KLASIFIKASI TANAH
(SOIL CLASSIFICATION)
VIII.1 Pendahuluan
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-
kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya (Das
1991:64). Sistem klasifikasi memberikan bahasa sederhana untuk menggambarkan
secara singkat ciri-ciri umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan rinci.
Meskipun saat ini terdapat berbagai sistem klasifiksi tanah, tidak satupun dari
sistem tersebut memberikan penjelasan yang jelas tentang semua kemungkinan
pemanfaatannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi.
Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian
tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah
kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Seperti karakteristik
pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya.
(Bowles, 1989 dalam Adha 2014)
100
101
Untuk mengetahui tanah lanau atau lempung ataupun pasir kita dapat
mengambil sedikit tanah dan gosokkan di telapak tangan. Kemudian balikkan
tangan, telapak tangan ke bawah, dan goyangkan. Butir pasir akan jatuh tetapi lanau
dan tanah liat akan menempel pada garis-garis di telapak tangan. Kita juga bisa
melihat dari dekat ke tanah. Butir pasir terlihat dengan mata telanjang tetapi partikel
lanau dan tanah liat tidak Letakkan sedikit tanah di tangan dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Campurkan air sampai tanahnya bisa dibentuk seperti
dempul. Dengan tangan yang lain, tepuk dengan kuat ujung tangan yang menahan
tanah selama 5 hingga 10 detik. Jika permukaan tanah mulai naik dan air naik ke
permukaan, itu endapan (lanau). Jika air tidak naik, maka itu tanah liat. Ini karena
air lebih mudah menembus lanau daripada tanah liat. Juga, tanah liat terasa lebih
lengket daripada lanau ketika basah.
Berdasarkan keadaan di lapangan pada pengujian hand bor, tanah memiliki
warna keabuan dengan tekstur tanahyang agak lengket dan padat. Tanah jenis ini
jika dilihat secara visual, dapat diklasifikasikan sebagai jenis tanah lempung.
Untuk menentukan besar persentase dari pasir, lanau, dan lempung dapat
dilihat dari grafik distribusi butiran tanah (Grain Size Distribution).
Langkah pertama sebagai berikut :
1. Untuk menentukan persentase pasir tentukan titik 0,05 dari grafik
distribusi tanah, kemudian tarik garis vertikal yang berpotongan pada garis
kurva dan dari garis perpotongan tarik garis horizontal pada sumbu y dan
baca nilainya dalam persen (%).
2. Untuk menghitung nilai dari lanau dan lempung sama seperti cara 1.
106
47%
24%
29%
Indeks plastisitas sub kelompok A-7-6 sama dengan atau kurang dari batas
cair minus 30. Indeks plastisitas untuk sub kelompok A-7-6 lebih besar dari batas
cair minus 30.
Indeks plastisitas (PI) = LL – PL
= 56,383– 39,020
= 17,363%
17,36
56,38
Gambar 8.2 Rentang (range) dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk
tanah dalam kelompok A-4, A-5, A-6, A-7.
(Sumber : Das, B. M. (1995). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis). Jakarta: Erlangga.)
Dengan demikian dapat kita tentukan dari tabel analisa gradasi butiran
tanah, bahwa persen yang lewat saringan No. 200 adalah 77,424% > 35% dan
mempunyai batas cair 56,383%, indeks plastisitas 17,363% dan batas plastisnya
39,020% tanah tersebut masuk dalam kelompok A-7-6.
GI = (F – 35)[0,2 + 0,005(LL – 40)] + 0,01(F – 15)(PI – 10)
= (77,424 – 35)[0,2 + 0,005(56,383 – 40)] + 0,01(77,424 – 15)(17,363 - 10)
= 16,55 ꞊ 16
Jadi klasifikasi tanah tersebut adalah A-7-6 (16)
VIII.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem (USCS)
Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam dua kelompok besar, yaitu :
110
1. Tanah berbutir kasar (coarse – grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir
< 50 % berat contoh tanah lolos saringan No. 200. Simbol pada kelompok
ini diawali dari huruf G atau S. G berarti untuk gravel (kerikil) dan S
berarti untuk sand (pasir).
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), tanah di mana > 50 % berat total
contoh tanah lolos saringan No. 200, diawali dari huruf M untuk lanau
(silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk lanau-
organik dan lempung organik.
17,36
56,38
Tanah Berbutir Kasar Lebih dari 50% butiran tertahan pada ayakan No.200
GW kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali
kerikil)
tidak mengandung butiran halus
ayakan No.4
Kerikil bergradasi buruk campuran
GP kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus
Kerikil dengan
Kerikil berlanau, campuran kerikil-
butiran halus
GM
pasir-lanau
pasir)
yang elastis
Lempung anorganik dengan plastisitas
CH
tinggi, lempung "gemuk" (fat clays)
Tanah-tanah dengan
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah
kandungan organik sangat PT
lain dengan kandungan organik tinggi
tinggi
112
VIII.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di dalam laboratorium
didapatkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan klasifikasi berdasarkan USDA (United Stated Department of
Agricultre), Tanah sampel mengandung Pasir sebesar 28%, Lanau sebesar
24%, dan Lempung sebesar 34%. Sehingga sampel tanah yang diklasifikasi
termasuk ke dalam “Tanah Liat”.
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway
and Transporting Official), sampel tanah termasuk ke dalam kelompok A-
7-5 yaitu “Tanah Lempung”.
3. Berdasarkan klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System), sampel
tanah diklasifikasikan termasuk dalam daerah CL.
VIII.8 Saran
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat
diberikan ialah:
1. Fokus, teliti, serta berhati-hati dalam melakukan pengujian analisa gradasi, agar
mendapatkan hasil yang akurat untuk melakukan klasifikasi.
2. Melakukan pengujian sesuai dengan prosedur yang ada
3. Mencatat data dengan teliti, agar data tercatat dengan benar dan lengkap
4. Memahami dan mempelajari materi sistem klasifikasi tanah serta teliti dalam
melakukan klasifikasi tanah sesuai dengan metode yang dipilih (USDA,
AASHTO, USCS).