Klasifikasi tanah sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 oleh Public Road
Administration Classification System. Dengan beberapa kali perubahan, sekarang telah
digunakan dan dianjurkan oleh Committee on Classification of Materials for Subgrade and
granular type Roads of the Highway Research Board pada tahun 1945 (ASTM menggunakan
kode D-3282 dan AASHTO dengan metode M 145).
Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2. Dalam sistem
ini, tanah diklasifikasikan ke dalam 7 (tujuh) kelompok besar, yaitu : A-1 sampai dengan A-7.
Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2 dan A-3 merupakan tanah-
tanah berbutir kasar dimana 35 % atau kurang butir-butir tersebut melalui ayakan No. 200.
Tanah-tanah dimana 35 % atau lebih yang melalui ayakan No. 200 diklasifikasikan dalam
kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-tanah ini adalah lumpur dan lempung.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah, maka data
hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam tabel 3.2 dari kolom sebelah kiri
ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat ditentukan dengan
angka indeks kelompok (Group Index = GI) yang menentukan kelompok dan sub kelompok
tanah.
Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan :
GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (PI – 10) (2.15)
keterangan :
F = persentase butir yang lolos ayakan No. 200.
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Pada umumnya, kualitas tanah yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat dinyatakan
sebagai kebalikan dari harga indeks group.
METODE AASHTO
Sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration Classification
System
Prosedur pengelompokkan dengan sistem ini memerlukan data-data antara lain data analisis
ukuran partikel, batas cair (LL) dan indek plastisitas (IP) dan proses pengerjaannya dari kiri ke
kanan sampai didapat kelompok tanah yang tepat
Tanah dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok besar , yaitu A-1 sampai dengan A-7.
Pengelompokkan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
• Tanah yang berbutir (granular soils) merupakan tanah yang 35% atau kurang lolos ayakan
no.200 sehingga dikelompokkan menjadi A-1, A-2 dan A-3.
• Tanah lanau-lempung (silt-clay minerals) merupakantanah yang lebih dari 35% dari seluruh
contoh tanah lolos ayakan no.200 dikelompokkan sebagai yaitu A-4, A-5, A-6 dan A-7.
METODE AASHTO
1) Ukuran butiran Gravel : bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3 in) dan
tertahan pada ayakan no.10 (2 mm) Sand : fraksi tanah yang lolo ayakan no.10 dan yang
tertahan ayakan no.200 (0.075 mm) Silt dan clay : fraksi yang lolos saringan no.200
2) Plastisitas, nama berlanau (silty) digunakan pada fraksi halus dari tanah tersebut memiliki
nilai IP sebesar 10 atau kurang, Sedangkan nama lempungan (clayey) dipakai bilamana bagian
yang halus dari tanah memiliki indeks plastisitas 11 atau lebih.
2) Apabila terdapat batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam contoh tanah maka
batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu dan persentase batuan tersebut dicatat.
Batas-batas Atterberg untuk sub kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7
METODE AASHTO
Untuk mengevaluasi mutu dari suatu tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar (sub grade) suatu
jalan raya, maka diperlukan angka indeks grup (group index, GI). Nilai GI dituliskan di dalam
kurung setelah nama kelompok dan subkelompok dari tanah yang bersangkutan. Rumusnya :
101501.040005.02.035 PIFLLFGI
Dimana : F = persentase butir yang lolos saringan no.200 LL = batas cair PI = indeks plastisitas
CONTOH SOAL 1 Hasil dari uji analisis distribusi butiran suatu tanah adalah sebagai berikut :
Persentase butiran lolos ayakan no.10 = 100% Persentase butiran lolos ayakan no.40 = 58%
Persentase butiran lolos ayakan no.200 = 58% Batas cair (LL) dan Indeks plastisitas tanah yang
lolos no.40 adalah 30 dan 10. Klasifikasikan tanah tersebut dengan metode ASSHTO
Penyelesaian Tanah yang lolos ayakan no.200 adalah 58 %, maka tanah ini diklasifikasikan
lanau-lempung (silt-clay), yaitu masuk kelompok A-4, A-5, A-6 atau A-7. Perhatikan angka-
angka yang diberikan dalam Tabel klasifikasi ASSHTO dari kolom sebelah kiri ke sebelah
kanan, tanah yang diuji ternyata masuk ke kelompok A-4 Dari persamaan GI : 𝐺𝐼 = 𝐹 − 35 0.2 +
0.005 𝐿𝐿 − 40 + 0.01(𝐹 − 15)(𝑃𝐼 − 10) = 58 − 35 0.2 + 0.005 30 − 40 + 0.01(58 − 15)(10 − 10) =
3.45 ≈ 3 Jadi tanah diklasifikasikan A – 4 (3)
CONTOH SOAL 2
95% dari berat suatu tanah lolos ayakan No.200 dan mempunyai batas cair 60 dan indeks
plastisitas 40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan metode ASSHTO Penyelesaian Tanah yang
lolos ayakan no.200 adalah 95 %, maka tanah ini diklasifikasikan lanau-lempung (silt-clay),
yaitu masuk kelompok A-4, A5, A-6 atau A-7. Perhatikan angka-angka yang diberikan dalam
Tabel klasifikasi ASSHTO dari kolom sebelah kiri ke sebelah kanan, tanah yang diuji ternyata
masuk ke kelompok A-7