Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

KLASIFIKASI TANAH
(SOIL CLASSIFICATION)

VIII.1 Pendahuluan
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-
kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya (Das
1991:64). Sistem klasifikasi memberikan bahasa sederhana untuk menggambarkan
secara singkat ciri-ciri umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan rinci.
Meskipun saat ini terdapat berbagai sistem klasifiksi tanah, tidak satupun dari
sistem tersebut memberikan penjelasan yang jelas tentang semua kemungkinan
pemanfaatannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi.
Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian
tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah
kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Seperti karakteristik
pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya.
(Bowles, 1989 dalam Adha 2014)

VIII.2 Klasifikasi Tanah Secara Visual


Saat kita memeriksa sampel tanah saat berada di lapangan, satu hal yang
penting adalah warna sampel. Warna tanah dapat memberi tahu kita tentang
keadaan pigmentasi dan oksidasi mineral yang terkandung di dalamnya, apakah
tanah tersebut memiliki kandungan organik atau tidak, dan jumlah kelembaban
yang ada di tanah (tanah basah akan terlihat lebih gelap). Hal lain yang sangat
penting untuk klasifikasi tanah adalah mengidentifikasi dan mengukur ukuran butir
yang ada di tanah. Lihatlah berapa banyak partikel berukuran kerikil yang ada
dibandingkan dengan partikel berukuran pasir, dan pasir dibandingkan dengan
lanau dan tanah liat, dan sebagainya. Untuk mengklasifikasikan bagian-bagian
tanah secara visual, ada beberapa teknik khusus yang bisa digunakan. Cara yang
paling sederhana yang dapat dilakukan ialah dengan melihat warna, merasakan
tekstur dari tanah tersebut.

100
101

Untuk mengetahui tanah lanau atau lempung ataupun pasir kita dapat
mengambil sedikit tanah dan gosokkan di telapak tangan. Kemudian balikkan
tangan, telapak tangan ke bawah, dan goyangkan. Butir pasir akan jatuh tetapi lanau
dan tanah liat akan menempel pada garis-garis di telapak tangan. Kita juga bisa
melihat dari dekat ke tanah. Butir pasir terlihat dengan mata telanjang tetapi partikel
lanau dan tanah liat tidak Letakkan sedikit tanah di tangan dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Campurkan air sampai tanahnya bisa dibentuk seperti
dempul. Dengan tangan yang lain, tepuk dengan kuat ujung tangan yang menahan
tanah selama 5 hingga 10 detik. Jika permukaan tanah mulai naik dan air naik ke
permukaan, itu endapan (lanau). Jika air tidak naik, maka itu tanah liat. Ini karena
air lebih mudah menembus lanau daripada tanah liat. Juga, tanah liat terasa lebih
lengket daripada lanau ketika basah.
Berdasarkan keadaan di lapangan pada pengujian hand bor, tanah memiliki
warna keabuan dengan tekstur tanahyang agak lengket dan padat. Tanah jenis ini
jika dilihat secara visual, dapat diklasifikasikan sebagai jenis tanah lempung.

VIII.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Berat Volume


Pada tanah yang mudah mengembang dan mengerut, berat volume
tanahberubah-ubah seiring dengan berubahnya kadar air tanah. Oleh
sebabitu,untuk tanah yang mengembang mengerut, nilai berat volume tanah
perludisertai dengan data kadar air. Tanah dengan bahan organik yang
tinggimempunyai berat volume relatif rendah. Tanah dengan ruang pori
totaltinggi, seperti tanah liat, cenderung mempunyai berat volume lebih
rendah.Sebaliknya, tanah dengan tekstur kasar, walaupun ukuran porinya
lebihbesar, namun total ruang porinya lebih kecil, mempunyai berat volume yang
lebih tinggi. Komposisi mineral tanah, seperti dominannya mineral dengan berat
jenis partikel tinggi di dalam tanah, menyebabkan berat volume tanah menjadi lebih
tinggi pula (Grossman dan Reinsch, 2002).
Berat volume tanah mineral berkisar antara 0,6 1,4 g cm-3. Tanah Andisols
mempunyai berat volume yang rendah (0,6-0,9 g cm-3),sedangkan tanah mineral
lainnya mempunyai berat volume antara 0,8 -1,4 g cm-3. Tanah gambut mempunyai
berat volume yang rendah (0,4 -0,6 g cm-3). Berat volume tanah dapact dihitung
dengan mendapatkan kadar aimya terlebilh dahulu.
102

Tabel 8.1 Nilai Tipikal Berat Volume Tanah


Jenis Tanah γsat(KN/m3) γdry(KN/m3)
Kerikil 20-22 15-17
Pasir 18-20 13-16
Lanau 18-20 14-18
Lempung 16-22 14-21
(Sumber: Soil Mechanics and Foundation, John Wiley & Sons, 2000)
Berdasarkan tabel dan perhitungan yang telah dilakukan pada BAB 3,
didapat berat volume tanah rata-rata yaitu 1,560 gram/cm3. Tanah dengan berat
volume ini diklasifikasikan sebagai jenis tanah lempung.

VIII.4 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Berat Jenis


Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar, 2009).
Untuk menentukan tipikal tanah, dapat dilihat dari Tabel 8.2.
Tabel 8.2 Nilai berat jenis untuk tipikal tanah
Macam Tanah Berat jenis
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-2,68
Lanau organik 2,62-2,68
Lempung organik 2,58-2,65
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
(Sumber: Hardiyatmo, 2002)
Dari hasil pemeriksaan berat jenis tanah yang telah dilakukan dari kedua,
benda uji yang ditest dengan kedalaman tanah 3,5 – 4 m, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Rata-rata Gs = 2,551
2. Gs pada suhu 27,5°C = 2,549
Tanah dengan berat jenis berkisar 2,551 dapat diklasifikasikan ke dalam jenis
tanah lempung.
103

VIII.5 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Koefisien Permeabilitas


Perrmeabilitas tanah adalah kecepatan masuknya air pada tanah dalam
keadaan jenuh Permeabilitas tanah merupakan suatu kesatuan yang meliputi
infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. (Dede
rohmat, 2009).
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar
antara lambat sampai agak cepat (0,20-9,46 cm/jam), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10-3,62 cm/jam). (N.Suharta dan B. H
Prasetyo, 2008).
Berikut merupakan klasifikasi tanah berdasarkan koefisien permeabilitas
tanah tersebut.
Tabel 8.3 Jenis Tanah Berdasarkan Koefisien Permeabilitas
Jenis Tanah K(cm/det) Nama
Kerikil > 10-1 High permeability
Kerikil halus/Pasir 10-1-10-3 Medium permeability
Pasir sangat halus
Pasir lanau 10-3-10-5 Low permeability
Lanau tidak padat
Lanau padat
Lanau lempung 10-5-10-7 Very low permeability
Lanau tidak murni
Lempung < 10-7 Impervious (rapat air)
(Sumber: Hardiyatmo, 2002)
Dari data perhitungan bab 5, diketahui bahwa tanah yang diamati memiliki
koefisien permeabilitas sangat rendah, yaitu 10–6 - 10-10, yang termasuk
permeabilitas rendah. Tanah dengan koefisien ini dapat diklasifikasikan sebagai
jenis tanah lempung.

VIII.6 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Distribusi Ukuran Butir


Istilah kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (day)
tergantung dari ukuran partikel paling dominan pada tanah tersebut. Untuk
menggambarkan tanah berdasarkan ukuran partikel penyusunnya, beberapa
104

lembaga telah mengembangkan batasan-batasan ukuran jenis tanah seperti


ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 8.4 Batasan-batasan Ukuran Jenis Tanah
Ukuran Butiran (mm)
Nama Kelompok Organisasi
Kerikil Pasir Lanau Lempung
Massachusetts Institute of
>2 2-0,06 0,06-0,002 < 0,002
Technology (MIT)
U.S. Departement of
>2 2-0,05 0,05-0,002 < 0,002
Agriculture (USDA)
American Association of State
0,075-
Highway and Transportation 76,2-2 2-0,075 < 0,002
0,002
Officials (AASHTO)
Unified Soil Classification Halus
System (U.S. Army Corps of 4,75- (yaitu lanau dan
76,2-4,75
Engineers, U.S. Bureau of 0,075 lempung)
Reclamation) < 0,0075
(Sumber : Braja M. Das, 1994)
Jenis-jenis tanah diklasifikasikan menuruti sifat yang serupa ke dalam
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi yang
umum digunakan dalam rekayasa teknik sipil adalah sistem klasifikasi American
Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), system
klasifikasi Unified Soil Classification Systems (USCS) dan Klasifikasi sistem USDA
(United Stated Department of Agricultre). Ketiga sistem tersebut didasarkan atas
analisa butiran dan keplastisan tanah.

VIII.6.3 Klasifikasi Berdasarkan USDA


Klasifikasi sistem USDA (United Stated Department of Agricultre),
berdasarkan pada ukuran dari butiran tanah yang diterangkan sebagai berikut :
Pasir : Butiran dengan diameter 0,05 mm – 2 mm
Lanau : Butiran dengan diameter 0,002 – 0,05 mm
Lempung : Butiran dengan diameter < 0,002 mm
105

Untuk menentukan besar persentase dari pasir, lanau, dan lempung dapat
dilihat dari grafik distribusi butiran tanah (Grain Size Distribution).
Langkah pertama sebagai berikut :
1. Untuk menentukan persentase pasir tentukan titik 0,05 dari grafik
distribusi tanah, kemudian tarik garis vertikal yang berpotongan pada garis
kurva dan dari garis perpotongan tarik garis horizontal pada sumbu y dan
baca nilainya dalam persen (%).
2. Untuk menghitung nilai dari lanau dan lempung sama seperti cara 1.
106

Dari pembacaan grafik didapat nilai-nilai sebagai berikut :


➢ Pasir : 100% - 71 % = 29%
➢ Lanau : 100% - (29% - 24%) = 47%
➢ Liat : 24%
Sehingga tanah dapat diklasifikasikan ke dalam “Tanah Liat”

47%

24%

29%

Gambar 8.1 Klasifikasi berdasarkan tekstur oleh Departemen Pertanian Amerika


Serikat (USDA)
(Sumber : Duaistanto. (2018). Ilmu Tanah (Pengertian dan Pengaruh
Tekstur Tanah Terhadap Faktor Erodibilitas).)
107

VIII.6.1 Klasifikasi Berdasarkan AASHTO


Sistem klasifikasi AASHTO dibagi menjadi tujuh kelompok utama, yaitu
A-1 hingga A-7. Tanah yang diklasifikasikan dalam A-1, A-2 dan A-3 adalah tanah
berbutir dimana < 35 % dari jumlah butiran yang lolos ayakan No. 200 dan
termasuk jenis tanah yang berbutir kasar. Sedangkan tanah > 35 % lolos ayakan No.
200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7 dan termasuk jenis
yang berbutir halus yang sebagian besar terdiri dari lanau dan lempung.
108

Tabel 8.5 Sistem Klasifikasi AASHTO


Material
Klasifikasi Material Berbutir Kasar
Lanau – Lempung
Umum (35% atau kurang lolos saringan No. 200)
(lebih dari 35% lolos saringan No.200)
A-1 A-2 A-7
Klasifikasi
A3 A-4 A-5 A-6 A-7-5
Group A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7 -6
Analisa Tapis; Persen lolos:
No. 10 50 max - - - - - - - - - -
No. 40 30 max 50 max 51 min - - - - - - - -
No. 200 15 max 25 max 10 max 35 max 35 max 35 max 35 max 36 min 36 min 36 min 36 min
Karakteristik Fraksi lolos
Saringan No. 40:
40 41 40 41 40 41 40 41
Batas Cair (LL) -
max min max Min max min max min
10 10 11 11 10 10 11 11
Indeks Plastisitas (PI) 6 max N.P.
max max min min max max min min
Indeks Kelompok (G) 0 0 0 0 4 max 4 max 8 max 12 max 16 max 20 max
Jenis Material Fragmen batu, Pasir Kerikil dan Pasir Kelanauan atau
Tanah lanau Tanah lempung
Pokok Kerikil dan pasir halus Kelempungan
Tingkat Kegunaan
Sangat baik hingga baik Cukup baik hingga buruk
Sebagai Subgrade
109

Indeks plastisitas sub kelompok A-7-6 sama dengan atau kurang dari batas
cair minus 30. Indeks plastisitas untuk sub kelompok A-7-6 lebih besar dari batas
cair minus 30.
Indeks plastisitas (PI) = LL – PL
= 56,383– 39,020
= 17,363%

17,36
56,38

Gambar 8.2 Rentang (range) dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk
tanah dalam kelompok A-4, A-5, A-6, A-7.
(Sumber : Das, B. M. (1995). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis). Jakarta: Erlangga.)
Dengan demikian dapat kita tentukan dari tabel analisa gradasi butiran
tanah, bahwa persen yang lewat saringan No. 200 adalah 77,424% > 35% dan
mempunyai batas cair 56,383%, indeks plastisitas 17,363% dan batas plastisnya
39,020% tanah tersebut masuk dalam kelompok A-7-6.
GI = (F – 35)[0,2 + 0,005(LL – 40)] + 0,01(F – 15)(PI – 10)
= (77,424 – 35)[0,2 + 0,005(56,383 – 40)] + 0,01(77,424 – 15)(17,363 - 10)
= 16,55 ꞊ 16
Jadi klasifikasi tanah tersebut adalah A-7-6 (16)
VIII.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem (USCS)
Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam dua kelompok besar, yaitu :
110

1. Tanah berbutir kasar (coarse – grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir
< 50 % berat contoh tanah lolos saringan No. 200. Simbol pada kelompok
ini diawali dari huruf G atau S. G berarti untuk gravel (kerikil) dan S
berarti untuk sand (pasir).
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), tanah di mana > 50 % berat total
contoh tanah lolos saringan No. 200, diawali dari huruf M untuk lanau
(silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk lanau-
organik dan lempung organik.

17,36

56,38

Gambar 8.2 Klasifikasi berdasarkan sistem klasifikasi Unified Soil


Classification System menurut ASTM 1982.
Dari data yang didapat total tanah yang lolos saringan No. 200 adalah
77,424%. Oleh karena itu tanah dikelompokkan sebagai tanah berbutir
halus. Batas Cair = 56,383% dan Indeks Plastisitas = 17,363%. Apabila
digambarkan dalam bagan plastisitas harga – harga tersebut masuk dalam
daerah MH atau OH. Kemudian ditinjau batas cairnya yang lebih dari 50%
maka tanah tersebut termasuk dalam daerah OH.
111

Tabel 8.6 Tabel USCS


Simbol
Divisi utama Nama umum
kelompok

Kerikil bersih (hanya


Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos
Kerikil bergradasi baik dan campuran

Tanah Berbutir Kasar Lebih dari 50% butiran tertahan pada ayakan No.200
GW kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali

kerikil)
tidak mengandung butiran halus

ayakan No.4
Kerikil bergradasi buruk campuran
GP kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus

Kerikil dengan
Kerikil berlanau, campuran kerikil-

butiran halus
GM
pasir-lanau

Kerikil berlempung, campuran kerikil-


GC
pasir-lempung

Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil,


Pasir bersih (hanya
Kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar

SW sedikit atau sama sekali tidak


mengandung butiran halus
tertahan pada ayakan No.4

pasir)

Pasir bergradasi buruk, pasir


SP berkerikil, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau


butiran halus
Pasir dengan

Pasir berlempung, campuran pasir-


SC
lempung
Lanau dan Lempung Batas cair 50%

Lanau anorganik, pasir halus sekali,


Tanah Berbutir Halus 50% atau lebih lolos ayakan No.200

ML serbuk batuan, pasir halus berlanau


atau berlempung
atau kurang

Lempung anorganik dengan plastisitas


rendah sampai dengan sedang
CL lempung berkerikil, lempung
berpasir, lempung berlanau, lempung
"kurus" (lean clays)
Lanau organik dan lempung berlanau
OL
organik dengan plastisitas rendah
Lanau anorganik atau pasir halus
Lanau dan Lempung Batas

MH diatomae, atau lanau diatomae, lanau


cair lebih dari 50%

yang elastis
Lempung anorganik dengan plastisitas
CH
tinggi, lempung "gemuk" (fat clays)

Lempung organik dengan plastisitas


OH
sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah
kandungan organik sangat PT
lain dengan kandungan organik tinggi
tinggi
112

VIII.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di dalam laboratorium
didapatkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan klasifikasi berdasarkan USDA (United Stated Department of
Agricultre), Tanah sampel mengandung Pasir sebesar 28%, Lanau sebesar
24%, dan Lempung sebesar 34%. Sehingga sampel tanah yang diklasifikasi
termasuk ke dalam “Tanah Liat”.
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway
and Transporting Official), sampel tanah termasuk ke dalam kelompok A-
7-5 yaitu “Tanah Lempung”.
3. Berdasarkan klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System), sampel
tanah diklasifikasikan termasuk dalam daerah CL.

VIII.8 Saran
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat
diberikan ialah:
1. Fokus, teliti, serta berhati-hati dalam melakukan pengujian analisa gradasi, agar
mendapatkan hasil yang akurat untuk melakukan klasifikasi.
2. Melakukan pengujian sesuai dengan prosedur yang ada
3. Mencatat data dengan teliti, agar data tercatat dengan benar dan lengkap
4. Memahami dan mempelajari materi sistem klasifikasi tanah serta teliti dalam
melakukan klasifikasi tanah sesuai dengan metode yang dipilih (USDA,
AASHTO, USCS).

Anda mungkin juga menyukai