Anda di halaman 1dari 11

PEMILIHAN MATERIAL TANAH UNTUK KONSTRUKSI JALAN

I. PENDAHULUAN

Tanah dasar atau subgrade merupakan konstruksi di bawah lapis perkerasan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi di atasnya dalam memikul beban lalu lintas.

Secara skematis potongan melintang struktur/konstruksi perkerasan jalan disajikan


pada gambar berikut :

Lapisan surface

Lapisan Pondasi Atas


Lapis Perkerasan

Lapisan Pondasi Bawah

Lapisan Tanah Dasar ( Subgrade )

Gbr 1. Potongan melintang Konstruksi Perkerasan Jalan

Tanah yang akan dipergunakan sebagai tanah dasar untuk konstruksi jalan dapat
berupa ;

- Tanah Asli : tanah yang akan dipergunakan tidak melalui proses penggalian atau
penimbunan

- Galian : tanah yang akan dipergunakan melalui proses penggalian terlebih


dahulu

- Timbunan : tanah yang akan dipergunakan melalui proses penimbunan terlebih


dahulu.

Mengingat tanah dasar mempunyai sifat yang sangat penting, maka material untuk
tanah dasar tersebut baik yang berupa tanah asli, galian atau timbunan perlu diketahui
akan sifat-sifatnya agar tidak menimbulkan permasalahan baik pada saat pelaksanaan
maupun permasalahan setelah jalan tersebut terbentuk.

Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada tanah dasar antara lain :

- Perubahan bentuk akibat beban/volume lalu lintas


- Sifat mengembang dan menyusut akibat perubahan kadar air
- Daya dukung yang tidak merata
- Lendutan
- Penurunan
II. Pengujian Material Tanah untuk Konstruksi Jalan

Pengujian material tanah bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang akan
dipergunakan untuk konstruksi subgrade ( tanah dasar ), agar permasalahan
sebagaimana disebutkan di atas dapat diantisipasi.

Adapun sifat-sifat penting tanah yang perlu diketahui adalah :

- Sifat-sifat Index
- Plastisitas
- Ukuran dan Gradasi
- Kepadatan
- Daya Dukung

Sedangkan pengujian-pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat


tersebut adalah sebagai berikut :

- Pengujian Atterberg Limit


- Pengujian Analisis Gradasi
- Pengujian Kepadatan Laboratorium
- Pengujian Daya Dukung ( CBR )

Pengujian Atterberg Limit :

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang berbutir halus dan
untuk keperluan klasifikasi tanah.

Pengetahuan akan sifat-sifat dan klasifikasi ini sangat penting di dalam rangka untuk
mengetahui kualitas dari tanah tersebut.

Dari pengujian ini akan diperoleh suatu besaran yang disebut :

- Batas Cair / Liquid Limit ( LL ) dan


- Batas Plastis / Platric Limit ( PL )

Untuk memahami Batas Cair dan Batas Plastis dapat dilukiskan berdasarkan gambar
berikut ini :

Phase Solid State Semi Solid State Plastic State Limit Liquid Limit State
Water Water Content Decreasing
Limits SL PL LL

Shrinkage volume constant volume decreasing


Dari kedua besaran di atas akan diperoleh suatu besaran lain yang disebut Indeks
Plastisitas / Plasticity Index ( PI ) yang merupakan selisih antara Batas Cair dengan
Batas Plastis.

PI = LL – PL ( % )

Dimana :

PI : Plasticity Index ( Indeks Plastisitas )


LL : Liquid Limit ( Batas Cair )
PL : Plastic Limit ( Batas Plastis )

Kualitas tanah dapat ditentukan oleh besar kecilnya plastisitas tanah yang ditunjukkan
berdasrkan Indeks Plastisitas ( PI ), semakin besar nilai PI semakin jelek kualitas tanah
tersebut.

Hubungan antara Indeks Plastisitas dengan Derajat Plastisitas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel Hubungan PI dengan Derajat Plastisitas

PI Derajat Plastisitas
0 –5 Non Plastis
5 - 15 Plastisitas sedang
15 - 40 Plastis
> 40 Palstistas tinggi

Pengujian Analisis Gradasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dan untuk keperluan klasifikasi
tanah berbutir kasar. Pengujiannya dapat ditentukan dengan melakukan analisa ayakan
(saringan ). Dari hasil hasil pengujian ini dapat ditentukan tentang jumlah masing-
masing tanah yang berbutir kasar seperti pasir dan kerikil dalam persen serta tipe atau
macam gradasinya.

Tipe atau macam gradasi tanah yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut :

- Tanah bergradasi baik.


- Tanah bergradasi seragam
- Tanah bergradasi senjang

Tipe atau macam gradasi perlu diketahui karena berpengaruh terhadap pelaksanaan
pemadatan dan kestabilan konstruksi. Tanah yang bergradasi baik akan lebih mudah
untuk dipadatkan dan menghasilkan stabilitas konstruksi yang lebih baik dibandingkan
dengan tipr atau macam gradasi yang lain.
Pengujian Kepadatan Laboratorium

Pemadatan merupakan bagian penting pada proses pembangunan konstruksi baik


konstruksi jalan dan landasan dan bangunan lainnya.

Pekerjaan pemadatan mempunyai tujuan :


1. Meningkatkan daya dukung tanah
2. Mengurangi resiko perubahan volume
3. Meningkatkan kuat geser tanah
4. Menghindari diferential settlemet.

Untuk itu diperlukan pengujian kepadatan tanah di laboratorium terhadap material yang
akan digunakan untuk konstruksi subgrade.

Jenis percobaannya dapat dilakukan yaitu :

1. Pemadatan ringan (Standard Proctor)


2. Pemadatan berat (Modified).

Perbedaan kedua jenis pengujian terletak pada jumlah lapis dan besarnya energi
(beban) pemadatan dan pemakaian kedua cara di atas pada umumnya ditentukan
berdasarkan jenis tanahnya. Untuk tanah berbutir halus biasanya menggunakan Standar
Proctor.
Prinsip pengujian ini adalah contoh tanah yang sudah dipersiapkan baik dari ukuran
maupun jumlahnya dicampur dengan air dengan variasi kadar air yang berbeda. Contoh
tersebut dipadatkan di dalam cetakan berbentuk silinder dengan ukuran tertentu
menggunakan alat penumbuk ( hammer ) dengan jumlah lapis dan besarnya energi
pemadatan sesuai dengan standar yang digunakan.
Hasil pengujian yang diperoleh merupakan hubungan antara berat isi kering maksimum
( dmax ) dengan kadar air optimum ( w opt ) yang merupakan petunjuk yang harus
dipenuhi pada pelaksanaan pemadatan di lapangan.
Berat isi kering (gr/cm3)

W opt

Zero air void

(a ) d max

W opt

( b)
d max

Kadar Air ( % )
Gb. Diagram Hasil Pengujian Kepadatan : (a) Kepadatan Berat ( b) Kepadatan Ringan
Pengujian CBR

Pada umumnya dalam penyiapan tanah dasar untuk konstruksi perkerasan, kekuatan
tanah dasar ditentukan berdasarkan besarnya nilai CBR ( California Bearing Ratio).

CBR merupakan perbandingan antara hasil penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama dan mempunyai nilai
CBR 100 %.

Beban hasil penetrasi


CBR = -------------------------------- x 100 %
Beban thd. bahan standar

Prinsip dasar pengujian CBR adalah dengan menyiapkan contoh tanah yang kemudian
dicampur dengan air dengan jumlah penambahan air sesuai dengan kadar air optimum
pada pelaksanaan pengujian pemadatan. Contoh tanah yang telah dicampur air tersebut
dipadatkan pada suatu cetakan berbentuk silinder dengan jumlah lapis sesuai pada
percobaan pemadatan namun dengan energi pemadatan yang bervariasi. Pengujian
CBR untuk keperluan sebagaimana diuraikan di atas adalah pengujian CBR laboratorium.
Beban ( kg)

0.1 0.2
Penetrasi ( inch )
Gb. Grafik Hasil Percobaan CBR

Pengujian Kepadatan Tanah di Lapangan


Pada pelaksanaan konstruksi subgrade, agar tingkat kepadatan yang dilaksanakan
dapat diketahui biasanya dilakukan pengontrolan di lapangan agar pelaksanaan
pemadatan dapat tercapai.

Pengontrolan kepadatan ini dapat dilakukan berdasarkan beberapa metoda, antara lain
menggunakan metoda yang umum digunakan yaitu dengan pengujian Sand Cone.
Tingkat kepadatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat dinyatakan memenuhi syarat
apabila :

D = gdlap/gdlab x 100 % > 95 %

dimana :
D = Derajat kepadatan
gdlap = Berat isi kering maksimum lapangan
gdlab = Berat isi kering maksimum laboratorium

I.2 Tahapan Pengendalian Mutu Pekerjaan Tanah

Pada pekerjaan galian dan timbunan perlu dilakukan pengendalian mutu secara
bertahap agar pekerjaan yang dihasilkan memenuhi syarat. Tahapan pengendalian
mutu pekerjaan tanah yang harus dilakukan sebagaimana disajikan pada tahapan
pengendalian mutu berikut ini :

Tahapan Pengendalian Mutu Pekerjaan Tanah :


Investigasi
Sumber Material

Pengambilan Contoh Tanah Sampling

Atterberg limit
Analisa Gradasi
Proctor test
Uji Laboratorium
CBR Laboratorium

Spesifikasi Seleksi Material tidak

ya

Uji Coba Pemadatan Lapangan

Sesuai hasil :
Proctor dan Pelaksanaan Pemadatan
Trial Compaction Lapangan

Uji Sand Cone


Kontrol
d lapangan Kepadatan
D = ----------------.>95%
d laboratorium

I. LAPIS PONDASI
Sama halnya dengan tanah dasar, material untuk lapis konstruksi perkerasan
harus diketahui akan sifat-sifatnya. Dimana sifat-sifat tersebut dapat
menunjukkan kualitas dari material tersebut.

Adapun jenis material yang dapat digunakan untuk lapis pondasi adalah ; Batu
Pecah, Tanah Campuran Agregat, Pasir Batu ( Sirtu ) Pecah, Abu Batu, Pasir
atau Tanah Pilihan.

Sifat-sifat material tersebut dapat diuji melalui pengujian laboratorium, dengan


jenis pengujian sebagai berikut :

- Pengujian Abrasi menggunakan Mesin Los Angeles


- Pengujian Analisis Gradasi
- Pengujian Sand Equivalent
- Pengujuian Atterberg Limit
- Pengujian Pemadatan Laboratorium
- Pengujian CBR

Apabila konstruksi lapis pondasi trsebut sudah terpasang, sama halnya dengan
tanah dasar maka harus dilakukan pengujian kepadatan di lapangan. Dan hasil
yang diperoleh harus dibandingkan dengan pengujian kepadatan laboratorium.

II. LAPIS PERMUKAAN

Lapis permukaan biasanya terdiri dari campuran Aspal dan Agregat dengan
komposisi tertentu sesuai dengan perencanaan campuran.

Baik material aspal maupun agregat sebelum dicampur dilakukan pemeriksaan


akan sifat-sifatnya melalui pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap material-material tersebut adalah sebagai


berikut :

Pemeriksaan terhadap Aspal :

- Penetrasi
- Titik lembek
- Titik Nyala dan Titik Bakar
- Daktilitas
- Kelarutan dalam Try Chlor Ethylen
- Kehilangan Berat
- Viscositas
- Berat Jenis

Pemeriksaan terhadap Agergat


- Abrasi
- Analisis Gradasi
- Kebersihan
- Berat Jenis dan Absorpsi
- Bentuk Agregat

Pemeriksaan terhadap Campuran Aspal

Pemeriksaan terhadap campuran aspal dilakukan berdasarkan percobaan


Marshall agar dapat diketahui besarnya kadar aspal optimum yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :

- Stabilitas
- Kelelehan ( Flows)
- Berat Isi
- Persen Rongga Udara
- Persen Rongga yang terisi Aspal

Hasil pemeriksaan tersebut masing-masing digambarkan dalam bentuk grafik


sebagai berikut
Pemeriksaan terhadap Konstruksi Campuran Aspal Yang Telah Terpasang

Pemeriksaan terhadap campuran aspal yang telah terpasang dapat dilakukan


melalui tahapan sebagai berikut :

1. Pengambilan Contoh ( Sampling )

Pengambilan contoh dilakukan menggunakan alat Core Drill dimana alat ini
dapat berfungsi untuk pengambilan contoh terhadap campuran aspal yang
telah dipadatkan ( terpasang ).

Pengambilan dilakukan hingga sesuai ketebalan dari campuran aspal yang


telah dipadatkan

2. Uji laboratorium
Contoh yang telah diambil tadi diuji di laboratorium dengan mengukur :

- berat ( gr )
- volume contoh ( cm3 )

Dari data tersebut dapat di hitung berat isi, yaitu :

Berat isi = Berat Contoh / Volume Contoh ( gr/cm 3)

Nilai berat isi campuran aspal yang telah terpasang tersebut dibandingkan
dengan berat isi rencana. Bila mempunyai nilai > 95 % maka campuran tadi
telah memenuhi syarat.

Anda mungkin juga menyukai