Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PROFIL MITRA LEMBAGA RISET

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas
dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain.
Menurut Dokuchaev (1870) dalam Fauizek dkk (2018), Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses
lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam
organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan
terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
merupakan material yang sangat penting dalam bidang Teknik Sipil. Semua
sistem pembebanan produk Teknik Sipil berhubungan langsung dengan tanah
serta sifat – sifatnya, baik itu sifat fisik, mekanis, maupun kimiawi.
Menurut Hardiyatmo (1992) dalam Apriliyandi (2017), tanah adalah
ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat
organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap di antara partikel-partikel.
Ruang di antara partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.
Menurut Bowles (1989) dalam Fauizek dkk (2018), tanah adalah
campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
a. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai
250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
b. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150.
c. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
1
2

berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
d. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara
sungai.
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.

2.1.2 Sistem Klasifikasi Tanah


Klasifikasi tanah adalah pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam
kelompok yang sesuai dengan karakteristiknya. Sistem klasifikasi ini menjelaskan
secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi namun tidak ada
yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai kemungkinan
pemakainya (Das, 1995). Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan
kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang
keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data
dasar. seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya
(Bowles, 1989 dalam Adha 2014).
Dalam ilmu mekanika tanah terdapat dua sistem klasifikasi yang umum
dikelompokkan. kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran
dan batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut adalah :
1. Sistem klasifikasi American Association of State Highway and
Transportation Official (AASHTO) Sistem ini dikembangkan pada tahun
1929 sebagai Public Road Administrasion Classification System. Sistem ini
telah mengalami beberapa perbaikan, yang berlaku saat ini adalah yang
diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and
Granular Type Road of the Highway Research Board pada tahun 1945
(American Society for Testing and Materials (ASTM) Standar No. D-3282,
3

AASHTO model M105).


Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat untuk menentukan kualitas
tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut, maka
penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap
maksud dan tujuan aslinya. Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok
utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah
berbutir di mana 35 % atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos
ayakan No. 200. Tanah di mana lebih dari 35 % butirannya tanah lolos
ayakan No. 200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7.
Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar
adalah lanau dan lempung. Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini
didasarkan pada kriteria sebagai berikut :Sistem klasifikasi ini didasarkan
pada kriteria di bawah ini :
1) Ukuran Butir
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3 in) dan yang
tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang
tertahan pada ayakan No. 200 (0.075 mm).
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
2) Plastisitas
Plastisitas merupakan kemampuan tanah menyesuaikan
perubahan bentuk pada volume konstan tanpa retak – retak atau remuk.
Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi
padat, atau padat.
Tingkat keplastisan suatu tanah umumnya ditunjukkan dari nilai
indeks plastisitas, yaitu selisih nilai batas cair dan batas plastis suatu
tanah. Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama
berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
4

Gambar 2.1 Grafik Plastisitas untuk Klasifikasi Tanah Sistem


AASHTO
(sumber : AASHTO)

3) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam


sampel tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka
batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi
persentase tanah yang dikeluarkan harus dicatat.
Apabila dalam sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk
mengklasifikasi tanah, maka data dari uji di cocokan dengan angka-
angka yang diberikan dalam Tabel 1 dari kolom sebelah kiri ke
kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai
(Das, 1995).
5

Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah AASHTO

(Sumber : Das, 1995)


6
7

2. Sistem Klasifikasi Tanah Unifed Soil Classification System (USCS)


Klasifikasi ini pada awalnya diperkenalkan oleh Casagrande pada tahun
1942, untuk digunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang
(Das, 1995). Pada sistem ini pada garis besarnya membedakan tanah atas
tiga kelompok besar, yaitu :
1) Tanah berbutir kasar (coarse-granied-soil), kurang dari 50% lolos
saringan No. 200, yaitu tanah berkerikil dan berpasir. Simbol
kelompok ini dimulai dari huruf awal G untuk kerikil (gravel) atau
tanah berkerikil dan S untuk pasir (Sand) atau tanah berpasir.
2) Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), lebih dari 50 % lolos
saringan No. 200, yaitu tanah berlanau dan berlempung. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau anorganik, C
untuk lempung anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung
organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan
kandungan organik tinggi.
3) Tanah organik (Gambut/Humus), secara laboratorium dapat
ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh yang belum dioven
dengan yang telah dioven sebesar > 25%.
Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W – untuk gradasi baik
(Wells graded), P – gradasi buruk (poorly graded), L – plastisitas tinggi
(low plasticity) dan H – plastistas tinggi (high plasticity).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam klasifikasi USCS
sebagai berikut :
1) Persentase lolos ayakan No. 200 dan lolos ayakan No. 4.
2) Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc).
3) Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI).
8

Tabel 2.2 Sistem klasifikasi Unifed Soil Classification System (USCS)

(Sumber : Hary Christady, 1996)

Adapun menurut Bowles (1991) dalam Septayani (2016), kelompok-


kelompok tanah utama pada sistem klasifikasi Unifed Soil Classification System
(USCS) diperlihatkan pada Tabel 3 berikut ini :
9

Tabel 2.3 Klasifikasi Tanah Unified Soil Classification System (USCS)


Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C LL < 50 % L
Organik O LL > 50 % H
Gambut Pt
(Sumber : Bowles, 1991)

Keterangan :
G = Untuk kerikil (Gravel) atau tanah berkerikil (Gravelly Soil)
S = Untuk pasir (Sand) atau tanah berpasir (Sandy soil)
M = Untuk lanau anorganik (inorganic silt)
C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay)
O = Untuk lanau dan lempung organik
(organic)
Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan organik
tinggi
W = Untuk gradasi baik (well graded)
P = Gradasi buruk (poorly graded)
L = Plastisitas rendah (low
plasticity)
H = Plastisitas tinggi (high
plasticity)
LL = Batas Cair (Liquid Limit)
10

2.2 Profil Mitra Lembaga Riset


2.2.1 Visi dan Misi Mitra Lembaga Riset
Visi dan Misi UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut :
Visi :
Menunjang visi Provinsi Sumatera Selatan “Sumsel Maju Untuk
Semua” serta mendukung pengendalian mutu konstruksi di Provinsi Sumatera
Selatan Khususnya di Lingkungan Dinas PU Bina Marga dan Tata ruang Provinsi
Sumatera Selatan dengan menjadi laboratorim pengujian yang terakreditasi
ISO17025 : 2017 baik untuk pengujian mutu bahan aspal/ campuran aspal,
agergat, tanah, beton serta konstruksi jalan dan jembatan yang terpercaya.
Misi :
- Menunjang misi Provinsi Sumatera Selatan dalam membangun dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Daerah.
- Menjadikan UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi sebagai laboratorium
rujukan dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis pengujian mutu bahan
aspal/campuran aspal, agregat, tanah, beton serta konstruksi jalan dan jembatan
- Meningkatkan kualitas sumber daya mmanusia dalam bidang pengujian
dan pengendalian mutu bahan serta pelayanan kepada pengguna jasa.

2.2.2 Struktur Organisasi Mitra Lembaga Riset


Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi
dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai
sasaran. Penggambaran organisasi digambarkan dalam bentuk bagan, keuntungan
kegunaan organisasi proyek adalah :
a. Dapat diperlihatkan karakteristik utama dari organisasi yang bersangkutan.
b. Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan – hubungan yang ada di
dalam struktur organisasi.
c. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai
pedoman untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan.
11

Struktur Organisasi Mitra Lembaga Riset dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Laboratorium


(Sumber Data : Data Laboratorium 2023)
12

2.2.3 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Mitra Lembaga Riset


Kepala UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di
bidang pengujian material dan pengendalian mutu.
a. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :
1. Melaksanakan penyiapan bahan dan penyusunan rencana anggaran
rutin
2. Merumuskan dan pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja
dan kegiatan
3. Melaksanakan kegiatan urusan kerumahtanggaan
4. Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan dan pengelolaan
administrasi kepegawaian
5. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan
6. Melaksanakan pengelolaan asset laboratorium dan pendapatan asli
daerah sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
7. Melaksanakan fasilitas pengelolaan pelayanan umum dan pelayanan
hubungan masyarakat
8. Melaksanakan administrasi dan fasilitas penyelesaian hasil
pemeriksaan uji laboratorium
9. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan
10. Memberikan petunjuk dan membagi tugas kepada pelaksana
11. Melakukan penilaian sasaran kinerja pelaksana
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

b. Seksi Pengujian Material mempunyai tugas :


1. Melaksanakan pengujian terhadap bahan konstruksi jalan dan
jembatan serta bahan konstruksi lainnya
2. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan , pedoman dan standar
teknis pelaksanaan pengujian material
3. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data/bahan dan referensi
dalam bidang pengujian bahan konstruksi
13

4. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan, pengendalian,


evaluasi, dan pelaporan hasil pengujian bahan konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
5. Melaksanakan monitoring pemakaian bahan konstruksi atau geologi
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
6. Melaksanakan pengujian mutu air, tanah, batuan atau geologi terhadap
pembangunan jalan dan jembatan sesuai ketentuan peraturan
perundang – undangan
7. Memberikan petunjuk dan membagi tugas kepada pelaksana
8. Melakukan penilaian sasaran kinerja pelaksana
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

c. Seksi Pengendalian Mutu mempunyai tugas :


1. Melaksanakan pengumpulan, penyusunan, pengolahan data/bahan dan
referensi dalam bidang pengendalian mutu
2. Melaksanakan penyususnan bahan kebijakan, pedoman dan standar
teknis pelaksanaan pengendalian mutu
3. Melaksanakan penelitian dokumen teknis mutu fisik konstruksi jalan
dan jembatan provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang –
undangan
4. Melaksanakan monitoring dan pembinaan mutu fisik konstruksi jalan
dan jembatan sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
5. Melaksanakan pengawasan mutu fisik konstruksi jalan dan jembatan
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
6. Melaksanakan evaluasi mutu fisik konstruksi jalan dan jembatan
sesuai ketentuan peraturan perundangan – undangan
7. Merencanakan program dan kegiatan UPTD
8. Memberikan petunjuk dan membagi tugas kepada pelaksana
9. Melakukan penilaian sasaran kinerja pelaksanaan
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan
14

d. Untuk melaksanakan tugas Kepala UPTD mempunyai fungsi :


1. Penyusunan program dan rencana kerja anggaran
2. Pengkoordinasian program kerja intern
3. Perencanaan sasaran operasional pelaksanaan pengujian bahan
material jalan dan jembatan
4. Perencanaan sasaran operasional pelaksanaan pengendalian mutu fisik
konstruksi jalan dan jembatan
5. Pelaksanaan pengujian mutu material bahan jalan dan jembatan
6. Pelaksanaan pengendalian mutu fisik konstruksi jalan dan jembatan
7. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan yang
meliputi urusan keuangan, umum, dan kepegawaian, peralatan dan
perbekalan
8. Penyusunan laporan kegiatan
9. Pengevaluasian prestasi kerja Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan
Pelaksana
10. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
11. Pembagian tugas kepada Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan
Pelaksana serta Fungsional
12. Pengevaluasian pelaksanaan kegiatan
13. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang duberikan oleh pimpinan

Anda mungkin juga menyukai