Anda di halaman 1dari 17

Sejarah singkat ilmu pengetahuan tentang bumi

dan alam semesta


Untuk mengetahui sejarah perjalanan pengetahuan manusia tentang alam semesta,
kita perlu kembali ke ribuan tahun yang lalu, saat awal peradaban manusia di Bumi.
Salah satu hal yang membedakan manusia, Homo Sapiens, dibandingkan spesies lain
adalah kemampuan untuk berimajinasi. Misal kayak gini, kalo spesies-spesies lain
ketemu singa, katakanlah rusa atau kuda, mereka kira-kira bakal berpikir begini "hati-
hati, singa!". Tetapi manusia, berkat imajinasinya, bisa berpikir gini, "hati-hati, singa itu
dewa penjaga hutan ini!". Imajinasi tersebut telah membantu manusia buat survive dan
menjadi spesies paling berkuasa di muka bumi ini. Kok bisa? berkat imajinasi, manusia
juga bisa membentuk sebuah kelompok, organisasi atau hukum dan peraturan yang ga
mungkin bisa dilakukan oleh spesies lain. Di sisi lain, imajinasi tersebut juga
menciptakan mitos dan kepercayaan terhadap benda atau fenomena yang ada di
dunia ini.
Kalo lo mau cerita lebih lanjut tentang kemampuan imajinasi manusia ini, lo bisa
pantengin cerita Glenn tentang Asal-usul Konsep Uang.
Jadi jangan bayangkan apa yang lo pikirkan sekarang tentang matahari, bulan, bintang
atau berbagai hal yang terjadi di dunia ini sama dengan apa yang orang-orang jaman
dulu pikirkan.

Di peradaban Mesir kuno, misalnya langit


digambarkan sebagai wanita raksasa, berupa dewi Nut. Nut merentangkan kaki dan
tangan ke 4 penjuru dunia sehingga menutupi bumi. Setiap pagi Nut melahirkan
matahari dan malam harinya dia memakan kembali matahari. Siklus tersebut berulang
setiap hari. Sementara itu, Geb, dewa bumi, berbaring di bawah langit (Nut). Geb
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang berbaring dibawah lengkungan langit Nut.
Orang Mesir memiliki kepercayaan kalau gempa bumi itu disebabkan oleh Geb yang
sedang tertawa. Sedangkan air laut di dunia ini merupakan air mata Nut ketika
dipisahkan oleh Geb.
Terdengar liar banget imajinasinya? Kembali, jangan samakan pengetahuan manusia
modern dengan manusia jaman dulu.

Berbeda dengan peradaban Mesir kuno yang


menggambarkan alam semesta sebagai personifikasi dewa-dewi, di peradaban
Babilonia, alam semesta dibagi menjadi struktur tiga lapis dengan bumi datar yang
mengambang di atas air dan berada di bawah langit. Nah di peradaban Babilonia ini
lah ilmu tentang perbintangan mulai maju, tapi meskipun begitu mereka masih
menganggap benda-benda langit mempunyai kekuatas magis. Orang-
orang membayangkan bentuk tertentu yang dihasilkan dari susunan bintang, dan
menghubungkannya dengan aspek tertentu dari alam atau mitologi mereka. Orang-
orang Babilonia percaya bahwa susunan bintang tersebut menentukan nasib manusia.
Hal ini lah yang sekarang kita sebut dengan zodiak atau ramalan bintang. Sedangkan
Matahari, Bulan dan planet-planet (saat itu yang ditemukan Merkurius, Venus, Mars,
Jupiter, Saturnus) masing-masing diberi 1 hari sebagai persembahan. Jadilah satu
minggu itu isinya 7 hari. Beberapa nama hari masih kita kenali sampai sekarang yaitu
Sunday (matahari), Monday (bulan), Saturday (Saturnus).
Nah, di sini lo bisa lihat bagaimana orang jaman dulu mengambil kesimpulan, yaitu
bukan hanya dari fakta yang mereka lihat, tapi banyak juga disertai oleh imajinasi-
imajinasi. Imajinasi tersebutlah yang akhirnya melahirkan mitologi-mitologi yang ada di
berbagai peradaban. Meskipun begitu, imajinasi ini sebenernya nggak selalu salah.
Kadang, bisa juga benar. Tapi, imajinasi tersebut harus bisa divalidasi (diuji
kebenarannya). Bagaimana cara memvalidasinya?

Dari Mitologi ke Rasionalitas


Pada awal peradaban Yunani Kuno, banyak juga sebenarnya pemikir-pemikir yang
sudah mulai rasional, tapi masih berkesimpulan bahwa bumi itu datar.
Misalnya, Thales berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air.
Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan. Anaximander meyakini bahwa
bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di
udara. Anaximenes percaya bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan
kemungkinan besar dia juga berpikir bumi berbentuk datar. Tetapi, yang membedakan
argumen para pemikir di Yunani Kuno dengan sebelum-sebelumnya adalah, mereka
sudah mulai berargumen berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan, meskipun
belum sempurna. Dengan kultur semacam itu, lahirlah tokoh seperti Aristoteles.
Apakah Aristoteles yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bumi itu bulat
masih jadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namun pada 340 tahun sebelum
masehi, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang menulis pendapat tersebut
dalam bukunya On the Heavens. Beberapa argumen yang Aristoteles kemukakan:
1. Dia menyadari bahwa gerhana bulan disebabkan oleh Bumi yang berada diantara Bulan dan
Matahari. Bayangan Bumi pada permukaan Bulan selalu bundar. Hal ini hanya mungkin bila
Bumi bulat. Apabila Bumi datar, maka bayangannya lonjong dan hanya bulat apabila Bulan
berada di atas ubun-ubun.

2. Dari perjalanan yang pernah dilakukan dilakukan, orang-


orang Yunani mengetahui bahwa Bintang Utara tampak lebih rendah di langit bila pengamat
berada lebih ke selatan (karena terletak di atas kutub Utara). Bintang Utara berada tepat di atas
ubun-ubun seorang pengamat di Kutub Utara, dan di atas horizon bila ia di khatulistiwa). Hal
ini hanya mungkin bila Bumi bulat.
3. Kapal yang muncul dan tenggelam di horizon (batas terjauh yang bisa teramati). Apabila ada
kapal yang berlayar menjauhi kita, maka badan kapal tersebut akan tenggelam terlebih dahulu di
horizon. Begitu pula sebaliknya, bagian atas kapal akan terlihat terlebih dahulu di horizon
apabila mendekati kita.
Dari bukti-bukti tersebut, Aristoteles menyimpulkan bahwa bentuk bumi adalah
bulat. Gagasan Aristoteles tersebut disepakati oleh filsuf-filsuf setelahnya seperti
Eratosthenes, Euclid, Aristarchus, dan Archimedes.
Eratosthenes bahkan berhasil mengukur keliling bumi menggunakan tongkat yang
terletak di dua tempat yg berbeda. Dia memanfaatkan perbedaan bayangan antara
dua tongkat tersebut akibat lengkung bumi untuk mengukur keliling total.
Dengan cara tersebut Eratosthenes bisa
mendapatkan nilai keliling bumi 46.250 km. Cuma meleset sekitar 15% dengan keliling
bumi yang diukur di zaman modern (40.075 km).

Cerita dan perhitungan selengkapnya bisa lo baca di artikel zenius blog berikut.
Aristoteles juga menduga Bumi tetap di tempat dan benda-benda langit yang
mengelilingi Bumi, namun dia ga memiliki landasan atas argumen tersebut. Sejak saat
itu, bentuk bumi udah jarang menjadi perdebatan lagi di kalangan filsuf Yunani Kuno.

Geosentris vs Heliosentris
Diskusi tentang bentuk bumi di kalangan para filsuf bisa dibilang udah 'selesai' setelah
Aristoteles mengajukan pendapatnya di atas. Setelah itu, pertanyaan mulai beralih
yaitu tentang pusat alam semesta. Apakah bumi yang menjadi pusat (geosentris)? Dalam
arti, bumi adalah pusat semua benda di luar angkasa, dan matahari, bulan, bintang
bergerak mengelilingi bumi.
Ketika Bumi dijadikan acuan pengamatan, maka lo akan melihat pergerakan planet
yang meliuk-liuk (retrograde). Sebagai gambarannya berikut ini pergerakan Matahari,
Mars, dan Jupiter apabila diamati dari Bumi.
Pergerakan Matahari, Mars dan Jupiter terlihat dari

Bumi Pergerak
an Mars tampak di langit

Claudius Ptolemeus dari Alexandria mencoba


menjelaskan fenomena tersebut sekaligus melengkapi model Aristoteles. Dalam
bukunya Almagest, Ptolemeus mengajukan model Bumi sebagai pusat tata surya seperti
model Aristoteles, namun dengan versi yang lebih kompleks, dengan
memperhitungkan posisi dari matahari, bulan dan planet-planet dari Bumi. Untuk
menjelaskan pergerakan planet yang meliuk-liuk (retrograde) tersebut, Ptolemeus
menambahkan sub-orbit melingkar di dalam sebuah orbit (epycicle). Dengan model ini,
Ptolemeus bisa meramalkan posisi benda-benda di langit tersebut, tetapi tetap saja,
model tersebut masih terlalu rumit dan ga sepenuhnya akurat. Berikut ini gambaran
gerakan Mars menggunakan model Ptolemeus. (titik P berarti planet dan titik kuning
berarti matahari)

Emangnya kenapa sih ketika Bumi dijadikan


acuan pengamat, jadinya pergerakan planet meliuk-liuk (retrograde)? Orbit meliuk-
liuk(retrograde) tersebut bisa dijelaskan dengan sederhana apabila bumi dan
planet mengelilingi pusat yang sama (matahari). Karena jarak Bumi dan planet ke
matahari berbeda, maka ketika Bumi udah berevolusi 1 kali, planet yang diamati belum
tuntas berevolusi, apabila jaraknya lebih jauh dari Bumi. Supaya lebih jelas, lo bisa lihat
GIF disamping.
Nah model matahari sebagai pusat tata surya (heliosentris) inilah yang coba
diajukan Nicolaus Copernicus dari Polandia pada abad keenam belas masehi.
Copernicus berusaha mendobrak pengetahuan (bahwa matahari, bintang, bulan
mengelilingi bumi) yang udah bertahan selama kurang lebih 1800 tahun! Gile ga tuh?
Walaupun begitu, Copernicus ga berani terang-terangan bilang tentang model yang dia
ajukan karena dia sendiri adalah seorang pendeta, sedangkan Gereja saat itu
menganut model Ptolomeus-Aristoteles (Bumi sebagai pusat benda-benda langit).
Copernicus awalnya menyebarkan gagasannya sekitar tahun 1514 dalam sebuah
naskah 40 halaman berjudul Commentariolus secara anonim ke temen-temen deketnya
aja. Model Copernicus langsung membuktikan diri jauh lebih akurat daripada model
Ptolomeus dan segera menyebar di kalangan intelektual Eropa. Di tahun 1543,
beberapa saat sebelum dia meninggal, Copernicus pun berhasil
menyelesaikan naskahnya secara lengkap dengan judul On the Revolutions of the
Heavenly Spheres.
Buat perbandingan, sekarang coba lo perhatikan 2 model berikut:

Perbandingan model jika


matahari diasumsikan sebagai pusat Tata Surya (Heliocentrism) dengan asumsi jika Bumi
sebagai pusat Tata Surya (Geocentrism)
Di Italia, model Copernicus mendapat dukungan dari Galileo Galilei yang saat itu lagi
sibuk mengembangkan teleskop. Dia mengamati benda-benda langit termasuk planet
Jupiter yang dikelilingi oleh beberapa satelit, dia pun kepikiran, "Hmm Jupiter aja
dikelilingi oleh satelit, jadi ga semua benda langit harus mengelilingi bumi donk? mungkin Bumi ini
aslinya sama dengan Jupiter, dikelilingi satelit juga dan mengorbit pada pusat yang sama."
Pengembangan teleskop dan serentetan penemuan ini membuat reputasi Galileo
semakin dikenal di kalangan ilmuwan pada masa itu. Namun demikian, dukungannya
terhadap teori Copernicus (bahwa Bumi bukan pusat Tata Surya) menyebabkan dia
berhadapan dengan kalangan gereja yang menentangnya. Dia pun dituduh 'heretic'
atau murtad.
Biasanya, hukuman bagi mereka yang dituduh murtad pada masa itu bisa sadis
banget. Tapi untungnya karena faktor usia dan banyak berjasa, Galileo
akhirnya "cuma" dijatuhi hukuman tahanan rumah dan pengucilan sampai dengan
akhir hidupnya, cukup enteng apabila dibandingkan dengan isu yang beredar kalo dia
dihukum mati. Hukuman lain terhadapnya cuma suatu permintaan agar dia secara
terbuka mencabut kembali pendapatnya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Di saat hampir bersamaan, Gagasan Copernicus tersebut diteliti dan dikembangkan


oleh matematikawan Jerman, Johannes Kepler. Berdasarkan data yang Kepler dapatkan,
dia menemukan bahwa pergerakan planet-planet tidak melingkar sempurna
mengelilingi matahari, seperti yang Copernicus pikir, tetapi berbentuk elips dengan
matahari berada di salah satu fokusnya. Namun Kepler ga ngeh apa yang menyebabkan
planet-planet tersebut tetap dalam orbitnya. Kepler menduga hal itu karena gaya
magnetik, sebelum akhirnya Isaac Newton menjelaskan kalo hal itu disebabkan
oleh gravitasi.
Itulah kurang lebih, cerita singkat dari perjalanan peradaban manusia dalam
memahami bentuk dan posisi Planet Bumi ini. Dari Aristoteles 2300 tahun yang
lalu, Ptolemeus, Coppernicus, Galileo, Kepler, hingga Newton... dan jika mau ditelusuri
terus akan berlanjut pada ilmuwan modern seperti Einstein, Sagan, Hawking, dll.
Selama ribuan tahun, setiap gagasan tentang bentuk Planet Bumi dan posisinya telah
dikembangkan dan diuji berkali-kali baik dari pengamatan (empiris) maupun
pendekatan matematika.

Bukti-bukti lain round earth


Selain beberapa bukti / penalaran yang digunakan oleh filsuf dan ilmuwan di atas,
berikut ini beberapa bukti lain yang menunjukan kalo bumi bulat.

1. Adanya zona waktu


Buat yang suka Liga Champions, lo mesti bangun dini hari pukul 2:30 WIB buat bisa
nonton pertandingan di Madrid, Milan, London atau bagian Eropa lain yang tanding
jam 20:00 waktu Eropa. Kok bisa di Eropa masih jam 8 malem, tapi di Indonesia udah
jam setengah tiga pagi? Rasanya ga perlu gue jelasin kenapa hal tersebut bisa terjadi, lo
semua pasti tau karena perbedaan zona waktu.
Zona waktu terjadi sebagai akibat dari cahaya matahari yang menyinari bagian bumi.
Karena bumi bentuknya bulat, maka matahari ga bisa nih nyinarin semua permukaan
bumi secara bersamaan, mesti gantian. Akibatnya tiap daerah punya waktu yang
berbeda-beda di saat yang bersamaan. Hal ini cuma bisa dijelaskan apabila bumi
berbentuk bulat.
Kalo bumi datar, kita masih bisa melihat matahari meskipun jaraknya jauh.

2. Pengamatan dari luar angkasa


No pic, hoax! Kalo lo orangnya ga percaya sebelum lihat fotonya, saat ini (sebenernya
udah sejak lama) ada beberapa foto yang diambil dari luar angkasa.

Bumi, planet biru, terlihat dari Bulan (sumber:


NASA)
Foto bumi dan bulan apabila dilihat dari Mars.
Akhirnya gue bisa foto bareng gebetan dalam satu frame :')
Foto
yang diambil 25 Oktober 2015 dengan Nikon D4 (50mm lens) oleh ISS Crew Earth Observations
Facility and the Earth Science and Remote Sensing Unit, Johnson Space Center.
Jika lo pengen melihat citra bumi dari International Space Station (ISS), termasuk apa
yang dibicarain krunya, lo bisa live streaming di sini! Jika tampilan live
straming kosong / layar biru, kemungkinan terjadi gangguan sinyal, coba lo cek dirrect
linknya di sini >> http://www.ustream.tv/channel/live-iss-stream
ISS berada pada ketinggian sekitar 400 km dari permukaan bumi. Dari ketinggian
tersebut, ISS ga bisa merekam gambar bumi secara utuh, tapi lo bisa lihat dengan jelas
lengkungannya. Kalo lo kesulitan buka streaming-nya, lo bisa pantengin aja
Instagram @iss yang suka posting foto dan video bumi, mulai dari foto negara tertentu
sampai video aurora dari atas sana. Jadi iri deh sama astronot. Hehe..

3. Kisah penjelajahan manusia


Udah banyak kisah penjelajahan manusia mengelilingi bumi. Kisah yang disebut-
sebut paling berpengaruh terhadap sejarah dunia adalah penjelajahan Christoper
Colombus. Penjelajahan ini dipicu oleh jatuhnya kota Konstantinopel oleh Kesultanan
Ottoman, jalur perdagangan dari Eropa - Asia ditutup. Padahal sebelumnya
Konstantinopel merupakan salah satu kota yang paling berpengaruh dan menjadi
pusat perdagangan. Karena kesulitan menempuh perjalanan darat maka perjalanan
laut menjadi pilihan para penjelajah Eropa termasuk Columbus.
Columbus mencoba untuk menemukan rute laut paling singkat dari Eropa ke
Asia. Colombus sendiri sudah tau bahwa Bumi ini bentuknya bulat, tapi dalam
bayangannya waktu itu, bulatnya relatif kecil, ga segede yang kita ketahui sekarang
(keliling katulistiwa 40,075 km). Oleh karena itu, dia memutuskan ke Asia melalui
Samudera Atlantik karena dia pikir rute ini bakal lebih dekat. Nah Ratu Isabella yg
membiayai perjalanan Colombus waktu itu, ngeyel, dan nyaranin Colombus ke arah
timur. Seperti yang udah lo baca dalam berbagai informasi sejarah, Colombus akhirnya
malah pergi ke barat dan nyampe di benua Amerika. Karena mengira tiba di
Hindia (Asia), mereka menyebut penduduk Amerika tersebut dengan sebutan "Indian".
Sedangkan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi
bumi adalah Ferdinand Magellan. Penjelajahan ini disebut-sebut sama pentingnya dengan misi
pendaratan NASA di bulan. Saat itu Magellan dan kru-nya yang totalnya 243 orang bertekad
mengelilingi dunia dari Spanyol ke Barat terus sampai akhirnya tiba ke Spanyol lagi. Dia mulai
berlayar ke arah Amerika (menyeberangi Samudera Atlantik), lalu menyeberangi Samudera Pasifik
sampai akhirnya sampai di Filipina. Dengan perbekalan yang terbatas, banyak awak kapal yang
meninggal karena lapar, sakit, ataupun perang dengan penduduk lokal. Magellan sendiri tewas di
Filipina dan awak kapal yang berhasil hidup sampai kembali ke Spanyol cuma tersisa 18 orang.
Untuk menghargai jasanya, nama Magellan diabadikan dalam nama 2 galaksi tetangga Milkyway,
Awan Magellan Besar (Large Magellanic Cloud) dan Awan Magellan Kecil (Small Magellanic
Cloud).
Rute perjalanan ekspedisi tim Magellan mengelilingi Bumi dengan berlayar ke Barat dari
Spanyol hingga tiba kembali di Spanyol.
Penjelajahan lain yang familiar dengan sejarah Indonesia adalah penjelajahan antara
Spanyol dan Portugis. Pada abad ke 15, bangsa Eropa lagi gencar-gencarnya mencari
daerah jajahan baru. Keunggulan dalam teknologi navigasi dan perkapalan yang
dimiliki Portugis dan Spanyol menimbulkan persaingan dan perselisihan di antara
keduanya dalam memperebutkan wilayah penjelajahan dan perdagangan. Akhirnya
pemerintah Spanyol dan Portugis, dimoderasi oleh Paus, sepakat untuk melakukan
Perjanjian Tordesillas. Isi dari perjanjian tersebut adalah pembagian arah pelayaran
antara Spanyol dan Portugis yang dibatasi oleh garis yang sekarang kira-kira garis 46
derajat bujur barat. Dalam perjanjian tersebut, Spanyol memiliki hak perdagangan dan
pelayaran ke arah barat, sementara Portugis ke arah timur. Pokoknya mereka harus
berlayar saling menjauh supaya ga bersaing satu sama lain.
Kemudian berlayarlah kapal-kapal Spanyol ke Barat, lalu kapal-kapal Portugis ke arah
Timur. Tanpa disangka, mereka akhirnya ketemu di Kepulauan Maluku! Nah mereka
bingung "Loh? lo kok disini?", lawong yang satu ke timur terus dan yang satu ke barat
terus kok akhirnya ketemu? Jangan-jangan ada salah satu pihak yang melanggar
perjanjian nih! Mereka bersitegang lagi akibat saling menyalahkan dan menuduh
melanggar perjanjian Tordesillas yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah
pihak. Nah mereka pun hampir gontok-gontokan lagi dan lagi-lagi Paus menengahi dan
membuat kesepakatan baru yang disebut dengan Perjanjian Saragosa.
Ada yang tau ga kenapa kira-kira Eropa saat itu masih banyak yang percaya dengan bumi datar?
Padahal Aristoteles pada abad ketiga sebelum masehi udah menjelaskan bahwa Bumi berbentuk
bulat.

Dari mana modern flat earth society berasal?


Modern flat earth society ini di mulai dari abad 19 pencetusnya adalah Samuel Birley
Rowbotham. Salah satu percobaan yang di lakukan oleh Rowbotham adalah Bedford Level
Experiment di tahun 1838, Bedford adalah nama sebuah sungai di Norfolk Inggris.
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan apakah bumi bener-bener bulat seperti
bola dan untuk menentukan dimana batas jarak lengkungan bumi (curvature). Di
sungai Bedford terdapat saluran air yang panjang panjang banget dan lurus, tiap 6 mil
(9.7 km) terdapat jembatan. Jika Bumi bulat, maka perahu di salah satu jembatan ga
akan terlihat di jembatan satunya. Berdasarkan para ahli yang mengatakan bahwa total
keliling bumi adalah 25.000 mil, seharusnya dalam jarak 6 mil (9.7 km) sudah ada
lengkungan (curvature).
Robowtham mencoba melihat kapal setinggi 5 kaki
menggunakan teleskop yang setinggi 8 inch yang ditaruh di atas air sungai Bedford.
Setelah kapal tersebut melewati jarak lebih dari 6 mil (9.7 km), ternyata kapal tersebut
masih bisa terlihat dengan jelas melalui teleskopnya. Harusnya kalau emang benar
bumi itu berbentuk bulat ga mungkin donk kapal tersebut yang sudah melewati jarak 6
mil masih bisa terlihat walaupun pakai teleskop karena sudah berada di balik
lengkungan bumi. Robowtham pun menerbitkan buku yang berjudul Zetetic Astronomy:
Earth Not a Globe yang menyatakan Bumi merupakan piringan datar yang berpusat di
Kutub Utara dan dibatasi sepanjang tepi selatannya oleh dinding es, Antartika, dengan
Matahari dan bulan berada 3.000 mil (4.800 km) di atas permukaan Bumi. Dia juga
menerbitkan selebaran berjudul "The inconsistency of Modern Astronomy and its Opposition to
the Scriptures!!", yang berpendapat bahwa "Bible, alongside our senses, supported the idea that
the earth was flat and immovable and this essential truth should not be set aside for a system based
solely on human conjecture".
Tahun 1870, salah seorang pendukung fanatik Flat Earth, John Hampden, mengadakan
taruhan buat siapa aja yang bisa membuktikan bumi bulat dan mematahkan hasil
Bedford Experiment, dengan iming-iming hadiah $500. Kalo dihitung pake inflation
calculator, maka uang $500 di tahun 1870 setara dengan uang $9457 di tahun 2015.
Uang $9457 kalo dirupiahkan dengan asumsi kurs dollar Rp13.000 jadinya senilai
Rp122.941.000. Banyak juga ya?
Alfred Russel Wallace yang merupakan penulis buku "The Malay Archipellago" dan kita
kenal sebagai ilmuwan Biologi & eksplorer yang revolusioner sebagai salah satu
penggagas teori evolusi (bersama Charles Darwin) pun tertarik dengan
taruhan tersebut. Jika lo inget pelajaran IPS SD tentang garis Wallace dan garis Webber,
yang dimaksud Wallace adalah Alfred Russel Wallace ini. Saat itu profesi scientist masih
sangat langka, ga seperti sekarang. Hasil royalti buku Wallace dan penjualan beberapa
koleksi burung tropis dan kupu-kupu yang dia kumpulkan selama petualangannya ga
memberikan pemasukan yang memadai. Berbeda dengan Darwin yang berasal dari
keluarga yang berada, Wallace berasal dari keluarga yang biasa-biasa aja. Oleh karena
itu Wallace memutuskan buat ikutan taruhan itu karena pikirnya bisa dapet duit secara
gampang sekaligus berharap “may stop these foolish people”.
Kekeliruan dari percobaan Rowbotham
tidak menghitung pembiasan cahaya oleh uap air laut yang pasti terjadi ketika
temperatur sangat tinggi. Mengingat percobaan ini dilakukan saat musim panas, maka
penguapan air laut pasti terjadi, dan akibatnya adalah pembiasan cahaya (pembelokan
cahaya) oleh uap air laut. (By the way, lo bisa tonton video tentang pembiasan optik di
zenius.net)
Karena Wallace adalah ilmuwan beneran yang tau tentang hal tersebut,
dia memastikan untuk menghindari efek pembiasan cahaya oleh uap air laut. Maka dia
melakukan percobaan yang sama tetapi pada ketinggian titik pengamatan 4
meter. Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa bagian bawah kapal menghilang,
hasil yang berlawanan dengan yang diperoleh pada awal eksperimen Rowbotham.
Hasil ini diakui oleh juri yang membuat Wallace memenangkan taruhan ini. Di
kemudian hari eksperimen yang sama telah dilakukan oleh orang lain dan memberikan
hasil sesuai dengan eksperimen Wallace.

Perdebatan masalah flat earth


Konsekuensi dari “teori” flat earth ini menafikan hampir semua ilmu pengetahuan yang
selama ini berlaku, seperti gravitasi, matahari mengelilingi bumi, terjadinya gerhana,
dan berbagai hal lain. Gimana caranya mengambil kesimpulan dari masalah ini? Dalam
artikel zenius sebelumnya, Fanny udah pernah membahas tentang cara mengambil
kesimpulan yang rasional, yang mana apabila terdapat permasalahan, maka kita mesti
mengujinya dengan eksperimen atau data.
Kembali ke Alfred Russel Wallace, meskipun dia memenangkan taruhan, tapi hal
tersebut sangat disesalinya dan bahkan dia bilang "most regrettable incident in my life".
Kok bisa? Selama puluhan tahun, dia dan keluarganya terus-terusan mendapat
ancaman pembunuhan, permasalahan hukum dan berbagai teror dari John Hapmden
yang fanatik dan tidak bisa menerima kekalahan. Berikut yang Wallace katakan:
"The next matter was a much more serious one, and cost me fifteen years of continued
worry, litigation, and persecution, with the final loss of several hundred pounds. And it
was all brought upon me by my own ignorance and my own fault—ignorance of the fact
so well shown by the late Professor de Morgan—that "paradoxers," as he termed them,
can never be convinced, and my fault in wishing to get money by any kind of wager. It
constitutes, therefore, the most regrettable incident in my life."
John Hampden sendiri tetep bersikukuh bahwa bumi berbentuk datar dan
mengabaikan putusan juri yang memenangkan Wallace. Dia, hingga akhir hayatnya,
terus-terusan menerror Wallace. Seperti halnya Hampden, pendukung flat earth
lainnya juga mengabaikan sejarah dan fakta-fakta yang telah diajukan.

Hingga saat ini, tentu masih banyak banget orang yang masih percaya dengan bumi
datar. Sampai di sini sih gue pribadi menyerahkan pada keyakinan masing-masing, itu
hak mereka. Apakah kita mau terus maju bersama ilmu pengetahuan yang telah diuji
berkali-kali oleh para ilmuwan dengan bermacam-macam pendekatan, atau mau
mundur kembali 2300 tahun? Satu pelajaran berharga yang bisa dipetik dari Wallace,
jangan menghabiskan waktu berdebat dengan fanatik.

Referensi:

 Buku: Flat Earth the History of an Infamous Idea, Christine Garwood

 https://people.sc.fsu.edu/~dduke/models

 http://www.cloudynights.com/topic/306344-animated-gifs-for-ptolemaic-and-copernican-models/

 http://www.popsci.com/10-ways-you-can-prove-earth-is-round

==========CATATAN EDITOR===========
Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Ari atau tutor-tutor
zenius lainnya tentang fenomena flat earth yang baru-baru ini lagi heboh, silakan
langsung aja tinggalin komentar di bawah artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai