TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-
partikel padat tersebut. (Das, 1988). Selain itu dalam arti lain tanah
dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material
didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dibawa dari pelapukan batuan
dalam proses geologi yang dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus
(Hendarsin, 2000)
dari batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat tanah ruang kosong yang
disebut pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel-
oleh adanya material organik bila hasil dari pelapukan tersebut di atas tetap
berada pada tempat semula maka bagian ini disebut tanah sisa (residu soil).
pengangkutan tanah berupa gravitasi, angin, air dan gletsyer. Pada saat akan
lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm
berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
sungai.
8
5. Lempung (clay), partikel mineral berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
yang kohesif.
Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah dapat digunakan mencakup semua
bahan seperti lempung, pasir, kerikil dan batu-batu besar. Metode yang
dalam bidang geologi atau ilmu tanah. Sistem klasifikasi yang digunakan
sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara yang sama, seperti halnya
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah
daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga
berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta
1989).
Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan
banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir
tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama.
pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).
10
a. Ukuran butir
(No.10).
mm (No.200).
Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
0,0075 mm (No.200).
b. Plastisitas
yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari
dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 %
kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai
Tabel 1. Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik
dalam menahan beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan.
Tanah berbutir
Klasifikasi umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
A-1 A-2
Klasifikasi kelompok A-3
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis ayakan (%
lolos)
No.10 Maks 50
No.40 Maks 30 Maks 50 Min 51
No.200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 41
Tipe material yang Batu pecah, kerikil Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
paling dominan dan pasir halus berlempung
plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
yaitu :
pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan
13
dan S untuk tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah
bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50 % L
Organik O wL > 50 % H
Gambut Pt
14
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kurang dari 5% lolos saringan no.200: GM,
D10
campuran kerikil-pasir, sedikit
GW
atau sama sekali tidak
GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
(hanya kerikil)
Kerikil bersih
mengandung butiran halus
D10 x D60
Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GP
atau sama sekali tidak GW
Kerikil 50%≥ fraksi kasar
Batas-batas
Bila batas
didaerah arsir
Butiran halus
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Kerikil berlempung, campuran Atterberg di
GC dipakai dobel
kerikil-pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Cu = D60 > 6
Pasir bergradasi-baik , pasir
D10
berkerikil, sedikit atau sama
SW
sekali tidak mengandung butiran
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
(hanya pasir)
halus
D10 x D60
Pasir bersih
Tanah berbutir kasar≥ 50% butiran
halus
Pasir≥ 50% fraksi kasar
Batas-batas
lolos saringan No. 4
Bila batas
Pasir berlanau, campuran pasir- Atterberg di
SM Atterberg berada
lanau bawah garis A
dengan butiran
didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Pasir berlempung, campuran Atterberg di
halus
Pasir
SC dipakai dobel
pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Lanau anorganik, pasir halus Diagram Plastisitas:
Lanau dan lempung batas cair ≥ 50% Lanau dan lempung batas cair ≤ 50%
ML sekali, serbuk batuan, pasir halus Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
berlanau atau berlempung terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang
Lempung anorganik dengan di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan
plastisitas rendah sampai dengan dua simbol.
sedang lempung berkerikil, 60
CL lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean 50 CH
Batas Plastis (%)
clays)
40 CL
Lanau-organik dan lempung
OL berlanau organik dengan
30 Garis A
plastisitas rendah CL-ML
50% atau lebih lolos ayakan No. 200
20
Lanau anorganik atau pasir halus
MH diatomae, atau lanau diatomae,
4 ML ML atau OH
lanau yang elastis
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Lempung anorganik dengan
Tanah berbutir halus
C. Tanah Organik
Tanah organik terbentuk karena pengaruh iklim dan curah hujan tinggi
akibat tipe iklim serupa itu, tidak terjadi perbedaan menyolok pada musim
hujan dan kemarau. Vegetasi hutan berdaun lebar dapat tumbuh dengan
genangan air terjadi akumulasi bahan organik. Hal ini disebabkan suasana
jenis dan jumlah bakteri anaerob, sifat vegetasi, iklim, topografi dan sifat
kimia airnya.
Sifat dan ciri tanah organik dapat ditentukan dengan berdasarkan sifat fisik
a. Warna
b. Berat isi
Dalam keadaan kering tanah organik sangat kering, berat isi tanah
0,2 - 0,3 merupakan nilai umum bagi tanah organik yang telah
kering dapat menahan air 1/5 – 2,5 dari bobotnya, sedangkan tanah
d. Struktur
poroeus atau mudah dilewati air, terbuka dan mudah diolah. Ciri-ciri
ini sangat diinginkan oleh pertanian tetapi tidak baik untuk bahan
konstruksi sipil.
17
Sebagai akibat dari kemampuan yang besar untuk menahan air, maka
kadar air akan terjadi pemadatan struktur tanah organik, hal ini akan
e. Reaksi masam
f. Sifat koloidal
Sifat ini mempunyai kapasitas tukar kationnya lebih besar, serta sifat
ini lebih jelas diperlihatkan oleh tanah organik daripada tanah mineral.
g. Sifat penyangga
Pada tanah organik lebih banyak diperlukan belerang atau kapur yang
3. Identifikasi Organik
dan tanah yang organik, sehingga ASTM D-2487 harus digunakan sebagai
≥ 75 % GAMBUT
25 % - 75 % TANAH ORGANIK
Pada penelitian ini tanah yang digunakan adalah tanah dari Rawa Seragi
D. Matos
Matos adalah bahan aditif yang berfungsi untuk pembekuan dan stabilisasi
tanah dengan fisik – proses kimia. Matos dalam bentuk material serbuk halus
8.37, berat jenis 2,35043 gr/cm3 dan kelarutan dalam air 1:3 (Laporan Hasil
Apabila partikel tanah kita lihat secara mikroskopis, maka pada permukaan
tanah tersebut terdapat lapisan air yang tipis, kira-kira ketebalannya 0,5 m.
Lapisan ini memiliki kekuatan yang luar biasa, kira-kira 2.000 kg untuk setiap
1 cm2, untuk memindahkan lapisan air ini, dibutuhkan energi yang besar.
Sifat air yang melekat ini agak berbeda dengan air biasa yang kita ketahui. 1
cc = 1 gram pada suhu 40C untuk air normal, tetapi air ini adalah 1 cc = 1, 4
gram.
Air ini dapat bergerak dengan arah horizontal tetapi tidak dapat bergerak
sudah mati kedalam air yang menempel pada permukaan tanah dan humus
kalsium (Ca++) pada semen dan anion (-) dari partikel-partikel tanah.
Pada saat penggunaan Matos, kita harus melarutkannya ke dalam air pada
memperlemah fungsi negative dari humus dan akan menurunkan kadar humus
20
itu sendiri. Kemudian, kation kalsium (Ca++) pada semen dapat menempel
Gambar 2. Matos
Matos melarutkan asam humus (humic acid) yang terdapat di dalam tanah
menjadi lebih mudah bermuatan ion negative (anion), sehingga kation Ca++
dapat mengikat langsung dengan mudah pada partikel tanah dan membantu
tidak melibatkan Matos, maka ketika bercampur dengan air tanah atau terkena
Hal ini akan berbeda jika dilibatkan Matos, dimana pada saat terjadi
pengikatan semen pada partikel tanah dan mengering karena reaksi dehidrasi,
yang secara instensif akan bertambah banyak dan membesar yang nantinya
Matos bekerja untuk meningkatkan kualitas konstruksi jalan dan pada saat
yang sama juga mengurangi kebutuhan biaya. Matos bereaksi dengan tanah
kompleks, tanah menjadi kerangka yang kuat dan membuat layer stabil kuat.
akibat debu, dan juga membuat permukaan tahan air dalam segala cuaca.
lebih kecil, dan membuat tanah terlalu lembab menjadi lebih kering. Matos
adalah salah satu aspek penting yang harus dilakukan secara menyeluruh dan
menggunakan mixer putar untuk penstabil tanah khusus, seperti RM-500 atau
Contoh dari penggunaan Matos pada sampel tanah di Desa Jering, Godean,
Tabel 6. Hasil pengujian tanah dengan menggunakan Matos, sampel tanah daerah
Godean
2010
24
a. Aplikasi
parkir.
bermotor.
25
- Konstruksi sub base jalan pada areal jalan yang tergenang air atau di
rawa.
struktur bangunan.
- Pemadatan jalan yang rusak akibat erosi oleh air dan banjir.
sampah.
b. Fungsi
kapur
c. Keunggulan
3. Anti retak.
a. Tebal lapisan pengganti LPA dan LPB cukup 20cm, karena CBR
c. lapisan jalan bersifat kedap air, sehingga air hujan yang jatuh
cocok
becek saat musim hujan dan tidak berdebu saat musim kemarau.
10. Pada pembuatan jalan, jalan dapat dilalui pada hati ke-4 (curring
E. Stabilisasi Tanah
material yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau pondasi jalan yang
padat. Menurut Ingels dan Metcalf (1972), sifat-sifat tanah yang diperbaiki
(Mekanika Tanah) stabilisasi tanah dalam realisasinya tediri dari salah satu
Metode ini sangat bergantung pada lama waktu pemeraman, hal ini
yang memerlukan waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive
cara-cara empiris, yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing
beban yang diperlukan pada penekanan piston terhadap material batu pecah di
Ratio adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu beban terhadap beban
Nilai CBR akan digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan. Harga
CBR itu sendiri adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar
dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai
CBR sebesar 100% dalam memikul beban. Untuk menentukan tebal lapis
30
dipadatkan lagi.
CBR lapangan rendaman ini berguna untuk mendapatkan nilai CBR asli
dilaksanakan pada musim kemarau dan kondisi tanah dasar tidak dalam
keadaan jenuh air. Dan digunakan pada badan jalan yang sering terendam
tanah yang diinginkan. Mold yang berisi contoh tanah yang dikeluarkan
pemeriksaan CBR.
CBR laboratorium dapat disebut juga CBR rencana titik. Tanah dasar
yang diperiksa merupakan jalan baru yang berasal dari tanah asli, tanah
itu dipadatkan. Oleh karena itu, nilai CBR laboratorium adalah nilai CBR
yang diperoleh dari contoh tanah yang dibuat dan mewakili keadaan
Hal yang membedakan pada dua macam metode tersebut adalah contoh
dalam air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah dan
permukaan air selama perendaman harus tetap kemudian benda uji yang
direndam telah siap untuk diperiksa. Dan untuk metode CBR tanpa
pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji pengukur (dial). Penentuan
nilai CBR yang biasa digunakan untuk menghitung kekuatan pondasi jalan
adalah penetrasi 0,1” dan penetrasi 0,2” dengan rumus sebagai berikut:
A
Nilai CBR pada penetrsai 0,1” = x 100%
3000
Dimana :
Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil perhitungan
Berikut ini adalah tabel beban yang digunakan untuk melakukan penetrasi
bahan standar.
G. Batas-batas Konsistensi
dari nama peneliti pertamanya yaitu Atterberg pada tahun 1911) adalah batas
Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda-beda pada setiap kondisi.
Kadar air tersebut bergantung pada interaksi antara partikel mineral lempung,
bila kandungan air berkurang maka ketebalan lapisan kation akan berkurang
partikel. Sedangkan jika kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air
akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, berdasarkan
kadar air yang dikandung tanah, tanah dapat dibedakan ke dalam empat (4)
keadaan dasar, yaitu : padat (solid), semi padat (semi solid), plastis (plastic),
Cakupan
Plasticity Index (PI)
PI LL - PL
Batas cair (LL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
Batas plastis (PL) adalah kadar air pada kedudukan antara daerah plastis
dan semi plastis, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
Batas susut (SL) adalah kadar air yang didefinisikan pada derajat
diketahui bahwa batas susut makin kecil maka tanah akan lebih mudah
Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis.
Indeks plastisitas merupakan interval kadar air tanah yang masih bersifat
plastis.
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat volume butiran
H. Pemadatan Tanah
terjadi pengurangan volume udara dan volume air dengan memakai cara
mekanis. Kepadatan tanah tergantung pada nilai kadar air, jika kadar air tanah
sedikit maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya, bila kadar air banyak
maka tanah akan menjadi lunak atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada
saat kadar air lebih tinggi daripada kadar air optimumnya akan memberikan
(memperkuat tanah).
pengujian standar yang disebut dengan uji proctor, dengan cara suatu palu
terdapat hubungan antara kadar air dengan berat volume. Berdasarkan tenaga
1. Proktor Standar.
2. Proktor Modifikasi.
Jumlah lapisan 3 5
Jumlah tumbukan/lapisan 25 25
Semen adalah bahan ikat hidrolis (menghisap atau membutuhkan air), yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat kalsium
Unsur yang penting dan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap
kekuatan pasta semen adalah C2S dan C3S. Setelah tercampur dengan air
khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling
sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang
dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama
38
landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini
dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr
dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan
semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan
yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3
hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya
hari
(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam,
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton
pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi
Dari reaksi-reaksi kimia yang berlangsung diatas, maka reaksi utama yang
lite (2CaO.SiO2) yang terdiri dari kalsium silikat melalui hidrasi tadi
3. Reaksi Pozzolan
dan sampel tanah yang digunakan, akan tetapi untuk bahan aditif dan variasi
tambah pada jenis tanah gambut dengan perlakuan pemeraman 7 hari dan
nilai CBR unsoaked sebesar 12,26% dan CBR soaked 11,75%, pada
dan CBR soaked sebesar 12,01%, dan pada variasi kadar semen 8%
didapatkan nilai CBR unsoaked sebesar 17,12% dan CBR soaked sebesar
16,36%.