Anda di halaman 1dari 76

BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
TOPICS
A. PENGENALAN TANAH
B. KLASIFIKASI TANAH
C. SIFAT FISIK DAN MEKANIS TANAH
D. DAYA DUKUNG TANAH
E. STABILITAS LERENG
F. JENIS DINDING PENAHAN TANAH
TANAH
• Tanah adalah semua endapan alam berupa lempung sampai kerakal, kecuali batuan.
• Jenis tanah (ASTM D 2487-06):
✓ Lempung
Tanah yang lolos saringan ASTM no. 200 dan mungkin memiliki plastisitas pada
suatu rentang kadar air dan menjadi keras saat dalam kondisi kering udara.
✓ Lanau
Tanah yang lolos saringan ASTM no. 200 dan tidak plastis atau sangat sedikit
bersifat plastis dan tidak keras atau sedikit keras saat dalam kondisi kering udara.
✓ Pasir
Partikel batuan yang lolos saringan ASTM no. 4 dan tertahan saringan ASTM no. 200.
✓ Kerikil
Partikel batuan yang lolos saringan ASTM no. 3” dan tertahan saringan ASTM no. 4.
JENIS PENGUJIAN DISTRIBUSI BUTIRAN TANAH
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
➢ Jenis sistem klasifikasi tanah:
1. British Standards (BS)
2. Unified Soil Clasification System (USCS)
3. American Society for Testing and Materials (ASTM)→ modifikasi dari USCS
4. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), dll.

Perbandingan sistem klasifikasi


untuk mendiskripsikan tanah
berdasarkan ukuran partikelnya.
(Muni Budhu, 2011)
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
ASTM D 2487
➢ Sistem klasifikasi ini digunakan untuk mengklasifikasikan mineral dan tanah organo-mineral untuk keperluan
teknik berdasarkan hasil uji laboratorium meliputi:
a. distribusi ukuran partikel
b. batas cair,
c. indeks plastisitas, (plasticity index, PI) = LL – PL

➢ Nomor ayakan yang wajib digunakan :


• 3” (75 mm)
• ¾” (19 mm)
• No. 4 (4,75 mm)
• No. 10 (2 mm)
• No. 40 (0,425 mm)
• No. 200 (0,075 mm)
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
ASTM D 2487
➢ Uniformity coefficient, (Cu)
𝐷
Cu = 𝐷60
10

➢ Coefficient of Curvature, (Cc)


2
𝐷30
Cc = 𝐷
60 𝐷10

➢ Liquid Limit Ratio (LLR)


LL −kering oven
LLR = LL −kering udara
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
ASTM D 2487
➢ KETERANGAN:

For soils estimated to contain 5 to 15 % fines, a


cumulative particle-size distribution curve is required, and the liquid
limit and plasticity index are required.
Engineering Use Chart (after Wagner, 1957)
Engineering Use Chart (after Wagner, 1957)
UJI ANALISIS SARINGAN / SIEVE ANALYSIS (ASTM C 136)

➢ Tujuan pengujian:
Mengetahui distribusi ukuran partikel tanah berbutir
kasar, yaitu kerikil dan pasir.

➢ Dari hasil pengujian shieve analysis akan diperoleh data:


✓ Berat saringan, Wsieve
✓ Berat total sampel tanah, Wt
✓ Berat tanah tertahan, Wr

➢ Perhitungan:
𝑊𝑟
% tertahan pada saringan ke-i = x 100 =
𝑊𝑡

% lolos dari saringan ke-i : 100% - (kumulatif % tertahan)


UJI ANALISIS SARINGAN / SIEVE ANALYSIS (ASTM C 136)

➢ Langkah Perhitungan:
1. Tentukan persen tanah tertahan di setiap saringan, Pi
2. Tentukan kumulatif persen tanah tertahan saringan, Ci
3. Tentukan kumulatif persen tanah lolos saringan, (100 – Ci)
UJI ANALISIS SARINGAN / SIEVE ANALYSIS (ASTM C 136)

➢ Langkah Perhitungan:
4. Buat grafik hubungan diameter butiran tanah (skala log)
pada sumbu absis terhadap %lolos saringan pada sumbu
ordinat.
HIDROMETER TEST (ASTM 442)

➢ Prinsip kerja → kepadatan tanah yang mengendap dalam fungsi waktu


diketahui dengan cara mengkalibrasi nilai pada batang hidrometer yang
muncul di permukaan suspensi.

➢ Diameter D (cm) partikel pada waktu tD (detik) dihitung dengan hukum


Stoke berikut:

18μz
D= Gs −1 ρw .g.tD

Dengan:
μ = kekentalan air (0.01 gr/cm.det pada suhu 20˚)
z = kedalaman (cm)
ρw = kepadatan air (1 gr/cm3)
g = percepatan gravitasi (981 cm/s2)
Gs = spesific gravity
KOMBINASI ANALISIS AYAKAN DAN HIDROMETER

Grafik Gabungan Analisa Saringan dan


Analisa Hidrometer
110

100

90

80
% Lolos Kumulatif

70

60

50

40

30

20

10

0
0.016 0.36 1.4
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Diameter (mm)
Analisa saringan
Analisa hidrometer
LIQUID LIMIT (ASTM D 4318)

➢ Nilai LL ditentukan pada saat alur menyatu di pukulan ke-25.


➢ Untuk mendapatkan nila LL perlu dilakukan beberapa pengujian dengan kadar air yang
berbeda dimana rentang pukulan untuk menutup alur berada antara 10-40 pukulan.
PLASTIC LIMIT (ASTM D 4318)

Metode A Metode B
KOMPONEN TANAH
• Tanah terdiri dari 3 fase penyusun:
1. Udara
2. Air
3. Butiran solid
Pengujian Sifat Fisik Tanah
𝑊
➢ Berat volume, γ = 𝑉

Sampel tanah 1. Dimensi ring diukur menggunakan


undisturbed jangka sorong → Volume dapat diketahui
2. Berat tanah ditimbang

Sampel tanah
undisturbed

1. Berat tanah ditimbang


2. Berat raksa yang tumpah ditimbang → BJ raksa
diketahui →Volume tanah diketahui
Pengujian Sifat Fisik Tanah
𝑊𝑤 𝑊2 −𝑊1
➢ Kadar air, w = x 100 = x 100
𝑊𝑠 𝑊2

udara

air padatan
Dioven 24 jam

padatan W2

W1
Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Derajat kejenuhan (Sr) merupakan nilai yang menunjukkan kandungan air yang berada dalam pori tanah.
➢ Rumus:
𝑉𝑤
Sr = 𝑉𝑣
➢ Berdasarkan tingkat kejenuhannya (Sr), tanah dibedakan menjadi:
a. Sr = 0 → Tanah kering (dry soil) → tidak mengandung air
b. 0 < Sr < 100% → Tanah jenuh sebagian (partially saturated soil) → sebagian pori mengandung air
c. Sr = 100% → Tanah jenuh air (saturated soil) → tidak mengandung udara
Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Angka pori (e) merupakan rasio antara volume pori terhadap volume butiran tanah (padatan).

udara
• Lebih permeabel
air • Susunan butiran lebih lepas → sehingga
usaha pemadatan lebih besar
𝑉
e = 𝑉𝑣 =
𝑠

• Lebih tidak permeabel


padatan • Susunan butiran lebih rapat → sehingga
usaha pemadatan lebih kecil

Dimana, e selalu > 0


Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Kerapatan relatif (relative density) merupakan nilai yang umumnya dipakai untuk menunjukkan tingkat
kerapatan dari tanah berbutir (granular soil) di lapangan
Pengujian Sifat Fisik Tanah
➢ Spesific Gravity, Gs = γs / γw vacum
➢ Berat tanah, Ws

+ 24 jam

W1 W2 W3 W4
W2 W1 Ws

➢ Volume tanah, Vs = Volume air yang tumpah, Vw ➢ Berat volume butiran tanah:
Karena γw = 1000 grf/cm3 → maka Vw = Ww / γw γs = Ws/Vs

+ - =
W4 Ws W3 Ww
KUAT GESER TANAH
➢ Kuat geser tanah adalah tahanan geser per satuan luas yang mampu diberikan oleh tanah untuk
menahan keruntuhan dan pergerakan tanah di sepanjang garis keruntuhannya (Braja M. Das).

𝐹𝑧
➢ Rumus kuat geser tanah, τ = c + σ tan ϕ σ=
𝐴 σ
Dimana:
τ = kuat geser tanah (kPa) τ
𝐹𝑥 τ
σ = tekanan normal (kPa) τ=
𝐴
ϕ = sudut geser dalam (⁰)
KUAT GESER TANAH
➢ Sudut geser dalam adalah sudut maksimum yang terbentuk ketika suatu objek dapat diam pada bidang
miring tanpa tergelincir ke bawah.
➢ Pada tanah berbutir, sudut geser dalam disebut sebagai angle of repose yang diukur dalam kondisi
susunan butiran paling lepas.

➢ Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel tanah,


dinyatakan dalam bentuk satuan berat per luasan.
KUAT GESER TANAH
➢ Kuat geser terdiri dari dua komponen,
yaitu:
1. Kohesi, c
2. Sudur geser dalam, ϕ

τ τ τ
c>0 c>0 c=0
ϕ>0 ϕ=0 ϕ>0

c c
ϕ
σ σ
σ
Kondisi 1 – tanah pada umumnya Kondisi 2 – tanah jenuh, lempung Kondisi 3 – tanah berbutir (non-kohesif)
plastis
KUAT GESER TANAH
➢ Jenis pengujian untuk mendapatkan data parameter kuat geser tanah:
a. Uji geser langsung (direct shear test) → untuk analisis pondasi, jenis tanah pasir
b. Uji tiga paksi (triaxial test) → untuk analisis stabilitas lereng
c. Uji kuat tekan bebas (unconfined compression test) → jenis tanah lempung dan lanau
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Tujuan pengujian:
Mengetahui perilaku penurunan (pemampatan) tanah lunak saat menerima beban
konstruksi

➢ Parameter yang diperoleh:


1. Tekanan prakonsolidasi, σ‘zc
2. Koefisien pemampatan primer, Cc
3. Koefisien pemampatan sekunder, Cs
4. Koefisien rekompresi, Cr
5. Koefisien konsolidasi, Cv
6. Modulus pemampatan, mv
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Tekanan Pra Konsolidasi, σ‘zc

Penurunan, Δh Perubahan
Tekanan Bacaan dial
= d x 0.001 angka pori, Δe
Angka Pori, e Grafik hubungan antara angka pori dengan log. p
(kg/cm2) terakhir, d = ei - Δe
(mm) = ΔH / Ht

0.25 σ‘zc
0.5
1
2
4
8
4
2
1
0.5
0.25
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Parameter Cc, Cr, mv, mvr
Perilaku tanah selama proses konsolidasi diperlihatkan dalam gambar berikut:
▪ Segmen A-B → loading → menunjukkan normally consolidation line (NCL)
▪ Segmen B-C → unloading
▪ Segmen C-D→ reloading
▪ Segmen D-E→ reloading → grafik bergerak mendekati NCL ketika tekanan melebihi beban masa lampau yang pernah diterima
tanah.
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Prinsip → mencari lamanya waktu yang dibutuhkan sampel tanah untuk mencapai derajat
konsolidasi 50% (U50). Penurunan, Δh Koefisien konsolidasi,
Waktu,
= d x 0.001
t (menit) T50 ( H dr ) 2
➢ Langkah kerja: (mm)
Cv =
0
1. Buat grafik hubungan antara waktu vs penurunan tanah (Δh) pada setiap 0.100 t50
0.25
tekanan (total = 6 grafik). 0.5 Dimana, T50 = 0.197
Dst…
2. Tarik garis perpanjangan dari konsolidasi primer dengan pemampatan
sekunder sehingga berpotongan di titik A diperoleh penurunan tanah saat
mecapai 100% konsolidasi primer (d100)
3. Tentukan titik awal kurva berbentuk parabola sebagai titik B, lalu tentukan
absis t1 dan ordinat d1
4. Tentukan titik C dengan U<60% yang posisi absisnya t2 = 4.t1 dan ordinatnya
adalah d2
5. Hitung selisih penurunan Δh = d2-d1. Plot titik D pada jarak Δh dari titik B.
Sumbu ordinat titik D adalah koreksi pembacaan penurunan awal d0 pada
awal konsolidasi primer
6. Hitung letak titik E yang merupakan sumbu ordinat saat U50 → d50=(d100-d0) time (log scale)
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Parameter Cv – Metode Akar Waktu (Taylor, 1942)
➢ Prinsip → mencari lamanya waktu yang dibutuhkan sampel tanah untuk mencapai derajat konsolidasi 90% (U90).
Penurunan, Δh
➢ Langkah kerja: Waktu,
√t = d x 0.001
t (menit)
(mm)
1. Buat grafik hubungan antara akar waktu vs 0 0.00
penurunan tanah (Δh) pada setiap tekanan (total = 6 0.100 0.32
0.25 0.50
grafik). 0.5 0.71
1 1.00
2. Bagian yang lurus dari kurva diperpanjang sampai 2 1.41
memotong sumbu ordinat (titik O) dan sumbu absis 4 2.00
8 2.83
(titik A) 16 4.00
30 5.48
3. Waktu pada titik A adalah √tA 60 7.75
4. Tentukan titik B yang adalah 1.15 √tA 120 10.95
240 15.49
5. Tarik garis yang menghubungkan titik O dan titik B 480 21.91
960 30.98
6. Tentukan titik C yang merupakan perpotongan antara 1440 37.95
garis OB dengan kurva.
Koefisien konsolidasi,
7. Dari titik C diketahui waktu (t90) yang diperlukan
T90 ( H dr ) 2
tanah untuk mencapai U90. Cv =
t 90
Dimana, T90 = 0.848
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
➢ Jalur drainasi (Hdr) dan Faktor Waktu(Tv)

➢ Jalur drainasi adalah jalur vertikal terpanjang yang dapat dilewati air
untuk keluar dari tanah. lempung

➢ Menentukan Hdr:
1. Jika tanah berada di antara dua lapisan permeable → Hdr = 1/2H
2. Jika tanah salah satu sisi lapisan permeable → Hdr = H lempung

➢ Faktor waktu adalah koreksi waktu


tercapainya waktu konsolidasi akibat
distribusi tekanan air pori berlebih.
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
• Konsolidasi sekunder (disebut juga creep) merupakan pemampatan tanah yang terjadi karena reposisi susunan
butiran tanah dibawah tekanan konstan.
• Penyebab:
1. tanah mengalami kelelahan menerima beban konstan dalam waktu yang lama.
2. keluarnya air dari mikropori tanah
• Waktu terjadi:
setelah konsolidasi primer selesai.
KONSOLIDASI (SNI 2812:2011)
Overconsolidated Ratio (OCR)
➢ Rasio Konsolidasi berlebih
➢ Tanah dikatakan mengalami konsolidasi berlebih apabila tegangan overburden tanah lebih kecil
daripada tegangan vertikal efektif maksimum tanah yang pernah diterima di masa lalu.
➢ Sebagai contoh:
1. Tanah yang pada lapisan atasnya digali.
2. Tanah yang mengalami penurunan muka air tanah.
➢ Rumus:
𝜎′
OCR = 𝜎′ 𝑧𝑐
𝑧𝑜

Dimana:
σ’zc = tegangan vertikal efektif maksimum di masa lalu
σ’zo = tegangan overburden efektif
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
KONSEP PERENCANAAN PONDASI
➢ Prosedur perencanaan yang umum digunakan:
a. Allowable Stress Design (ASD)

Penentuan besarnya faktor keamanan (SF) dilakukan berdasarkan pengalaman dan


pertimbangan dari kinerja pondasi eksisting.
b. Load and Resistance Factor Design (LRFD)
Mengalikan beban dengan faktor beban untuk mengantisipasi adanya resiko dari
ketidakpastian besarnya beban, ketahanan tanah, metode analisis, dan proses konstruksi.

➢ Kombinasi beban
ASD → DL + LL
LRFD → 1.25 DL + 1.75 LL
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
beban konstruksi (Q)

gaya penahan (qu)

Rumus dasar:
qu = c.Nc + γ.D.Nq + ½ γ.B.Nγ
Dimana:
c = kohesi tanah Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung yang nilainya
γ = berat volume tanah bergantung pada sudut geser dalam (ϕ)
D = kedalaman pondasi
B = Lebar pondasi
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
Referensi Rumus Baik digunakan untuk
Terzaghi Tanah sangat kohesif dimana D/B ≤1 atau untuk menghitung cepat
nilai qult kemudian dibandingkan dengan rumus yang lain.
Notes: jangan digunakan untuk perencanaan pondasi yang menerima
gaya momen dan/atau gaya horisontal atau dasar pondasi yang
miring dan/atau tanah lereng.
Hansen, Meyerfof, Vesic Segala situasi yang diterapkan tergantung kecenderungan pengguna
atau kebiasaan pengguna menggunakan metode tersebut
Hansen, Vesic Ketika dasar pondasi miring; ketika pondasi berada pada tanah lereng
atau ketika D/B > 1
Sumber: Bowles, 1997

Notes:
Disarankan menggunakan lebih dari 1 metode untuk menghitung perencanaan daya dukung
pondasi dangkal dan membandingkan hasilnya.
DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
➢ Metode Terzaghi (1943)
A. PONDASI DANGKAL
B. PONDASI DALAM
PONDASI DALAM
➢ Pondasi tiang merupakan batang struktur yang ramping yang ditanam di dalam tanah
dan berfungsi untuk mendistribusikan beban struktur di atasnya ke tanah hingga
kedalaman tertentu.
➢ Jenis gaya struktur yang diterima oleh pondasi tiang:
✓ Gaya beban aksial
✓ Gaya beban lateral
Beban aksial
✓ Gaya momen

Beban lateral

Momen

Proses pemancangan pondasi jenis spun pile di proyek


New Yogyakarta International Airport 2020
PONDASI DALAM
MENGAPA MENGGUNAKAN PONDASI DALAM?
1. Tanah di sekitar permukaan tidak memiliki daya dukung
yang memenuhi syarat untuk mendukung beban struktur
di atasnya.
2. Penurunan tanah yang terjadi melebihi nilai batas
toleransi yang diijinkan
3. Penggalian untuk membangun pondasi dangkal di lapisan
tanah medium sulit dilakukan atau membutuhkan biaya
mahal.
4. Penurunan tanah tidak seragam akibat ketidakseragaman
struktur lapisan tanah atau perbedaan jumlah beban
struktur sangat besar.
TIPE PONDASI DALAM
A. Berdasarkan jenis materialnya
TIPE PONDASI DALAM
B. Berdasarkan lokasi perletakan ujung pondasi
TIPE PONDASI DALAM
C. Berdasarkan metode penanamannya

Tiang pancang Tiang bor


DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG PONDASI TIANG TUNGGAL

➢ Syarat pondasi dalam : ➢ Rumus umum:


✓ tanah dasar merupakan tanah lunak. Qult = Qs + Qb – Wp
✓ rasio kedalaman (D) dan lebar (B) Dimana:

pondasi ≥ 10. Qs = ∑fs x luas permukaan


selimut tiang
➢ Gaya tahanan (Qult) terhadap gaya vertikal
Wp = berat sendiri tiang
dihasilkan oleh:
• gaya gesek antara tanah dengan
permukaan selimut tiang → skin friction
(Qs)
• Gaya tahan tanah pada ujung tiang (Qb) →
end bearing / toe / base resistance
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM

ϕ˚ NC Nγ Nq Keterangan:
➢ Daya dukung ijin tiang:
0 5.14 0 1.00 γ = berat volume tanah
𝑄𝑏 𝑄𝑠 5 6.50 0.10 1.60 D = kedalaman tiang pancang
QN = +
2 3
10 8.40 0.50 2.50 yang terbenam dalam
➢ Gaya tahan tanah pada ujung tiang, Qb 15 11.00 1.40 4.00 tanah
20 14.80 3.50 6.40 c = kohesi (c’ untuk long term
Qb = q b x A p dan cu untuk short term)
25 20.70 8.10 10.70
dengan: 30 30.00 18.10 18.40
Nq, Nc = faktor daya dukung tanah
berdasarkan ϕ
35 46.00 41.10 33.30
qb = γ.D.Nq + 1.2 c. NC → diperoleh dari hasil ϕ = sudut geser dalam
40 75.30 100.00 64.20
pengujian lab. 45 134.00 254.00 135.00

Ap = luas penampang melintang pile


Nq dan NC berdasarkan Caquot dan Kerisel (Tabel)
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM

➢ Gaya tahanan gesek tanah, Qs


Keterangan:
A. Tanah granular ( c = 0) Kp = koef. Tekanan tanah pasif = tan2 ( 45˚ + ϕ/2)
𝐷12 p = keliling penampang tiang
• Qs = (Kp sin δ).γ. 2 .p
δ = -ϕ atau umumnya diambil 2/3ϕ (tergantung kekasaran dinding pondasi)
D1 = kedalaman efektif pondasi yang murni menerima friksi = D – Do, Do = B/4 Nq2/3
(Caquot dan Kerisel)
B. Tanah kohesif ( ϕ = 0) B = diameter tiang

Qs = fm. p. D1
Dengan: Keterangan:
fm = lekatan per unit rata-rata
fm = β.cu
cu = kohesi undrained (bars)
1+𝑐𝑢2 Kisaran nilai β umumnya 0.5 < β < 0.85
• β= 1+7𝑐𝑢2
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM

➢ Gaya tahanan gesek tanah, Qs Tabel harga α dan β’

C. Tanah kohesif tetapi ϕ ≠ 0 (Caquot dan Kerisel) ϕ˚ α untuk δ = -ϕ α untuk δ = -2/3ϕ β'
10 0.285 0.186 1.60
• Qs = fm. p. D1
15 0.567 0.364 2.06
𝐷12
• fm = α.γ. 2 + β’.c 20 1.030 0.641 2.70
25 1.810 1.100 3.62
30 3.210 1.880 5.01
35 5.850 3.270 7.27
40 11.30 5.900 10.36
45 23.70 11.400 11.97
DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN DATA HASIL UJI LABORATORIUM

➢ Gaya tahanan gesek tanah, Qs


C. Tanah kohesif tetapi ϕ ≠ 0 (Tomlinson, 1987)
• Qs = αu. cu. As
• Keterangan:
• αu = faktor adhesi undrained (grafik)
• cu = kohesi undrained
• As = luas permukaan selimut tiang



Notes:
su dapat diperoleh dari hasil uji vane shear test
LATIHAN – DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
Tiang pancang berbentuk persegi dengan panjang sisi 0,3 m x 0,3 m digunakan untuk mendukung beban mati sebesar 100 kN dan
beban hidup sebesar 60 kN. Stratifikasi tanah tersusun dari 5 m lempung medium (su = 40 kPa, ϕ = 26⁰, OCR 2, γsat = 18 kN/m3). Pada
lapisan di bawahnya, merupakan lapisan lempung kaku (su = 80 kPa, ϕ = 24⁰, OCR 4, γsat = 18,8 kN/m3). Muka air tanah berada 2m di
bawah permukaan tanah. Tanah yang berada di atas muka air tanah dapat diasumsikan jenuh. Estimasi kedalaman tiang yang mampu
mendukung beban dengan aman.

Penyelesaian:
1. Estimasi jumlah beban ultimit LRFD • Menentukan nilai Nc, Nq
Q = 100 x 1,25 + 60 x 1,75 = 230 kN ϕ˚ NC Nγ Nq
2. Daya dukung ujung tiang, Qb 20 14.80 3.50 6.40

Misal pada kedalaman, D = 1 m 25 20.70 8.10 10.70

qb = γ.D.Nq + 1.2 c. NC 30 30.00 18.10 18.40

= 18 x 1 x 12,24 + 1,2 x 40 x 22,56


ϕ = 26⁰ → Nc = 22,56 , Nq = 12,24
= 1303,20 kPa
ϕ = 24⁰ → Nc = 19,52 , Nq = 9,84
Qb = Ab x qb
= (0,3 x 0,3) x 1303,20 = 117,29 kN
LATIHAN – DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
3. Daya dukung gesek, Qs 4. Daya dukung nominal, QN
Tanah kohesif tetapi ϕ ≠ 0 (Tomlinson, 1987) 𝑄𝑏 𝑄𝑠
QN = +
2 3
Qs = αu. cu. As
117,29 45,6
= 0,95 x 40 x (0,3*4*1) = 45,6 kN = + 3 = 73,8 kN
2

γ (kN/m3) D (m) σ (kPa) cu (kPa) ϕ Nq Nc qb (kPa) Qb (kN) αu As (m2) Qs (kN) Qs,kum (kN) QN (kPa)
18 1 18 40 26 12,24 22,56 1303,20 117,29 0,95 1,2 45,6 45,6 73,8
18 2 36 40 26 12,24 22,56 1523,52 137,12 0,95 1,2 45,6 91,2 99,0
18 3 54 40 26 12,24 22,56 1743,84 156,95 0,95 1,2 45,6 136,8 124,1
18 4 72 40 26 12,24 22,56 1964,16 176,77 0,95 1,2 45,6 182,4 149,2
18 5 90 40 26 12,24 22,56 2184,48 196,60 0,95 1,2 45,6 228 174,3
18,8 6 108,8 80 24 9,84 19,52 2944,51 265,01 0,8 1,2 76,8 304,8 234,1 ✓
18,8 7 127,6 80 24 9,84 19,52 3129,50 281,66 1,8 1,2 172,8 477,6 300,0
18,8 8 146,4 80 24 9,84 19,52 3314,50 298,30 2,8 1,2 268,8 746,4 398,0
18,8 9 165,2 80 24 9,84 19,52 3499,49 314,95 3,8 1,2 364,8 1111,2 527,9
18,8 10 184 80 24 9,84 19,52 3684,48 331,60 4,8 1,2 460,8 1572 689,8
JENIS PERGERAKAN TANAH

JENIS PERGERAKAN MASSA


TANAH

Longsor Mengalir Merayap


JENIS TANAH LONGSOR (LAND SLIDING)

➢ Longsor rotasi memiliki bidang longsor


dengan titik pusat rotasi pada sumbu
imajiner.
➢ Jenis longsor ini terjadi pada tanah
Longsor rotasi kohesif.

➢ Longsor translasi yaitu pergerakan massa


tanah dengan bidang gelincir berbentuk
seperti sendok dengan area yang relatif
kecil.
Longsor translasi
➢ Jenis longsor translasi cenderung terjadi
pada tanah berbutir kasar dan tanah
residual.
JENIS TANAH LONGSOR (LAND SLIDING)
• Pergerakan tanah longsor disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
a. jenis tanah,
b. stratigrafi tanah,
c. geometri lereng,
d. kondisi pembebanan,
e. kecepatan pembebanan,
f. kondisi muka air tanah, dan
g. kondisi drainasi tanah.
KESETIMBANGAN LERENG
GAYA DORONG VS TAHANAN
a. Jika tahanan > gaya dorong → stabil
b. Jika tahanan < gaya dorong → longsor
Catatan:
Kesetimbangan lereng dapat berubah terhadap waktu
➢ Komponen gaya
a. Gaya dorong → utamanya gaya gravitasi
b. Gaya tahanan
→ Kuat geser tanah
→ Sistem struktur penahan tanah
→ Vegetasi
ANALISIS KESTABILAN LERENG 2D
Metode analisis stabilitas lereng:
a. metode keseimbangan batas → Bishop (1995), Janbu (1973)
Pendekatan dengan metode ini hanya digunakan untuk pemodelan lapisan sederhana dan tidak dapat
menampilkan perilaku tanah selama tahapan konstruksi.
Hanya membandingkan gaya penahan dan gaya pendorong.
b. metode kondisi batas,
c. metode perbedaan hingga (FDM), dan
d. metode elemen hingga (FEM).
Metode elemen hingga digunakan untuk masalah stabilitas lereng yang lebih kompleks, yaitu dengan
memodelkan kondisi statik, pseudo-statik dan dinamik pada sistem pembebanan total. Hasil analisis
dengan cara elemen hingga, dapat berupa perubahan tegangan dan regangan untuk berbagai sifat
elatisitas material, heterogenitas massa tanah dan bentuk geometri.
KONSEP ANALISIS KESTABILAN LERENG 2D

faktor penahan
L SFlereng = faktor pendorong Dimana:
A = permukaan geser (m2)
kuat geser tanah
SFlereng =
tekanan dorong W = gaya berat = γ.L.H
𝑐+ 𝜎′ 𝑡𝑎𝑛ϕ W.sinβ = gaya geser
= 𝑊.𝑠𝑖𝑛β/𝐴
H s = c + σ’tanϕ = kuat geser tanah
atau
σ’ = W.cosβ/A = tegangan normal
gaya penahan
SFlereng = c = kohesi
gaya geser

c.A+W.cosβ.tanϕ ϕ = sudut geser tanah


= W.sinβ
➢ Asumsikan lokasi bidang gelincir sejajar
dengan kemiringan lereng. SF < 1 → tidak aman
➢ Kemudian buat diagram free-body SF = 1 → kritis
SF > 1 → aman
PENDAHULUAN
➢ JENIS STRUKTUR PENAHAN TANAH:
1. Dinding Penahan Tanah
2. Embedded Wall
3. Soil Nailing
4. Mechanically Stabilized Earth
(MSE) atau Reinforced Soil
5. Angkur Tanah
PENDAHULUAN
• Aplikasi: ➢ Dinding penahan tanah tipe gravitasi dan semi gravitasi adalah
1. Sebagai abutmen jembatan dinding penahan tanah yang terbuat dari pasangan batu kali
2. Sebagai dinding penahan tanah pada suatu atau beton, dimana stabilitasnya tergantung pada berat dinding
timbunan itu sendiri dan tanah yang duduk di atas bagian dari dinding itu.
JENIS DINDING PENAHAN TANAH
A. Dinding penahan tanah tipe gravitasi dan semi gravitasi

• Dinding penahan tanah gravitasi terbuat dari pasangan batu


kali atau beton tidak bertulang, yang mengandalkan bobotnya
sendiri untuk menjaga stabilitasnya. Dinding penahan tanah
tipe gravitasi ini tidak ekonomis untuk menahan tanah yang
tinggi.
• Pada banyak kasus, sejumlah kecil pembesian diberikan untuk
meminimalkan ukuran dari dinding penahan tanah ini. Dinding
penahan tanah dengan dimensi yang lebih kecil, dan dengan
sedikit pembesian ini lazim disebut dinding penahan tanah
semi gravitasi.
JENIS DINDING PENAHAN TANAH
B. Dinding penahan tanah tipe kantilever

➢ Dinding penahan tanah kantilever dibuat dari beton bertulang,


karena itu dimensi stem dan base slab menjadi relatif tipis. Selain
bobotnya sendiri, dinding penahan tanah kantilever ini
mengandalkan pada bobot masa tanah yang berada di atas base slab,
untuk menjaga stabilitasnya.
➢ Dinding penahan tanah ini cocok untuk menahan tanah yang tinggi,
hingga 8 m.
➢ Seringkali kaki dinding penahan tanah ini masih duduk di atas tanah
yang jelek, karena itu terkadang diperlukan perkuatan/perbaikan
tanah untuk memperbaiki daya dukungnya.
➢ Perkuatan tanah yang sering digunakan adalah dengan memancang
tiang-tiang pendek, khususnya di bagian mukanya, tanpa disambung
dengan base slab-nya, agar tiang tidak mengalami kegagalan geser.
JENIS DINDING PENAHAN TANAH
C. Dinding penahan tanah tipe kantilever dengan pengaku (counterfort/buttress)

➢ Untuk menahan tanah yang tinggi dengan tetap menjaga


dinding vertikal yang tipis, maka stem dinding penahan
tanah kantilever perlu diperkuat dengan rib-rib beton yang
dipasang pada jarak-jarak tertentu.
➢ Bila rib berada di belakang dinding (akan tertutup tanah)
maka pengaku tersebut dinamakan counterfort,
➢ Bila berada rib berada di muka dinding, dinamakan buttress.
JENIS DINDING PENAHAN TANAH
D. Dinding penahan tanah tipe khusus

➢ Dinding penahan tanah khusus mempunyai mekanisme Crib wall


kerja seperti dinding penahan tanah tipe gravitasi dan semi
gravitasi.
➢ Jenis dinding penahan tanah khusus diuraikan sebagai
berikut:
a. Crib wall, terbuat dari susunan beton pracetak dengan
dimensi tipikal a = 2 m dan b = 1,5 m - 2 m. Ruang di
tengah diisi dengan kerikil, batu pecah atau material
berbutir lainnya. Crib wall umumnya digunakan
menahan tanah setinggi 2 m - 7 m.
b. Gabion atau beronjong, terbuat dari dari tumpukan
anyaman kawat berbentuk persegi panjang dan diisi
dengan batu bongkah (boulder). Dimensi beronjong
kurang lebih sama seperti dinding penahan tanah tipe
gravitasi, dengan lebar dasar kurang lebih 0,5H - 0,7H.
JENIS DINDING PENAHAN TANAH
D. Dinding penahan tanah tipe khusus

➢ Dinding penahan tanah khusus mempunyai mekanisme


Gabion wall
kerja seperti dinding penahan tanah tipe gravitasi dan semi
gravitasi.
➢ Jenis dinding penahan tanah khusus diuraikan sebagai
berikut:
a. Crib wall, terbuat dari susunan beton pracetak dengan
dimensi tipikal a = 2 m dan b = 1,5 m - 2 m. Ruang di
tengah diisi dengan kerikil, batu pecah atau material
berbutir lainnya. Crib wall umumnya digunakan
menahan tanah setinggi 2 m - 7 m.
b. Gabion atau beronjong, terbuat dari dari tumpukan
anyaman kawat berbentuk persegi panjang dan diisi
dengan batu bongkah (boulder). Dimensi beronjong
kurang lebih sama seperti dinding penahan tanah tipe
gravitasi, dengan lebar dasar kurang lebih 0,5H - 0,7H.
PERSYARATAN TEKNIS – SNI 8460:2017
➢ Dinding penahan tanah harus dirancang untuk
tetap aman terhadap:
a. Stabilitas guling,
b. Stabilitas geser lateral,
c. Daya dukung tanah.

Anda mungkin juga menyukai