuaian lahan aktual
tidak sesuai. pada saat ini (current suitability),

2
kelas kesesuaian lahan yang dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim,
dihasilkan berdasarkan data yang topografi, drainase, tekstur, struktur, dan
ada. Kesesuaian lahan ini belum konsistensi tanah, zona perakaran, dan
mempertimbangkan asumsi atau bahan kasar (batu, kerikil) di atas
usaha perbaikan dan tingkat permukaan tanah.
pengelolaan yang dapat dilakukan Kualitas lahan baik jenis maupun
untuk mengatasi kendala atau macamnya cukup banyak, namun dalam
faktor-faktor pembatas yang ada. aplikasinya dapat dipilih berdasarkan
Faktor pembatas yang terdapat di keperluan dan kondisi lokasi penelitian.
satuan lahan, ada yang sifatnya Jumlah dan jenis kualitas lahan juga
permanen dan tidak mungkin atau ditentukan oleh intensitas survei yang
tidak ekonomis untuk diperbaiki. akan dilaksanakan (sangat tinggi, tinggi,
Di lain pihak ada faktor pembatas sedang dan rendah).
yang dapat diatasi atau diperbaiki
dan secara ekonomis masih 3.2 Karakteristik Lahan
menguntungkan dengan Karakteristik lahan adalah sifat
memasukan teknologi yang tepat. lahan yang dapat diukur atau diestimasi,
misalnya kemiringan lereng, curah hujan,
3 Metode penelitian tekstur tanah, kapasitas air tersedia,
3.1 Kualitas Lahan kedalaman efektif dan sebagainya
Kualitas lahan adalah sifat-sifat (Djaenudin dkk, 2000).
pengenal atau atribut yang kompleks dari Setiap satuan peta tanah atau lahan
sebidang lahan (Djaenudin,2003). yang dihasilkan dari kegiatan survei
Masing-masing kualitas lahan dan/atau pemetaan sumber daya lahan,
mempunyai keragaman tertentu yang karakteristiknya dirinci dan diuraikan
berpengaruh terhadap kesesuaiannya yang mencakup keadaan fisik lingkungan
bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan dan tanahnya. Data ini digunakan untuk
kadang-kadang dapat diestimasi atau interpretasi dan evaluasi lahan bagi
diukur secara langsung di lapangan, komoditas tertentu. Setiap karakteristik
tetapi pada umumnya ditetapkan dari lahan yang digunakan secara langsung
pengertian karakteristik lahan FAO, dalam evaluasi sering mempunyai
(1976) (Djaenudin,2003). interaksi satu sama lainnya, karena dalam
Setiap kualitas lahan pengaruhnya interpretasi perlu mempertimbangkan
tidak selalu terbatas hanya satu jenis atau membandingkan lahan dengan
penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaannya dalam pengertian
penggunaan lahan tertentu akan kualitas lahan. Sebagai contoh
dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. ketersediaan air sebagai kualitas
Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi ditentukan oleh bulan kering dan curah
oleh berbagai sifat tanah, terrain hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang
(lereng), iklim (curah hujan). dapat diserap tanaman tentu tergantung
Ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman pula oleh kualitas lahan lainnya yaitu

3
kondisi perakaran, dalam hal ini tekstur 5. Ketebalan
dan kedalaman efektif zona perakaran gambut
6. Kematangan
tanaman yang bersangkutan. gambut
Karakteristik lahan yang F Retensi hara 1. KPK lempung
digunakan dalam evaluasi lahan apabila (me/100g
diperlukan dapat ditambah atau tanah)
dikurangi, tergantung pada tujuan 2. Kejenuhan
basa (%)
evaluasi dan kondisi lahan. Kualitas dan 3. pH H2O
karakteristik lahan yang digunakan 4. C-Organik
dalam Atlas Format Prosedur seperti X Toksisitas 1. Aluminium
yang tertera pada Tabel 3.1 2. Salinitas/DHL
(ds/m)
N Hara Tersedia 1. Total N
3.3 Penggunaan Lahan 2. P2O5
Dalam evaluasi lahan penggunaan 3. K2o
lahan harus dikaitkan dengan tipe P Penyiapan 1. Batuan di
penggunaan lahan (land utilization type) lahan permukaan
(%)
yaitu jenis-jenis penggunaan lahan yang 2. Singkapan
diuraikan secara lebih detail karena batuan (%)
menyangkut pengelolaan,
masukan yang diperlukan dan keluaran E Bahaya erosi 1. Lereng (%)
yang diharapkan secara spesifik. Sifat- 2. Bahaya erosi
B Bahaya banjir Genangan
sifat penggunaan lahan mencangkup data
Sumber: Sarwono. H &Widiatmaka, 2007
atau asumsi yang berkaitan dengan aspek
hasil, orientasi pasar, intensitas modal, buruh, sumber tenaga, pengetahuan
teknologi penggunaan lahan, kebutuhan
Tabel 1. Kualitas Dan Karakteristik Lahan infrastruktur, ukuran dan bentuk
Sebagai Parameter
penggunaan lahan, pemilikan lahan dan
Yang Digunakan Dalam Evaluasi Lahan
Simbol Kualitas Karakteristik tingkat pendapatan per unit produksi atau
Lahan Lahan unit area. Tipe penggunaan lahan
Tc Temperatur Temperatur rerata dibedakan menjadi dua yaitu
(ºC) atau elevasi 1. Multiple
(m) Multiple yaitu tipe
w Ketersediaan 1. Curah hujan
air (mm) penggunaan lahan yang
2. Lama musim terdiri lebih dari satu jenis
kering (bulan) penggunaan (komoditas)
3. Kelembaban yang diusahakan secara
udara (%)
serentak pada area yang
r Media 1. Drainase
Perakaran 2. Tekstur sama dan sebidang lahan.
3. Bahan Kasar 2. Compound
(%) Compound yaitu tipe
4. Kedalaman penggunaan lahan yang
tanah

4
terdiri dari satu jenis satuan lahan dibuat berdasarkan overlay
penggunaan (komoditas) peta rona akhir tambang, peta jenis tanah
yang diusahakan pada area- dan peta rencana tata guna lahan pasca
area dari sebidang lahan tambang (mine closure) PT. Adaro
untuk tujuan evaluasi Indonesia.
diberlakukan sebagai unit Overlay pada pada peta rona
tunggal. akhir tambang, peta jenis tanah dan peta
rencana penutupan tambang
3.3.1 Klasifikasi Persyaratan menghasilkan satuan lahan, kemudian
Kesesuaian Lahan lahan tersebut ditentukan karakteristik
Persyaratan tumbuh dapat yang akan dibandingkan dengan syarat
diperoleh dari berbagai referensi, seperti tumbuh dari karet dan sawit.
pada Sarwono. H dkk (2007). Kriteria Dalam menentukan karakteristik
penggunaan lahan dapat dilihat pada lahan, data tiap kriteria diperoleh dari
Tabel 3.7 yaitu kriteria kesesuaian lahan hasil survey, penelitian kualitas tanah
untuk kelapa sawit dan Tabel 3.8 kriteria (Lampiran F.1 dan F.2), peta
kesesuaian lahan untuk tanaman karet. geomorfologi akhir tambang, peta jenis
tanah, data curah hujan (Lampiran A.1-
3.3.2 Luas Lahan Perkebunan A.3) dan data iklim (Lampiran B-E).
Berdasarkan Dokumen Rencana Luasan lahan yang digunakan untuk
Penutupan Tambang (RPT) PT Adaro kegiatan perkebunan adalah 897,08 ha
Indonesia untuk kabupaten Balangan, pada daerah administratif Kabupaten
salah satu kegiatan yang akan dilakukan Balangan, dari lahan seluas ini dibagi
dalam rencana penutupan tambang menjadi 5 satuan lahan berdasarkan
adalah usaha perkebunan, dengan overlay dari beberapa peta yaitu overlay
tanaman yang diinginkan berdasarkan peta satuan lahan ke peta morfologi yang
pertemuan antar stake holder adalah dapat dilihat pada Gambar 4.1, kemudian
tanaman Karet dan tanaman Kelapa hasil overlay peta satuan lahan pada peta
sawit, lokasi perkebunan terletak di jenis tanah pada Gambar 4.2, dan terakhir
disposal Pit Paringin dengan luas adalah hasil dari overlay antara peta
897,08.ha, pada Gambar 2.3 dapat satuan lahan dengan peta rencana
dilihat luas daerah yang akan dijadikan penutupan tambang PT Adaro Indonesia
usaha perkebunan oleh PT Adaro yang dapat dilihat pada Gambar 4.3, hasil
Indonesia. dari overlay tersebut akan didapat peta
satuan lahan yang nantinya akan
4 HASIL PENELITIAN digunakan untuk menilai karakteristik
4.1 Penentuan Satuan Lahan dari lahan tersebut apakah telah sesuai
Untuk menentukan peta satuan untuk lahan perkebunan dengan jenis
lahan didasarkan pada karakteristik dari tanaman kelapa sawit dan karet
lahan itu sendiri. Pada lahan bekas
tambang PT. Adaro Indonesia, peta

5
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tabel 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk
Kelapa Sawit Karet
Kualitas/Karakteristik Kelas Kesesuaian Lahan Kualitas/Karakteristik Kelas Kesesuaian Lahan
Simbol Simbol
Lahan S1 S2 Lahan S1 S2
1. Temperatur t 1. Temperatur t
0 0
- Rata - rata tahunan C 25-28 >28-32 - Rata - rata tahunan C 25-28 >28-32
23-<25 23-<25
2. Ketersediaan Air (w) 2. Ketersediaan Air (w)
- Bulan kering(<60mm) <2 (2-3) - Bulan kering(<60mm) <2 (2-3)
- Curah hujan/tahun(mm) 1700-2500 >2500-3500 - Curah hujan/tahun(mm) 1700-2500 >2500-3500
1450-1700 1450-1700
3. Media Perakaran (r) 3. Media Perakaran (r)
- Drainase sedang, baik agak terlambat - Drainase sedang, baik agak terlambat
SL,L,SCL,SiL, SL,L,SCL,SiL,
- Tekstur LS,S,SiC,C - Tekstur LS,S,SiC,C
Si,CL,SiCL Si,CL,SiCL
- Kedalaman tanah (cm) > 100 75<100 - Kedalaman tanah (cm) > 100 75<100
- Gambut - - - Gambut - -
a. kematangan - saprik a. kematangan - saprik
b. ketebalan(cm) - <100 b. ketebalan(cm) - <100
4. Retensi Hara (f) 4. Retensi Hara (f)
- KTK tanah >sedang rendah - KTK tanah >sedang rendah
- Kejenuhan Basa(%) >20 <20 - Kejenuhan Basa(%) >20 <20
- pH H2O 5,0-6,5 >6,5-7,0 - pH H2O 5,0-6,5 >6,5-7,0
5.Toksisitas (X) 5.Toksisitas (X)
- Salinitas (mmhos/cm) <2 2,0-3,0 - Salinitas (mmhos/cm) <2 2,0-3,0
- kedalaman sulfidik (cm) >125 95<125 - kedalaman sulfidik (cm) >125 95<125
6.Hara Tersedia (n) 6.Hara Tersedia (n)
- total N >sedang rendah - total N >sedang rendah
- P2O5 >sedang rendah - P2O5 >sedang rendah
- K2O >sedang rendah - K2O >sedang rendah
7.Penyiapan Lahan (p) 7.Penyiapan Lahan (p)
- batuan permukaan (%) <3 >3-15 - batuan permukaan (%) <3 >3-15
- singkapan batuan (%) <2 >2-10 - singkapan batuan (%) <2 >2-10
8.Tingkat bahaya Erosi (e) 8.Tingkat bahaya Erosi (e)
- bahaya erosi SR S - bahaya erosi SR S
- lereng (%) <8 >8-15 - lereng (%) <8 >8-15
9.Bahaya Banjir (b) F0 F1 9.Bahaya Banjir (b) F0 F1
Sumber: Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Sumber: Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan (Sarwono. H Perencanaan Tata Guna Lahan (Sarwono.
&Widiatmaka, 2007) H&Widiatmaka, 2007)

6
Gambar 2. Peta Satuan Lahan Overlay Ke Peta
Gambar 1. Peta Luas Lahan Perkebunan PT Adaro Morfologi Rona Akhir Tambang
Indonesia

7
Gambar 3. Peta Satuan Lahan Overlay Ke Peta Jenis Gambar 4. Peta Satuan Lahan Overlay Ke Peta RPT PT
Tanah Adaro Indonesia

8
Tabel.4. Karaktersistik Lahan Perkebunan
Kualitas Lahan Satuan Lahan
1 2a 2b 3 4
1. Temperatur (t)
- Temperatur rerata (ºC) 26,8 26,8 26,8 26,8 26,8
2. Ketersediaan air (w)
- Curah hujan (mm) 162 162 162 162 162
- Lama musim kering 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
(bulan)
- Kelembaban udara (%) 80 80 80 80 80
3. Media Perakaran (r)
- Drainase baik-sedang 3) baik-sedang 3 baik-sedang 3 baik-sedang 3) baik-sedang 3)
- Tekstur *) C 1) C 1) C 1) C 1) C 1)
3) 3) 3)
- Kedalaman tanah 75-150 75-150 75-150 75-150 3) 75-150 3)
4. Retensi hara (f)
- KTK tanah 15,63 1) 12,22 1) 12,22 1) 12,22 1) 12,22 1)
1) 1) 1)
- Kejenuhan basa (%) 74,52 47,03 47,03 47,03 1) 47,03 1)
1) 1) 1)
- pH 4,5-5,5 4,5-5,5 4,5-5,5 4,5-5,5 1) 4,5-5,5 1)
5. Toksisitas (x)
- Salinitas/DHL (ds/m) TA 1) TA 1) TA 1) TA 1) TA 1)
1) 1) 1)
- Sodisitas TA TA TA TA 1) TA 1)
1) 1) 1)
- Alkalinitas TA TA TA TA 1) TA 1)
1) 1) 1)
- Kejenuhan Al (%) TA TA TA TA 1) TA 1)
1) 1) 1)
- Kedalaman Sulfidik TA TA TA TA 1) TA 1)
(cm)
6. Hara tersedia (n)
- Total N 0,461) 0,361) 0,361) 0,361) 0,361)
1) 1) 1)
- P2O5 39,4 19,19 19,19 19,19 1) 19,19 1)
1) 1) 1)
- K2O 77,02 71,49 71,49 71,491) 71,491)
7. Penyiapan lahan (p)
- Batuan di permukaan (%) <5 1) <5 1) <5 1) <5 1) <5 1)
1) 1) 1)
- Singkapan batuan (%) TA TA TA TA 1) TA 1)
8. Bahaya erosi (e)
- Lereng (%) 0 0 0 15 15
- Bahaya erosi R 1) R 1) R 1) R 1) R 1)
9. Bahaya banjir (b) fo 3) fo 3) fo 3) fo 3) fo 3)

Keterangan : *) SL=lempung berpasir, L=lempung, SiC=lempung berdebu, CL=lempung liat, SCL=lempung liat berpasir,
SiCL=lempung liat berdebu, LS=pasir berlempung, SC= liat berpasir, SiC=liat berdebu, C=liat, S=pasir
TA : Tidak Ada
Sumber data : 1)Hasil uji lab, 2)Hasil uji lab ANDAL, 3)ANDAL PT. Adaro, 4)Persamaan jenis tanah dengan satuan lahan lain yang
terdekat
Catatan : - Salinitas dianggap tidak ada karena lokasi terletak jauh dari permukaan laut
- Alkalinitas dianggap tidak ada karena pH pada tiap satuan lahan rendah (pH <7,6)
- Potensi bahaya sulfidik jika pH H2O2 <2,5

9
Tabel.5. Kesesuaian Lahan Dengan Tanaman Tabel.6. Kesesuaian Lahan Dengan Tanaman
Kelapa Sawit Karet
Kualitas Lahan Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Kualitas Lahan Kesesuaian Lahan karet
1 2a 2b 3 4 1 2a 2b 3 4
1. Temperatur (t) 1. Temperatur (t)
- Temperatur rerata (ºC) S1 S1 S1 S1 S1 - Temperatur rerata (ºC) S1 S1 S1 S1 S1
2. Ketersediaan air (w) 2. Ketersediaan air (w)
- Curah hujan (mm) S2 S2 S2 S2 S2 - Curah hujan (mm) S1 S1 S1 S1 S1
- Lama musim kering S1 S1 S1 S1 S1 - Lama musim kering (bulan) S1 S1 S1 S1 S1
(bulan) 3. Media Perakaran (r)
3. Media Perakaran (r)
- Drainase S1 S1 S1 S1 S1
- Drainase S1 S1 S1 S1 S1 - Tekstur *) S2 S2 S2 S2 S2
- Tekstur *) S2 S2 S2 S2 S2
- Kedalaman tanah S2 S2 S2 S2 S2
- Kedalaman tanah S2 S2 S2 S2 S2
4. Retensi hara (f)
4. Retensi hara (f)
- KTK tanah S2 S2 S2 S2 S2
- KTK tanah S2 S2 S2 S2 S2
- pH H2O S2 S2 S2 S2 S2
- pH S2 S2 S2 S2 S2 5. Toksisitas (x) - - - - -
5. Toksisitas (x) - - - - - - Salinitas/DHL (ds/m) - - - - -
- Salinitas/DHL (ds/m) - - - - - - Sodisitas - - - - -
- Sodisitas - - - - - Alkalinitas - - - - -
Alkalinitas - - - - - - Kejenuhan Al (%) - - - - -
- Kejenuhan Al (%) - - - - - - Kedalaman Sulfidik (cm) - - - - -
- Kedalaman Sulfidik (cm) - - - - - 6. Hara tersedia (n)
6. Hara tersedia (n) - Total N S1 S1 S1 S1 S1
- Total N S1 S1 S1 S1 S1 - P2O5 S1 S2 S2 S2 S2
- P2O5 S1 S2 S2 S2 S2 - K2O S1 S1 S1 S1 S1
- K2O S1 S1 S1 S1 S1 7. Penyiapan lahan (p)
7. Penyiapan lahan (p) - Batuan di permukaan (%) S1 S1 S1 S1 S1
- Batuan di permukaan (%) S2 S2 S2 S2 S2 - Singkapan batuan (%) S1 S1 S1 S1 S1
- Singkapan batuan (%) S1 S1 S1 S1 S1 8. Bahaya erosi (e)
8. Bahaya erosi (e) - Lereng (%) S1 S1 S1 S2 S2
- Lereng (%) S1 S1 S1 S2 S2 - Bahaya erosi S2 S2 S2 S2 S2
- Bahaya erosi S2 S2 S2 S2 S2 9. Bahaya banjir (b) S1 S1 S1 S1 S1
S2 S2 S2 S2 S2
9. Bahaya banjir (b) S1 S1 S1 S1 S1
S2 S2 S2 S2 S2

Keterangan : *) SL=lempung berpasir, L=lempung, Keterangan : *) SL=lempung berpasir, L=lempung,


SiC=lempung berdebu, SiC=lempung berdebu,
CL=lempung liat, SCL=lempung liat CL=lempung liat, SCL=lempung liat
berpasir, SiCL=lempung liat berpasir, SiCL=lempung liat
berdebu, LS=pasir berlempung, SC= berdebu, LS=pasir berlempung, SC=
liat berpasir, SiC=liat berdebu, liat berpasir, SiC=liat berdebu,
C=liat, S=pasir C=liat, S=pasir
TA : Tidak Ada TA : Tidak Ada
Sumber data : 1)Hasil uji lab, 2)Hasil uji lab ANDAL, Sumber data : 1)Hasil uji lab, 2)Hasil uji lab ANDAL,
3)
ANDAL PT. Adaro, 4)Persamaan jenis 3)
ANDAL PT. Adaro, 4)Persamaan jenis
tanah dengan satuan lahan lain yang tanah dengan satuan lahan lain yang
terdekat terdekat
Catatan : - Salinitas dianggap tidak ada karena lokasi Catatan : - Salinitas dianggap tidak ada karena lokasi
terletak jauh dari permukaan laut terletak jauh dari permukaan laut
- Alkalinitas dianggap tidak ada karena pH - Alkalinitas dianggap tidak ada karena pH
pada tiap satuan lahan rendah (pH <7,6) pada tiap satuan lahan rendah (pH <7,6)
- Potensi bahaya sulfidik jika pH H2O2 <2,5 - Potensi bahaya sulfidik jika pH H2O2 <2,5

10
4.2 Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan
Kesesuaian adalah kecocokan 2) Tanaman Karet
suatu lahan untuk untuk tipe penggunaan a. Sub Kelas S1 (sangat sesuai) untuk
lahan (jenis tanaman dan tingkat kualitas lahan t (temperature), w
pengelolaan) tertentu, kesesuaian lahan (ketersediaan air) lama musim
merupakan pencocokan karaktersistik dari kering, r (media perakaran)
lahan yang akan dibandingkan dengan drainase, n (hara tersedia) total N
karakteristik dari tanaman, pada penelitian dan K2O, p (penyiapan lahan)
ini adalah kelapa sawit dan karet, pada Tabel singkapan batuan, e (bahaya erosi)
4 dapat dilihat nilai karakteristik dari lima lereng, b (bahaya banjir).
satuan lahan, pada lahan bekas b. Sub Kelas S2 (cukup sesuai) untuk
penambangan PT Adaro Indonesia. kualitas lahan w (ketersediaan air)
curah hujan, r (media perakaran)
Data karakteristik lahan masing- teksture dan kedalaman tanah, f
masing satuan lahan pada Tabel 4.1 (retensi hara) KTK tanah dan pH, n
kemudian dicocokan dengan karakteristik (hara tersedia), P2O5 , p (penyiapan
tanaman yang akan digunakan. lahan) batuan permukaan, e (bahaya
Tabel 5 merupakan hasil erosi) lereng pada satuan lahan 3 dan
pencocokan antara karaktersitik satuan lahan 4, bahaya erosi.
dengan karakteristik tanaman kelapa sawit,
hasil dari pencocokan tersebut akan dinilai Hasil dari pencocokan antara lahan dan
dengan menggunakan metode Weight kedua jenis tanaman tersebut adalah untuk
Factor Matching atau metode dengan faktor tanaman kelapa sawit memiliki nilai S2,
pemberat. demikian juga untuk tanaman karet yang
Tabel 6 merupakan hasil memiliki nilai S2, yang artinya lahan
pencocokan antara karaktersitik satuan lahan tersebut mempunyai faktor pembatas yang
dengan karakteristik tanaman karet, hasil berpengaruh terhadap produktifitas sehingga
dari pencocokan tersebut akan dinilai memerlukan masukan (input). Pembatas
dengan menggunakan metode Weight tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani
Factor Matching atau metode dengan faktor atau pengelola itu sendiri (cukup sesuai).
pemberat

Dari penilaian kesesuaian lahan 5 Kesimpulan


untuk lahan perkebunan dengan tanaman Dari hasil analisis diatas didapatkan
karet dan kelapa sawit diperoleh hasil beberapa kesimpulan:
sebagai berikut: 1. Hasil analisa untuk Tanaman Sawit untuk
1) Tanaman Kelapa Sawit nilai S2: w ( curah hujan), r (tekstur dan
a. Sub Kelas S1 (sangat sesuai) untuk kedalaman tanah), f (KTK tanah dan pH),
kualitas lahan t (temperature), w n (P2O5) pada lahan 2a, 2b 3, 4, p (batuan
(ketersediaan air) lama musim permukaan) dan e bahaya erosi, hasil
kering, r (media perakaran) tersebut menunjukan bahwa tanaman
drainase, n (hara tersedia) total N karet masuk dalam kategori S2 artinya
dan K2O, p (penyiapan lahan) cukup sesuai dengan beberapa
singkapan batuan, e (bahaya erosi) penghambat yang dapat diatasi oleh
lereng, b (bahaya banjir). petani.
b. Sub Kelas S2 (cukup sesuai) untuk
kualitas lahan w (ketersediaan air) 2. Hasil analisa untuk Tanaman karet untuk
curah hujan, r (media perakaran) nilai S2: w curah hujan, r teksture dan
teksture dan kedalaman tanah, f kedalaman tanah, f KTK tanah dan pH,
(retensi hara) KTK tanah dan pH, n n P2O5 , p batuan permukaan, e lereng
(hara tersedia), P2O5 untuk lahan pada satuan lahan 3 dan 4, bahaya erosi,
2a, 2b, 3 dan 4, p (penyiapan lahan) hasil tersebut menunjukan bahwa
batuan permukaan, e (bahaya erosi) tanaman karet masuk dalam kategori S2

11
artinya cukup sesuai dengan beberapa Whitten AJ, Anwar DJ, Hisyam N.
penghambat yang dapat diatasi oleh
1984. The Ecological of
petani.
Sumatra. Yogyakarta: Gadjah
3. Berdasarkan analisa tanaman karet
maupun sawit masuk dalam kategori S2 Mada University Press
(cukup sesuai), sehingga lahan bekas
Witoro.S, Soemarno. 2007. Perencanaan
tambang batubara tersebut dapat
digunakan sebagai lahan perkebunan Pembangunan Pasca Tambang
dengan menggunakan tanaman karet
untuk Menunjang Pembangunan
ataupun sawit.
Berkelanjutan (Studi Kasus pada
Pertambangan Batubara PT.
DAFTAR PUSTAKA
Andriadi, Reza. 2007. Model Ekonomi Kaltim Prima Coal di Kabupaten
Reklamasi Lahan Bekas Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Penambangan Batubara dengan Timur). [Disertasi], Universitas
Optimalisasi Manfaat Non-Kayu. Indonesia, Jakarta.
[Tesis], Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Yogyakarta.
BAPPEDA Provinsi Kalimantan Selatan
2010, HSPK Tahun 2010
Chapman VJ. 1976. Mangrove Vegetation.
Vaduz, Cramer J. pp: 197.
Djaenudin, dkk. 2003. Petunjuk Teknik
Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian. Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Bogor. Hlm 139
Djaenudin, dkk. 2000. Kriteria Kesesuaian
Lahan untuk Komoditas Pertanian.
Versi Tiga. Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Bogor. Hlm 1-19
Husnan, Suad dan Muhammad, Suwarsono.
2005. Studi Kelayakan Proyek. UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2008.Studi Kelayakan
Bisnis. Fajar Interpratama Ofset,
Jakarta.
Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya
Lahan. Tarsito. Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai