1. Pendahuluan
Pembangunan dermaga timbun di Kawasan pantai, kondisi tanah berupa tanah lunak dengan
menggunakan material timbunan didominasi pasir. Diasumsikan sebelumnya desain khususnya
tinggi timbunan, slope protection (breakwater) dan system perkuatan tanah geotextile sudah
ditentukan. Lalu, ada beberapa supplier pasir yang menwarkan produknya sebagai bahan
timbunan pada proyek ini. Material timbunan pasir ini perlu dipilih yang terbaik berdasarkan
kriteria dan standar yang ditentukan. Untuk mengetahui kualitas pasir dari berbagai supplier,
setiap sample pasir perlu diuji laboratorium dan lapangan dan dievaluasi apakah memenuhi
syarat. Juga, jelaskan beberapa kesulitan yang dapat terjadi saat menentukan supplier.
2. Kriteria Pemilihan
Grain Size Distribution dan Plasticity Index
Indikator penting kunci dalam menjelaskan spesifikasi timbunan adalah klasifikasi distribusi
butiran (Grain Size Distribution) dan Plasticity Index. Tanah pasir yang dibutuhkan adalah
High Strength dan Permeability, karena timbunan nantinya sebagai dasar dari dermaga
sehingga perlu menahan beban dari dermaga dan beban lateral dari ombak+kapal. SNI 8460-
2017 menjelaskan bahwa material timbunan harus bebas dari bahan organik atau material
perusak lainnya. Material timbunan tanah berbutir (granular) harus bergradasi baik, seperti
pada tabel berikut.
Holtz (1995) menyarankan ukuran butiran kasar perlu dibatasi ukuran butiran agar kurang dari
100mm untuk menghindari kerusakan perkuatan tanahnya. Air harus terdrainase dengan baik
sehingga fines content (lolos saringan 200) dibatasi kurang dari 15%, dan PI<6% dengan
toleransi sampai 12%, untuk mengurangi daya serap air dan kembang susut tanah. Namun
gradasi butiran pasir perlu diperhatikan kerentanannya terhadap flow slides (likuifaksi). Jumlah
butiran yang tertahan pada saringan no. 4 (D>5mm) harus lebih dari 20% dan fines content
(lolos saringan 200) perlu lebih dari 15% dan dibatasi sampai 20%, dan PI ditoleransi sampai
12% agar dapat mencakup fines content yang dibutuhkan. Drainase pada timbunan nantinya
akan dimanipulasi dengan saluran drainase dengan material pasir permeabilitas tinggi dan
PI<6%, dan ditempatkan didekat permukaan air laut agar dapat menampung kebutuhan
drainase. Gradasi tanah harus berada diluar batas gradasi seperti gambar dibawah.
Dr yang dibutuhkan dibatasi minimal 60% (>40%) maksimal 80%, Dr yang cukup untuk
menahan potensi likuifaksi dan menghasilkan large strain akibat dari beban lateral, tapi tetap
dapat mencegah potensial crack dan berkurangnya permeabilitas. Sudut geser dalam (𝜙) yang
dibutuhkan minimal 30o. Untuk timbunan baru (recent fills) bisa dikatergorikan medium dense
bila NSPT value mencapai 7 dan qc mencapai 5 MPa karena effect of aging (berbeda dengan
natural deposit, 7 masih dikategorikan loose).
Konsistensi Medium Dense
Relative Density 60%< Dr< 80%
Sudut 𝜙 Min 30o
SPT/ CPT N≥7, qc≥5MPa
Permeabilitas
Permeabilitas yang dibutuhkan dan sesuai dengan deskripsi tanah adalah permeabilitas dari
tanah golongan USCS SM, yaitu 10-7m/s <K <10-5m/s.
Kriteria Teknis: Harga material, Asal material timbunan, dan Metode pelaksanaan
pemadatan dan perkuatan timbunan.
3. Uji Laboratorium dan Uji Lapangan yang dibutuhkan
Uji Index Properties. Uji pendahuluan untuk melihat sifat fisik tanah meliputi
a. Pengujian natural water content
b. Pengujian berat volume kering natural
c. Pengujian berat jenis (specific gravity)
d. Pengujian Liquid Limit (LL) dan Plastic Limit (PL)
Uji Analisis Saringan (Sieve Analysis)
Uji Permeabilitas
Tes Kompaksi (laboratorium) dan sand cone test (lapangan)
Direct shear test
Uji CPT dan SPT
Data yang didapat dari uji di atas digunakan untuk memverifikasi dan mencocokan data dengan
kriteria.
Dari pengujian natural water content didapat natural water content dan 𝛾 natural, sebagai
data awal untuk menentukan tindakan yang diperlukan selanjutnya.
Pengujian LL dan PL untuk mendapatkan PI, yang nantinya dibandingkan dengan kriteria PI
yang ditentukan sebelumnya.
Uji Analisis Saringan untuk mendapatkan grain size distribution dan Cu, lalu dibandingkan
dengan kriteria batas persen lolos dan plot untuk mengetahui sample tanah terhadap zona
liquifaksi.
Uji permeabilitas, untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitas K, yang nantinya bila tidak
sesuai dengan kriteria nilai K, perlu penyesuaian: antara ditambahkan saluran drainase atau
perbaikan distribusi tanah.
Tes Kompaksi standard proctor test, dengan semua sample mewakili konsistensi dari loosest
state (w=0, tanpa kompaksi) sampai densest state (w optimum kompaksi). Dari tes ini didapat
kadar air optimum, 𝛾 maksimum, dan 𝛾 minimum. Lalu dari sini dapat ditentukan 𝛾
yang dibutuhkan untuk mendapatkan Dr rencana. Lalu, data tersebut digunakan untuk
menentukan kadar air yang dibutuhkan untuk mendapatkan 𝛾 rencana dan metode
pemadatan dilapangan (alat berat, jumlah lintasan, dan tebal lapisan tanah yang dipadatkan per
tahap).
Gambar 2 Grafik hubungan antara γdry dan w hasil tes Kompaksi
𝛾 𝜸𝒅 − 𝛾
𝐷𝑟 = ×
𝜸𝒅 𝛾 −𝛾
Setelah dilakukan pemadatan di lapangan, tanah timbunan diperiksa kembali menggunakan
sand cone test. Hasil kepadatan lapangan (w, 𝛾 ) dievaluasi kembali dan dibandingkan
dengan data laboratorium.
Direct shear test untuk mendapatkan kekuatan geser tanah timbunan. Dari direct shear test
didapatkan data c’ (jika muncul) dan 𝜙′ lalu dibandingkan dengan kekuatan geser kriteria.
Setelah timbunan selesai dipadatkan, juga diperlukan tes CPT dan SPT untuk mengevaluasi
hasil timbunan denganr kriteria rencana. Nilai N dan qc dari tes tersebut dikorelasikan dengan
sudut geser dan konsistensi tanah dari laboratorium dan yang tidak kalah penting adalah
pemeriksaaan potensi liquifaksi.
Hasil Nspt dan
Cyclic resistance
harus ada didaerah
ini
Kesulitan yang akan dihadapi adalah ketika menentukan metode pemadatan tanah di lapangan.
Metode yang dipilih harus menghasilkan kepadatan yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan. Juga, menghubungkan hasil kedapatan di lapangan dengan laboratorium. Bila
tidak sesuai perlu di evaluasi ulang sampai mendapatkan hasil yang sesuai.
Kesulitan yang lain adalah dalam persiapan sample (sampling), yaitu sulit menjaga konsistensi
sample, dan menentukan seberapa dapat diandalkannya data. Maka, pengambilan sample juga
perlu menjadi perhatian khusus sebelum melakukan test, apakah mewakilkan atau tidak.
Plate Loading Test adalah salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengukur kekuatan dan
deformasi tanah, terutama untuk pondasi dangkal atau timbunan. Hasil Plate Loading test
memberikan hasil yang bisa langsung disimpulkan untuk menentukan penurunan tanah, dan
mendapatkan grafik beban vs penurunan. Plate Loading test digunakan untuk memperkirakan
penurunan yang dapat terjadi akibat beban timbunan, dan modulus kekakuan Es, sehingga
dapat dianalisis terhadap penurunan izin lalu diantisipasi dengan cara timbunan per tahap atau
menggunakan perkuatan tanah bila penurunannya tidak masuk syarat.