Anda di halaman 1dari 17

11

3.Material Jalan

Material yang dibutuhkan untuk konstruksi jalan terdiri dari : tanah, agregat
dan aspal/beton.

3.1. Tanah

Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan


dengan cara diurug, tanah terbaik untuk material jalan adalah yang
mempunyai karakteristik yang seragam dengan daerah sekitarnya. Secara
umum tanah diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan sifat
dan karakteristiknya. Pengujian tanah yang banyak dilakukan adalah
berdasarkan metoda AASHTO dan USCS.

1. Klasifikasi metoda AASHTO


(the American Association of State Highway and Transportation Officials)

Klasifikasi dengan metoda AASHTO, dengan membagi tanah dalam dua


kelompok yaitu tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Bahan
berbutir kasar berupa campuran bergradasi baik dari fragmen batu atau
kerikil dari kasar ke halus dengan bahan pengikat tidak plastis atau tanpa
bahan pengikat. Bahan yang terdiri dari pasir, khususnya pasir pantai
halus atau pasir gurun halus tanpa lempung atau lanau atau sedikit lanau
yang non plastis, atau pasir halus bergradasi buruk dengan pasir kasar dan
sedikit kerikil. Bahan berbutir halus khusus kelompok ini terdiri dari tanah

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



12

kelempungan yang nonplastis atau sedikit plastis. Teksturnya bervariasi dari
lumpur pasiran sampai lumpur lanauan atau lempungan. Tanah jenis ini
baik sebagai lapisan perkerasan jika dipadatkan dengan baik dan
adanya saluran drainase yang memadai, jika tidak, akibat adanya air
akan terjadi swelling (mengembang) dan lapisan akan kehilangan daya
dukungnya.

2. Indeks Kelompok Tanah


(berdasarkan AASHTO)

Fungsi dari Batas Cair, Indeks Plastisitas dan besar persentase lolos ayakan
No.200, disebut Indeks Kelompok Tanah. Indeks Kelompok Tanah ini
biasanya digunakan sebagai nilai dasar atau patokan umum untuk
menentukan kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah , makin besar
nilai indeksnya makin buruk kualitasnya. Indeks Kelompok dapat
dirumuskan sebagai berikut :

IK = (F - 35) {0,2 + 0,005 (LL – 40)} + 0,01(F – 15)(IP – 10)

di mana : IK = Indeks kelompok


LL = Batas Cair
F = % lolos ayakan No.200
IP = Indeks Plastisitas

3. Klasifikasi Metoda USCS


(Unified Soil Classification System)

Sistem ini diusulkan oleh Prof. Arthur Cassagrande untuk mengelompokan


tanah berdasarkan sifat teksturnya. Menurut sistem ini tanah dibagi dalam
3 kelompok, yaitu :

a. Tanah Berbutir Kasar, berupa tanah yang mempunyai persentase lolos


ayakan No.200 < 50%. Tanah berbutir kasar terbagi menjadi dua
bagian yaitu ; kerikil dan tanah kerikilan (G) serta pasir dan tanah
kepasiran (S), yang termasuk dalam kerikil adalah tanah yang
mempunyai persentase lolos ayakan No.4 < 50%, sedangkan tanah
yang mempunyai persentase lolos ayakan No.4 > 50% termasuk
kelompok pasir.

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



13

b. Tanah Berbutir halus, berupa tanah dengan persentase lolos ayakan
No.200 > 50%. Tanah berbutir halus dibagi dalan lanau (M) dan
lempung (C) yang didasarkan pada batas cair dan indeks
plastisitasnya, tanah organis (O) juga termasuk dalam kelompok ini.
Lanau merupakan tanah berbutir halus yang mempunyai batas cair
dan indeks plastisitas. Lanau, lempung dan tanah organis lainnya
dibagi (dibedakan) antara yang punya batas cair yang rendah (L) dan
yang tinggi (H).

c. Tanah organis. Tanah ini tidak dibagi lagi, tetapi diklasifikasikan dalam
kelompok Pt (peat), tanah jenis ini biasanya mudah ditekan dan tidak
mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang diinginkan. Tanah
khusus dari kelompok ini adalah peat (gambut), humus, tanah lumpur
dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen umum dari tanah ini
adalah partikel-partikel daun, rumput, dahan atau bahan-bahan yang
regas lainnya.

4. Pengujian Laboratorium

Pengujian laboratoriun untuk contoh tanah dilakukan di laboratorium


Mekanika Tanah, pengujian ini diperlukan untuk menganalisis penurunan
(settlement), analisis stabilitas lereng dan mengetahui daya dukung tanah
dasar (subgrade). Jenis-jenis pengujian yang diperlukan untuk masing-
masing kelompok adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Jenis Pengujian Laboratorium yang Diperlukan

Rencana Material Jalan &


Jenis Pengujian Simbol Rencana Jalan
Jembatan Jembatan
Sifat Fisik Tanah
Kadar air asli W
Berat isi
Berat jenis Gs
Gradasi butir %#
Batas Atterberg (LL, IP)
Sifat Mekanis Tanah
Konsolidasi C c, C v, k
Triaxial Ø, c
Kompaksi Wopt, yd
CBR
Keterangan : dilakukan pengujian Sumber : Shirley L. Hendarsin. 2000
tidak dilakukan pengujian

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



14

Tabel 3.2 : Standar Prosedur Pengujian Laboratorium

Standar yang Digunakan


No. Jenis Pengujian
ASTM AASHTO SNI
Sifat Fisik
1 Kadar air D 2216-66(71) T 265-79 SNI 03-1965-1990
2 Berat jenis D 854-58(72) T 100-75(82) SNI 03-1964-1990
3 Gradasi butir D 421-58(72) T 87-80 SNI 03-1975-1990
D 2217-66 T 146-79 ---
D 422-63(72) T 88-81 SNI 03-3423-1994
4 Batas Atterberg D 423-66 T 89-81 SNI 03-1967-1990
D 424-59(71) T 90-81 SNI 03-1966-1990
D 427-61(67) T 92-68(82) SNI 03-3422-1994
Sifat Mekanik
1 Konsolidasi D 2435-70 T 216-81 SNI 03-2812-1992
2 Kekuatan geser
- Kuat geser langsung D 3080-72(79) T 236-72(82) SNI 03-2813-1992
- triaxial D 2850-70 T 234-74(82) SNI 03-2455-1991
3 Kompaksi D 698-70 T 99-81 SNI 03-1742-1989
D 1557-70 T 180-74(82) SNI 03-1743-1989
4 CBR D 1883-67 T 193-81 SNI 03-1744-1989

• Pengujian sifat fisik tanah, untuk mengetahui jenis dan klasifikasi tanah
yang sangat dominan, apakah berupa lempung. Lanau pasir, kerikil
dan lain-lain.

Keterangan : Wa = 0
di mana : Wa = volume udara (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vs = volume tanah (cm3)
Wa = berat udara = 0
Ww = berat air (gram)
Ws = berat tanah (gram)
V = jumlah volume (cm3)
W = jumlah berat (gram)

Gambar 3.1 : Komposisi Partikel Tanah pada Sistem Tiga Phase

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



15

• Pengujian Sifat Mekanik tanah, pengujian sifat mekanis diperlukan
untuk mengetahui sifat tanah jika menerima beban luar. Selain itu
pengujian menunjukkan parameter dari sifat mekanis tanah yang
diperlukan untuk analisis dan design jalan, hasil uji diperoleh dari :

o Pengujian Konsolidasi : proses pengecilan volume secara perlahan


pada tanah jenuh.
o Pengujian Kekuatan Geser Tanah yang meliputi : uji Kuat geser
Langsung dan uji Triaxial serta uji Kuat Tekan Bebas (bila diperlukan)
o Pengujian pemadatan (kompaksi), termasuk uji CBR Laboratorium
terhadap contoh hasil pemadatan, dengan cara tidak direndam
(unsoaked) dan cara direndam (soaked)

3.2. Agregat

Agregat adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan


perkerasan jalan, Jenis agregat untuk konstruksi jalan terdiri dari dua macam
yaitu yang pertama asli (natural) terdiri dari batuan beku (igneous rock),
batuan sedimen dan batuan metamorf (metamorphic rock), bentuknya
berupa pasir, kerikil atau batu pecah/belah dan yang kedua buatan pabrik
(manufactured), meliputi letusan bara api dan berbagai produk dari tanah
lempung atau batu sabak.

Untuk meningkatkan mutu agregat seringkali pada pelaksanaannya


dilakukan pencampuran dengan bahan lainnya. Agregat dibedakan
berdasarkan gradasi yaitu gradasi rapat (dense grading), gradasi terbuka
(open grading) dan gradasi timpang (gap grading) dan sifat materialnya
yaitu berdasarkan ukuran butiran, bentuk butiran, dan proses terjadinya
agregat dan berdasarkan tekstur permukaannya. Selain itu agregat juga
dikelompokkan menjadi tiga kelas kelompok mutu yaitu kelas A, kelas B dan
kelas C, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



16

Tabel 3.3 : Gradasi Agregat

Susunan Ayakan Persentase Lolos (dalam berat)


No. Bukaan (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
2½” 63,000 100 100 -
1½” 38,000 100 67 – 100 -
¾” 19,000 65 – 81 40 – 100 100
3/8” 9,500 42 – 60 25 – 80 -
4 4,750 27 – 45 16 – 66 51 – 74
8 2,360 18 – 33 10 – 55 -
16 1,180 11 – 25 6 – 45 -
40 0,425 6 – 16 3 – 33 18 – 36
200 0,075 0–8 0 – 20 10 – 22

Tabel 3.4 : Sifat Material

S i f a t Kelas A Kelas B Kelas C


Nilai abrasi agregat kasar
0 – 40% 0 – 50% -
AASHTO T 96-77 (1982)
IP
0–6 4 – 10 6 – 20
AASHTO T 90-81
Hasil kali IP dengan persen lolos ayakan
25 maks - -
No. 200
Batas cail (LL)
AASHTO T 89-81 0 - 35 - 40 maks
SNI 03-1967-1990
Bagian yang lunak
0 – 5% - -
AASHTO T 112-81
CBR
AASHTO T 193-81 80 min 35 min -
SNI 03-1744-1989
Rongga dalam agregat mineral pada
14 min 10 min -
kepadatan maksimum

3.3. A s p a l

Aspal merupakan material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur


(flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan
pengikat agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat. Aspal
mempunyai sifat adhesive (perekat), kedap air dan mudah dikerjakan. Selain
itu juga merupakan bahan yang plastis sehingga mudah untuk dicampur
dengan agregat, lebih jauh aspal juga sangat tahan terhadap asam, alkali
dan garam-garaman. Pada suhu atmosfir, aspal akan menjadi padat atau
semi padat, tatapi akan mudah mencair jika dipanaskan, atau dilakukan
pencampuran dengan pengencer petroleum dalam berbagai kekentalan

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



17

atau dengan membuat emulsi bahan alam yang terkandung dalam hampir
semua minyak bumi yang diperoleh sebagai hasil penyulingan.

Definisi aspal adalah campuran yang terdiri dari “bitumen dan mineral”,
sedangkan yang dimaksud dengan bitumen adalah bahan yang berwarna
coklat hingga hitam, berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat
yang baik, larut dalam CS2 (carbon sulfit) dan CCI4 (carbon tetra chloride)
dan mempunyai sifat berlemak, tidak larut dalam air. Secara kimiawi bitumen
terdiri dari gugusan aromat, naphten dan alkan, dan secara kimia fisika
merupakan campuran colloid, di mana butir-butir yang merupakan bagian-
bagian yang padat (asphaltene) berada dalam fase cairan yang disebut
malten. Jenis-jenis aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari ;
aspal alam, bitumen (aspal buatan) dan ter.

1. Aspal Alam

Aspal alam di Indonesia ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara)


dan dikenal dengan sebutan Asbuton (Aspal Buton). Aspal alam juga
ditemukan di Perancis, Swiss dan Amerika. Secara fisik aspal alam
ditemukan dalam bentuk :

• Padat atau batuan dan disebut sebagai batu aspal (rock asphalt)
yang dijumpai antara lain di Pulau Buton.

• Plastis yang ditemukan di Trinidad.

• Cair yang ditemukan di Bermuda yang dikenal sebagai Bermuda


Lake Asphalt.

a. Sifat-sifat aspal Buton, aspal buton merupakan hasil endapan minyak


bumi yang mengalami proses destilasi (penguapan) lama dan
continue sehingga kadar asphaltenenya lebih tinggi dan kadar
maltenenya lebih rendah dibandingkan dengan aspal buatan. Oleh
karena itu aspal butas mempunyai pelekatan yang lebih baik dan
kepekaan terhadap perubahan suhu yang lebih kecil. Untuk
mengeluarkan bitumen dari campuran mineralnya diperlukan zat
pelarut yang disebut flux, karena sulit jika dilakukan dengan
pemanasan, sebab butas bukan merupakan penghantar panas yang
baik. Flux butan adalah pelarut mempunyai sifat maltene dalam aspal
dan mempunyai daya larut yang baik, flux dibuat dari minyak bumi
yang tidak mengandung paraffin.
Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti

18

b. Penggunaan aspal alam, aspal alam dalam hal ini aspal Buton sudah
banyak digunakan untuk pelapisan konstruksi perkerasan, di mana yang
sudah banyak digunakan adalah Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat) dan
Lastasbum (Lapis Asbuton Murni).

• Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat), merupakan suatu lapisan pada


konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton
dan bahan pelunak yang diaduk, dihamparkan dan dipadatkan
secara dingin. Tabel berikut adalah penjelasan rinci tentang lasbutag

Tabel 3.11 : Fungsi, Sifat-sifat, Penggunaan dan Bahan dari Lasbutag

Fungsi Sifat-sifat
- Sebagai lapisan permukaan atau - Kedap air
lapisan aus - Pencapaian kestabilan dipengaruhi
- Sebagai pelindung lapisan di oleh volume lalulintas dan cuaca
bawahnya dari pengaruh air dan - Mempunya nilai structural
cuaca - Cukup kenyal
- Mendukung lalulintas
- Menyediakan permukaan jalan yang
rata dan tidak licin
Penggunaan
- Untuk jalan dengan kondisi lalulintas sedang
- Untuk jalan dengan alinemen vertical dengan kelandaian maksimum 12%
- Untuk jalan dengan alinemen horizontal dengan jari-jari tikungan minimum 15
meter
Bahan
- Asbuton, terdiri dari bitumen (10 – 35%) dan mineral, di mana sebagian besar
mineral merupakan mineral kapur dari ukuran debu sampai dengan berukuran
pasir.

- Sifat fisik, berbentuk butiran dan bongkahan, mempunyai kadar bitumen yang
tidak teratur, asbuton juga bersifat porus sehingga dapat diresapi dengan
bahan pelunak. Bahan pelunak akan membuat asbuton lunak (meremajakan
bitumen) yang memakan proses yang cukup lama.

- Klasifikasi Asbuton :
Asbuton 10 (B10) mempunyai kadar bitumen 9,0 – 11,4%
Asbuton 13 (B13) mempunyai kadar bitumen 11,5 – 14,5%
Asbuton 16 (B16) mempunyai kadar bitumen 14,6 – 17,9%
Asbuton 20 (B20) mempunyai kadar bitumen 18,0 – 22,5%
Asbuton 25 (B25) mempunyai kadar bitumen 22,6 – 27,4%
Asbuton 30 (B30) mempunyai kadar bitumen 27,5 – 32,5%

- Kadar air asbuton, kadar air yang baik adalah 4 – 6%, cukup baik 6 – 8%, dan
yang masih dapat dipertimbangkan 8 – 10%.

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



19

- Bahan pelunak, adalah bahan cair yang ditambahkan untuk melunakkan
bitumen asbuton, bahan yang digunakan adalah flux asbuton atau minyak
bakar. flux asbuton adalah : hasil destilasi (penyulingan) vakum residu (destilasi
pertama) yang dibuat dari asphaltic base crude oil, sehingga komposisi asbuton
terdiri dari maltene + solvent (minyak berat) + bitumen (aspal murni). Minyak
bakar adalah : salah satu bahan bakar mesin, sehingga mempunyai variasi
viskositas yang sangat besar, minyak bakar dapat berupa asphaltic base atau
paraffin base.

- Agregat, yang digunakan terdiri dari agregat kasar dan agregat halus yang
memenuhi persyaratan

• Latasbum (Lapis Tipis Asbuton Murni), merupakan lapisan penutup yang


terdiri dari lapisan campuran asbuton dan bahan pelunak dengan
perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dan
menghasilkan tebal padat maksimum 1 cm. Tabel berikut adalah
penjelasan rinci dari latasbum :

Tabel 3.12 : Fungsi, Penggunaan dan Bahan dari Latasbum

Fungsi Penggunaan
- Kedap air - Untuk jalan yang masih stabil dengan
- Kenyal penampang memanjang dan
- Cukup awet melintang sesuai dengan persyaratan.
- Tidak mempunyai nilai struktural - Pada jalan yang mulai retak dan
mengalami degradasi
B a h a n
- Asbuton, terdiri dari bitumen (10 – 35%) dan mineral, di mana sebagian besar
mineral merupakan mineral kapur dari ukuran debu sampai ukuran pasir.

- Bahan pelunak, adalah bahan cair yang ditambahkan untuk melunakkan


bitumen asbuton, bahan yang digunakan adalah flux asbuton atau minyak
bakar

2. Aspal Buatan

Aspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil


penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar paraffin yang rendah
dan disebut dengan Paraffin Base Crude Oil. Minyak bumi banyak
mengandung gugusan aromat dan syklis sehingga kadar aspalnya tinggi
dan kadar paraffinnya rendah. Aspal buatan berbentuk padat, cair dan
emulsi. Aspal buatan terdiri dari :

a. Aspal padat, merupakan aspal buatan atau bitumen dari hasil


penyulingan minyak bumi yang banyak mengandung aspal dan sedikit
Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti

20

paraffin, karena paraffin banyak berpengaruh pada pelekatan aspal
pada batuan. Minyak bumi tersebut kemudian disuling sekali lagi pada
suhu yang sama tetapi dengan tekanan yang rendah (hampa udara)
sehingga menghasilkan bitumen yang disebut dengan straight run
bitumen.

Pada umumnya bitumen ini mempunyai sifat penetrasi yang tinggi,


untuk mendapatkan bitumen dengan penetrasi yang lebih rendah,
maka residu hasil penyulingan hampa udara tadi diberikan lagi proses
blowing yaitu tambahan berupa pencampuran dengan udara pada
suhu 400o C, dengan proses blowing ini maka beberapa sifat bitumen
dapat diperbaiki, diantaranya : peningkatan kadar asphaltene, sifat
lekat dan sifat kepekaan terhadap udara. Kekurangan dari proses
blowing ini adalah kemungkinan terjadinya retak (cracking) akibat
adanya proses kimia berupa pemecahan molekul-molekul besar
menjadi molekul-molekul kecil dan terjadinya arang (carbon). Adanya
pemecahan molekul ini bisa mengakibatkan berkurangnya bitumen
dan tidak homogen. Proses ini memakan biaya yang cukup tinggi dan
harus dilaksanakan dengan hati-hati.

Sifat aspal padat juga dapat mencair dan menjadi cukup keras
kembali sehingga membentuk campuran batu-aspal yang merekat
dengan baik dan dapat dipadatkan untuk membentuk konstruksi
lapisan perkerasan yang stabil. Selain itu bitumen yang digunakan
tidak boleh terlalu peka terhadap suhu karena waktu penetrasi sangat
tergantung pada suhu. Titik lembek aspal juga harus diperhatikan,
karena pada suhu tersebut bahan sudah mulai bergerak dengan
kecepatan tertentu pada beban tertentu. Jika aspal makin keras maka
kadar asphaltene akan naik tetapi daktilitas (kemampuan deformasi)
akan turun, dan jika kadar paraffin tinggi maka sifat kepekaan aspal
terhadap suhu akan meningkat dan daya lekat juga akan berkurang.

Untuk mendapatkan daya ikat yang baik, maka diperlukan daya lekat
yang baik. Sifat lekat bitumen terhadap batuan tidak disebabkan daya
tarik muatan listrik tetapi karena tekanan permukaan antara batuan
dengan bitumen, di mana tekanan tersebut tergantung dari struktur
bitumen. Bitumen yang mengandung gugusan aromatic melekat lebih
baik pada batuan dari pada bitumen yang mengandung banyak
gugusan paraffin. Aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



21

pekerjaan lapisan perkerasan aspal, mulai dari lapisan permukaan
sampai dengan pekerjaan konstruksi perkerasan jalan yang bermutu
tinggi seperti lapisan aspal beton.

b. Aspal cair, merupakan aspal keras yang dicampur dengan pelarut,


jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang digunakan untuk
mencampur aspal keras tersebut. Jenis aspal cair terdiri dari :

• Aspal RC (rapid curing), yaitu berupa aspal keras yang dicampur


dengan korosin (bensin). Jenis aspal cair ini cepat mengeras dan
cepat mengendap.
• Aspal MC (medium curing), adalah aspal keras yang dicampur
dengan minyak disel, jenis aspal ini akan mengendap dalam waktu
sedang.
• Aspal SC (slow curing), merupakan aspal keras yang dicampur
dengan residu dari pengilangan pertama, jenis aspal cair ini proses
mengendapnya berjalan lambat.
Karena kecairannya maka sifat aspal cair mempermudah
pelaksanaan pekerjaan dan mempersingkat waktu pelaksanaan,
selain itu aspal lebih mudah mengalir diantara batuan dan
menyelimutinya sehingga menghasilkan ikatan yang baik antara
batu dan aspal. Penggunaan aspal cair sama halnya seperti aspal
padat.

c. Aspal emulsi, merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair
pada umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus
dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal
emulsi terdiri dari butir-butir aspal halus dalam air yang bermuatan listrik
sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada
pada jarak yang sama, jenis aspal emulsi terdiri dari :

• Aspal emulsi anionic, adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik


negative, jenis aspal tersebut dapat digunakan untuk melapisi
batuan yang basa dan netral dengan baik. Sifat lekat dari aspal
emulsi anionic berdasarkan penguapan air, yaitu berdasarkan sifat
tekanan permukaan dari batuan setelah air menguap. Jenis aspal
emulsi anionic terdiri dari : labil, agak stabil dan stabil.

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



22

• Aspal emulsi cationic, adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik
positif, sehingga baik digunakan untuk melapisi batuan netral dan
alam seperti batuan andesit dan basal. Jenis aspal emulsi cationic
terdiri dari : bekerja cepat, bekerja kurang cepat, dan bekerja
lamban.
• AspaL emulsi nonionic, merupakan aspal emulsi yang tidak
bermuatan listrik, kerena tidak mengalami proses ionisasi.

Seperti diketahui bahwa aspal emulsi mempunyai beberapa klasifikasi


dengan sifatnya masing-masing. Beberapa factor yang dapat
mempengaruhi aspal emulsi diantaranya adalah sebagai berikut :

• Sifat kimia aspal padat.


• Kekerasan dan jumlah aspal semen yang digunakan.
• Ukuran partikel aspal dalam emulsi.
• Jenis dan konsentrasi zat emulsi yang digunakan.
• Keadaan pencampuran seperti suhu dan tekanan.
• Muatan ion pada partikel emulsi.
• Tingkat penambahan bahan.
• Jenis peralatan yang digunakan dalam membuat emulsi.
• Sifat zat emulsi.
• Penambahan zat kimia.

Bahan aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua jenis


perkerasan jalan, bahkan lebih luas dan dapat digunakan di mana
tidak dapat digunakan aspal padat. Beberapa factor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih aspal emulsi adalah sebagai berikut :

• Keadaan cuaca yang diperkirakan selama pelaksanaan.


• Pemilihan tingkat emulsi dan perencanaan campuran.
• Jenis dan ketersediaan agregat.
• Ketersediaan peralatan pelaksanaan.
• Lokasi geografis, jarak angkutan dan ketersediaan air.
• Pengawasan lalulintas, apakah lalulintas dapat dialihkan.
• Pertimbangan lingkungan.

Secara umum emulsi direncanakan untuk penggunaan spesifik


sebagai berikut :

• Aspal emulsi RS (rapid setting), jenis emulsi ini direncanakan untuk


bereaksi secara cepat dengan agregat dan berubahnya emulsi ke
Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti

23

aspal, jenis RS akan menghasilkan lapisan film yang relative tebal.
Biasanya digunakan untuk penyemprotan seperti lapisan agregat,
lapisan pasir, dan lapisan permukaan serta penetrasi macadam,
emulsi ini mempunyai viskositas yang tinggi dan mencegah aliran.
• Aspal emulsi MS (medium setting), jenis emulsi ini direncanakan
untuk pencampuran dengan agregat kasar, kerena jenis ini tidak
memecah jika berhubungan dengan agregat, sehingga campuran
yang menggunakan jenis aspal ini akan tetap dapat dihamparkan
dalam beberapa menit

• Aspal emulsi SS (slow setting), jenis emulsi ini direncanakan untuk


pencampuran dengan stabilitas maksimum. Jenis ini digunakan
pada agregat bergradasi padat dan mengandung kadar agregat
halus yang tinggi, jenis SS mempunyai waktu pelaksanaan yang
panjang untuk memastikan pencampuran dengan agregat padat
dengan baik. Jenis ini juga dapat digunakan untuk lapis resap ikat
(tack coat) dengan pelapisan pengikat debu.

3. T e r

Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis
seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada
suhu tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan dipergunakan hanya ter
yang berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter
mempunyai bau khusus karena adanya gugusan aromat dengan
gugusan OH seperti plenol dan cresol, umumnya ter tidak mempunyai
susunan paraffin.

3.4. B e t o n

Beton atau beton semen, berupa beton bertulang maupun beton tak
bertulang banyak digunakan untuk konstruksi jalan raya sebagai bangunan
pelengkap jalan, bangunan drainase dan jembatan serta untuk lapisan
perkerasan kaku (rigid pavement). Beton terbuat dari campuran material
yaitu agregat kasar dan halus, air dan semen portland (PC).

1. Sifat-sifat Beton, menghasilkan permukaan yang keras dan tahan


terhadap gerusan, memiliki kuat tekan yang tinggi, dan tahan terhadap
cuaca dan bebas korosi
Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti

24

2. Semen, atau Portland Cement (PC) adalah material yang akan bereaksi
secara kimiawi jika dicampur air dalam suatu proses yang disebut hydrasi
untuk membentuk benda seperti batu. Jika dicampur air, kerikil dan pasir
maka PC berubah menjadi batu.

3. Agregat, agregat terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Agregat
halus yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir dengan mutu
yang baik, berbutir kasar dan tidak mudah hancur. Material halus yang
lolos ayakan No. 200 misalnya lanau, tidak boleh melebihi 2 - 5% dari total
material yang digunakan (pasir). Ketentuan dari standar AASHTO M6 – 81
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.13 : Gradasi Agregat Halus, AASHTO M6 – 81

Ayakan % Lolos dalam Berat


No.3/8” (9,5 mm) 100
No.4 (4,75 mm) 95 – 100
No.16 (1,18 mm) 45 – 80
No.50 (0,3 mm) 10 – 30
No.100 (0,15 mm) 2 – 10

Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah kerikil atau
batu pecah, gradasi material yang perlu dihindari untuk penggunaan
pada campuran beton lapisan perkerasan jalan karena dapat merugikan,
adalah sebagai berikut (standar AASHTO M80 – 77(1082) :

Tabel 3.14 : Bahan Agregat yang Merugikan dan Sifat Fisik

% maksimum yang
Type yang Kerusakan akibat
Kelas diizinkan untuk gumpalan
digunakan cuaca pada
Agregat lempung dan partikel yang
Untuk tempat terbuka
mudah hancur

Beton lapis Kuat/keras B 3


perkerasan,
lapisan pondasi
atas, jalan
samping, di Sedang C 5
mana
benjolan/letupan
dalan jumlah
sedang dapat Dapat diabaikan D 5
ditoleransi

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



25

3.5. A i r

Air yang digunakan untuk campuran beton hampir tidak ada pembatasan
khusus, semua air yang berasal dari sumber normal dapat digunakan, sama
layaknya sumber air minum. Namun walaupun demikian ada ketentuan yang
harus diperhatikan, bahwa air yang dipakai harus bebas dari unsur-unsur
alkali (alkalinity) atau aksid (acidity), minyak dan bahan organic yang dapat
merusak beton.

Kualitas air sangat mempengaruhi kekuatan beton, karena kualitas air erat
kaitannya dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air
diusahakan agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak
pada beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan
beton menjadi rapuh.

Pada pengecoran beton pembuatan rumah sederhana atau tidak


bertingkat, kebanyakan tukang mengira, semakin encer beton, semakin
bagus karena permukaan yang dihasilkan semakin mulus, tanpa ada rongga,
padahal, dengan kelebihan air, mutu beton akan anjlok sangat jauh. ini
disebabkan faktor air semen yang tinggi dalam beton menyebabkan banyak
rongga setelah airnya mengering.

Banyak hal-hal lain yang bisa berdampak karena pemakaian air,


diantaranya :

1. Air tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter karena


dapat mengurangi daya lekat atau bisa juga mengembang (pada
saat pengecoran karena bercampur dengan air) dan menyusut (pada
saat beton mengeras karena air yang terserap lumpur menjadi
berkurang).

2. Air tidak boleh mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko
terhadap korosi semakin besar.

3. Air tidak boleh mengandung khlorida lebih dari 0,5 gram/liter karena
bisa menyebabkan korosi pada tulangan.

4. Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter


karena dapat menurunkan mutu beton sehingga akan rapuh dan
lemah.

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



26

5. Air tidak boleh mengandung minyak lebih dari 2% dari berat semen
karena akan mengurangi kuat tekan beton sebesar 20%.

6. Air tidak boleh mengandung gula lebih dari 2% dari berat semen
karena akan mengurangi kuat tekan beton pada umur 28 hari.

7. Air tidak mengandung bahan organik seperti rumput/lumut yang


terkadang terbawa air Karena akan mengakibatkan berkurangnya
daya lekat dan menimbulkan rongga pada beton.

Syarat air menurut SK SNI 03-2847 - 2002 adalah Air yang dapat digunakan
dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :

1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam,
bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap
beton atau tulangan.

2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada


beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion
klorida dalam jumlah yang membahayakan.

3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama dan
hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C
109 ).

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti



27

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan / SriYuniarti

Anda mungkin juga menyukai