Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

MEKANIKA
TANAH
3 SKS
KLASIFIKASI TANAH

9
ABSTRAK
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang
Pemahaman fungsi mempelajari Sistem klasifikasi tanah • Cara
pengklasifikasian tanah dengan system AASTHO.
• Cara pengklasifikasian tanah denganTatap Muka
sistem USCS

05
Fakultas: Teknik Kode Mata Kuliah: F50219001
Program Studi: Teknik Sipil Disusun Oleh: Era Agita Kabdiyono ST.,
TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang
Pemahaman fungsi mempelajari Sistem klasifikasi tanah • Cara
pengklasifikasian tanah dengan system AASTHO.
• Cara pengklasifikasian tanah dengan sistem USCS

Gravitasi

10
PEMBAHASAN

KLASIFIKASI TANAH

Pada umumnya tanah diklasifikasikan sebagai tanah yang kohesif dan


tidak kohesif atau sebagai tanah yang berbutir kasar dan halus. Dari
hasil penyelidikan di laboratorium dan/atau di lapangan, diketahui sifat-
sifat alami dan teknis tanah-tanah tersebut serta dapat digunakan
untuk mengevaluasi masalah-masalah tertentu dalam bidang teknik
sipil, antara lain :

1. Menentukan rembesan, daya rembes dan kecepatan rembesan air


yang melalui penampang tanah serta koefisien rembesannya.
2. Menentukan pemampatan tanah yang berdasarkan teori konsolidasi
Terzaghi dan penurunan, maka dapat digunakan untuk mengevaluasi
penurunan konstruksi.
3. Menentukan kuat geser tanah , untuk mengevaluasi kemantapan
lereng bendengan, tanggul dan lain-lain.

Sistem klasifikasi tanah merupakan suatu sistem pengaturan beberapa


jenis tanah yang berbeda, tetapi mempunyai sifat yang serupa ke
dalam kelompok dan sub-kelompok berdasarkan pemakaiannya (Braja
M. Das, 1993).
1. Klasifikasi berdasarkan tekstur
Tekstur tanah merupakan keadaan permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh ukuran butiran yang ada di dalam tanah. Tabel 2.2
menunjukkan pembagian tanah ke dalam beberapa kelompok,
antara lain kerkil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung
(clay) atas dasar ukruan butiran-butirannya. Dalam sistem klasfikasi
berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen

11
utaama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy
clay), lempung berlanau (silty clay) dan seterusnya. Pada tabel 2.2
dijelaskan sistem klasifikasi berdasarkan ukuran batas dari butiran
tanah, yaitu:
a. Pasir : butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05
mm
b. Lanau : butiran dengan diamteter 0,05 sampai dengan 0,002
mm
c. Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

2. Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian


Sistem klasifikasi berdasarkan tekstur memilki kekurangan, yaitu
tidak memperhitungkan sifat plastisitas tanah dan secara
keseluruhan tidak memadai untuk sebagian besar dari keperluan
teknik. Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang selalu dipakai
oleh para ahli teknik sipil. Kedua sistem tersebut memperhitungkan
distribusi ukuran butir dan batas-batas Atterberg. Sistem yang
dipakai tersebut adalah Sistem AASHTO dan Sistem Klasfikasi
Unified. Sistem klasifikasi AASHTO inilah yang umumnya
digunakan oleh departemen jalan raya di semua Negara bagian di
Amerika Serikat, sedangakn sistem klasfikasi Unified pada
umumnya lebih digunakan oleh para ahli geoteknik untuk
keperluan-keperluan teknik lainnya. Pada penetlitian ini, sistem
yang digunakan dalam penyelidikan tanah di laboratorium adalah
sistem AASHTO.

1. Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi AASHTO dikembangkan pada tahun 1929
sebagai Public Road Administration Classification System. Pada sistem
ini, tanah diklasfikasikan ke dalam 7 kelompok besar, yaitu A-1 sampai
dengan A-7. Tanah yang diklasifikasikan ke dalam A-1, A-2 dan A-3

12
tanah berbutir halus dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah
tersebut lolos saringan no. 200. Tanah yang memiliki presentase lebih dari
35% dari jumlah butiran yang lolos saringan no. 200 dikalsifikasikan ke
dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7 (Braja M. Das, 1993).
Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian
besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi AASHTO didasarkan
pada kriteria berikut:
1. Ukuran butir:
Kerikil : lolos saringan dengan diameter 75 mm (3in) dan yang
tertahan pada saringan no. 10 (2 mm).
Pasir : lolos saringan no. 10 ( 2 mm) dan yang tertahan pada
saringan no .200 (0,075 mm).
Lanau dan Lempung : lolos saringan no. 200.
2. Plastisitas
Dikatakan lanau apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang.
Sedangkan nama berlempung digunakan apabila bagian-bagian
yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau
lebih.
3. Apabila batuan yang memiliki ukuran yang lebih besar dari 75 mm
ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi
tanahnya, maka batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu,
tetapi presentase dari batuan tersebut harus dicatat.
Pada klasiifikasi AASHTO, kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6
tergantung pada batas plastisnya (PL).
Untuk PL > 30, klasifikasinya A-7-5
Untuk PL < 30, klasifikasinya A-7-6

13
Tabel 5.1 Klasifikasi Tanah untuk LapisanTanah Dasar Jalan Raya (Sistem AASHTO)
Tanah berbutir Tanah Lanau - lempung
Klasifikasi Umum (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan (Lebih dari 35% dari seluruh contoh
No. 200) tanah lolos ayakan No. 200)
A-1 A-2 A-4 A-5 A-6 A-7
Klasifikasi kelompok A-1- A-3 A-7-5
A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
a A-7-6
Analisa Saringan (%
lolos)    
Mak
No. 10 s 50  
Mak Maks Maks
No. 40 s 30 50 51
Mak Maks Maks Maks Maks Maks
Maks 35 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
No. 200 s 15 25 10 35 35 35
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40  
Maks Maks Maks
Min 41 Maks 41 Min 41 Maks 40 Min 41
Batas cair (LL)   40 40 40
Maks Maks Maks
NP Min 11 Min 11 Maks 10 Min 11 Min 11
Indeks plastisitas (PI) Maks 6 10 10 10
Indeks Kelompok (GI) 0 0 0 4 Maks 8 Maks 12 Maks 16 Maks 20 Maks
Batu pecah,
Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
Tipe material yang paling kerikil dan Tanah berlanau Tanah berlempung
halus berlempung
dominan pasir
Penilaian sebagai bahan
Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk
tanah dasar
Sumber : Braja M. das, 1993

14
Gambar 5.1 Indeks Plastisitas (PI) Untuk Tanah Dalam Kelompok A-2, A-4, A-5,
A-6 dan A-7

Indeks kelompok (GI) diperlukan dalam mengevaluasi kualitas suatu tanah dasar
dari suatu jalan raya. Indeks kelompok dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
GI = (F – 35)[0,2 + 0,005(LL – 40) + 0,01(F – 15)(PI – 10)
Dimana:
GI : Indeks Kelompok
F : Persen material lolos saringan no. 200
LL : Batas cair
PI : Indeks Plastisitas
Beberapa aturan untuk menggunakan nilai GI, antara lain:
a. GI < 0 , maka dianggap GI = 0
b. Nilai GI dari persamaan 2.1, dibulatkan ke angka terdekat
c. Nilai GI = 0 untuk kelompok tanah A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3
d. GI = 0,01 (F – 15)([PI – 10) untuk kelompok tanah A-2-6 dan A-2-7
e. Tidak ada batasan nilai GI

1.
Unified Soil Clasification System (USCS)

 Pada USCS, tanah dibagi kedalam 2 (dua) kelompok, yakni: tanah


berbutir kasar (coarse grained soil) dan tanah berbutir halus (fine grained
soil).

 Tanah dikatakan berbutir kasar (kerikil dan pasir), jika lebih dari 50%
tinggal pada saringan nomor 200, begitu pula sebaliknya, tanah dikatakan
berbutir halus (lanau dan lempung), jika lebih dari 50% lolos saringan
nomor 200.

 Simbol-simbol yang digunakan:


Tanah berbutir kasar: G = gravel (kerikil) dan S = sand (pasir)
Tanah berbutir halus: M = silt (lanau) anorganik; C = clay (lempung)
anorganik; O = organic slit or clay (lanau atau lempung organik); dan PT =
peat and highly organic soil (tanah gambut dan tanah lain yang berkadar
organik tinggi).

Simbol lain yang digunakan dalam USCS adalah:


W = well graded (tanah bergradasi baik)
P = poorly graded (tanah bergradasi buruk)
L = low plasticity (plastisitas rendah atau LL < 50)
H = high plasticity (plastisitas tinggi atau LL > 50)

 Prosedur untuk menentukan USCS, sebagai berikut:


Tentukan apakah tanah berbutir kasar atau tanah berbutir halus.
Jika tanah berbutir kasar:

1) Tentukan persen butiran yang lolos saringan nomor 4 (4,75 mm).


Jika lebih dari 50 % butiran tinggal di saringan nomor 4, tanah
dikatakan sebagai kerikil. Jika lebih dari 50 % butiran lolos di saringan
nomor 4, tanah dikatakan sebagai pasir.

2019 Teknik Sipil


16 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
2) Jika persentasi butiran yang lolos saringan nomor 200 kurang
dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi butiran dengan
menghitung Cu dan Cc. Jika bergradasi baik, maka diklasifi-kasikan
sebagai GW (untuk kerikil) atau SW (untuk pasir). Jika begradasi buruk,
maka diklasifikasikan sebagai GP (untuk kerikil) atau SP (untuk pasir).
3) Jika persentasi butiran yang lolos saringan nomor 200 antara 5%
sampai 12%, tanah mempunyai simbol dobel (ganda) dan mempunyai
sifat keplastisan (GW-GM, SW-SM, dsb).

4) Jika persentasi butiran yang lolos saringan nomor 200 lebih


besar 12%, harus diadakan pengujian batas-batas Atterberg. Kemudian
dengan menggunakan diagram plastisitas, tentukan klasifikasinya (GM,
GC, SM, SC, GM-GC atau SM-SC).

Jika tanah berbutir halus:

1) Periksa batas-batas Atterberg, jika batas cair (LL) lebih dari 50,
diklasifikasikan sebagai H (plastisitas tinggi) dan jika kurang dari 50
diklasifikasikan sebagai L (plastisitas rendah).

2) Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-batas Atterberg pada


grafik plastisitas di bawah garis A, tentukan apakah organik (OH) atau
anorganik (MH). Jika plotnya jatuh di atas garis A, klasifikasikan
sebagai CH.

3) Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-batas Atterberg pada


grafik plastisitas di bawah garis A dan area yang diarsir, tentukan
klasifikasi tanah tersebut sebagai organik (OL) atau anorganik (ML).
Jika plotnya jatuh di atas garis A, klasifikasikan sebagai CH.

2019 Teknik Sipil


17 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
4) Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada
area yang diarsir, dekat dengan garis A atau nilai LL sekitar 50,
gunakan simbol dobel (ganda).

Contoh Soal:

Soal 1.

Jika diketahui distribusi ukuran butir tanah A terdiri dari 30% pasir, 40% lanau
dan 30% lempung, tentukan klasifikasi tanah A berdasarkan tekstur!.

Jawab:

Berdasarkan gambar klasifikasi berdasarkan tekstur, termasuk dalam kategori


“tanah liat berlempung”.

Soal 2.

Jika diketahui distribusi ukuran butir tanah B terdiri dari 20% kerikil, 10% pasir,
30% lanau dan 40% lempung, tentukan klasifikasi tanah B berdasarkan tekstur!.

Jawab:

Berdasarkan gambar klasifikasi berdasarkan tekstur, hanya terdapat komposisi


tekstural: pasir, lanau dan lempung.

Tanah B mengadung kerikil 


komposisi tekstural dimodifikasi, sehingga:
10
X 100 %=12 ,5 %
1) Pasir 80
30
X 100 %=37 , 5 %
2) Lanau 80 Lempung  Lempung
berkerikil
40
X 100 %=50 , 0 %
3) Lempung 80

2019 Teknik Sipil


18 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Soal 3.

Data hasil uji laboratorium diperoleh sbb: batas platis (PL) = 16% dan batas cair
(LL) = 42%, sedang dari analisis saringan diperoleh:

Nomor Saringan % Lolos


4 100,0
10 93,2
40 81,0
200 61,5

Tentukan klasifikasi tanah di atas dengan USCS

Jawab:

 Persentase lolos saringan nomor 200 = 61,5% (> 50%)  tanah berbutir
halus.
 Batas cair (LL) = 42% (< 50%) CL atau ML
 Indeks plastisitas (PI) = LL – PL = 42% – 16% = 26%.
 Nilai PI dan LL diplot ke diagram plastisitas  CL
 Jadi tanah tersebut di atas diklasifikasikan sebagai CL (lempung tak
organik berplastisitas rendah).

Soal 4.
Distribusi ukuran butiran dua contoh tanah (A dan B) di berikan dalam gambar
C.4. Batas cair (LL) dan batas plastis (PL) tanah yang lolos saringan nomor 40,
untuk tanah A sebesar LL = 30 dan PL = 22, sedangkan tanah B sebesar 26 dan
20. Klasifikasikan tanah A dan B tersebut dengan USCS.

2019 Teknik Sipil


19 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Gambar C.4
Ditribusi ukuran butiran tanah A dan B

Jawab:

Tanah A
 Sekitar 8% dari tanah lolos saringan nomor 200 (0,075 mm)  tanah
berbutir kasar.
 100% dari tanah, lebih halus (lolos) saringan nomor 4 (4,75 mm)  tanah
berpasir.

 Nilai 8%, berada antara 5% – 12%, oleh karena itu digunakan simbol
dobel (ganda).
 D10 = 0,085 mm; D30 = 0,120 mm; dan D60 = 0,135 mm, jadi:
D60 0 ,135
Cu = = =1 , 59
D10 0 ,085  < 6,0
( D30 )2 (0 , 120 )2
C c= = =1, 25
D10 . D60 0 , 085 . 0 ,135  > 1,0

 PI = LL – PL = 30 – 22 = 8 (lebih besar dari 7)  terletak di atas garis A, jadi


klasifikasi tanah A adalah SP – SC.

2019 Teknik Sipil


20 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Tanah B
 Sekitar 61% dari tanah lolos saringan nomor 200 (0,075 mm)  tanah
berbutir halus.
 PI = LL – PL = 26 – 20 = 6  Jika di plot di diagram plastisitas, nilai
tersebut masuk ke dalam daerah yang di arsir, jadi klasifikasi tanah B adalah
CL – ML.

Soal 5.
Hasil analisis butiran dari tanah anorganik diperoleh data sbb:

Ukuran Saringan (mm) % Lolos


2,000 (No. 10) 100
0,075 (No. 200) 75
0,050 65
0,005 33
0,002 18
LL = 54 dan PI = 23
Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASTHO.

Jawab:

 75% lolos saringan No. 200  tanah lanau–lempung (masuk dalam


kelompok A–4, A–5, A–6 dan A–7).
 Jika LL = 54 dan PI = 23  masuk kelompok A–7–5 atau A–7-6
 PL = LL – PI = 54 – 23 = 31  masuk kelompok A–7–5.
 GI = (75–35)[0,2+0,005(54–40)] + 0,01(75–15)(23–10) = 19
 Klasifikasi tanah di atas termasuk dalam kelompok A–7–5 (19).

2019 Teknik Sipil


21 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Soal 6.

Hasil dari uji analisis butiran tanah adalah sebagai berikut:


Persentase butiran yang lolos saringan No. 10 = 100%
Persentase butiran yang lolos saringan No. 40 = 58%
Persentase butiran yang lolos saringan No. 200 = 58%
Batas cair (LL) dan indeks platisitas (PI) dari tanah yang lolos saringan No. 40
adalah 30 dan 10.
Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASTHO.
Jawab:

 58% lolos saringan No. 200  tanah lanau–lempung (masuk dalam


kelompok A–4, A–5, A–6 dan A–7).
 LL = 30 dan PI = 10  masuk kelompok A–4
 GI = (58–35)[0,2+0,005(30–40)] + 0,01(58–15)(10–10) = 3
 Klasifikasi tanah di atas termasuk dalam kelompok A–4(3).

Soal 7.

95% berat suatu tanah lolos saringan No. 200 dan mempunyai batas cair (LL) 60
dan indeks plastisitas (PI) 40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara
AASTHO.

Jawab:

 95% lolos saringan No. 200  tanah lanau–lempung (masuk dalam


kelompok A–4, A–5, A–6 dan A–7).
 LL = 60, PI = 40 dan PL = 20  masuk kelompok A–7–6
 GI = (95–35)[0,2+0,005(60–40)] + 0,01(95–15)(40–10) = 42
 Klasifikasi tanah di atas termasuk dalam kelompok A–7–6 (42).

2019 Teknik Sipil


22 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
2019 Teknik Sipil
23 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

1. Hardiyatmo, Hary Christady . Mekanika Tanah 1 . Gajah Mada


University Press.
2. Setiawan, Erwin. Mekanika Tanah. Universitas Negeri Jakarta
3.

2019 Teknik Sipil


24 Era Agita, ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai