AASHTO, UNIFIED
Sistem klasifikasi tanah merupakan sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
memiliki sifat serupa ke dalam beberapa kelompok dan sub-kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu kemudahan
untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang bervariasi tanpa
memerlukan suatu penjelasan yang terinci. Sistem ini dikembangkan untuk tujuan
rekayasa sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan plastisitas.
b) Plastisitas
Istilah “berlanau” digunakan apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks pkastisitan (Plasticity Index – PI) sebesar 10 atau
kurang.
Istilah “berlempung” digunakan apabila bagian-bagian yang halus
mempunyai PI sebesar 11 atau lebih.
c) Ukuran Batuan
Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan dalam contoh tanah yang akan
diklasifikasikan, maka batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu,
tetapi persentase batuan tersebut tetap dicatat.
Gambar 2. Rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI)
Sumber : Mekanika Fluida, Braja M. Das
Nilai batas cair (Liquid Limit - LL) dan PI yang didapat pada gambar di atas akan
digunakan untuk menentukan indeks kelompok (Group Index – GI). Harga GI
dituliskan di dalam kurung setelah nama kelompok dan sub-kelompok dari tanah
yang bersangkutan. Indeks grup dapat dihitung dengan persamaan :
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM,
GC, SW, SP, SM dan SC. Apabila persentase butiran yang lolos ayakan No. 200
adalah antara 5 – 12%, maka simbol yang digunakan adalah GW-GM, GP-GM,
GW-GC, SW-SM, SW-SC, SP-SM dan SP-SC. Kemudian, untuk klasifikasi tanah
disimbolkan dengan ML, CL, OL, MH, CH dan OH.
Gambar 3. Pembagian Simbol Klasifikasi Unified
Sumber : Modul Minggu IV dan V
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Unified
Sumber : Mekanika Fluida, Braja M. Das
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Unified (lanjutan)
Sumber : Mekanika Fluida, Braja M. Das
IV. Perbandingan antara Sistem AASHTO dengan Sistem
Unified
Kedua sistem, AASHTO dan Unified adalah didasarkan pada tekstur dan
plastisitas tanah. Kedua sistem ini juga membagi tanah dalam dua kategori pokok,
yaitu berbutir kasar (coarse-grained) dan berbutir halus (fine-grained) yang
dipisahkan oleh ayakan No. 200.
Pada sistem AASHTO, tanah dikategorikan halus apabila > 35% lolos ayakan No.
200. Sedangkan pada sistem Unified, tanah dikategorikan halus apabila > 50%
lolos ayakan No. 200.
Suatu tanah berbutir kasar yang mengandung kira-kira 35% butiran halus akan
bersifat seperti material berbutir halus. Hal ini dikarenakan tanah berbutir halus
jumlahnya cukup banyak untuk mengisi pori-pori antara butir-butir kasar sehingga
butiran tersebut berjauhan satu sama lain.
Dalam hal ini sistem AASHTO, ayakan No. 10 digunakan untuk memisahkan
antara kerikil dan pasir. Sementara dalam sistem Unified yang digunakan adalah
ayakan No. 4. Dalam segi batas ukuran pemisahan tanah, ayakan No. 10 adalah
lebih dapat diterima untuk digunakan sebagai batas atas dari pasir. Hal ini
digunakan dalam teknologi beton dan lapisan pondasi jalan raya.
Referensi
Das, M. B., Endah, N., Mochtar, I. B. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.