Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang Masalah


   Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang harus di perhatikan
peranannya. Bangunan urugan, tanggul sungai, dan timbunan jalan raya, kesemuanya
menggunakan tanah yang ekonomis sebagai bahan konstruksi walau demikian, sama
halnya dengan konstruksi lainnya,tanah harus di pakai setelah melalui proses pengen dalian
mutu. Salah satunya adalah dengan cara melakukan pemadatan agar diperoleh tanah yang
setabil dan bernilai setruktural. Kekuatan tanah dasar yang baik akan mendukung kekuatan
setruktur di atasnya, dimana kekuatannya dapat diperoleh dengan cara melakukan
pemadatan.
 Kepadatan tanah dasar di pengaruhi antara lain oleh besar kecilnya energi
pemadatan yang di berikan. Akan tetapi, peningkatan energi yang di berikan pada peroses
pemadatan tidak berpengaruh secara linear pada peningkatan kepadatan tanah. Hal ini di
buktikan pada kasus-kasus di mana pemadatan berlebihan pada  tanah justru menyebabkan
struktur tanah menjadi rusak dan tidak mencapai kepadatan maksimum yang di harapkan.
Usaha pemadatan dan energi pemadatan adalah tolak ukur energi mekanis yang
dikerjakan terhadap suatu masalah tanah. Di lapangan, usaha pemadatan ini di hubungkan
dengan jumlah jatuhnya dari benda-benda jatuhnya, energi dalam suatu ledakan, dan hal-
hal yang serupa untuk suatu volume tanah tertentu. Energi pemadatan jarang merupakan
bagian dari sepesifikasi dari pekerjaan tanah karna sangat sukar di ukur.
 Yang sering di isyarakatkan adalah jenis peralatan yang sering di gunakan,  jumlah
gilasan, atau yang paling sering adalah hasil akhir berupa berat isi kering. Dengan
pertimbangan bahwa energi pemadatan yang di berikan penentuan besar kecilnya biaya
pekerjan pemadatan,  maka perlu di hitung jumlah lintasan ( besar energi ) yang di perlukan
untuk mencapai kepadatan maksimum suatu jenis tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk mengadakan penelitian dan
mengankat  l judul tugas akhir yaitu “ PEMANFAATAN SIRTU ALAM SUNGAI JENE
BERANG SEBAGAI TANAH TIMBUNAN PILIHAN JALAN MIDLE RING ROAD PADA PT.
DAYA CREASI MITRA YASA MAKASSAR”

I.2  RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskanlah masalah berikut ini :
1.    Pengujian pemanfaatan sirtu terhadap, kepadatan timbunan pilihan.
2.    Pengujian pemadatan terhadap, perubahan energi pemadatan.
I.3  TUJUAN PENELITIAN
1.   Memperoleh pemanfaatan sirtu pilihan  
2.   Memperoleh berat energi lapisan tanah dan energi pemadatan sirtu pilihan.

I.4  MANFAAT PENELITIAN


Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan pada pelaksanaan pemadatan tanah
jenis sirtu pilihan yang digunakan untuk timbunan tanah dasar jalan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1              TANAH SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang langsung tersedia di lapangan,

dan apabila dapat di gunakan akan sangat ekonomis. Bendungan, tanggul sungai, dan

timbunan jalan raya serta jalan kereta api, kesemuaanya merupakan pemakaian tanah yang

ekonomis sebagai bahan konsteruksi, walaupun demikian sama halnya seperti bahan

konsruksi lainnya, tanah harus di pakai setelah melalui peruses pengendalian mutu. Apa bila

tanah di padatkan secara sembarangan, hasilnya akan merupakan struktur yang rusak dan

tidak mencapai kepadatan maksimum.

2.2              KLASIFIKASI TANAH

Klasifikasi tanah merupakan cara untuk menentukan jenis tanah. Ada beberapa

sistem klasifikasi yang telah di kembangkan, masing-masing untuk tujuan kuhusus dengan

beberapa ke untungan dan kerugian tertentu. Untuk menghindari kesulitan dalam

pengklasifikasian tanah,maka di gunakan sistem klasifikasi yang relatif sederhana dengan

beberapa kategori saja, sehinga suatu batuan dan tanah tertentu diungkapkan dengan

beberapa nilai numeris dari beberapa penguji fisik tertentu, yang di sebut sebagai sifat-sifat

indeks, atau yang di sebut sebagai pengujian-pengujian klasifikasi.

Salah satu cara yang paling umum di gunakan untuk pengklasifikasian tanah adalah

cara USCS, yang di dasarkan pada sifat tekstur tanah. Pada cara ini tanah di kelompokkan

dalam tiga kelompok, yaitu:

1.         Tanah berbutir kasar ( lolos saringan no.200<50% )

2.         Tanah berbutir halus ( lolos saringan no.20>50% )

3.         Tanah organis

Tanah di bagi dengan simbol-simbol tertentu sebanyak 15 simbol, yaitu :


-                      Simbol komponen :

G ( gravel )                                :        kerikil

S ( sand )                                   :        pasir

M ( mo )                                    :         lanau

C ( clay )                                    :         lempung

O ( organik )                             :         organis

Pt ( peat )                                  :         humus

-                      Simbol Gradasi :

W ( well graded )                     :         bergradasi baik

P ( poorly graded )                  :         bergradasi buruk

-                      Symbol Batas cair :

H ( high )                                   :         tinggi

L ( low )                                     :         rendah

1.    Tanah Berbutir Kasar

Tanah Berbutir Kasar di bagi lagi atas 2 bagian yaitu :

·           Kerikil dan tanah kerikil ( G )

Yang termaksuk dalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan

no.  4<50 % untuk ini di bagi atas 2 kelompok, yaitu :

a.         Kerikil bersih ( tampa sedikit mengandung bahn halus ), yangterdiri dari jenis GW dan GP

dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5 % kerikil, kerikil campur pasir pasir

bergeradasi baik tampa atau dengan sedikit bahan halus. Syarat yang harus di punuhi untuk

jenis GW adalah :

sedangkan GP adalah kerikil, kerikil campur pasir bergeradasi buruk tanpa atau dengan

sedikit bahan halus. Untuk jenis GP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.
b.        Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis

GM dan GC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12 % yang memiliki plastisitas

rendah atau non pelastis.

GM adalah kerikil lanau, kerikil campuran pasir dan lanau. Batas cair dan indeks pelastis

terlekak di bawa garis A atau PI < 4 . biaasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan

kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di belakang atas dua yaitu

dengan menambahkan huruf “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan

menambahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya GMd atau GMu.

Sedangkan GC adalah kerikil lempung, kerikil campur pasir dan lempung. Batas cair dan

indeks plastis terletak di atas garis A atau PI > 7.

·           Pasir dan tanah kepasiran ( S )

Yang termaksut dalam kerdalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos

saringan no. 4 > 50%  atas jenis ini di bagi atas dua kelompok yaitu :

a.         Pasir berih ( tampa atau sedikit mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SW

dan SP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5% SW adalah pasir, pasir kerikil

bergradasi baik tampa atau sedikit bahan halus. Syarat yang harus dipenuhi untuk jenis SW

adalah :

Sedangkan SP adalah pasir, pasir kerikil bergradasi buruk tampa atau dengan sedikit bahan

halus. Untuk jenis SP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.

b.        Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengan dung bahan halus ), yang terdiri dari jenis

SM dan SC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12% yang memiliki plastisitas

rendah atau  non plastis. Batas Attarberg yang masuk pada daerah arsir dengan PI antara 4

dan 7 di sebut kasus garis batas dan menggunakan symbol ganda. SM adalah kelanauwan,

pasir campur lanau. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI  > 7.
Biasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan

untuk penamaannya di bedakan lagi atas dua yaitu dengan menambahkan “d” jika batas cair

< 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menam bahkan huruf “u” untuk kebalikannya,

misalnya SMd atau SMu. Sedangkan SC adalah pasir kelempungan, pasir campur lempung.

2.                  Tanah berbutir halus

Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos saringan

no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah lempung, tanah

lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi menjadi batas cair yang

rendah dan tinggi. Berdasarkan batas cairnya jenis tanah berbutirnya halus di bagi atas dua

bagian yaitu :

a.              Batas cair kurang dari 50

Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu ML,CL,OL.

ML adalah lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauwan

kelempungan atau lanau kelempungan sedikit plastis. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≤

50 dan terletak di bawah garis A.

CL adalah lempung organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikil,

lempung pasiran, lempung lanau, lempung humus, jenis tanah ini memiliki batas cair ≤50

dan terletak di atas garis A.

OL adalah lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas rendah. Jenis

tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≤ 50 dan terletak di atas

garis A.
b.              Batas cair lenih dari 50

Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu MH,CH,OH.

MH adalah lempung anorganik, tanah pasir halus, atau tanah lanauan mengandung mika

atau diatome lanau elastis. Jenis tanah ini memilika batas cair ≥ 50 dan terletek di bawah

garis A.

CH adalah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung ekspansif. Jenis tanah ini

memiliki batas cair ≥ 50 dan terletak di atas garis A.

OH adalah  lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas sedang sampai

tinggi, lanau organik. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≥

50 dan terletak di bawah garis A.

3.             Tanah organik tinggi

Tanah ini tidak lagi di bagi  lagi tetapi berkelasifikasikan dalam suatu kelompok Pt.

biasanya mereka sangat mudah di tekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan

bangunan yang di inginkan.

Tanah khusus dari kelompok ini adalah “peat” humus, tanah lumpur dengan tekstur

organis yang tinggi. Komponen dari tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput dahan

atau bahan bahan yang regas lainnya. Kadang-kadang titik potong antara kadar air dan PI

tepat jatuh pada garis A. dalam hal ini di perlukan dua lambang. Untuk LL = 50 dan PI < 22,

tanah dikalasifikasikan sebagai CH-MH dan jika LL = 50 dan PI <22, maka tanah adalah ML-

MH atau OL-OH tergantung dengan kadar organis yang ada.

2.3     karakteristik tanah lempung

Tanah kohesif, seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil

yang sebagian besarnya butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis

ini di tentukan terutama kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut :

1.             Kuat geser rendah.


2.             Bilah basah bersifat plastis dan mudah mampat.

3.             Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.

4.             Berkurang kuat geernya bila kadar airnya bertambah.

5.             Berkurang kuat gesernya bilah tanahnya terganggu.

6.             Berubah volumenya bilah bertambahnya waktu akibat rangkak ( creep ) pada beban

yang konstan.

7.             Merupakan material kedap air.

8.             Material yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan rateral yang tinggi.

Sering sekali kita sukar membedakan antara lempung dan lanau karna tidak dapat di

dasarkan pada ukur partikelnya. Siaft-sifat fisis selain dari ukuran butiran yang harus di

pakai sebagai keretria untuk mengindetifikasi di lapangan.

Sifat kekuatan kering merupakan asalah satu cara membedakan besar. Satu pertikel

kecil tanah di bentuk dan di biarkan mongering di udara. Kemudian briket ini di pecah dan

sebuah fragmennya yang berukuran 1/8 inchi di tekan antara ibu jari dan jari telunjuk. Usaha

yang di perlukan untuk memecahkan fragmen tersebut menjadi dasar dalam menetapkan

kekuatannya, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, sangat tinggi. Fragmen lempung hanya

mampu di pecahkan  dengan tanah yang besar, sedangkan fragmen lanau dapat di pecakan

sangat mudah.

Karena lanau bersifat jauh lebih permaibel dari pada lempung, maka pengujian di

lantasi atau pengujian goyangan dapat juga di bedakan kedua material tersebut. Pada

pengujian ini sejumlah kecil tanah di campur dengan air hingga memiliki konsitensi sangat

lunak di atas telapak tangan. Bagian telapak tangan kemudian di tepuk pelan. Apa bilah

tanahnya lanau, maka airnya akan segera timbul ke permukaan dan memberikan

kenampakan yang mengkilatatau berkilauan. Kemudian apabila gumpalan tanah ini di ubah

bentuknya, misalnya dengan menekan atau meregangkan tangan, airnya akan mengalir

kembali ke dalam tanah dan menjadikan permukaan tanah tampak kusam. Biasaya, makin
besar proporsi lempungnya dalam sampeltersebut,akan lambat reaksi hasil pengujiannya.

Hasir reaksi ini di nyatakan sebagai cepat, lambat atau tidak ada.

 Siafat plastisnya yaitu kemampuan butiran untuk tetap melekat satusama lain,

merupakan cirri kas lempung dan juga dapat di pakai sebagai dasar pengujian lapangan

sederhana. Pada kadar air tertentu tanah yang mengan sejumlah besar lempung dapat di

ubah-ubah bentuknya dalam tangan tampa mengalami retak-retak. Apah bila suatu sampel

tanah basah dapat di ubah-ubah bentuknya di anatra telapak tangan dan jari-jari dan

kemudian digulung menjadi batangan kecil panjang, maka tidak diraguhkan tanah itu

mengandung cukup banyak lempung. Apabila pengubah-ubah bentuk suatu sampel tanah di

lanjutkan, maka makah tanah akan mencapai kondisi nonplastis dan menjadi bersifat getas

dan timbul retak-retak kerenah air dalam tanah  berkurang selama peruses pengubah-

ubahan bentuk tersebut. Tepat saat sebelum keadaan getas di capai, lenpung dengan

plastisitas yang tinggi masih dapat di gulung menjadi batangan panjang yang panjang

berdiameter kira-kira 1/8 inchi, yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung

beratnya sendiri. Sedangkan untuk tanah lanau yangterjadi malah sebaliknya. Jarang sekali

dapat di gunakan menjadi batangan panjang berdiameter 1/8 inchi tampa keretakan parah

kecuali mengandung sedikit lempung. Hasil pengujian plastisitas sederhana di harapkan

menyatakan bukan hanya dapat atau tidaknya batangan pada saat mendekati tahap getas.

Kondisi ini disebut sebagai lemah dan rapuh, sedang, atau ulet.

Atterberg ( 1911 ) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah

lempung pada kadar air pada kedudukan padat, semi padat,plastis dan cair. Masing-masing

kedudukan kadar airnya si pisahkan oleh batas susut, bats plastis dan batas cair.

Batas cair ( LL ) adalah kadar air tanah pada batas anatra keadaan cair dan plastis.

Pada keadaan ini, butiran-butiran tersebut dan kedudukan oleh air. Jika kadar air berkurang,

misalnya akibat pengeringan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya

air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan volume.

Penentun batas-bats plasti antar lain berguna untuk membedakan kemungkinan dua

tanah yang mempunyai geradasi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda. Jika
nilai PL dan LL bertambah, di perkirakan butiran tanah senakin halus. Selain itu, telah di

ketahui bahwa terdapat hubungan antara PI dan LI dengan kuat geser tanpa-drenase

( undrained strength ). Selisi antara LL dan PL di sebut indeks plastis ( PI ) atau dengan

rumus :  PI = LL – PL

Indeks platisitas menyatakan interval kadar air di mana tanah tetap dalam kondisi

plastis, dan juga menyatakan relative partikel lempung dalam tanah. Jika PI tinggi, makah

tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika PI rendah, hal ini terdapat dalam

kebanyakan tanah lanau, sedikit pengurangnga kadar air  mengkibatkan tanah menjadi

kering. Sebaliknya, bilah kadar air sedikit bertambah, tanah menjadi cair.

Hubungan kadar air di lapangan terhadap LL dan PL juga memperlihatkan jumlah

pengurangan kadar air yang mengkibatkan tanah menjadi kering, sengga tanah menjadi

basah atau samasekali cair, ataupun tanah menjai kering atau tidak plastis lagi. Umumnya,

tanah berbutir halus di lapangan dengan kadar air yang mendekati nilai LL-nya akn lebih

lunak dari pada tanah dengan kadar air yang mendekati LL-nya. Pada umumnya, kadar air

tanah lenpung, pada kondisi alamnya, terletak pada interval plastis.   

1.4               teori pemadatan tanah

pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan

pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan penempatan partikel. Energi pemadatan

lapangan, di lapangan depat di peroleh dari mesin gilas, alat – alat pemadatan getaran, dan

dari benda – benda berat yang di jatuhkan. Di laboraterium, contoh uji untuk mendapatkan

pengendalian mutu di padatkan dengan menggunakan daya tumbukan ( atau dinamik ), alat

penekan, atau tekanan statik yang menggunakan piston dan mesin dan tekanan.

Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat – sifat teknis massa tanah.

Beberapa keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah :

1.         Berkurangnya penurunan permukaan tanah ( subsidence ), yaitu gerakan vertikal di

dalam massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori.


2.         Mempertinggi kuat geser tanah

3.         Mengurangi permeabilitas

4.         Mengurangi sifat mudah mampat

5.         Mengurangi perubahan volume sebagai akibat berubahan kadar air, dan lain – lain.

Sepesikasi pengendalian untuk pemadatan tanah kohesif telah di kembangkan oleh

R.R proctor pada akhir tahun 1920-an. Proctor mendefinisikan empat variable pemadatan

tanah, yaitu :

1.    Usaha pemadatan ( atau energy pemadatan )

2.    Jenis tanah ( gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran partikel, dan sebagainya )

3.    Kadar air

4.    Berat isi kering ( proctor menggunakan angka pori ) kepadatan tanah di ukur dengan nilai

berat volume keringnya ( ), yaitu perbandingan antara berat tanah dengan volumenya

setelah di padatkan pada kadar air tertentu. Sifat sifat teknis tanah setelah pemadatan

bergantung pada jenis tanah, cara atau pemadatan, dan kadar airnya.

1.4.1                 Usaha pemadatan

Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada pemadatan standar (Standar

Proctror Test) oleh Hary C.H.dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

E      =     Energi pemadatan  (Kg/Cm2)

N     =      Jumlah pukulan perlapis

n     =      Jumlah lapisan


Wp =      Tinggi jatuh palu (Kg)

H    =       Tinggi jatuh palu (Cm)

Vm =       Isi mold/tabung (Cm)

Bila pemadatan persatuan volume tanah berubah, kurva pemadatan juga akan

berubah. Cetakan dan penumbukan seperti pada proctor standar digunakan untuk

memperoleh kurva-kurva pemadatan tersebut.tetapi jumlah tumbukan perlapis bervariasi

mulai dari 20 sampai 50 (tumbukan per lapis). Dengan menggunakan rumus energi

pemadatan per satuan volume untuk masing – masing percobaan juga dapat dicari.

Hassilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Nomor Jumlah tumbukan per Energi pemadatan (ft-

lapis Ib/ft2)

1 20 9.900

2 25 12.375

3 30 14.850

4 50 24.750

·      Ft – Ib/ft2 = 47.88 J/m3

Tabel 2.1 Energi pemadatan berdasarkan jumlah tumbukan

Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :


a.       Bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah hasil

pemadatan juga bertambah, dan

b.      Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air obtimum berkurang.

Pernyataan di atas juga berlaku untuk semua jenis tanah. Tetapi harap dicatat bahwa tingkat

kepadatan suatu tanah tidak langsung sebanding (propesional) dengan usaha

pemadatannya, untuk desain yang ekonomis di lapangan, suatu harga batas atas dari

energi pemadatan harus ditentukan lebih dahulu.

1.4.2        Jenis tanah

Jenis tanh yang diwakili oleh distribusi untuk butirsn ,berat spesifik bagian padat

tanah, jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar

terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut.

Uji laboratorium di laksanakan sesuai dengan prosedur ASTM Test Designation D-698.

Lee dan Suedkmp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah

menyimpulkan bahwa pemadatan tanah-tanh tersebut dapat dibedakan hanya menjadi

empat tipe umum. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Kurva pemadatan tipe A adalah

kurva yang hanya mempunyai suatu puncak. Tipe ini biasanya pada tanah – tanah yang

mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B adalah untuk tipe yang mempunyai

puncak ganda. Kurva tipe B dan C dijumpai pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair

kurang dari 30. Tipe kurva pemadatan D adalah tipe yang mempunyai puncak tertentu yang

bisah disebut sebagi tipe berbentuk ganjil. Tanah dengan batas cair lebih besar dari 70

kemungkinan mempunyai bentuk kurva pemadatan seperti tipe C dan tipe D.

 
                                  Tipe A                                                                  Tipe B

                                Bentuk bel                                                      Brpuncak satu setengah

                        Kadar air                                                                                                         

Kadar air

                                             Tipe C                                                                   Tipe D

                                Bentuk bel                                                      Brpuncak satu setengah

                          Kadar air                                                                                                 Kadar

air

Gambar 2.1 bermacam – macam tipe kurva pemadatan yang sering di jumpai pada

tanah
1.4.3        Kadar air

Salah satu indeks terpenting pada penentuan kepadatan tanah berbutir halus

khususnya pada tanah lempung kadar air yang dinyatakan dengan rumus :

Dari persamaan ini Ww adalah berat air dan Ws adalah berat bagian pada kering

oven. Disini berat air dikaitkan dengan Ws yang merupakan besaran tak berubah dari berat

total sampe.apabila campuran tanah air dan air temperaturnya meningkat, campuran ini

akan terus-menerus kehilangan kadar airnya,maka pada saat mencapai temperatur yang

cukup tinggi mineral penyusun tanah terurai. Oleh karena itu perbandingan kadar air harus

menggunakan temperatur pengeringan yang distandarisasi. Standar temperatur oven adalah

105 dan 115 0C.

Kadar air ini dapat diambil sebelum pemadatan untuk diuji kadar airnya yaitu dengan

melakukan penumbukan pada sampel tanah dengan variasi kadar air yang berbeda-beda.

Dari hasil Percobaan ini dapat ditentukan nilai dari kadar air optimum yaitu kadar air dimana

suatu sampel tanah mencapai tingkat kepadatan maksimum.

1.4.4        Berat isi kering

Berat per unit volume atau kita sebut sebagai berat unit γ merupakan salah satu sifat

fisi terpenting. Nilai ini harus diketahuai, misalnya, sebelum akan menghitung besarnya

tekanan tanah atau tekanan –lapangan (overburden pressure). Dengan definisi

Dimana w adalah berat total tanah termaksuk air dalam tanah dan v adalah volume

total. Untuk memudahkan menunjukkan nilai – nilai dapat mudah dilakukan dengan

memberikan subskrip. Jika tanahnya jenuh sempurna, yaitu bila Vg = 0, berat unitnya

dinyatakan sebagai γ sat . jika tanah kering oven, berat unitnya dituliskan sebagai γd,

dinyatakan sebagai berat unit kering atau sebagai pemadatan kering, dan didefenisikan

sebagai .
Apabila kadar airnya diketahui,kepadatan kering suatu sampel basah dapat dihitung

sebagai berikut.

Pada studi pemadatan tanah kadang – kadang berguna untuk menghitung unit

kering yang dapat diperoleh jika volume suatu sampel basah berkurang dengan keluarnya

udara sampai derajat kejenuhan sampel mencapai 100 persen. Kondisi ini dinyatakan

sebagai pori udara nol. Dalam hal ini berat unitnya.

Dalam penerapannya dilapangan,pemadatan tanah bertalian dengan distribusi suatu

beban dengan demikian bila tekanan tanah,apabila beban itu dikenakan pada tanah melalui

beban bulat. Karena beban kotak antara ban dan tanh hampir berbentuk lingkaran,maka

teori itu dapat diterapkan pada tekanan pada tanah dibawah ban dengan sedikit modifikasi.

Gambar 2.2 melukiskan perbandingan angka tekanan kotak tanah pada bermacam-macam

kedalaman dibawah permukaan tanah.

                                                    D

                                                          L

½ D                                                                      0,6P

D                                                                              0,3 P

1½ D                                                                   0,15 P

2 D                                                                            0,09 P

D  = diameter lingkaran

L  = beban

A  = luas lingkaran

P  = angka tekanan lingkaran

                          Contoh :     

                                                           
Jarak dibawah faktor Tekanan

permukaan tanah

0 1,00 60,0

5 0,60 36,0

10 0,30 30,0

15 0,15 9,0

20 0,09 5,4

Gambar 2.2 perubahan –perubahan tekanan sesuai dengan kedalaman di bawah

suatu beban.

             Berdasarkan gambar 2.2 diatas, maka dalam penerapannya dilapangan untuk

menghasilkan pemadatan yang optimum dengan jumlah lewatan yang lebih sedikit

sebaiknya digunakan alat pemadat penggilas roda ban dengan tekanan pemompaan yang

dapat diubah-ubah.

Untuk pemadatan tanah untuk seluruh tahapan tanah lewatan-lewatan pertama

diatas lapisan timbun harus dilakukan dengan tekanan ban yang relatif rendah untuk

menambah adaya apapun dan liputan tanah. Akan tetapi, apabila tanah itu telah dipadatkan,

tekanan udara di dalam ban harus dinaikkan sampai setinggi nilai maksimumu  yang telah

ditentukan untuk lewatan terakhir. Sebelum penggabungan suatu cara pengubahan tekana

udara sewaktu penggilisan itu bekerja adalah perlu melakukan tindakan sebagai berikut :

1.    Mengubah tekanan dalam ban

2.    Mengubah bobot pemberat pada penggilas, atau


3.    Menempatkan beberapa penggilas dengan berat dan tekanan ban pada suatu proyek agar

dapat menyediakan alat – alat untuk memenuhi keperluan – keperluan khusus suatu kondisi

pemadatan tertentu.

1.5              Spesifikasi tanah dasar jalan

Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan jalan yang dilakukan oleh Bina Marga Tahun

2010 menentukan syarat bahan timbunan badan jalan sebagai berikut :

a.       Bahan untuk timbunan biasa

-            Bahan sebaiknya tidak berplastisitas tinggi yang diklasifikasikan sebagai CH menurut

USCS (Unified Soil Clasification System).

-            Nilai SBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100%

kepadatan kering maksimum.

-            Tanah yang sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 tidak boleh

digunakan. Nilai aktif adalah perbandingan antara indeks plastis (SNI 03-1966-1989) DAN

PRESENTASE KADAR LEMPUNG (sni 03-3422-1994)

b.      Bahan untuk timbunan pilihan

Memenuhi semua ketentuan bahan timbunan tanah biasa, dan sebagai tambahan  adalah :

-            Nilai SBR tidak kurang dari 10 % setelah perendaman 4 hari dan didapatkan 100%

kepadatan kering maksimum.

-            Pada kondisi berair yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir bersih, pasir,

atau krikil dengan indeks plastis maksimum 6%

Bahan tanah timbunan pada bagian sampai dengan kedalaman 30 Cm harus dipadatkan

hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih dari itu,kepadatanya hanya

boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.

1.6     Alat pemadatan di lapangan

Pemadatan di capai dengan menerapkan energi pada tanah dengan satu atau lebih

cara-cara berikut :

1.      Gerakan merembes


2.      Berat static

3.      Getaran

4.      Benturan

5.      Ledakan

Sedangakan alat-alat yang sering digunakan untuk pemadatan di lapangan yaitu :

a.       Penggilas permukaan halus (penggilas bentuk drum)

b.      Penggilas kaki kambing dan,

c.       Penggilas getar.

Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar

(subgrades) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau

lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100% luasan muka tanah yang dimulai

rodanya dengan tekanan kotak antara tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi

(antara 310 sampai 380 Kn/m2).penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan mengiginkan

tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan tebal.

Pengilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas besi

permukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya merupakan sebuah kareta

berbuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris .Baris – baris ban

karet ini bergerak dekat satu sama lain dimana pada setiap baris ban terdapat empat

sampai enam buah ban. Tekanan kontrak di bawah ban berkias antara 85 sampai 100 psi.

(585 sampai 690 Kn/m2), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70 sampai

80%luasan tanah yang di mulai penggilas. Penggilas ban karet dapat digunakan pada

pemadatan tanah lempung.Pemadatan di capai dari kombinasi antara tekanan dan”

kheading action “ (pemadatan dengan merembes –rembes).

Penggilas kaki-kambing adalah berupa silinder (drum) yang mempunyai banyak kaki

yang menjulur ke luar dari drum. Kaki – kaki ini mempunyai luas proyeksi penampang

sekitar 4 sampai 13 in2. (25 sampai 85 cm2). Alat ini sangat efektif untuk memadatkan tanah

lewmpung . Tekanan kontak di ujung kaki – kaki kambing dapat mencapai antara 200

sampai 1000 psi (1380 sampai 6900 kn/m2) pada waktu pemadatan di dilapangan,mula-
mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari

mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah

dari “lift”.catatan suatu timbunan tanah tidak langsung dipadatkan setinggi timbunan

tersebut, tetapi di hamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis itu di padatkan  setinggi

timbunan tersebut,tetapi dihamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis di padatkan

dengan baik. Setiap lapisan tersebut “lif”. Pada lintasan berikutnya barulah tanah dibagian

tengah dan atas dari lift ikut terpadatkan.

Penggilas getaran sangat berbeda untuk pemadatan tanah berbutir (pasir ,kerikil,dan

sebagainya). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas basi berpermukaan

halus,penggilas ban karet, atau pada penggilasan kaki-kambing untuk menghasilkan

gerakan pada tanah. Getaran yang dihasilkan dari berputarnya suatu beban yang tidak

sentris.

Pelat getar yang dioprasikan dengan tangan sangat efektif dalam pemadat tanah yang

berbutir bila ruang yang terbatas . Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi

dengan mesin yang dapat menggetarkan pelat sekaligus. Mesin seperti ini dapat di gunakan

pada tempat-tempat di mana ruang getaranya lebih leluasa tetapi tidak cukup leluasa untuk

penggilasan getar yang besar.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di laborateriumtanah jurusan teknik sipil politeknik negeri ujung
pandan.
3.2 JENIS PENGUJIAN
Jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1.      Analisa ukuran butir tanah
2.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air
3.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan
4.      CBR laboraterium

3.3  Tahapan Penelitian


Penelitian ini di lakukan dengan metode sebagai berikut :

1.      Pengambilan sampel tanah


Diambil sebanyak satu sampel tanah yang secara visual diklasifikasi, sampel diambil dari
satau lokasi yaitu sampel di ambil dari sungai jene berang,Makassar, sampel tadi untuk
mendapatkan  jenis  kandungan tanah.

2.      Analisa ukuran tanah


Pengujian analisa ukuran tanah yang dilakukan adalah pengujian ukuran butir,indeks plastik,
dan berat volume tanah.

3.      Klasifikasi tanah ( pengelompokan jenis tanah )


Pengujian klasifikasitanah yang di lakukan, agar dapat membagi tanah tersebut kedaam
kelompok kelompok yang mempunyai sifat tingkah laku yang umum,setelah di peroleh
keadaan yang paling sesua untuk contoh tanah bersangkutan, klasifikasinya dicari dengan
cara sebagai berikut:
-          menghitung keofisien keseragaman dan koefisien kelengkungannya atau
-          menggunakan Attarberg limits
4.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air dilakukan agar dapat
membandingkan energy kepadatan tanah terhadap pengaruh kadar air.
5.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan dilakukan agar dapat
mengetahui perubahan kepadatan tanah akibat bemberian energi yang berbeda.
6.      CBR laboraterium dilakukan agar mendapat nilai daya dukung tanah dalam keadaan
padat maksimum.

6.4   Kebutuhan bahan dan Alat Pengujian


Alat yang diperlukan untik pengujian (Analisa ukuran butir tanah, Pengujian pemadata
standar dengan bervariasi kadar air, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi
tumbukan, CBR laboraterium )
-          Oven dengan pengtur suhu sampai ( 110 ± 5 )° c
-          Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
-          Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1gr
-          Talam – talam dan cawan - cawan
-          Ayakan : 3”,2”,1½”,¾”,½”,NO.8,NO.30,NO.50,NO.100,NO.200,pan.
-          Mangkok cassagrande
-          Grooving tool
-          Spatula
-          Plat kaca
-          Tabung untuk pengukuran berat volume
Untuk pengujian pemadatan digunakan peralatan :
-          Cetakan Ø 102 mm dengan tinggi 11,5 cm
-          Penumbuk Ø 50,8 mm berat 2,5 kg, tinggi jatuh 30 cm
-          Pengeluar contoh ( ekstruder )
-          Timbangan kapasitas  11,5 kg ketelitian 5 gr
-          Oven dengan pengaturan suhu sampai ( 110 ± 5)°c
-          Alat peralata dari besipanjang 25 cm
-          Saringan 50 mm,19mm,dan 4,75mm
-          Talam-talam, cawan –cawan,dan alat pengaduk

6.5  prosedur pengujian

1.       analisa saringan


-          sampel tanah dikeringkan di dalam oven.
-          Menyaring sampel tanah dengan memakai susunan saringan dengan ukuran saringan
3”, 2”, 1½”, ¾”, ½”, NO.8, NO.30, NO.50, NO.100, NO.200, pan
-          Saringan di guncang dengan menggunakan mesin pengguncan selama ± 15 menit.
-          Benda uji yang tertahan pada masing masing saringan di timbang.

2.      Batas cair


-           menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
-          menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air suling.
-          mengaduk dengan sepatula diatas pelat kaca hingga homogen.
-          Meratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan alas.
-          Membuat alur  pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan grooving tool,
-          Dengan alat pemuter,mengangkat dan menurunkan cawan  dengan kecepatan 2 putaran
/ detik .
-          Menghentikan putaran jika alur sudahtertutup sepanjang ± 1,25 cm dan hitung berapa
kekuatan yang di butuhkan .
-          Mengambil contoh tersebut sebagagai untuk di periksa kadar airnya.
-          Ualangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda.
-          Jumlah ketukan yang di harapkan, yaitu.
a.       10-20 ketukan
b.      20-30 ketukan
c.       30-40 ketukan
d.      40-50 keukan

3.            Pengujian nilai CBR Laboratorium


-          Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan no 4 seberat kira-kira 3 kg.
-          Campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum yang dikehendaki.
-          Pasang cetakan pada keping atas dan timbung.
1.      Pasang leher cetakan dan masukkan kertas saring kedalam mold
2.      Pemadatan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara srtandar. Bila benda uji
akan direndam pemeriksaan kadar airnya dilakukan sebelum dipadatkan. Bila benda uji
tersebut tidak terendam makan pemeriksaan kadar airnya dilakukan dari cetakan
3.      Buka leher sambung dan ratakan contoh dengan alat perata,tebal lubang-lubang yang
mungkin terjadi pada permukaan dan ratakan.
4.      Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji ini telah siap untuk diperiksa. Bila
dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan  langkah – langkah sebagai
berikut.
a.       Pasang keeping pengembang diatas benda uji dan kemudian pasan keping pemberat
yang dikendaki (seberat 4,5 kg/10 lbs) atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
b.      Rentam cetakan beserta beban didalam air hingga air dapat meresap dari atas maupun
dari bawah
c.       Pasang tripot beserta arloji pengukur pengembangan.Catat pembacaan pertama dan
biarkan benda uji selama 96 jam (4x24 jam). Permukaan air selama merendam harus tetap
(kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji ) pada akhir pemadatan catat pembacaan arloji
pengembangan.
d.      Cetakan dikeluarkan dari bak air dan dimiringkan 15 menit sehingga air bebas mengalir
habis. Jagalah agar selama pengeluaran air permukaan benda uji terganggu.
e.       Beban diambil keeping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang,benda uji SBR
yang direndam telah siap untuk diperiksa
5.      Keping pemberat diletakkan diatas benda uji seberat minimal 4,5 kg(10 pound) atau
sesuai dengan beban perkerasan.
6.      Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan
waktu perendaman letakkan pertama-tama keepingpemberat 2,25 kg (5 pound) untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keeping pemberat.
Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan uji .
7.      Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound). Pembebanan permukaan
diperlukan untuk menjamin permukaan bidang sentu yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di
nolkan.
8.      Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati keempat
1,25 mm (0,05”);0,187mm (0,075”); 2,5 mm (0,10”); 3,75 mm (0,15”) ; 5mm (0,20”); 7,5 mm
(0,30”); 10 mm (0,40”);12,5 mm(0,50”).
9.      Catat benda maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum
penetrasi 12,50 mm (0,5”).
10.  Beban uji dikeluarkan dari cetakan dan kadar airnya ditentukan
11.  Pengambilan beban ukji untuk kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir
halus dan sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1         TANAH SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang langsung tersedia di lapangan,

dan apabila dapat di gunakan akan sangat ekonomis. Bendungan, tanggul sungai, dan

timbunan jalan raya serta jalan kereta api, kesemuaanya merupakan pemakaian tanah yang

ekonomis sebagai bahan konsteruksi, walaupun demikian sama halnya seperti bahan

konsruksi lainnya, tanah harus di pakai setelah melalui peruses pengendalian mutu. Apa bila

tanah di padatkan secara sembarangan, hasilnya akan merupakan struktur yang rusak dan

tidak mencapai kepadatan maksimum.

1.2         KLASIFIKASI TANAH

Klasifikasi tanah merupakan cara untuk menentukan jenis tanah. Ada beberapa

sistem klasifikasi yang telah di kembangkan, masing-masing untuk tujuan kuhusus dengan

beberapa ke untungan dan kerugian tertentu. Untuk menghindari kesulitan dalam


pengklasifikasian tanah,maka di gunakan sistem klasifikasi yang relatif sederhana dengan

beberapa kategori saja, sehinga suatu batuan dan tanah tertentu diungkapkan dengan

beberapa nilai numeris dari beberapa penguji fisik tertentu, yang di sebut sebagai sifat-sifat

indeks, atau yang di sebut sebagai pengujian-pengujian klasifikasi.

Salah satu cara yang paling umum di gunakan untuk pengklasifikasian tanah adalah

cara USCS, yang di dasarkan pada sifat tekstur tanah. Pada cara ini tanah di kelompokkan

dalam tiga kelompok, yaitu:

1.      Tanah berbutir kasar ( lolos saringan no.200<50% )

2.      Tanah berbutir halus ( lolos saringan no.20>50% )

3.      Tanah organis

Tanah di bagi dengan simbol-simbol tertentu sebanyak 15 simbol, yaitu :

-                      Simbol komponen :

G ( gravel )                                :        kerikil

S ( sand )                                   :        pasir

M ( mo )                                    :         lanau

C ( clay )                                    :         lempung

O ( organik )                             :         organis

Pt ( peat )                                  :         humus

-                      Simbol Gradasi :

W ( well graded )                     :         bergradasi baik

P ( poorly graded )                  :         bergradasi buruk

-                      Symbol Batas cair :

H ( high )                                   :         tinggi

L ( low )                                     :         rendah

1.  Tanah Berbutir Kasar

Tanah Berbutir Kasar di bagi lagi atas 2 bagian yaitu :

·           Kerikil dan tanah kerikil ( G )


Yang termaksuk dalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan

no.  4<50 % untuk ini di bagi atas 2 kelompok, yaitu :

a.     Kerikil bersih ( tampa sedikit mengandung bahn halus ), yangterdiri dari jenis GW dan GP

dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5 % kerikil, kerikil campur pasir pasir

bergeradasi baik tampa atau dengan sedikit bahan halus. Syarat yang harus di punuhi untuk

jenis GW adalah :

sedangkan GP adalah kerikil, kerikil campur pasir bergeradasi buruk tanpa atau dengan

sedikit bahan halus. Untuk jenis GP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.

b.     Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis GM

dan GC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12 % yang memiliki plastisitas rendah

atau non pelastis.

GM adalah kerikil lanau, kerikil campuran pasir dan lanau. Batas cair dan indeks pelastis

terlekak di bawa garis A atau PI < 4 . biaasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan

kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di belakang atas dua yaitu

dengan menambahkan huruf “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan

menambahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya GMd atau GMu.

Sedangkan GC adalah kerikil lempung, kerikil campur pasir dan lempung. Batas cair dan

indeks plastis terletak di atas garis A atau PI > 7.

·           Pasir dan tanah kepasiran ( S )

Yang termaksut dalam kerdalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos

saringan no. 4 > 50%  atas jenis ini di bagi atas dua kelompok yaitu :

a.     Pasir berih ( tampa atau sedikit mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SW dan

SP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5% SW adalah pasir, pasir kerikil bergradasi

baik tampa atau sedikit bahan halus. Syarat yang harus dipenuhi untuk jenis SW adalah :
Sedangkan SP adalah pasir, pasir kerikil bergradasi buruk tampa atau dengan sedikit bahan

halus. Untuk jenis SP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.

b.     Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengan dung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SM

dan SC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12% yang memiliki plastisitas rendah

atau  non plastis. Batas Attarberg yang masuk pada daerah arsir dengan PI antara 4 dan 7

di sebut kasus garis batas dan menggunakan symbol ganda. SM adalah kelanauwan, pasir

campur lanau. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI  > 7. Biasanya

kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk

penamaannya di bedakan lagi atas dua yaitu dengan menambahkan “d” jika batas cair <

25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menam bahkan huruf “u” untuk kebalikannya,

misalnya SMd atau SMu. Sedangkan SC adalah pasir kelempungan, pasir campur lempung.

2.            Tanah berbutir halus

Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos saringan

no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah lempung, tanah

lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi menjadi batas cair yang

rendah dan tinggi. Berdasarkan batas cairnya jenis tanah berbutirnya halus di bagi atas dua

bagian yaitu :

a.         Batas cair kurang dari 50

Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu ML,CL,OL.

ML adalah lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauwan

kelempungan atau lanau kelempungan sedikit plastis. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≤

50 dan terletak di bawah garis A.


CL adalah lempung organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikil,

lempung pasiran, lempung lanau, lempung humus, jenis tanah ini memiliki batas cair ≤50

dan terletak di atas garis A.

OL adalah lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas rendah. Jenis

tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≤ 50 dan terletak di atas

garis A.

b.         Batas cair lenih dari 50

Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu MH,CH,OH.

MH adalah lempung anorganik, tanah pasir halus, atau tanah lanauan mengandung mika

atau diatome lanau elastis. Jenis tanah ini memilika batas cair ≥ 50 dan terletek di bawah

garis A.

CH adalah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung ekspansif. Jenis tanah ini

memiliki batas cair ≥ 50 dan terletak di atas garis A.

OH adalah  lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas sedang sampai

tinggi, lanau organik. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≥

50 dan terletak di bawah garis A.

3.         Tanah organik tinggi

Tanah ini tidak lagi di bagi  lagi tetapi berkelasifikasikan dalam suatu kelompok Pt.

biasanya mereka sangat mudah di tekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan

bangunan yang di inginkan.

Tanah khusus dari kelompok ini adalah “peat” humus, tanah lumpur dengan tekstur

organis yang tinggi. Komponen dari tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput dahan

atau bahan bahan yang regas lainnya. Kadang-kadang titik potong antara kadar air dan PI

tepat jatuh pada garis A. dalam hal ini di perlukan dua lambang. Untuk LL = 50 dan PI < 22,

tanah dikalasifikasikan sebagai CH-MH dan jika LL = 50 dan PI <22, maka tanah adalah ML-

MH atau OL-OH tergantung dengan kadar organis yang ada.


2.3     karakteristik tanah lempung

Tanah kohesif, seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil

yang sebagian besarnya butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis

ini di tentukan terutama kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut :

1.         Kuat geser rendah.

2.         Bilah basah bersifat plastis dan mudah mampat.

3.         Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.

4.         Berkurang kuat geernya bila kadar airnya bertambah.

5.         Berkurang kuat gesernya bilah tanahnya terganggu.

6.         Berubah volumenya bilah bertambahnya waktu akibat rangkak ( creep ) pada beban yang

konstan.

7.         Merupakan material kedap air.

8.         Material yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan rateral yang tinggi.

Sering sekali kita sukar membedakan antara lempung dan lanau karna tidak dapat di

dasarkan pada ukur partikelnya. Siaft-sifat fisis selain dari ukuran butiran yang harus di

pakai sebagai keretria untuk mengindetifikasi di lapangan.

Sifat kekuatan kering merupakan asalah satu cara membedakan besar. Satu pertikel

kecil tanah di bentuk dan di biarkan mongering di udara. Kemudian briket ini di pecah dan

sebuah fragmennya yang berukuran 1/8 inchi di tekan antara ibu jari dan jari telunjuk. Usaha

yang di perlukan untuk memecahkan fragmen tersebut menjadi dasar dalam menetapkan

kekuatannya, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, sangat tinggi. Fragmen lempung hanya

mampu di pecahkan  dengan tanah yang besar, sedangkan fragmen lanau dapat di pecakan

sangat mudah.

Karena lanau bersifat jauh lebih permaibel dari pada lempung, maka pengujian di

lantasi atau pengujian goyangan dapat juga di bedakan kedua material tersebut. Pada

pengujian ini sejumlah kecil tanah di campur dengan air hingga memiliki konsitensi sangat
lunak di atas telapak tangan. Bagian telapak tangan kemudian di tepuk pelan. Apa bilah

tanahnya lanau, maka airnya akan segera timbul ke permukaan dan memberikan

kenampakan yang mengkilatatau berkilauan. Kemudian apabila gumpalan tanah ini di ubah

bentuknya, misalnya dengan menekan atau meregangkan tangan, airnya akan mengalir

kembali ke dalam tanah dan menjadikan permukaan tanah tampak kusam. Biasaya, makin

besar proporsi lempungnya dalam sampeltersebut,akan lambat reaksi hasil pengujiannya.

Hasir reaksi ini di nyatakan sebagai cepat, lambat atau tidak ada.

 Siafat plastisnya yaitu kemampuan butiran untuk tetap melekat satusama lain,

merupakan cirri kas lempung dan juga dapat di pakai sebagai dasar pengujian lapangan

sederhana. Pada kadar air tertentu tanah yang mengan sejumlah besar lempung dapat di

ubah-ubah bentuknya dalam tangan tampa mengalami retak-retak. Apah bila suatu sampel

tanah basah dapat di ubah-ubah bentuknya di anatra telapak tangan dan jari-jari dan

kemudian digulung menjadi batangan kecil panjang, maka tidak diraguhkan tanah itu

mengandung cukup banyak lempung. Apabila pengubah-ubah bentuk suatu sampel tanah di

lanjutkan, maka makah tanah akan mencapai kondisi nonplastis dan menjadi bersifat getas

dan timbul retak-retak kerenah air dalam tanah  berkurang selama peruses pengubah-

ubahan bentuk tersebut. Tepat saat sebelum keadaan getas di capai, lenpung dengan

plastisitas yang tinggi masih dapat di gulung menjadi batangan panjang yang panjang

berdiameter kira-kira 1/8 inchi, yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung

beratnya sendiri. Sedangkan untuk tanah lanau yangterjadi malah sebaliknya. Jarang sekali

dapat di gunakan menjadi batangan panjang berdiameter 1/8 inchi tampa keretakan parah

kecuali mengandung sedikit lempung. Hasil pengujian plastisitas sederhana di harapkan

menyatakan bukan hanya dapat atau tidaknya batangan pada saat mendekati tahap getas.

Kondisi ini disebut sebagai lemah dan rapuh, sedang, atau ulet.

Atterberg ( 1911 ) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah

lempung pada kadar air pada kedudukan padat, semi padat,plastis dan cair. Masing-masing

kedudukan kadar airnya si pisahkan oleh batas susut, bats plastis dan batas cair.
Batas cair ( LL ) adalah kadar air tanah pada batas anatra keadaan cair dan plastis.

Pada keadaan ini, butiran-butiran tersebut dan kedudukan oleh air. Jika kadar air berkurang,

misalnya akibat pengeringan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya

air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan volume.

Penentun batas-bats plasti antar lain berguna untuk membedakan kemungkinan dua

tanah yang mempunyai geradasi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda. Jika

nilai PL dan LL bertambah, di perkirakan butiran tanah senakin halus. Selain itu, telah di

ketahui bahwa terdapat hubungan antara PI dan LI dengan kuat geser tanpa-drenase

( undrained strength ). Selisi antara LL dan PL di sebut indeks plastis ( PI ) atau dengan

rumus :  PI = LL – PL

Indeks platisitas menyatakan interval kadar air di mana tanah tetap dalam kondisi

plastis, dan juga menyatakan relative partikel lempung dalam tanah. Jika PI tinggi, makah

tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika PI rendah, hal ini terdapat dalam

kebanyakan tanah lanau, sedikit pengurangnga kadar air  mengkibatkan tanah menjadi

kering. Sebaliknya, bilah kadar air sedikit bertambah, tanah menjadi cair.

Hubungan kadar air di lapangan terhadap LL dan PL juga memperlihatkan jumlah

pengurangan kadar air yang mengkibatkan tanah menjadi kering, sengga tanah menjadi

basah atau samasekali cair, ataupun tanah menjai kering atau tidak plastis lagi. Umumnya,

tanah berbutir halus di lapangan dengan kadar air yang mendekati nilai LL-nya akn lebih

lunak dari pada tanah dengan kadar air yang mendekati LL-nya. Pada umumnya, kadar air

tanah lenpung, pada kondisi alamnya, terletak pada interval plastis.   

1.4          teori pemadatan tanah

pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan

pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan penempatan partikel. Energi pemadatan

lapangan, di lapangan depat di peroleh dari mesin gilas, alat – alat pemadatan getaran, dan

dari benda – benda berat yang di jatuhkan. Di laboraterium, contoh uji untuk mendapatkan
pengendalian mutu di padatkan dengan menggunakan daya tumbukan ( atau dinamik ), alat

penekan, atau tekanan statik yang menggunakan piston dan mesin dan tekanan.

Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat – sifat teknis massa tanah.

Beberapa keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah :

1.      Berkurangnya penurunan permukaan tanah ( subsidence ), yaitu gerakan vertikal di dalam

massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori.

2.      Mempertinggi kuat geser tanah

3.      Mengurangi permeabilitas

4.      Mengurangi sifat mudah mampat

5.      Mengurangi perubahan volume sebagai akibat berubahan kadar air, dan lain – lain.

Sepesikasi pengendalian untuk pemadatan tanah kohesif telah di kembangkan oleh

R.R proctor pada akhir tahun 1920-an. Proctor mendefinisikan empat variable pemadatan

tanah, yaitu :

1.  Usaha pemadatan ( atau energy pemadatan )

2.  Jenis tanah ( gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran partikel, dan sebagainya )

3.  Kadar air

4.  Berat isi kering ( proctor menggunakan angka pori ) kepadatan tanah di ukur dengan nilai

berat volume keringnya ( ), yaitu perbandingan antara berat tanah dengan volumenya

setelah di padatkan pada kadar air tertentu. Sifat sifat teknis tanah setelah pemadatan

bergantung pada jenis tanah, cara atau pemadatan, dan kadar airnya.

1.4.1           Usaha pemadatan

Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada pemadatan standar (Standar

Proctror Test) oleh Hary C.H.dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
E      =     Energi pemadatan  (Kg/Cm2)

N     =      Jumlah pukulan perlapis

n     =      Jumlah lapisan

Wp =      Tinggi jatuh palu (Kg)

H    =       Tinggi jatuh palu (Cm)

Vm =       Isi mold/tabung (Cm)

Bila pemadatan persatuan volume tanah berubah, kurva pemadatan juga akan

berubah. Cetakan dan penumbukan seperti pada proctor standar digunakan untuk

memperoleh kurva-kurva pemadatan tersebut.tetapi jumlah tumbukan perlapis bervariasi

mulai dari 20 sampai 50 (tumbukan per lapis). Dengan menggunakan rumus energi

pemadatan per satuan volume untuk masing – masing percobaan juga dapat dicari.

Hassilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Nomor Jumlah tumbukan per Energi pemadatan (ft-

lapis Ib/ft2)

1 20 9.900

2 25 12.375

3 30 14.850

4 50 24.750

·      Ft – Ib/ft2 = 47.88 J/m3

Tabel 2.1 Energi pemadatan berdasarkan jumlah tumbukan

Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

a.    Bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah hasil

pemadatan juga bertambah, dan

b.    Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air obtimum berkurang.
Pernyataan di atas juga berlaku untuk semua jenis tanah. Tetapi harap dicatat bahwa tingkat

kepadatan suatu tanah tidak langsung sebanding (propesional) dengan usaha

pemadatannya, untuk desain yang ekonomis di lapangan, suatu harga batas atas dari

energi pemadatan harus ditentukan lebih dahulu.

1.4.2    Jenis tanah

Jenis tanh yang diwakili oleh distribusi untuk butirsn ,berat spesifik bagian padat

tanah, jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar

terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut.

Uji laboratorium di laksanakan sesuai dengan prosedur ASTM Test Designation D-698.

Lee dan Suedkmp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah

menyimpulkan bahwa pemadatan tanah-tanh tersebut dapat dibedakan hanya menjadi

empat tipe umum. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Kurva pemadatan tipe A adalah

kurva yang hanya mempunyai suatu puncak. Tipe ini biasanya pada tanah – tanah yang

mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B adalah untuk tipe yang mempunyai

puncak ganda. Kurva tipe B dan C dijumpai pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair

kurang dari 30. Tipe kurva pemadatan D adalah tipe yang mempunyai puncak tertentu yang

bisah disebut sebagi tipe berbentuk ganjil. Tanah dengan batas cair lebih besar dari 70

kemungkinan mempunyai bentuk kurva pemadatan seperti tipe C dan tipe D.

                                  Tipe A                                                                  Tipe B

                                Bentuk bel                                                     Brpuncak satu setengah


                                                    Kadar

air                                                                                                             Kadar air

                                  Tipe C                                                                  Tipe D

                                Bentuk bel                                                     Brpuncak satu setengah

                                                    Kadar air                                                                                                         

Kadar air

Gambar 2.1 bermacam – macam tipe kurva pemadatan yang sering di jumpai pada

tanah

1.4.3    Kadar air

Salah satu indeks terpenting pada penentuan kepadatan tanah berbutir halus

khususnya pada tanah lempung kadar air yang dinyatakan dengan rumus :
Dari persamaan ini Ww adalah berat air dan Ws adalah berat bagian pada kering

oven. Disini berat air dikaitkan dengan Ws yang merupakan besaran tak berubah dari berat

total sampe.apabila campuran tanah air dan air temperaturnya meningkat, campuran ini

akan terus-menerus kehilangan kadar airnya,maka pada saat mencapai temperatur yang

cukup tinggi mineral penyusun tanah terurai. Oleh karena itu perbandingan kadar air harus

menggunakan temperatur pengeringan yang distandarisasi. Standar temperatur oven adalah

105 dan 115 0C.

Kadar air ini dapat diambil sebelum pemadatan untuk diuji kadar airnya yaitu dengan

melakukan penumbukan pada sampel tanah dengan variasi kadar air yang berbeda-beda.

Dari hasil Percobaan ini dapat ditentukan nilai dari kadar air optimum yaitu kadar air dimana

suatu sampel tanah mencapai tingkat kepadatan maksimum.

1.4.4    Berat isi kering

Berat per unit volume atau kita sebut sebagai berat unit γ merupakan salah satu sifat

fisi terpenting. Nilai ini harus diketahuai, misalnya, sebelum akan menghitung besarnya

tekanan tanah atau tekanan –lapangan (overburden pressure). Dengan definisi

Dimana w adalah berat total tanah termaksuk air dalam tanah dan v adalah volume

total. Untuk memudahkan menunjukkan nilai – nilai dapat mudah dilakukan dengan

memberikan subskrip. Jika tanahnya jenuh sempurna, yaitu bila Vg = 0, berat unitnya

dinyatakan sebagai γ sat . jika tanah kering oven, berat unitnya dituliskan sebagai γd,

dinyatakan sebagai berat unit kering atau sebagai pemadatan kering, dan didefenisikan

sebagai .

Apabila kadar airnya diketahui,kepadatan kering suatu sampel basah dapat dihitung

sebagai berikut.

Pada studi pemadatan tanah kadang – kadang berguna untuk menghitung unit

kering yang dapat diperoleh jika volume suatu sampel basah berkurang dengan keluarnya

udara sampai derajat kejenuhan sampel mencapai 100 persen. Kondisi ini dinyatakan

sebagai pori udara nol. Dalam hal ini berat unitnya.


Dalam penerapannya dilapangan,pemadatan tanah bertalian dengan distribusi suatu

beban dengan demikian bila tekanan tanah,apabila beban itu dikenakan pada tanah melalui

beban bulat. Karena beban kotak antara ban dan tanh hampir berbentuk lingkaran,maka

teori itu dapat diterapkan pada tekanan pada tanah dibawah ban dengan sedikit modifikasi.

Gambar 2.2 melukiskan perbandingan angka tekanan kotak tanah pada bermacam-macam

kedalaman dibawah permukaan tanah.

                                                    D

                                                          L

½ D                                                                      0,6P

D                                                                              0,3 P

1½ D                                                                   0,15 P

2 D                                                                            0,09 P

D  = diameter lingkaran

L  = beban

A  = luas lingkaran

P  = angka tekanan lingkaran

                          Contoh :     

                                                           

Jarak dibawah faktor Tekanan

permukaan tanah

0 1,00 60,0

5 0,60 36,0

10 0,30 30,0

15 0,15 9,0

20 0,09 5,4
Gambar 2.2 perubahan –perubahan tekanan sesuai dengan kedalaman di bawah

suatu beban.

             Berdasarkan gambar 2.2 diatas, maka dalam penerapannya dilapangan untuk

menghasilkan pemadatan yang optimum dengan jumlah lewatan yang lebih sedikit

sebaiknya digunakan alat pemadat penggilas roda ban dengan tekanan pemompaan yang

dapat diubah-ubah.

Untuk pemadatan tanah untuk seluruh tahapan tanah lewatan-lewatan pertama

diatas lapisan timbun harus dilakukan dengan tekanan ban yang relatif rendah untuk

menambah adaya apapun dan liputan tanah. Akan tetapi, apabila tanah itu telah dipadatkan,

tekanan udara di dalam ban harus dinaikkan sampai setinggi nilai maksimumu  yang telah

ditentukan untuk lewatan terakhir. Sebelum penggabungan suatu cara pengubahan tekana

udara sewaktu penggilisan itu bekerja adalah perlu melakukan tindakan sebagai berikut :

1.  Mengubah tekanan dalam ban

2.  Mengubah bobot pemberat pada penggilas, atau

3.  Menempatkan beberapa penggilas dengan berat dan tekanan ban pada suatu proyek agar

dapat menyediakan alat – alat untuk memenuhi keperluan – keperluan khusus suatu kondisi

pemadatan tertentu.

1.5         Spesifikasi tanah dasar jalan

Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan jalan yang dilakukan oleh Bina Marga Tahun

2010 menentukan syarat bahan timbunan badan jalan sebagai berikut :

a.    Bahan untuk timbunan biasa

-            Bahan sebaiknya tidak berplastisitas tinggi yang diklasifikasikan sebagai CH menurut

USCS (Unified Soil Clasification System).


-            Nilai SBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100%

kepadatan kering maksimum.

-            Tanah yang sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 tidak boleh

digunakan. Nilai aktif adalah perbandingan antara indeks plastis (SNI 03-1966-1989) DAN

PRESENTASE KADAR LEMPUNG (sni 03-3422-1994)

b.    Bahan untuk timbunan pilihan

Memenuhi semua ketentuan bahan timbunan tanah biasa, dan sebagai tambahan  adalah :

-            Nilai SBR tidak kurang dari 10 % setelah perendaman 4 hari dan didapatkan 100%

kepadatan kering maksimum.

-            Pada kondisi berair yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir bersih, pasir,

atau krikil dengan indeks plastis maksimum 6%

Bahan tanah timbunan pada bagian sampai dengan kedalaman 30 Cm harus dipadatkan

hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih dari itu,kepadatanya hanya

boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.

1.6   Alat pemadatan di lapangan

Pemadatan di capai dengan menerapkan energi pada tanah dengan satu atau lebih

cara-cara berikut :

1.    Gerakan merembes

2.    Berat static

3.    Getaran

4.    Benturan

5.    Ledakan

Sedangakan alat-alat yang sering digunakan untuk pemadatan di lapangan yaitu :

a.    Penggilas permukaan halus (penggilas bentuk drum)

b.    Penggilas kaki kambing dan,

c.    Penggilas getar.

Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar

(subgrades) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau
lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100% luasan muka tanah yang dimulai

rodanya dengan tekanan kotak antara tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi

(antara 310 sampai 380 Kn/m2).penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan mengiginkan

tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan tebal.

Pengilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas besi

permukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya merupakan sebuah kareta

berbuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris .Baris – baris ban

karet ini bergerak dekat satu sama lain dimana pada setiap baris ban terdapat empat

sampai enam buah ban. Tekanan kontrak di bawah ban berkias antara 85 sampai 100 psi.

(585 sampai 690 Kn/m2), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70 sampai

80%luasan tanah yang di mulai penggilas. Penggilas ban karet dapat digunakan pada

pemadatan tanah lempung.Pemadatan di capai dari kombinasi antara tekanan dan”

kheading action “ (pemadatan dengan merembes –rembes).

Penggilas kaki-kambing adalah berupa silinder (drum) yang mempunyai banyak kaki

yang menjulur ke luar dari drum. Kaki – kaki ini mempunyai luas proyeksi penampang

sekitar 4 sampai 13 in2. (25 sampai 85 cm2). Alat ini sangat efektif untuk memadatkan tanah

lewmpung . Tekanan kontak di ujung kaki – kaki kambing dapat mencapai antara 200

sampai 1000 psi (1380 sampai 6900 kn/m2) pada waktu pemadatan di dilapangan,mula-

mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari

mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah

dari “lift”.catatan suatu timbunan tanah tidak langsung dipadatkan setinggi timbunan

tersebut, tetapi di hamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis itu di padatkan  setinggi

timbunan tersebut,tetapi dihamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis di padatkan

dengan baik. Setiap lapisan tersebut “lif”. Pada lintasan berikutnya barulah tanah dibagian

tengah dan atas dari lift ikut terpadatkan.

Penggilas getaran sangat berbeda untuk pemadatan tanah berbutir (pasir ,kerikil,dan

sebagainya). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas basi berpermukaan

halus,penggilas ban karet, atau pada penggilasan kaki-kambing untuk menghasilkan


gerakan pada tanah. Getaran yang dihasilkan dari berputarnya suatu beban yang tidak

sentris.

Pelat getar yang dioprasikan dengan tangan sangat efektif dalam pemadat tanah yang

berbutir bila ruang yang terbatas . Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi

dengan mesin yang dapat menggetarkan pelat sekaligus. Mesin seperti ini dapat di gunakan

pada tempat-tempat di mana ruang getaranya lebih leluasa tetapi tidak cukup leluasa untuk

penggilasan getar yang besar.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di laborateriumtanah jurusan teknik sipil politeknik negeri ujung
pandan.
3.2 JENIS PENGUJIAN
Jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1.    Analisa ukuran butir tanah
2.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air
3.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan
4.    CBR laboraterium

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ini di lakukan dengan metode sebagai berikut :

1.    Pengambilan sampel tanah


Diambil sebanyak satu sampel tanah yang secara visual diklasifikasi, sampel diambil dari
satau lokasi yaitu sampel di ambil dari sungai jene berang,Makassar, sampel tadi untuk
mendapatkan  jenis  kandungan tanah.

2.    Analisa ukuran tanah


Pengujian analisa ukuran tanah yang dilakukan adalah pengujian ukuran butir,indeks plastik,
dan berat volume tanah.

3.    Klasifikasi tanah ( pengelompokan jenis tanah )


Pengujian klasifikasitanah yang di lakukan, agar dapat membagi tanah tersebut kedaam
kelompok kelompok yang mempunyai sifat tingkah laku yang umum,setelah di peroleh
keadaan yang paling sesua untuk contoh tanah bersangkutan, klasifikasinya dicari dengan
cara sebagai berikut:
-          menghitung keofisien keseragaman dan koefisien kelengkungannya atau
-          menggunakan Attarberg limits
4.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air dilakukan agar dapat
membandingkan energy kepadatan tanah terhadap pengaruh kadar air.
5.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan dilakukan agar dapat
mengetahui perubahan kepadatan tanah akibat bemberian energi yang berbeda.
6.    CBR laboraterium dilakukan agar mendapat nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat
maksimum.

6.4  Kebutuhan bahan dan Alat Pengujian


Alat yang diperlukan untik pengujian (Analisa ukuran butir tanah, Pengujian pemadata
standar dengan bervariasi kadar air, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi
tumbukan, CBR laboraterium )
-          Oven dengan pengtur suhu sampai ( 110 ± 5 )° c
-          Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
-          Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1gr
-          Talam – talam dan cawan - cawan
-          Ayakan : 3”,2”,1½”,¾”,½”,NO.8,NO.30,NO.50,NO.100,NO.200,pan.
-          Mangkok cassagrande
-          Grooving tool
-          Spatula
-          Plat kaca
-          Tabung untuk pengukuran berat volume
Untuk pengujian pemadatan digunakan peralatan :
-          Cetakan Ø 102 mm dengan tinggi 11,5 cm
-          Penumbuk Ø 50,8 mm berat 2,5 kg, tinggi jatuh 30 cm
-          Pengeluar contoh ( ekstruder )
-          Timbangan kapasitas  11,5 kg ketelitian 5 gr
-          Oven dengan pengaturan suhu sampai ( 110 ± 5)°c
-          Alat peralata dari besipanjang 25 cm
-          Saringan 50 mm,19mm,dan 4,75mm
-          Talam-talam, cawan –cawan,dan alat pengaduk
6.5 prosedur pengujian

1.     analisa saringan


-          sampel tanah dikeringkan di dalam oven.
-          Menyaring sampel tanah dengan memakai susunan saringan dengan ukuran saringan
3”, 2”, 1½”, ¾”, ½”, NO.8, NO.30, NO.50, NO.100, NO.200, pan
-          Saringan di guncang dengan menggunakan mesin pengguncan selama ± 15 menit.
-          Benda uji yang tertahan pada masing masing saringan di timbang.

2.    Batas cair


-           menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
-          menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air suling.
-          mengaduk dengan sepatula diatas pelat kaca hingga homogen.
-          Meratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan alas.
-          Membuat alur  pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan grooving tool,
-          Dengan alat pemuter,mengangkat dan menurunkan cawan  dengan kecepatan 2 putaran
/ detik .
-          Menghentikan putaran jika alur sudahtertutup sepanjang ± 1,25 cm dan hitung berapa
kekuatan yang di butuhkan .
-          Mengambil contoh tersebut sebagagai untuk di periksa kadar airnya.
-          Ualangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda.
-          Jumlah ketukan yang di harapkan, yaitu.
a.    10-20 ketukan
b.    20-30 ketukan
c.    30-40 ketukan
d.    40-50 keukan

3.          Pengujian nilai CBR Laboratorium


-          Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan no 4 seberat kira-kira 3 kg.
-          Campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum yang dikehendaki.
-          Pasang cetakan pada keping atas dan timbung.
1.    Pasang leher cetakan dan masukkan kertas saring kedalam mold
2.    Pemadatan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara srtandar. Bila benda uji
akan direndam pemeriksaan kadar airnya dilakukan sebelum dipadatkan. Bila benda uji
tersebut tidak terendam makan pemeriksaan kadar airnya dilakukan dari cetakan
3.    Buka leher sambung dan ratakan contoh dengan alat perata,tebal lubang-lubang yang
mungkin terjadi pada permukaan dan ratakan.
4.    Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji ini telah siap untuk diperiksa. Bila dikehendaki
CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan  langkah – langkah sebagai berikut.
a.    Pasang keeping pengembang diatas benda uji dan kemudian pasan keping pemberat yang
dikendaki (seberat 4,5 kg/10 lbs) atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
b.    Rentam cetakan beserta beban didalam air hingga air dapat meresap dari atas maupun dari
bawah
c.    Pasang tripot beserta arloji pengukur pengembangan.Catat pembacaan pertama dan
biarkan benda uji selama 96 jam (4x24 jam). Permukaan air selama merendam harus tetap
(kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji ) pada akhir pemadatan catat pembacaan arloji
pengembangan.
d.    Cetakan dikeluarkan dari bak air dan dimiringkan 15 menit sehingga air bebas mengalir
habis. Jagalah agar selama pengeluaran air permukaan benda uji terganggu.
e.    Beban diambil keeping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang,benda uji SBR
yang direndam telah siap untuk diperiksa
5.    Keping pemberat diletakkan diatas benda uji seberat minimal 4,5 kg(10 pound) atau sesuai
dengan beban perkerasan.
6.    Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan
waktu perendaman letakkan pertama-tama keepingpemberat 2,25 kg (5 pound) untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keeping pemberat.
Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan uji .
7.    Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound). Pembebanan permukaan
diperlukan untuk menjamin permukaan bidang sentu yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di
nolkan.
8.    Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati keempat
1,25 mm (0,05”);0,187mm (0,075”); 2,5 mm (0,10”); 3,75 mm (0,15”) ; 5mm (0,20”); 7,5 mm
(0,30”); 10 mm (0,40”);12,5 mm(0,50”).
9.    Catat benda maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum
penetrasi 12,50 mm (0,5”).
10. Beban uji dikeluarkan dari cetakan dan kadar airnya ditentukan
11. Pengambilan beban ukji untuk kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir
halus dan sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

Anda mungkin juga menyukai