3.Material Jalan
Material yang dibutuhkan untuk konstruksi jalan terdiri dari : tanah, agregat
dan aspal/beton.
3.1. Tanah
Fungsi dari Batas Cair, Indeks Plastisitas dan besar persentase lolos ayakan
No.200, disebut Indeks Kelompok Tanah. Indeks Kelompok Tanah ini
biasanya digunakan sebagai nilai dasar atau patokan umum untuk
menentukan kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah , makin besar
nilai indeksnya makin buruk kualitasnya. Indeks Kelompok dapat
dirumuskan sebagai berikut :
c. Tanah organis. Tanah ini tidak dibagi lagi, tetapi diklasifikasikan dalam
kelompok Pt (peat), tanah jenis ini biasanya mudah ditekan dan tidak
mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang diinginkan. Tanah
khusus dari kelompok ini adalah peat (gambut), humus, tanah lumpur
dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen umum dari tanah ini
adalah partikel-partikel daun, rumput, dahan atau bahan-bahan yang
regas lainnya.
4. Pengujian Laboratorium
• Pengujian sifat fisik tanah, untuk mengetahui jenis dan klasifikasi tanah
yang sangat dominan, apakah berupa lempung. Lanau pasir, kerikil
dan lain-lain.
Keterangan : Wa = 0
di mana : Wa = volume udara (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vs = volume tanah (cm3)
Wa = berat udara = 0
Ww = berat air (gram)
Ws = berat tanah (gram)
V = jumlah volume (cm3)
W = jumlah berat (gram)
3.2. Agregat
3.3. A s p a l
Definisi aspal adalah campuran yang terdiri dari “bitumen dan mineral”,
sedangkan yang dimaksud dengan bitumen adalah bahan yang berwarna
coklat hingga hitam, berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat
yang baik, larut dalam CS2 (carbon sulfit) dan CCI4 (carbon tetra chloride)
dan mempunyai sifat berlemak, tidak larut dalam air. Secara kimiawi bitumen
terdiri dari gugusan aromat, naphten dan alkan, dan secara kimia fisika
merupakan campuran colloid, di mana butir-butir yang merupakan bagian-
bagian yang padat (asphaltene) berada dalam fase cairan yang disebut
malten. Jenis-jenis aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari ;
aspal alam, bitumen (aspal buatan) dan ter.
1. Aspal Alam
• Padat atau batuan dan disebut sebagai batu aspal (rock asphalt)
yang dijumpai antara lain di Pulau Buton.
Fungsi Sifat-sifat
- Sebagai lapisan permukaan atau - Kedap air
lapisan aus - Pencapaian kestabilan dipengaruhi
- Sebagai pelindung lapisan di oleh volume lalulintas dan cuaca
bawahnya dari pengaruh air dan - Mempunya nilai structural
cuaca - Cukup kenyal
- Mendukung lalulintas
- Menyediakan permukaan jalan yang
rata dan tidak licin
Penggunaan
- Untuk jalan dengan kondisi lalulintas sedang
- Untuk jalan dengan alinemen vertical dengan kelandaian maksimum 12%
- Untuk jalan dengan alinemen horizontal dengan jari-jari tikungan minimum 15
meter
Bahan
- Asbuton, terdiri dari bitumen (10 – 35%) dan mineral, di mana sebagian besar
mineral merupakan mineral kapur dari ukuran debu sampai dengan berukuran
pasir.
- Sifat fisik, berbentuk butiran dan bongkahan, mempunyai kadar bitumen yang
tidak teratur, asbuton juga bersifat porus sehingga dapat diresapi dengan
bahan pelunak. Bahan pelunak akan membuat asbuton lunak (meremajakan
bitumen) yang memakan proses yang cukup lama.
- Klasifikasi Asbuton :
Asbuton 10 (B10) mempunyai kadar bitumen 9,0 – 11,4%
Asbuton 13 (B13) mempunyai kadar bitumen 11,5 – 14,5%
Asbuton 16 (B16) mempunyai kadar bitumen 14,6 – 17,9%
Asbuton 20 (B20) mempunyai kadar bitumen 18,0 – 22,5%
Asbuton 25 (B25) mempunyai kadar bitumen 22,6 – 27,4%
Asbuton 30 (B30) mempunyai kadar bitumen 27,5 – 32,5%
- Kadar air asbuton, kadar air yang baik adalah 4 – 6%, cukup baik 6 – 8%, dan
yang masih dapat dipertimbangkan 8 – 10%.
- Agregat, yang digunakan terdiri dari agregat kasar dan agregat halus yang
memenuhi persyaratan
Fungsi Penggunaan
- Kedap air - Untuk jalan yang masih stabil dengan
- Kenyal penampang memanjang dan
- Cukup awet melintang sesuai dengan persyaratan.
- Tidak mempunyai nilai struktural - Pada jalan yang mulai retak dan
mengalami degradasi
B a h a n
- Asbuton, terdiri dari bitumen (10 – 35%) dan mineral, di mana sebagian besar
mineral merupakan mineral kapur dari ukuran debu sampai ukuran pasir.
2. Aspal Buatan
Sifat aspal padat juga dapat mencair dan menjadi cukup keras
kembali sehingga membentuk campuran batu-aspal yang merekat
dengan baik dan dapat dipadatkan untuk membentuk konstruksi
lapisan perkerasan yang stabil. Selain itu bitumen yang digunakan
tidak boleh terlalu peka terhadap suhu karena waktu penetrasi sangat
tergantung pada suhu. Titik lembek aspal juga harus diperhatikan,
karena pada suhu tersebut bahan sudah mulai bergerak dengan
kecepatan tertentu pada beban tertentu. Jika aspal makin keras maka
kadar asphaltene akan naik tetapi daktilitas (kemampuan deformasi)
akan turun, dan jika kadar paraffin tinggi maka sifat kepekaan aspal
terhadap suhu akan meningkat dan daya lekat juga akan berkurang.
Untuk mendapatkan daya ikat yang baik, maka diperlukan daya lekat
yang baik. Sifat lekat bitumen terhadap batuan tidak disebabkan daya
tarik muatan listrik tetapi karena tekanan permukaan antara batuan
dengan bitumen, di mana tekanan tersebut tergantung dari struktur
bitumen. Bitumen yang mengandung gugusan aromatic melekat lebih
baik pada batuan dari pada bitumen yang mengandung banyak
gugusan paraffin. Aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh
c. Aspal emulsi, merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair
pada umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus
dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal
emulsi terdiri dari butir-butir aspal halus dalam air yang bermuatan listrik
sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada
pada jarak yang sama, jenis aspal emulsi terdiri dari :
3. T e r
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis
seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada
suhu tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan dipergunakan hanya ter
yang berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter
mempunyai bau khusus karena adanya gugusan aromat dengan
gugusan OH seperti plenol dan cresol, umumnya ter tidak mempunyai
susunan paraffin.
3.4. B e t o n
Beton atau beton semen, berupa beton bertulang maupun beton tak
bertulang banyak digunakan untuk konstruksi jalan raya sebagai bangunan
pelengkap jalan, bangunan drainase dan jembatan serta untuk lapisan
perkerasan kaku (rigid pavement). Beton terbuat dari campuran material
yaitu agregat kasar dan halus, air dan semen portland (PC).
3. Agregat, agregat terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Agregat
halus yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir dengan mutu
yang baik, berbutir kasar dan tidak mudah hancur. Material halus yang
lolos ayakan No. 200 misalnya lanau, tidak boleh melebihi 2 - 5% dari total
material yang digunakan (pasir). Ketentuan dari standar AASHTO M6 – 81
adalah sebagai berikut :
Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah kerikil atau
batu pecah, gradasi material yang perlu dihindari untuk penggunaan
pada campuran beton lapisan perkerasan jalan karena dapat merugikan,
adalah sebagai berikut (standar AASHTO M80 – 77(1082) :
% maksimum yang
Type yang Kerusakan akibat
Kelas diizinkan untuk gumpalan
digunakan cuaca pada
Agregat lempung dan partikel yang
Untuk tempat terbuka
mudah hancur
Air yang digunakan untuk campuran beton hampir tidak ada pembatasan
khusus, semua air yang berasal dari sumber normal dapat digunakan, sama
layaknya sumber air minum. Namun walaupun demikian ada ketentuan yang
harus diperhatikan, bahwa air yang dipakai harus bebas dari unsur-unsur
alkali (alkalinity) atau aksid (acidity), minyak dan bahan organic yang dapat
merusak beton.
Kualitas air sangat mempengaruhi kekuatan beton, karena kualitas air erat
kaitannya dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air
diusahakan agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak
pada beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan
beton menjadi rapuh.
2. Air tidak boleh mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko
terhadap korosi semakin besar.
3. Air tidak boleh mengandung khlorida lebih dari 0,5 gram/liter karena
bisa menyebabkan korosi pada tulangan.
6. Air tidak boleh mengandung gula lebih dari 2% dari berat semen
karena akan mengurangi kuat tekan beton pada umur 28 hari.
Syarat air menurut SK SNI 03-2847 - 2002 adalah Air yang dapat digunakan
dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam,
bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap
beton atau tulangan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama dan
hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C
109 ).