Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Klasifikasi Tanah
Sistem Klasifikasi yang dipakai dalam mekanika tanah dimaksudkan untuk memberikan keterangan
mengenai sifat-sifat teknis dari tanah tersebut. Sedangkan cara yang dipakai dalam bidang geologi
dimaksudkan untuk memeberikan keterangan mengenai asal geologis dari bahan tersebut. Cara-cara ini
tidak boleh dicampur baur, walapun diperbolehkan untuk melampirkan keterangan geologis pada akhir
keterangan mekanika tanah. Berikut beberapa Klasifikasi tanah :
2.6.1 Orde
Orde adalah katagori tertinggi dari klasifikasi tanah. Klasifikasi ini adalah
pengklasifikasi jenis tanah yang geologis atau berdasarka asalnya. Tipe-tipe
order diakhiri oleh kata sol. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Amerika, tanah
dibagi menjadi 10 orde, yaitu:
1. Entisol - tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum
terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang
belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan
horison diatas lapisan batuan dasar.
2. Vertisol - inverted soils. Tanah vertisol cenderung memiliki sifat mudah
memuai (mengembang) ketika basah dan mengkerut saat kering, seringkali
menghasilkan rekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang ada
di permukaan masuk kedalam rekahan tersebut.
3. Inceptisol - tanah yang masih muda dan sudah memperlihatkan adanya
perlapisan ( horison)
4. Aridisol - tanah kering yang terbentuk di lingkungan gurun. Tanah aridisol
hampir mencapai 20% tanah yang ada di bumi. Pembentukan tanahnya
aridisol sangat lambat dengan akumulasi bahan organik yang sangat
sedikit. Zona bawah permukaannya (horison Calcic) berupa Calsium
Carbonat yang terakumulasi dari perkolasi air. Kebanyakan dari tanah
aridisol berkembang horison B yang tersusun dari material lempung hasil
perpindahan pada masa lalu ketika kelembabam tanahnya tinggi.
5. Mollisol - tanah lunak yang mempunyai horison “A” yang sangat tebal.
6. Spodosol – tanah yang dihasilkan melalui proses podsolisasi. Merupakan
tipe tanah yang berasal dari hutan pinus (coniferous) dan deciduous
yang berada pada iklim dingin/sejuk.
7. Alfisol - tanah yang mengandung aluminium dan besi. Tanah alfisol
mengandung horison dari akumulasi lempung dan terbentuk
ketika
kelembabamnya cukup dan hangat,
8. Ultisol - tanah yang kandungan leachingnya sangat tinggi.
9. Oxisol - tanah yang kandungan oksidanya sangat tinggi.
10. Histosol - tanah organik.

2.6.2Klasifikas Tanah USCS (Unified Soil Classification System)


Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil Classification System) adalah suatu
sistem klasifikasi tanah yang dipakai dalam disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi
untuk mendiskripsi tekstur dan ukuran butir tanah. Sistem klasifikasi dapat
diterapkan untuk semua material yang tidak terkonsolidasi, dan diwakili
dengan simbol huruf, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 SImbol huruf dalam USCS

Huruf Partikel Partikel


G gravel kerikil
S sand pasir
M silt lanau
C clay lempung
O organic organik

Tabel 2.2 Simbol hurus dalam USCS

Huruf Keterangan Keterangan


P Poorly graded (uniform particle sizes) Bergradasi buruk
W Well graded (diversified particle Bergradasi baik
sizes)
H High plasticity Plastisitas tinggi
L Low plasticity Plastisitas rendah

Jika tanah mempunyai berat 5 – 12% dari berat butir yang lolos pada ayakan
(saringan) ukuran 200 (mesh 200) (5% < P#200 < 12%), kedua distribusi
ukuran butir dan platisitas mempunyai dampak yang signifikan pada sifat-sifat
keteknikan dari tanah, dan dua notasi memungkinkan untuk digunakan dengan
menggunakan kelompok simbol. Sebagai contoh, GW - GM berhubungan dengan
“Kerikil bergradasi baik dengan lanau (Well graded gravel with silt). Jika tanah
mempunyai lebih dari 15% berat yang tertingal pada ayakan ukuran #4 (R#4 >
15%), maka berarti jumlah yang signifikan dari kerikil (gravel), dan huruf depan
“dengan gravel” kemungkinan ditambahkan untk kelompok nama tersebut, tetapi
simbol kelompok tidak berubah. Sebagai contoh, SP – SM yang berari mengacu
pada “Pasir yang bergradasi buruk” (poorly graded SAND) dengan lanau dan
kerikil.
Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar, < 50% melalui ayakan
No. 200 dan tanah-tanah berbuti r halus > 50% melalui ayakan No. 200. Tanah-
tanah berbutir halus kemudian diklasifikasikan atas dasar plastisitasnya dan kadar
persenyawaan organiknya.

Dalam hal ini ukuran butir bukan merupakan dasar yang menentukan
pembagiannya. Sistem ini yang pada awalnya dikembangkan untuk
pembangunan lapangan terbang, diuraikan oleh Casagrande (1948). la telah
dipakai sejak tahun 1 942, tetapi diubah sedikit pada tahun 1 952 agar dapat
terpakai pada konstruksi bendungan dan konstruksi-konstruksi lainnya.Huruf-
huruf yang dipakai untuk tanah -tanah berbutir halus.
Gambar 2.4 Diagram Plastisitas
Garis A adalah batas empiris antara lempung inorganik yang khas (CLdan CH) dengan
lanau inorganik yang khas (ML dan MH) atau tanahorganik (OL dan OH). Garis tegak
lurus pada batas cair 50 itu memisahkan lanau dan lempungyang batas cairnya tinggi
(H). Di bagian bawah diagram , di bawah batas cair kira-kira 29 dan antara nilai P. l.
sebesar 4 dan 7, sifat-sifat tanah menunjukkan gejala saling berhimpitan dan karena
itulah garis A di daerah ini menjadi suatu daerah. Klasifikasi dualistis CL - M

L, dipakai untuk tanah-tanah yang berbeda di dalam daerah ini. Tanah-tanah berbutir
kasar dibagi menjadi pasir dan kerikil dan kemudian dibagi lagi menjadi: yang
mengandung bahan halus dalam jumlah yang ada artinya dan yang bebas dari bahan-
bahan halus.
Yang mengandung bahan-bahan halus kemudian diklasifikasikan menurut diagram
plastisitas (menjadi golongan yang bersifat kelanauan atau bersifat kelempungan) dan
yang bebas dari bahan-bahan halus menurut grafik lengkungan-gradasi dengan
mempergunakan koefisienkoefisien derajat keseragaman dan koefisien-koefisien
lengkungan.
Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil Classification System) adalah suatu
sistem klasifikasi tanah yang dipakai dalam disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi
untuk mendiskripsi tekstur dan ukuran butir tanah. Sistem klasifikasi dapat diterapkan
untuk semua material yang tidak terkonsolidasi, dan diwakili dengan simbol huruf, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 2.3 Deskripsi penamaan USCS


2.6.3Klasifikas Tanah USDA (Textural Classification System )
Sistem klasifikasi berdasarkan persentase susunan butir tanah berdasarkan
teksturnya (Texturalclassification system). Seperti diketahui bahwa di alam ini
tanah terdiri dari susunan buti r-buti r antara lain: Pasir, lumpur dan lempung
yang persentasenya berlainan. Klasifikasi tekstur ini dikembangkan oleh
departemen Pertanian Amerika Serikat (U.S. Department of Agriculture) dan
deskripsi bata-sbatas susunan butir tanah di bawah sistem U . S . D .A. Kem
udian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk pekerjaaan jalan raya
yang lebih dikenal dengan klasifikasi tanah berdasarkan persentase susunan butir
tanah oleh
U.S. Public Roads Administration .
Gambar 2.5 Klasifikasi Tanah berdasarkan prosentase kandungan lempung, lanau, dan pasir

2.6.4 Klasifikas Tanah AASHTO (American Association of State Highway


and Transportation Officials )
Sistem klasifikasi tanah AASHTO sudah dikembangkan oleh American
Association of State Highway and Transportation Officials, dan dipakai untuk
pedoman didalam klasifikasi tanah dan campuran agregat tanah untuk keperluan
kontruksi jalan raya. Sistem klasifikasi yang pertama kali dikembangkan pada
tahun 1929, tetapi telah direvisi beberapa kali.

Gambar 2.6 Diagram Plastisitas dalam AASHTO

Tabel
2.4 Klasifikasi AASHTO

Kelompok tanah berbutir kasar, A-1, A-2 dan A-3, didefinisikan sebagai berikut :
 A-1 Adalah kelompok tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar
dengansedikit atau tanpa butir halus, dengan atau tanpa sifat-sifat plastis.
 A-3 Adalah kelompok tanah yang terdiri dari pasir halus dengan sedikit
sekali mengandung butir-butir halus yang lolos saringan No. 200 dan
bersifat tidak plastis.
 A-2 Sebagai kelompok batas antara kelompok tanah berbutir kasar dengan
tanah berbutir halus. Kelompok A-2 ini terdiri dari campuran kerikil/pasir
kasar dengan tanah berbutir halus yang cukup banyak (< 35%).
Kelompok tanah berbutir halus, A-4, A-5, A-6 dan A-7, didefinisikan
sebagai berikut :
 A-4 Adalah kelompok tanah lanau berplastisitas rendah.
 A-5 Adalah kelompok tanah lanau yang mengandung lebih banyak
parikel- partikel halus yang bersifat plastis. Sifat plastis tanah lebih besar
dari kelompok A-4.
 A-6 Adalah kelompok tanah lempung yang masih mengandung butir-butir
pasir dan kerikil, tetapi sifat perubahan volume cukup besar.
 A-7 Adalah kelompok tanah lempung yang lebih bersifat plastis.
Tanah ini mempunyai sifat perubahan volume besar. Dari tabel diatas,
didapatkan cara pengklasifikasian menurut sistem AASHTO. Adapun
langkah-langkah pengklasifikasian material adalah sebagai berikut :
 Dalam klasifikasi AASHTO, pertama harus menentukan terlebih dahulu
termasuk Granular materials atau Silt-Clay materials, dengan
menggunakan penyaring yang berukuran 200 mesh.
 Jika ≤35% material lolos dari saringan, maka termasuk kelompok
Granular Materials,
 Jika ≥35% material lolos dari saringan, maka termasuk kelompok
Silt-Clay Materials.
b. Apabila termasuk dalam kelompok Granular Material, maka kita harus
melihat kelompok granular saja dengan mengabaikan kelompok silt-
clay. Setelah itu, klasifikasikan material menggunakan sieve analisis,
sehingga dapat menentukan apakah material tersebut termasuk dalam
kelompok A-1 atau A-2 atau A-3 dengan menggunakan saringan yang
mempunyai ukuran 10mesh, 40mesh, dan 200mesh. Bahan yang
disaring adalah jumlah bahan yang berhasil lolos setelah saringan
pertama. Pembagiannya sebagai berikut :

a) A-1
 A-1-a, jika persentase kelolosan dengan 10 mesh max
50%, 40 mesh maksimal 30%, 200 mesh maksimal 15%,
dari total keseluruhan yang lolos pada tahap pertama.
 A-1-b, jika persentase kelolosan dengan 10 mesh 0%,
40mesh maksimal 50%, 200 mesh maksimal 25%.
b) A-2
Dibagi menjadi A-2-4, A-2-5, A-2-6, dan A-2-7, dimana masing-
masing grup memiliki sieve analisis yang sama, yaitu pada
persentase kelolosan, 10 mesh 0%, 40 mesh 0% dan 200
mesh maksimum 35%.
c) A-3
Pada grup ini, tidak ada klasifikasi lanjutan, dengan kata lain,
hanya ada satu grup, yaitu A-3, dengan persentase kelolosan
sieve analysis 200 mesh maksimal 10% dan 40 mesh minimal
51%.
c. Apabila termasuk dalam kelompok Silty-Clay Material, maka abaikan
kelompok granular material. Kelompok ini terbagi lagi menjadi 4 grup,
yaitu A-4, A-5, A-6, A- 7 dengan semua menggunakan sieve analisis 200
mesh dengan persentase kelolosan minimum 36%.
d. Tahapan selanjutnya adalah dengan melihat Batas Cair (LL) serta Plasticity
Index (PI) dari masing-masing material tadi.
 Untuk A-1, Batas Cair (LL) tidak ada dan Plasticity indeksnya maksimal
6 serta merupakan type material stone fragments, gravel dan sand.
 Untuk A-2 (type material silty atau clayey gravel dan sand)
A-2-4 , Batas cair (LL) maksimal 40 dan Indeks
plastisitasnya maksimal 10.
A-2-5 , Batas cair (LL) minimal 41 dan indeks plastisitasnya
maksimal 10.
A-2-6 , Batas cair (LL) maksimal 40 dan indeks
plastisitasnya minimal 11.
A-2-7 , Batas cair (LL) minimal 41 dan indeks plastisitasnya
minimal 11.
 Untuk A-3, Batas cair (LL) tidak ada dan indeks plastisitasnya tidak
ditemukan serta merupakan type material fine sand.
 Untuk A-4, Batas cair (LL) maksimal 40 dan Indeks plastisitasnya maksimal
10 serta merupakan type material silty soils.
 Untuk A-5, Batas cair (LL) minimal 41 dan indeks plastisitasnya maksimal 10
serta merupakan type material silty soils.
 Untuk A-6, Batas cair (LL) maksimal 40 dan indeks plastisitasnya minimal 11
serta merupakan type material clayey soils.
 Untuk A-7, Batas cair (LL) minimal 41 dan indeks plastisitasnya minimal 11
serta merupakan type material clayey soils.
e. Terakhir memberi nama pada sampel yang diukur, lalu menentukan
general subgrade rating pada sample tersebut.

Anda mungkin juga menyukai