KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
TOPICS
A. PENGENALAN TANAH
B. KLASIFIKASI TANAH
C. SIFAT FISIK DAN MEKANIS TANAH
D. DAYA DUKUNG TANAH
E. STABILITAS LERENG
F. JENIS DINDING PENAHAN TANAH
TANAH
• Tanah adalah semua endapan alam berupa lempung sampai kerakal, kecuali batuan.
• Jenis tanah (ASTM D 2487-06):
✓ Lempung
Tanah yang lolos saringan ASTM no. 200 dan mungkin memiliki plastisitas pada
suatu rentang kadar air dan menjadi keras saat dalam kondisi kering udara.
✓ Lanau
Tanah yang lolos saringan ASTM no. 200 dan tidak plastis atau sangat sedikit
bersifat plastis dan tidak keras atau sedikit keras saat dalam kondisi kering udara.
✓ Pasir
Partikel batuan yang lolos saringan ASTM no. 4 dan tertahan saringan ASTM no. 200.
✓ Kerikil
Partikel batuan yang lolos saringan ASTM no. 3” dan tertahan saringan ASTM no. 4.
JENIS PENGUJIAN DISTRIBUSI BUTIRAN TANAH
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
➢ Jenis sistem klasifikasi tanah:
1. British Standards (BS)
2. Unified Soil Clasification System (USCS)
3. American Society for Testing and Materials (ASTM)→ modifikasi dari USCS
4. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), dll.
➢ Tujuan pengujian:
Mengetahui distribusi ukuran partikel tanah berbutir
kasar, yaitu kerikil dan pasir.
➢ Perhitungan:
𝑊𝑟
% tertahan pada saringan ke-i = x 100 =
𝑊𝑡
➢ Langkah Perhitungan:
1. Tentukan persen tanah tertahan di setiap saringan, Pi
2. Tentukan kumulatif persen tanah tertahan saringan, Ci
3. Tentukan kumulatif persen tanah lolos saringan, (100 – Ci)
UJI ANALISIS SARINGAN / SIEVE ANALYSIS (ASTM C 136)
➢ Langkah Perhitungan:
4. Buat grafik hubungan diameter butiran tanah (skala log)
pada sumbu absis terhadap %lolos saringan pada sumbu
ordinat.
HIDROMETER TEST (ASTM 442)
18μz
D= Gs −1 ρw .g.tD
Dengan:
μ = kekentalan air (0.01 gr/cm.det pada suhu 20˚)
z = kedalaman (cm)
ρw = kepadatan air (1 gr/cm3)
g = percepatan gravitasi (981 cm/s2)
Gs = spesific gravity
KOMBINASI ANALISIS AYAKAN DAN HIDROMETER
100
90
80
% Lolos Kumulatif
70
60
50
40
30
20
10
0
0.016 0.36 1.4
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Diameter (mm)
Analisa saringan
Analisa hidrometer
LIQUID LIMIT (ASTM D 4318)
Metode A Metode B
KOMPONEN TANAH
• Tanah terdiri dari 3 fase penyusun:
1. Udara
2. Air
3. Butiran solid
Pengujian Sifat Fisik Tanah
𝑊
➢ Berat volume, γ = 𝑉
Sampel tanah
undisturbed
udara
air padatan
Dioven 24 jam
padatan W2
W1
Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Derajat kejenuhan (Sr) merupakan nilai yang menunjukkan kandungan air yang berada dalam pori tanah.
➢ Rumus:
𝑉𝑤
Sr = 𝑉𝑣
➢ Berdasarkan tingkat kejenuhannya (Sr), tanah dibedakan menjadi:
a. Sr = 0 → Tanah kering (dry soil) → tidak mengandung air
b. 0 < Sr < 100% → Tanah jenuh sebagian (partially saturated soil) → sebagian pori mengandung air
c. Sr = 100% → Tanah jenuh air (saturated soil) → tidak mengandung udara
Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Angka pori (e) merupakan rasio antara volume pori terhadap volume butiran tanah (padatan).
udara
• Lebih permeabel
air • Susunan butiran lebih lepas → sehingga
usaha pemadatan lebih besar
𝑉
e = 𝑉𝑣 =
𝑠
+ 24 jam
W1 W2 W3 W4
W2 W1 Ws
➢ Volume tanah, Vs = Volume air yang tumpah, Vw ➢ Berat volume butiran tanah:
Karena γw = 1000 grf/cm3 → maka Vw = Ww / γw γs = Ws/Vs
+ - =
W4 Ws W3 Ww
KUAT GESER TANAH
➢ Kuat geser tanah adalah tahanan geser per satuan luas yang mampu diberikan oleh tanah untuk
menahan keruntuhan dan pergerakan tanah di sepanjang garis keruntuhannya (Braja M. Das).
𝐹𝑧
➢ Rumus kuat geser tanah, τ = c + σ tan ϕ σ=
𝐴 σ
Dimana:
τ = kuat geser tanah (kPa) τ
𝐹𝑥 τ
σ = tekanan normal (kPa) τ=
𝐴
ϕ = sudut geser dalam (⁰)
KUAT GESER TANAH
➢ Sudut geser dalam adalah sudut maksimum yang terbentuk ketika suatu objek dapat diam pada bidang
miring tanpa tergelincir ke bawah.
➢ Pada tanah berbutir, sudut geser dalam disebut sebagai angle of repose yang diukur dalam kondisi
susunan butiran paling lepas.
τ τ τ
c>0 c>0 c=0
ϕ>0 ϕ=0 ϕ>0
c c
ϕ
σ σ
σ
Kondisi 1 – tanah pada umumnya Kondisi 2 – tanah jenuh, lempung Kondisi 3 – tanah berbutir (non-kohesif)
plastis
KUAT GESER TANAH
➢ Jenis pengujian untuk mendapatkan data parameter kuat geser tanah:
a. Uji geser langsung (direct shear test) → untuk analisis pondasi, jenis tanah pasir
b. Uji tiga paksi (triaxial test) → untuk analisis stabilitas lereng
c. Uji kuat tekan bebas (unconfined compression test) → jenis tanah lempung dan lanau
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Tujuan pengujian:
Mengetahui perilaku penurunan (pemampatan) tanah lunak saat menerima beban
konstruksi
Penurunan, Δh Perubahan
Tekanan Bacaan dial
= d x 0.001 angka pori, Δe
Angka Pori, e Grafik hubungan antara angka pori dengan log. p
(kg/cm2) terakhir, d = ei - Δe
(mm) = ΔH / Ht
0.25 σ‘zc
0.5
1
2
4
8
4
2
1
0.5
0.25
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Parameter Cc, Cr, mv, mvr
Perilaku tanah selama proses konsolidasi diperlihatkan dalam gambar berikut:
▪ Segmen A-B → loading → menunjukkan normally consolidation line (NCL)
▪ Segmen B-C → unloading
▪ Segmen C-D→ reloading
▪ Segmen D-E→ reloading → grafik bergerak mendekati NCL ketika tekanan melebihi beban masa lampau yang pernah diterima
tanah.
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Prinsip → mencari lamanya waktu yang dibutuhkan sampel tanah untuk mencapai derajat
konsolidasi 50% (U50). Penurunan, Δh Koefisien konsolidasi,
Waktu,
= d x 0.001
t (menit) T50 ( H dr ) 2
➢ Langkah kerja: (mm)
Cv =
0
1. Buat grafik hubungan antara waktu vs penurunan tanah (Δh) pada setiap 0.100 t50
0.25
tekanan (total = 6 grafik). 0.5 Dimana, T50 = 0.197
Dst…
2. Tarik garis perpanjangan dari konsolidasi primer dengan pemampatan
sekunder sehingga berpotongan di titik A diperoleh penurunan tanah saat
mecapai 100% konsolidasi primer (d100)
3. Tentukan titik awal kurva berbentuk parabola sebagai titik B, lalu tentukan
absis t1 dan ordinat d1
4. Tentukan titik C dengan U<60% yang posisi absisnya t2 = 4.t1 dan ordinatnya
adalah d2
5. Hitung selisih penurunan Δh = d2-d1. Plot titik D pada jarak Δh dari titik B.
Sumbu ordinat titik D adalah koreksi pembacaan penurunan awal d0 pada
awal konsolidasi primer
6. Hitung letak titik E yang merupakan sumbu ordinat saat U50 → d50=(d100-d0) time (log scale)
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Parameter Cv – Metode Akar Waktu (Taylor, 1942)
➢ Prinsip → mencari lamanya waktu yang dibutuhkan sampel tanah untuk mencapai derajat konsolidasi 90% (U90).
Penurunan, Δh
➢ Langkah kerja: Waktu,
√t = d x 0.001
t (menit)
(mm)
1. Buat grafik hubungan antara akar waktu vs 0 0.00
penurunan tanah (Δh) pada setiap tekanan (total = 6 0.100 0.32
0.25 0.50
grafik). 0.5 0.71
1 1.00
2. Bagian yang lurus dari kurva diperpanjang sampai 2 1.41
memotong sumbu ordinat (titik O) dan sumbu absis 4 2.00
8 2.83
(titik A) 16 4.00
30 5.48
3. Waktu pada titik A adalah √tA 60 7.75
4. Tentukan titik B yang adalah 1.15 √tA 120 10.95
240 15.49
5. Tarik garis yang menghubungkan titik O dan titik B 480 21.91
960 30.98
6. Tentukan titik C yang merupakan perpotongan antara 1440 37.95
garis OB dengan kurva.
Koefisien konsolidasi,
7. Dari titik C diketahui waktu (t90) yang diperlukan
T90 ( H dr ) 2
tanah untuk mencapai U90. Cv =
t 90
Dimana, T90 = 0.848
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Jalur drainasi (Hdr) dan Faktor Waktu(Tv)
➢ Jalur drainasi adalah jalur vertikal terpanjang yang dapat dilewati air
untuk keluar dari tanah. lempung
➢ Menentukan Hdr:
1. Jika tanah berada di antara dua lapisan permeable → Hdr = 1/2H
2. Jika tanah salah satu sisi lapisan permeable → Hdr = H lempung
Dimana:
σ’zc = tegangan vertikal efektif maksimum di masa lalu
σ’zo = tegangan overburden efektif
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
KONSEP PERENCANAAN PONDASI
➢ Prosedur perencanaan yang umum digunakan:
a. Allowable Stress Design (ASD)
➢ Kombinasi beban
ASD → DL + LL
LRFD → 1.25 DL + 1.75 LL
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
beban konstruksi (Q)
Rumus dasar:
qu = c.Nc + γ.D.Nq + ½ γ.B.Nγ
Dimana:
c = kohesi tanah Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung yang nilainya
γ = berat volume tanah bergantung pada sudut geser dalam (ϕ)
D = kedalaman pondasi
B = Lebar pondasi
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
Referensi Rumus Baik digunakan untuk
Terzaghi Tanah sangat kohesif dimana D/B ≤1 atau untuk menghitung cepat
nilai qult kemudian dibandingkan dengan rumus yang lain.
Notes: jangan digunakan untuk perencanaan pondasi yang menerima
gaya momen dan/atau gaya horisontal atau dasar pondasi yang
miring dan/atau tanah lereng.
Hansen, Meyerfof, Vesic Segala situasi yang diterapkan tergantung kecenderungan pengguna
atau kebiasaan pengguna menggunakan metode tersebut
Hansen, Vesic Ketika dasar pondasi miring; ketika pondasi berada pada tanah lereng
atau ketika D/B > 1
Sumber: Bowles, 1997
Notes:
Disarankan menggunakan lebih dari 1 metode untuk menghitung perencanaan daya dukung
pondasi dangkal dan membandingkan hasilnya.
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
➢ Metode Terzaghi (1943)
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
PONDASI DALAM
➢ Pondasi tiang merupakan batang struktur yang ramping yang ditanam di dalam tanah
dan berfungsi untuk mendistribusikan beban struktur di atasnya ke tanah hingga
kedalaman tertentu.
➢ Jenis gaya struktur yang diterima oleh pondasi tiang:
✓ Gaya beban aksial
✓ Gaya beban lateral
Beban aksial
✓ Gaya momen
Beban lateral
Momen
ϕ˚ NC Nγ Nq Keterangan:
➢ Daya dukung ijin tiang:
0 5.14 0 1.00 γ = berat volume tanah
𝑄𝑏 𝑄𝑠 5 6.50 0.10 1.60 D = kedalaman tiang pancang
QN = +
2 3
10 8.40 0.50 2.50 yang terbenam dalam
➢ Gaya tahan tanah pada ujung tiang, Qb 15 11.00 1.40 4.00 tanah
20 14.80 3.50 6.40 c = kohesi (c’ untuk long term
Qb = q b x A p dan cu untuk short term)
25 20.70 8.10 10.70
dengan: 30 30.00 18.10 18.40
Nq, Nc = faktor daya dukung tanah
berdasarkan ϕ
35 46.00 41.10 33.30
qb = γ.D.Nq + 1.2 c. NC → diperoleh dari hasil ϕ = sudut geser dalam
40 75.30 100.00 64.20
pengujian lab. 45 134.00 254.00 135.00
Qs = fm. p. D1
Dengan: Keterangan:
fm = lekatan per unit rata-rata
fm = β.cu
cu = kohesi undrained (bars)
1+𝑐𝑢2 Kisaran nilai β umumnya 0.5 < β < 0.85
• β= 1+7𝑐𝑢2
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM
C. Tanah kohesif tetapi ϕ ≠ 0 (Caquot dan Kerisel) ϕ˚ α untuk δ = -ϕ α untuk δ = -2/3ϕ β'
10 0.285 0.186 1.60
• Qs = fm. p. D1
15 0.567 0.364 2.06
𝐷12
• fm = α.γ. 2 + β’.c 20 1.030 0.641 2.70
25 1.810 1.100 3.62
30 3.210 1.880 5.01
35 5.850 3.270 7.27
40 11.30 5.900 10.36
45 23.70 11.400 11.97
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM
•
•
•
Notes:
su dapat diperoleh dari hasil uji vane shear test
LATIHAN – DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
Tiang pancang berbentuk persegi dengan panjang sisi 0,3 m x 0,3 m digunakan untuk mendukung beban mati sebesar 100 kN dan
beban hidup sebesar 60 kN. Stratifikasi tanah tersusun dari 5 m lempung medium (su = 40 kPa, ϕ = 26⁰, OCR 2, γsat = 18 kN/m3). Pada
lapisan di bawahnya, merupakan lapisan lempung kaku (su = 80 kPa, ϕ = 24⁰, OCR 4, γsat = 18,8 kN/m3). Muka air tanah berada 2m di
bawah permukaan tanah. Tanah yang berada di atas muka air tanah dapat diasumsikan jenuh. Estimasi kedalaman tiang yang mampu
mendukung beban dengan aman.
Penyelesaian:
1. Estimasi jumlah beban ultimit LRFD • Menentukan nilai Nc, Nq
Q = 100 x 1,25 + 60 x 1,75 = 230 kN ϕ˚ NC Nγ Nq
2. Daya dukung ujung tiang, Qb 20 14.80 3.50 6.40
γ (kN/m3) D (m) σ (kPa) cu (kPa) ϕ Nq Nc qb (kPa) Qb (kN) αu As (m2) Qs (kN) Qs,kum (kN) QN (kPa)
18 1 18 40 26 12,24 22,56 1303,20 117,29 0,95 1,2 45,6 45,6 73,8
18 2 36 40 26 12,24 22,56 1523,52 137,12 0,95 1,2 45,6 91,2 99,0
18 3 54 40 26 12,24 22,56 1743,84 156,95 0,95 1,2 45,6 136,8 124,1
18 4 72 40 26 12,24 22,56 1964,16 176,77 0,95 1,2 45,6 182,4 149,2
18 5 90 40 26 12,24 22,56 2184,48 196,60 0,95 1,2 45,6 228 174,3
18,8 6 108,8 80 24 9,84 19,52 2944,51 265,01 0,8 1,2 76,8 304,8 234,1 ✓
18,8 7 127,6 80 24 9,84 19,52 3129,50 281,66 1,8 1,2 172,8 477,6 300,0
18,8 8 146,4 80 24 9,84 19,52 3314,50 298,30 2,8 1,2 268,8 746,4 398,0
18,8 9 165,2 80 24 9,84 19,52 3499,49 314,95 3,8 1,2 364,8 1111,2 527,9
18,8 10 184 80 24 9,84 19,52 3684,48 331,60 4,8 1,2 460,8 1572 689,8
JENIS PERGERAKAN TANAH
faktor penahan
L SFlereng = faktor pendorong Dimana:
A = permukaan geser (m2)
kuat geser tanah
SFlereng =
tekanan dorong W = gaya berat = γ.L.H
𝑐+ 𝜎′ 𝑡𝑎𝑛ϕ W.sinβ = gaya geser
= 𝑊.𝑠𝑖𝑛β/𝐴
H s = c + σ’tanϕ = kuat geser tanah
atau
σ’ = W.cosβ/A = tegangan normal
gaya penahan
SFlereng = c = kohesi
gaya geser