LABORATORIUM
Tujuan : pertama, Mengingatkan kembali penggunaan alat uji dan cara melakukan
pengujian material di lab bagi tenaga ahli di lab maupun di lapangan. Kedua.
Pemantapan bagi teknisi laboratorium.
I. PENDAHULUAN
Tanah dasar atau subgrade merupakan konstruksi di bawah lapis perkerasan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi di atasnya dalam memikul beban lalu lintas.
Lapisan surface
Tanah yang akan dipergunakan sebagai tanah dasar untuk konstruksi jalan dapat
berupa ;
- Tanah Asli : tanah yang akan dipergunakan tidak melalui proses penggalian atau
penimbunan
Mengingat tanah dasar mempunyai sifat yang sangat penting, maka material untuk
tanah dasar tersebut baik yang berupa tanah asli, galian atau timbunan perlu diketahui
akan sifat-sifatnya agar tidak menimbulkan permasalahan baik pada saat pelaksanaan
maupun permasalahan setelah jalan tersebut terbentuk.
Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada tanah dasar antara lain :
Pengujian material tanah bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang akan
dipergunakan untuk konstruksi subgrade ( tanah dasar ), agar permasalahan
sebagaimana disebutkan di atas dapat diantisipasi.
- Sifat-sifat Index
- Plastisitas
- Ukuran dan Gradasi
- Kepadatan
- Daya Dukung
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang berbutir halus dan
untuk keperluan klasifikasi tanah.
Pengetahuan akan sifat-sifat dan klasifikasi ini sangat penting di dalam rangka untuk
mengetahui kualitas dari tanah tersebut.
Dari pengujian ini akan diperoleh suatu besaran yang disebut :
Untuk memahami Batas Cair dan Batas Plastis dapat dilukiskan berdasarkan gambar
berikut ini :
Phase Solid State Semi Solid State Plastic State Limit Liquid Limit State
Water Water Content Decreasing
Limits SL PL LL
PI = LL – PL ( % )
Dimana :
Kualitas tanah dapat ditentukan oleh besar kecilnya plastisitas tanah yang ditunjukkan
berdasrkan Indeks Plastisitas ( PI ), semakin besar nilai PI semakin jelek kualitas tanah
tersebut.
Hubungan antara Indeks Plastisitas dengan Derajat Plastisitas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
PI Derajat Plastisitas
0 –5 Non Plastis
5 - 15 Plastisitas sedang
15 - 40 Plastis
> 40 Palstistas tinggi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dan untuk keperluan klasifikasi
tanah berbutir kasar. Pengujiannya dapat ditentukan dengan melakukan analisa ayakan
(saringan ). Dari hasil hasil pengujian ini dapat ditentukan tentang jumlah masing-
masing tanah yang berbutir kasar seperti pasir dan kerikil dalam persen serta tipe atau
macam gradasinya.
Tipe atau macam gradasi tanah yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut :
Tipe atau macam gradasi perlu diketahui karena berpengaruh terhadap pelaksanaan
pemadatan dan kestabilan konstruksi. Tanah yang bergradasi baik akan lebih mudah
untuk dipadatkan dan menghasilkan stabilitas konstruksi yang lebih baik dibandingkan
dengan tipr atau macam gradasi yang lain.
Untuk itu diperlukan pengujian kepadatan tanah di laboratorium terhadap material yang
akan digunakan untuk konstruksi subgrade.
Perbedaan kedua jenis pengujian terletak pada jumlah lapis dan besarnya energi
(beban) pemadatan dan pemakaian kedua cara di atas pada umumnya ditentukan
berdasarkan jenis tanahnya. Untuk tanah berbutir halus biasanya menggunakan Standar
Proctor.
Prinsip pengujian ini adalah contoh tanah yang sudah dipersiapkan baik dari ukuran
maupun jumlahnya dicampur dengan air dengan variasi kadar air yang berbeda. Contoh
tersebut dipadatkan di dalam cetakan berbentuk silinder dengan ukuran tertentu
menggunakan alat penumbuk ( hammer ) dengan jumlah lapis dan besarnya energi
pemadatan sesuai dengan standar yang digunakan.
Hasil pengujian yang diperoleh merupakan hubungan antara berat isi kering maksimum
( dmax ) dengan kadar air optimum ( w opt ) yang merupakan petunjuk yang harus
dipenuhi pada pelaksanaan pemadatan di lapangan.
Berat isi kering (gr/cm3)
W opt
(a ) d max
W opt
( b)
d max
Kadar Air ( % )
Gb. Diagram Hasil Pengujian Kepadatan : (a) Kepadatan Berat ( b) Kepadatan Ringan
Pengujian CBR
Pada umumnya dalam penyiapan tanah dasar untuk konstruksi perkerasan, kekuatan
tanah dasar ditentukan berdasarkan besarnya nilai CBR ( California Bearing Ratio).
CBR merupakan perbandingan antara hasil penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama dan mempunyai nilai
CBR 100 %.
Prinsip dasar pengujian CBR adalah dengan menyiapkan contoh tanah yang kemudian
dicampur dengan air dengan jumlah penambahan air sesuai dengan kadar air optimum
pada pelaksanaan pengujian pemadatan. Contoh tanah yang telah dicampur air tersebut
dipadatkan pada suatu cetakan berbentuk silinder dengan jumlah lapis sesuai pada
percobaan pemadatan namun dengan energi pemadatan yang bervariasi. Pengujian
CBR untuk keperluan sebagaimana diuraikan di atas adalah pengujian CBR laboratorium.
Beban ( kg)
0.1 0.2
Penetrasi ( inch )
Gb. Grafik Hasil Percobaan CBR
Pengontrolan kepadatan ini dapat dilakukan berdasarkan beberapa metoda, antara lain
menggunakan metoda yang umum digunakan yaitu dengan pengujian Sand Cone.
Tingkat kepadatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat dinyatakan memenuhi syarat
apabila :
dimana :
D = Derajat kepadatan
gdlap = Berat isi kering maksimum lapangan
gdlab = Berat isi kering maksimum laboratorium
Pada pekerjaan galian dan timbunan perlu dilakukan pengendalian mutu secara
bertahap agar pekerjaan yang dihasilkan memenuhi syarat. Tahapan pengendalian
mutu pekerjaan tanah yang harus dilakukan sebagaimana disajikan pada tahapan
pengendalian mutu berikut ini :
Atterberg limit
Analisa Gradasi
Proctor test
Uji Laboratorium
CBR Laboratorium
ya
Sesuai hasil :
Proctor dan Pelaksanaan Pemadatan
Trial Compaction Lapangan
I. LAPIS PONDASI
Sama halnya dengan tanah dasar, material untuk lapis konstruksi perkerasan
harus diketahui akan sifat-sifatnya. Dimana sifat-sifat tersebut dapat
menunjukkan kualitas dari material tersebut.
Adapun jenis material yang dapat digunakan untuk lapis pondasi adalah ; Batu
Pecah, Tanah Campuran Agregat, Pasir Batu ( Sirtu ) Pecah, Abu Batu, Pasir
atau Tanah Pilihan.
Apabila konstruksi lapis pondasi trsebut sudah terpasang, sama halnya dengan
tanah dasar maka harus dilakukan pengujian kepadatan di lapangan. Dan hasil
yang diperoleh harus dibandingkan dengan pengujian kepadatan laboratorium.
Lapis permukaan biasanya terdiri dari campuran Aspal dan Agregat dengan
komposisi tertentu sesuai dengan perencanaan campuran.
- Penetrasi
- Titik lembek
- Titik Nyala dan Titik Bakar
- Daktilitas
- Kelarutan dalam Try Chlor Ethylen
- Kehilangan Berat
- Viscositas
- Berat Jenis
- Stabilitas
- Kelelehan ( Flows)
- Berat Isi
- Persen Rongga Udara
- Persen Rongga yang terisi Aspal
Pengambilan contoh dilakukan menggunakan alat Core Drill dimana alat ini
dapat berfungsi untuk pengambilan contoh terhadap campuran aspal yang
telah dipadatkan ( terpasang ).
2. Uji laboratorium
Contoh yang telah diambil tadi diuji di laboratorium dengan mengukur :
- berat ( gr )
- volume contoh ( cm3 )
Nilai berat isi campuran aspal yang telah terpasang tersebut dibandingkan
dengan berat isi rencana. Bila mempunyai nilai > 95 % maka campuran tadi
telah memenuhi syarat.