1. Pendahuluan
Sangatlah menarik mengkaji sejarah perekembangan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, sejarah lembaga dan kebijakan nasional kebahasaan serta
peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa kawasan MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) dan bahasa dunia. Sejarah kebijakan bahasa Indonesia dapat
dilihat dari perkembangan bahasa dan perekembangan lembaga bahasa yang
menanganinya. Dengan adanya pengaruh bahasa asing ke dalam struktur dan
cara pemakaian bahasa Indonesia, pengembangan bahasa Indonesia menimbulkan
persoalan yang tidak mudah ditangani oleh lembaga kebahasaan pemerintah tanpa
kerja sama dengan pihak lain. Kesulitan itu disebabkan oleh keadaan berbagai
pilihan sikap dan beragam pandangan. Di satu sisi ada pihak yang ingin
mempertahankan keaslian bahasa Indonesia dengan menekan sekecil mungkin
pengaruh dan penggunaan serapan unsur bahasa asing. Di sisi lain, ada pihak yang
cenderung lebih longgar dan tidak mempermasalahkan terserapnya unsur-unsur
asing ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu ada pihak moderat yang
menyetujui masuknya serapan bahasa asing dengan syarat adanya keselarasan
kaidah penyerapannya dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah ada
sebelumnya atau dibentuk kaidah baru yang ajeg. Oleh karena itu, diperlukan
landasan filosofis, teoretis, dan payung hukum yang kuat untuk pengkajian,
pengembangan bahasa, dan pembinaan penutur bahasa Indonesia sehingga bahasa
Indonesia tetap berjaya menjadi bahasa negara, bahasa kawasan dalam MEA, dan
menjadi bahasa internasional. Karena itu pula, lembaga nasional kebahasaan yang
sekarang disebut Badan Bahasa harus bekerja sama dengan pihak lain yang
terkait, terutama di dalam penetapan kerangka umum kebijakan bahasa nasional
dengan mempehatikan tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang multikultural
dan tatanan dunia global yang dipererat dengan teknologi informasi dan
komunikasi, serta kerja sama antarnegara dalam berbagai bidang.
Di dalam artikel ini ada empat masalah yang dibahas. Pertama, alasan-alasan
logis yang melatarbelakangi keputusan para pendiri bangsa dengan memilih
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Kedua, berkaitan dengan sturuktur
bahasanya, bagaimana perbedaan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia yang
ada sekarang, baik pada tataran morfem, kata, istilah maupun kalimat. Ketiga,
bagaimana sejarah lembaga pengelola bahasa nasional dan politik bahasa pada
era prakemerdekaan, pascaawal kemerdekaan 1945 dan pascareformasi 1998.
Secara khusus dibahas lebih dalam pengelolaan bahasa pascareformasi 1998
terutama ihwal revitalisasi dan regulasi bahasa, baik bahasa daerah, bahasa
nasional, maupun bahasa asing dalam tatanan bangsa yang multikultural dan
dunia global. Selain itu di bawah topik ini dibahas pula mengenai lembaga atau
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
organisasi yang berperan dan bekerja sama dengan lembaga nasional kebahasaan
dalam pengkajian dan pengembangan internal kebahasaan dan pembinaan para
penuturnya.
2. Landasan Teori
sangat harum namanya tetapi juga dianggap sebagai bahasa yang terhormat
diantara bahasa-bahasa timur lainnya. Agama Islam yang disebarluaskan dengan
mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan juga menggunakan bahasa Melayu,
demikian juga dengan bangsa Portugis. Pada abad ke-16 bahasa Melayu dipakai
oleh raja-raja di daerah Maluku apabila mengirim surat kepada raja Portugis.
Begitu pula dengan Saint Francois Xavier yang menentang Islam dan
memasukkan ajaran Kristen juga menggunakan bahasa Melayu karena bahasa
Melayu dianggap sebagai bahasa yang diketahui semua orang. Selanjutnya,
Alisjahbana mengatakan, bahwa, timbulnya bahasa-bahasa kebangsaan di Asia
setelah perang dunia kedua merupakan akibat dari runtuhnya kerajaan-kerajaan
kolonial Eropa. Kekuasaan penjajahan Eropa di Asia menimbulkan berdirinya
berbagai kesatuan politik dan ekonomi di berbagai daerah bekas jajahan yang
ingin memisahkan diri dari penguasanya. India, Pakistan, Birma, dan Indonesia
adalah negara-negara kebangsaan baru yang muncul setelah perang dunia kedua.
Tiap-tiap negara yang baru merdeka ini bukan hanya menghadapi masalah politik
dan ekonomi tetapi juga soal bahasa. Masalah bahasa yang terjadi di India,
Pakistan, Birma dan Filipina yang merupakan bekas jajahan Inggris jauh lebih
sulit dibandingkan dengan yang terjadi di Indonesia yang dikuasai oleh Belanda.
Hal ini disebabkan karena bahasa Belanda tidak memiliki kedudukan yang
sepenting bahasa Inggris dalam perhubungan dunia. Lebih jauh diakui
Alisjahbana bahwa di Indonesia lebih mudah membangun bahasa kebangsaan
yang baru walaupun keadaan di Indonesia amat sulit dalam hal bahasa. Ada
beberapa faktor yang dikatakan mengapa demikian, pertama karena wilayah
Indonesia yang luas jika dibandingkan dengan Eropa. Indonesia adalah daerah
yang terdiri dari berbagai pulau dan memiliki 720 bahasa versi Pusat Bahasa
(Sugono, 2005:8). Walaupun bahasa-bahasa dan dialek-dialek tersebut bisa
dikembalikan kepada rumpun bahasa purba yang sama, namun sekarang masing-
masing telah jauh tumbuh menyendiri sehingga dikatakan bahwa bahasa dan
dialek tersebut telah menjadi bahasa dan dialek yang berbeda. Namun, justru
dengan terpecahnya daerah Indonesia yang luas menjadi beratus-ratus kesatuan
geografis dan kebudayaan yang masing-masing mempunyai bahasa sendiri,
membuat bangsa Indonesia memiliki suatu keperluan yang sama akan suatu
bahasa bersama yang dapat dipahami oleh semua orang, bukan saja yang berasal
dari kepulauan Indonesia, tetapi juga bangsa asing yang senantiasa bergelombang
datang ke Indonesia yang tertarik dengan kekayaannya yang termasyhur. Pada
zaman ketika kepulauan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan asing, senantiasa ada
kecenderungan bahwa bahasa kebudayaan atau kekuasaan politik asing menjadi
bahasa pergaulan, seperti bahasa Sanskerta pada zaman Hindu, bahasa Arab pada
zaman Islam, bahasa Belanda pada zaman penjajahan, dan bahasa Jepang pada
zaman pendudukan Jepang. Tetapi karena bahasa-bahasa tersebut hanya dikuasai
oleh sekelompok kecil bangsa Indonesia, maka diperlukan bahasa pergaulan
yang dipahami oleh lebih banyak orang dari berbagai daerah yang bahasa atau
dialeknya berbeda-beda. (Sugono, 2005:97).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
lembaga khusus yang didirikan pada tahun 1814. Sebut saja misalnya, Colsma
(1840-1926) mengkaji bahasa Sunda untuk tujuan yang sama.
Berkaitan dengan tahap penegakan bahasa sebagai proses pelaksanaan kebijakan
politik bahasa nasional Indonesia, bahasa Indonesia diangkat dan
diperkembangkan dari bahasa Melayu Riau dan semakin lama semakin berbeda
dari bahasa Melayu aslinya. Perbedaan ini merupakan hasil pergeseran yang
diarahkan melalui perencanaan kebahasaan dalam politik nasional kebahasaan
yang secara teknis mengacu kepada istilah language planing atau language
policy. Perencanaan bahasa Indonesia secara historis berkaitan dengan sejarah
penegakkan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai bentuk kebijakan
bahasa. Masa persemaian (inseminasi) penting yang dikemukakan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional menurut Kridalaksana
(1991:9) ada tujuh tahap.
Penegakan pertama, sesudah pertengahan abad ke-19 Kepala Wilayah Hindia
Belanda, Gubernur Jenderal Rochusssen memutuskan bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar di sekolah rakyat untuk mempersiapkan tenaga administrasi
yang murah dalam pemerintahan. Catatan sejarah ini menunjukkan bahwa, bahasa
Melayu sudah difungsikan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan yang
sangat menguntungkan bagi kedudukan, fungsi dan pengembangan bahasa
Melayu di waktu itu yang kelak diangkat menjadi bahasa Indonesia. Pada abad
ke-19 dan ke-20 kedudukan bangsa Belanda di Indonesia semakin kuat sehingga
bahasa Belanda pun memiliki kedudukan penting pula oleh karena bahasa
Belanda diajarkan di sekolah-sekolah. Sementara bahasa Melayu juga semakin
maju karena bangsa Belanda menggunakannya dalam pemerintahan dan dalam
korespondensi dengan bangsa Indonesia. Pada tahun 1850 Gubernur Jenderal
Rochussen mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar sebab bahasa
Melayu merupakan lingua franca di seluruh Kepulauan Hindia, yaitu bahasa yang
dipakai oleh bangsa-bangsa yang berbeda, seperti Melayu, Jawa, Cina, Arab,
Bugis, Makasar, Bali atau Dayak, dalam perhubungan dengan sesamanya. Namun
demikian, atas kerja Van der Chijs pada pertengahan abad ke-19 penyebaran
bahasa Belanda pun mendapat kemajuan. Pada tahun 1900 Direktur Departemen
Pengajaran Mr. J.H. Abendanon mendirikan kursus-kursus bahasa Belanda pada
sekolah-sekolah rakyat yang 6 tahun, dan menjadikan bahasa Belanda sebagai
mata pelajaran tetap di kelas 5 dan 6 sekolah rakyat, dan bahasa Belanda juga
menjadi mata pelajaran penting pada sekolah guru.
Penegakan kedua, pada tahun 1908. Kaum intelektual di jajahan Belanda Hindia
Timur (yang menjadi Indonesia sekarang) sejak tahun 1908 mendirikan
organisasi-organisasi yang dapat mempengaruhi rakyat agar mereka bangkit dan
maju. Mereka sadar bahwa hanya dengan persatuan Indonesia mereka mampu
menentang kekuasaan penjajahan. Mereka kemudian mencari suatu bahasa yang
dapat dipahami oleh sebagian besar rakyat. Oleh karena perkembangan politik
sedemikian rupa, maka perhatian ditujukan kepada bahasa Melayu yang telah
sejak berabad-abad menjadi lingua franca di seluruh Kepulauan Indonesia. Pada
tahun 1908, untuk pertama kalinya bangsa Indonesia yang diwakili oleh kaum
terpelajar pada Kongres Budi Utomo di Jakarta menuntut agar syarat masuk ke
sekolah Belanda dipermudah, perlu didirikan sekolah-sekolah istimewa untuk
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
ditempuh kantor bahasa atau balai bahasa yaitu dengan melakukan kerja sama
dengan universitas di daerah provinsi, pemerintah provinsi (dinas pendidikan
provinsi), pemerintah kabupaten/kota yang bersedia melaksanakan kegiatan
kebahasaan dan kesastraan. Kondisi tarik-menarik kepentingan pemerintah pusat
melalui Badan Bahasa, universitas di daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota
yang tidak selalu sejalan, kadang-kadang menimbulkan adanya acara-acara
kebahasaan dan kesastraan yang tumpang-tindih, seperti seminar, penyuluhan,
pelatihan, dan lomba-lomba kebahasaan dan kesastraan yang diselenggarakan di
lingkungan dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota. Kondisi inilah yang
dihadapi UPTP kebahasaan di tingkat provinsi dan daerah kota/kabupaten yang
tampaknya belum menjabarkan UU No.22 ke dalam peraturan daerah untuk
menangani masalah kebahasaan dan kesastraan secara khusus.
Di sisi lain, mengingat pentingnya pengelolaan kebahasaan dan kesastraan di
Indonesia, maka beberapa organisasi profesi kebahasaan dan kesastraan dijadikan
sebagai mitra Badan Bahasa, walaupun di beberapa daerah provinsi tampaknya
tidak semua organisasi itu berjalan baik dan dapat bekerja sama. Pusat Bahasa
sebagai penyelenggara Kongres Bahasa Indonesia VIII, pada 14 sampai dengan
17 Oktober 2003 di Jakarta mencanangkan empat tujuan strategis, yaitu
(1) memantapkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi budaya global;
(2) meningkatkan mutu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan
masyarakat madani;
(3) memantapkan peran bahasa dan sastra Indonesia dan daerah dalam
memperkukuh ketahanan bangsa; dan
(4) memantapkan peran media massa dalam pembinaan bahasa dan apresiasi
sastra, (Soegono, 2003).
Visi dan misi Pusat Bahasa relevan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional (menurut Garis-garis Besar Haluan Negara) adalah
membentuk manusia Indonesia yang berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani,
berilmu, dan berketerampilan. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
tersebut, visi Pusat Bahasa adalah menjadikan lembaga bahasa dan sastra nasional
sebagai lembaga penelitian bahasa dan sastra yang unggul, pusat informasi dan
pelayanan bahasa dan sastra yang prima dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang berwibawa dan digunakan dalam perhubungan luas antarbangsa.
Misi Pusat Bahasa meliputi (1) peningkatan mutu bahasa dan sastra, (2)
peningkatan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra, (3) peningkatan
mutu pegawai kebahasaan dan kesastraan, (4) pengembangan bahan/sarana
informasi kebahasaan dan kesastraan, (5) pengembangan kerja sama, dan (6)
penegmbangan pengelolaan kelembagaan.
Di dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya ada beberapa organisasi
kebahasa-sastraan Indonesia yang menjadi mitra Pusat Bahasa. Pertama, HPBI
(Himpunan Pembina Bahasa Indonesi) didirikani pada 21 Februari 1974 oleh para
guru, dosen, peneliti, dan kelompok masyarakat lain di Pacet, Sindanglaya, Jawa
Barat dalam acara Seminar Tata Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia,
diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Nasional (sekarang Pusat Bahasa). HPBI
tumbuh dari organisasi sebelumnya, yaitu IGBI (Ikatan Guru Bahasa Indonesia)
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
3
Pengembangan kosakata itu, khususnya kosa kata keilmuan sudah mulai dibahas
dalam Kongres Bahasa Indonesia I pada tahun 1938 di Surakarta.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
sumber kata/istilah dalam B1, lebih "cangih" merajut makna, ide, atau
konsep-konsep? Kelebihan ini bisa jadi karena.jumlah kosakata bahasa lnggris
delapan kali lipat jumlah kosakata bahasa Indonesia. Artinya secara leksikal,
konsep ihwal dunia para punutur bahasa Inggris jauh lebih banyak daripada
konsep serupa yang dimiliki penutur BI. Sebagai bahan perbandingan, penutur
dewasa bahasa Iiggris rata-rata memiliki pembendaharaan kata sekitar 50.000
kata, tetapi jumlah yang sebenarnya jauh lebih beragam. Pendidikan tinggi
memberi perbendaharaan sekitar 80.000 kata. Memang, sebagai bahasa resmi
dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan iptek, BI dihadapkm
pada kekurangan kosakata termasuk peristilahannya. Berbagai konsep
iptek dari luar yang menggunakan bahasa asing belum seluruhnya dapat dengan
cepat dialihbahasakan ke dalam BI. Namun, dalam waktu yang relatif
singkat dibandingkan dengan perkembangan bahasa Inggris,
perkembangan BI lumayan "dahsyat". Sebagai gambaran, perkembangan
daya ungkap BI pada masa lalu, antara lain, tercermin dari perkembangan
khasanah leksikon BI yang dapat diketahuii dari dokumen-dokumen masa
lalu. Salah satu dokumen yang dapat menjadi petunjuk ke arah itu ialah kamus.
Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poenvaderminta (1953) memuat sekitar
23.000 lema. Pada edisi tahun 1976 kamus itu mendapat tambahan sekitar
1000 lema. Pada tahun 1933, Pusat, Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa
Indonesia yang memuat sekitar 30.000 lema. Akhirnya, Pusat Bahasa
menerbitkan Kamus Baru, Bahasa Indonesia pada tahun 1988. Kamus yang
memuat 63.000 lema itu menggalami revisi tahun 1991 dengan penambahan
10.000 lema sehingga menjadi 73.000 lema. Kamus merupakan khazanah
perbendaharaan kata suatu bahasa. Demikian juga Kumus Besar Bahasa
Indonesia merupakan "gudang" kosakata BI, baik yang aktif maupun yang
pasif. Dalam rangka peningkatan daya ungkap BI, perlu dilakukan
pengaktifan kembali kosakata yang tidak dimanfaatkan penutur BI dalam
kehidupm masa kini demi memperkaya pengungkapan berbagai konsep.
Pemanfaatan kosakata itu akan memperluas cakrawala dan variasi bahasa. Dalam
buku Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (Jumariam dan
Qodratillah, 1995:9), misalnya, terdapat 1.413 kata BM yang belum termfaaatkan
oleh pengguna bahasa dalam kegiatan kebahasaaanya. 4 Selain
pemanfaatan kembali kosakata lama, pengembangan kosakata itu dapat
dilakukan melalui progam gramatikalisasi, (Kridalaksana, 2000:223).
Menurut Calne (2005) dalam buku Batas Nalar; bahasa, nalar, dan
matematika sama-sama berakar pada asal-usul yang begitu dinamis dan
praktis, namum dengan terbentuknya basis data (database) budaya kita, dari
generasi ke generasi, ketiganya mampu mencapai puncak abstrak yang tak
terkira tingginya. Nalar, seperti halnya matematika dan bahasa, lebih merupakan
fasilitator daripada inisiator. Kita mengunakan nalar untuk mendapatkan yang kita
mau bukan untuk menentukan yang kita mau. Nalar sudah dinaikkan ke
4
Di dalam buku itu tercatat 7.636 kata serapan dan bahasa asing. Bahasa Sanskerta (677
kata), Arab (1.495 kata), Cina (290 kata), Portugis (131 kata), Tamil (83 kata), Belanda
(3.290 kata), dan Inggris (1.610 kata) turut memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
5
AstariYanuarti,MenujuKemandirianTeknologiInformasi,dalamGatra:EdisiKhusus100
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
tentu saja, tidak asal ucap. Kemajuan bangsa Indonesia disadari tidak serentak.
Ada yang dalam masa pertama, sekaligus di tempat lain ada juga yang dalam
masa kedua, ketiga dan keempat dalam pengelompokan Pink di atas. Namun tak
dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang berada pada masa ke tiga akan
mengikuti kemajuan masyarakat masa ke empat, masyarakat masa ke dua akan
mengikuti perkembangan masyarakat masa ke tiga atau ke empat. Demikian juga
masyarakat yang berada pada masa ke satu akan mengikuti perkembangan
masyarakat yang telah lebih maju, mungkin langsung ke yang ke empata dan
mungkin juga melalui masa ke dua atau ke tiga. Bukan sebaliknya, masyarakat
masa ke empat (suka berkreasi) kembali ke masa pertama (agraris). Oleh karena
itu, tak pelak, kemajuan kehidupan dunia maya, yang ditandai dengan dominasi
dunia telekomunikasi dan informasi, akan terus melanda bangsa Indonesia,
bahkan melanda seantero bola dunia. Di Indonesia telah dikembangkan piranti
lunak terbuka beserta masyarakatnya yang terus mengembangkan IGOS
(Indonesia Goes Open Source) dan sejenisnya.
Momentum satu abad kebangkitan nasional digunakan oleh banyak kalangan di
Indonesia untuk menyatakan kesiapannya untuk bangkit dan bersiap-siap melesat
maju. Salah sata alat untuk melesat maju adalah teknologi inforsasi dan
komunikasi. Departemen komunikasi dan Informasi telah berniat bersungguh-
sungguh melesat dengan teknologi tersebut.6 Di samping departemen tersebut,
Departemen Pendidikan Nasional juga menggiatkan penerapan TIK secara masal
untuk e-pembelajaran dan e-administrasi. Belum lagi sektor-sektor swasta yang
biasanya malah jauh lebih cepat dan lincah ketimbang pemerintah dalam hal
melakukan perubahan. Tak dapat dipungkiri, kehidupan dalam dunia maya akan
semakin marak dan banyak generasi bangsa Indonesia yang akan tersita waktunya
untuk hidup di dunia maya, dunia informasi dan komunikasi. Dunia informasi dan
komunikasi akan terus melanda. Salah satu yang dilanda dengan dahsyat adalah
bahasa Indonesia.
TahunKebangkitanNasional.No.27.TahunXIV,1521Mei2008.hh.116.
6
IklanDepkominfo.MomentumKebangkitanTIK.DalamIbid.h.67.
7
GAWatson,Multicuturalism.BuckinghamPhiladelphia:openUniversityPress.
2000.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
3. Simpulan
Berdasarkan pembahasan masalah di atas dapat ditarik beberapa simpulan.
Pertama, Sejarah bahasa Indonesia telah menunjukkan bahasa Indonesia terlahir
dari suatu bahasa etnik Melayu Riau yang berpenutur sedikit, dibanding penutur
bahasa lain, seperti Sunda dan Jawa. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
persatuan dan bahasa nasional Indonesia karena (1) semangat bersatu dalam
kepentingan politik bersama (nasional) sebagai bangsa terjajah dan bahasa
Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca, (2) kesederhanaan struktur bahasa,
dan (3) kedemokratisan cara pemakaiannya. Kedua, bahasa Melayu yang sudah
berubah dan berkembang menjadi bahasa Indonesia diteggakan dalam tujuh
tahap, yaitu (1) tahap insemenisasi sejarah sejak zaman Sriwijaya sampai masa
8
IklanDikdasmen.WawancaradenganDirjenMandikdasmenProf.Suyanto,Ph.D.:Berakhir
padakemandirianSekolah,dalamGatra:EdisiKhusus100TahunKebangkitanNasional.No.27.
TahunXIV,1521Mei2008.hh.4445.
9
SasrasoegandaKoewatin,KitabjangMenjatakanDjalannjaBahasaMelajoe.Semarang
Soerabaja:BoekhandelenDrukkerijv/hG.C.TVANDORP&CO.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
awal kedudukan Belanda, (2) tahap keabangkitan nasionalisme pada tahun 1908,
(3) tahap pemerluasan fungsi sosial-politik di lembaga Dewan Rakyat (Volksraad)
dan di lingkungan organisasi Bumi Putera, (4) tahap pengikraran nasional secara
politis dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928, (5) tahap pembinaan dengan
diselenggrakannya Kongres Bahasa Indonesia I 1938, (6) tahap pemerkuatan
dengan terjadinya kekalahan Belanda oleh Jepang pada 1942 bahasa Indonesia
digunakan dalam roda pemerintahan Jepang yang antibelanda, (7) tahap
penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam UUD 1945.
Ketiga, pengkajian dan pengembangan kebahasa-Indonesia-an serta pembinaan
masyarakat bahasa dan sastra Indonesia, daerah dan asing pada masa sekarang
dilakukan oleh Badan Bahasa sebagai lembaga yang memiliki otoritas pelaksana
politik kebahasaan nasional di Indonesia. Keempat, program revitalisasi bahasa
dilakukan oleh Badan Bahasa pada era pascareformasi 1998 karena alasan faktual
bahwa di masyarakat Indonesia pengaruh bahasa dan budaya asing disambut
dengan sikap positif sehingga menyebabkan peminggiran bahasa, sastra, dan
budaya daerah serta pengabaian penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Pemerintah melakukan upaya pemerkuatan dan pengarahan implementasi
dari pasal 36, UUD 1945 dengan UU Nomor 22 tahun 1999 dan dipertegas
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, termasuk mengenai
kewenangan daerah menangani bahasa, sastra, dan budaya daerah. Dengan
revitalisasi yang dilakukan, bahasa dan budaya Indonesia telah bertahan sampai
sekarang dan selanjutnya diperlukan revitalisasi yang lebih terarah untuk
pemertahanan dan peningkatan penggunaan budaya dan bahasa-bahasa daerah dan
Indonesia dengan menyusun Undang Undang Kebahasaan No.24 tahun 2009.
Kelima, peran bahasa Indonesia pada zaman sekarang dan di masa depan, yaitu
(1) bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa modern dalam dunia global
dalam pelbagai ranah kehidupan, dan telah digunakan oleh orang-orang asing
sebagai bahasa asing, (2) sebagai bahasa yang lahir dari bangsa yang
multikultural, bahasa Indonesia telah diperkaya oleh bahasa daerah dan
dipergunakan untuk berkomunikasi oleh masyrakat yang multikultural, dan (3)
bahasa Indonesia telah memasuki ranah dunia maya dengan segala variasinya
yang dipergunakan secara produktif dan efektif serta sangat menguntungkan bagi
pemeliharaan dan pengembangnnya dalam strategi perencanaan atau pembinaan
dan pengembangan bahasa nasional yang baik.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
DAFTAR PUSTAKA
---------- 2000. Politik Bahasa: Rumusan Politik Bahasa, Jakarta: Pusat Bahasa
dan Penerbit Progress.
---------- 2000. Politik Bahasa, Rumusan Seminar Polilik- Bahasa. Jakarta: Pusat
Bahasa dmi Penerbit Progress.
Calne, Donald 11. 2005. Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku manusia
(terjemahan Parakitri T. Simbolon). Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Carroll, John B., Language Thought and Reality: Selected Writings of Benjamin
Lee Whorf. Cambridge: The M.I.T. Press.
Jumariam dan Meity T. Qodratillah (Ed) Senarai Kata Serapan dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1995.
Munsyi, Alif Danya. 2003. 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.
Jakarta: Kepustakaan Populer (;r;iiDcdla (KPG).
Naisbitt, John dan Aburdane, Patricia. 2000. Megatrends London: Sidgwick &
Jackson. Ltd.
Sneddon, James. 2003. The Indonesian Language: Its History and Role in Modern
Society. Sydney: University of New South Wales Press Ltd.
Soegono, Dendy. Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 1417 Oktober 2003.
Vygotsky, Lev, 1986. Thought and Language. Cambridge: The M.I.T. Press.
(Terjemahannya direvisi dan disunting oleh Aleks Kazulin),
Pendahuluan
Dalam makalah sederhana ini, tiga isu menarik akan dipaparkan secara ringkas
yang meliputi: (1) Bahasa Indonesia sebagai ruang keberagaman, (2) Kamus
Besar Bahasa Indonesia sebagai representasi keberagaman, dan (3) potensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa perekonomian ASEAN. Ketiga masalah ini akan
diuraikan pada bahasan berikut ini.
1
Semua angka ini diperoleh dari Ethnologue. Walaupun angka ini tidak sesuai dengan jumlah
penduduk Indonesia sekarang, statistik ini dianggap masih relevan secara proporsional (relatif).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Kalau data ini dibandingkan dengan peta, tampak bahwa semakin jauh ke timur,
semakin banyak bahasa. Dapat dikatakan bahwa banyaknya bahasa tidak
berkaitan dengan banyaknya penduduk (Collins 2014). Yang perlu ditegaskan di
sini bahwa betapa pun kompleksnya diversitas bahasa di Indonesia, bahasa
Indonesia tetap menjadi jembatan utama bagi seluruh penutur bahasa yang
berbeda-beda itu. Di sisi lain, keberagaman bahasa-bahasa itu rupanya juga
berpotensi besar dalam pengembangan kosakata dan daya ungkap bahasa
Indonesia. Bahasa-bahasa daerah merupakan aset masa depan bahasa Indonesia.
Yang perlu dipahami juga bahwa selain bahasa-bahasa lokal, kehadiran bahasa
asing juga mempunyai peran tersendiri dalam mewarnai situasi kebahasaan di
Indonesia.
Yang menarik, isu kebahasaan dan keberagaman di atas sejalan dengan isu yang
telah disinggung dalam pertemuan Forum Keberagaman Bahasa ASEM Ke-1
yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada
2012 lalu di Jakarta. Forum yang mempertemukan pandit (scholar) bahasa, para
pakar, dan pemangku kepentingan dari mitra ASEM, serta perwakilan dari
UNESCO ini telah merumuskan keberagaman bahasa dalam tiga sudut pandang.
Pertama, ada bahasa nasional yang berfungsi sebagai kekuatan pemersatu. Kedua,
ada bahasa daerah atau bahasa lokal yang berfungsi untuk mengekspresikan
identitas budaya. Ketiga, ada bahasa asing yang dianggap berguna untuk
merangsang dan mendorong pembangunan ekonomi melalui ilmu pengetahuan
dan komunikasi internasional. 2
2
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Ringkasan%20Di
skusi%20Forum%20Keberagaman%20Bahasa%202012.pdf
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
sumber kosakata itu berasal dari bahasa Indonesia/Melayu, bahasa daerah3, dan
bahasa asing. Masuknya kosakata dari bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
merupakan hal yang tidak dapat dihindari sebagai pertanda bahwa bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Tujuan utamanya adalah untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia sehingga
mampu menjadi pilihan utama ketika menyampaikan gagasan atau ide dalam era
global ini (Zabadi, 2013).
3
Edisi Keempat KBBI tampaknya sedikit berbeda dengan terbitan sebelumnya dalam hal
pengumpulan data pada lema KBBI. Pada terbitan kali ini, pengumpulan data lema kamus rupanya
telah melibatkan 22 Balai/Kantor Bahasa di seluruh Indonesia. Hal ini semakin jelas menunjukkan
bahwa kosakata bahasa daerah tertentu di wilayah kerja Balai/Kantor Bahasa dapat terakomodasi
masuk ke dalam KBBI.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Rujukan
Arifin, B.H. 2014. Pengguna Twitter Indonesia Terbanyak Ketiga Dunia diakses
dari http://www.enciety.co/pengguna-twitter-indonesia-terbanyak-ketiga-
dunia/ 1 Juli 2015.
Luthfi. 2013. Keunikan dan kelebihan Bahasa Indonesia di mata dunia. Diakses dari
luthfiradovic.blogspot.com/.../keunikan-dan-kelebihan-bahasa-indonesia,
1 Juli 2015.
Pengantar
Kalimantan Barat merupakan wilayah penting dan strategis secara politik,
ekonomi, dan kebudayaan berkenaan dengan pengelolaan kawasan perbatasan.
Kalimantan Barat terletak pada arah timur Batam dan Singapura serta berdekatan
dengan Sarawak, Malaysia dengan garis perbatasan yang panjang. Menurut
(Suratman, 2008:134) kawasan perbatasan Kalimantan BaratSarawak, Malaysia
merupakan kawasan yang berjarak 20 km dari garis batas sepanjang 800 km. Hal
ini diasumsikan dengan menghitung mulai dari Tanjung Datok, Kabupaten
Sambas yang berada diujung paling barat sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu
yang berada di ujung paling timur maka luas kawasan perbatasan meliputi 1.600
km atau 1.600.000 ha.
Ada lima kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia,
yaitu Kabupaten Bengkayang dan Sambas di wilayah barat serta Kapuas Hulu,
Sintang, dan Sanggau yang berada di wilayah timur Kalimantan Barat. Di lima
kabupaten ini terdapat 97 administrasi desa di sepanjang kawasan perbatasan. Di
Kabupaten Sambas ada 6 desa di Kecamatan Paloh dan 5 desa di Kecamatan
Sajingan Besar yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Di
Kabupaten Bengkayang terdapat 5 desa di Kecamatan Jagoi Babang dan 5 desa di
Kecamatan Seluas yang berbatasan langsung dengan Sarawak. Di Kabupaten
Sanggau ada 10 desa di Kecamatan Sekayam dan 5 desa di Kecamatan Entikong
yang berbatasan langsung. Di Kabupaten Sintang ada 9 desa di Kecamatan
Ketungau Hulu dan 13 desa di Kecamatan Ketungau Tengah yang juga berbatasan
langsung dengan Sarawak. Di Kabupaten Kapuas Hulu ada 5 desa di Kecamatan
Empanang, 8 desa di Kecamatan Putussibau, 6 desa di Kecamatan Badau, 7 desa
di Kecamatan Batang Lupar, 8 desa di Kecamatan Embaloh Hulu, dan 5 desa di
Kecamatan Puring Kencana yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Salah satu kawasan yang memiliki akses langsung dengan infrastruktur
jalan relatif bagus adalah Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang.
Kawasan ini berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak Malaysia. Di kawasan
ini terdapat radio komunitas yang aktif mengudara. Radio komunitas ini
dinamakan Barista. Nama ini merupakan akronim dari nama-nama kampung yang
ada di perbatasan, yaitu Babang, Risau, dan Take. Kampung-kampung ini
merepresentasikan bahasa daerah yang menjadi ucap utama para penyiar stasiun
Radio Barista.
Radio Barista di perbatasan Jagoi Babang-Sarawak, Malaysia berperan
sangat penting dalam mengudarakan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah. Dalam siarannya para penyiar menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah setempat. Siaran radio ini menjangkau sampai ke wilayah Serikin, Bau,
Sarawak, Malaysia. Oleh karena itu, tanpa disadari Radio Barista telah
mengampanyekan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dan melestarikan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
umur, ada yang tua dan muda. Acara-acaranya berusaha untuk menghibur,
mendidik, dan melestarikan budaya lokal. Menurut Nelly salah satu perempuan
penyiar Radio Barista, Saya mempunyai banyak pendengar dari kalangan remaja
dan orang-orang tua yang SMS. Mereka meminta lagu dan salam-salam. Dalam
siaran, saya biasa menyelipkan pendidikan nilai dan pergaulan sehat di kalangan
remaja, jelas Nelly yang juga guru honorer bahasa Inggris di salah satu SMP
Jagoi Babang.
Siaran tentang budaya lokal dan informasi seputar kampung juga menjadi
fokus para penyiar Barista. Misal Bang Jahe seorang penoreh getah yang menjadi
penyiar berbahasa Bakatik di Barista. Ia biasa menyiarkan legenda dan mitos
lokal. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ce Mpunk penyiar acara Kupoa Otto
yang kerap menyisipkan adat dan ritual kampung dalam ujarannya saat
mengudara.
Para penyiar ini bangga menjadi penyiar Radio Barista. Walaupun, mereka
tidak mendapat honor atau bayaran sebagai penyiar. Mereka merupakan pamong-
pamong budaya yang secara ikhlas dan sukarela mengabdi pada bangsa dan tanah
air demi mengampanyekan pemakaian bahasa Indonesia dan mempertahankan
budaya lokal.
Penutup
Radio komunitas di batas negara harus menjadi satu program pemerintah yang
harus dikembangkan dan dibina. Melalui radio komunitas secara tidak langsung
masyarakat diajak untuk berpartisipasi dan terlibat dalam mengampanyekan cinta
bahasa Indonesia. Selain itu, melalui radio komunitas pelestarian tradisi lokal
dapat dilakukan dan dikembangkan dengan sangat mudah oleh para penyiarnya.
Dalam hal ini, pemerintah dapat berperan memberikan insentif serta menitipkan
program bangga berbahasa Indonesia dan melestarikan tradisi lisan daerah.
Dengan demikian, radio komunitas di batas negara harus dibina dan
dikembangkan sebagai sebuah gerakan untuk mengglobalkan bahasa Indonesia
dan melestarikan bahasa daerah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendahuluan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dicetuskan dalam Konferensi Tingkat
Tinggi ASEAN ke-9 pada tahun 2003 di Bali. Hasil konferensi tersebut
menyepakati BALI Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai visi
ASEAN 2020, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Menyikapi
hal tersebut, Indonesia sebagai bagian dari ASEAN mau tak mau, suka tak suka
harus ikut serta dalam kespekatan tersebut. Sebab jika Indonesia tidak terlibat atau
sebentar saja menunda untuk bergambung dengan kesepakatan tersebut, maka
Indonesia akan tertinggal beberapa langka dari negar-negara yang lain sekawasan.
Terlibat dalam MEA tersebut, tentu saja Indonesia harus memperkuat beberapa
faktor pendukung yang dianggap memililiki peran penting dalam menguatkan
posisi Indonesia dalam MEA. Dalam hal ini pilar sosial-budaya yang termasuk di
dalamnya adalah bahasa. Bahasa dianggap salah satu faktor utama yang mampu
memposisikan Indonesia menjadi negara yang diperhitungan dalam kawasan ini.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multibahasa, multiagama dan
multietnis dengan menggunakan satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia telah merekatkan semua kalangan dan menerima semua
perbedaan kebahasaan dan kebudayaan daerah sebagai kekayaan kebudayaan
nasional. Jaminan negara terhadap bahasa seperti telah terjabarkan dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 32 Ayat (1) dan (2),
yang mendudukkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara. Dengan status demikian, nasionalisasi bahasa Indonesia semakin
kukuh sebagai lambang jatidiri bangsa.
Potensi yang besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah jumlah warga
negara dengan populasi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan tentu saja
jumlah bahasa daerah yang hidup dan berkembang di tengahnya juga menjadi
kekayaan tersendiri. Hal itu adalah potensi yang mengagumkan yang tentu saja
jika dimanfaatkan secara maksimal maka Indonesia akan benar-benar memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam berlangsungnya MEA nantinya.
Menyikapi kondisi kebahasaan yang terjadi di Indonesia, maka politik bahasa
sangat diperlukan agar mampu mengantisipasi perubahan yang disebabkan oleh
adanya MEA tersebut. Sugono (2008:1) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah
dalam bidang bahasa meliputi perencanaan bahasa di Indonesia yang mencakup
bahasa Indonesia, bahasa daerah dan penggunaan bahasa asing. Ketiga komponen
bahasa yang ada di Indonesia membutuhkan beberapa kebijakan yang meliputi
penelitian, pengembangan, pembinaan dan pelayanan di bidang kebahasaan dan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Seperti kita ketahui penggunaan bahasa daerah saat ini masih terus hadir
walaupun hanya antargenarasi saja. Fungsinya pun hanya pada fungsi-fungsi
praktis dan fungsi sosial saja. Namun, lambat laun fungsi-fungsi tersebut semakin
terkikis oleh dinamika dalam masyarakat yang terus menggerus penggunaan
bahasa daerah tersebut. Hal tersebut memunculkan gejala rapuhnya ketahanan
bahasa daerah tersebut, karena bahasa daerah yang tadinya banyak dituturkan
dalam peristiwa-peristiwa budaya telah tergantikan oleh media lain yang tentunya
menggunakan bahasa lain (Mbete, 2011.137). Generasi muda yang tadinya
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Seperti yang telah disampaikan pada bagian terdahulu yaitu jika dikaitkan dengan
bahasa Indonesia salah satu fungsi bahasa daerah adalah sebagai pendukung
bahasa nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa daerah memiliki fungsi
yang sangat strategis dalam politik bahasa Indonesia.
Saat ini beberapa negara di kawasan ASEAN sedang mendorong warga negaranya
untuk belajar bahasa Indonesia. Hal tersebut tentu saja bukan tanpa alasan.
Potensi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju sangatlah besar. Jika
dikaitkan dengan politik ekonomi, maka Indonesia adalah pangsa pasar yang
besar bagi negara-negara sekawasan yang menjadikan Indonesia sebagai mitra
ekonomi mereka.
Posisi bahasa asing selama ini menjadi keharusan bagi pelaku ekonomi
sebenarnya dapat digeser oleh bahasa Indonesia. Tentu saja hal tersebut tidaklah
mudah. Bahasa Indonesia haruslah memiliki kekayaan kosakata yang dapat
mewakili istilah-istilah yang selama ini masih asing. Kekayaan kosa kata tersebut
bersifat wajib jika Indonesia ingin memaksa negara-negara sekawasan
menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap kegiatan ekonomi yang melibatkan
banyak pihak.
Kekayaan bahasa Indonesia tentu saja memungkinkan untuk terus dikembangkan.
Bahasa daerah yang hidup dan berkembang di Indonesia dapat menjadi bagian
dari referensi. Oleh sebab itu dianggap perlu adanya pemekaran fungsi bahasa
daerah. Bahasa Indonesia tidak hanya sekadar menerima kekayaan dari bahasa
daerah, tetapi harus mulai diperhatikan penjaringan kosakata dari sumber bahasa
daerah yang secara potensial dapat dikembangkan sebagai kekayaan dalam bahasa
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Indonesia. Sehingga tidak ada kesan asal comot. Dengan demikian perkembangan
bahasa daerah untuk dapat memperkuat bahasa Indonesia yang mengarah pada
kondisi yang positif, yaitu menuju bahasa Indonesia yang modern.
Dengan demikian bahasa daerah memiliki peran yang jelas dan penting. Bahasa
daerah bukan hanya sebagai bahasa pada level lokal yaitu peristiwa-peristiwa
budaya dan kedaerahan, namun bahasa daerah mampu memberikan kontribusi
dalam memperkaya bahasa Indonesia diberbagai bidang. Kosakata dalam bahasa
Indonesia yang diperkaya oleh kosakata bahasa daerah juga mampu mewakili
modernisasi sehingga lambat laun akan menggantikan bahasa yang lebih dulu
telah dipergunakan dalam kawasan ASEAN.
4. Penutup
Penggunaan bahasa Indonesia di kawasan ASEAN masih minim pemanfaatannya.
Bahasa Indonesia dibeberapa negara dipelajari hanya untuk kebutuhan akademis
saja. Belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan yang bersifat ekonomi,
sosial, dan budaya. Dengan potensi negara Indonesia yang sangat besara, sudah
selayaknyalah bahasa Indonesia menajadi bahasa penenting di kawasan ini. Oleh
sebab itu, bahasa Indonesia haruslah memperkaya diri dengan kosakata yang
mampu mewakili istilah dalam banyak hal. Untuk itu, bahasa daerah adalah
pilihan terbaik untuk menggali kosakata yang diharapkan mampu mewakili
istilah-istilah penting, terkhusus istilah yang mampu membawa bahasa Indonesia
menjadi bahasa penting dan modern dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Bahasa Indonesia yang lebih modern tentu saja menjadi harapan
kita. Namun, kemodernan bahasa Indonesia bukan berarti melemahkan bahasa
daerah. Justru bahasa daerahlah yang diharapkan yang memberi kontribusi
terbesar dalam menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa MEA.
Daftar Bacaan
Mbete, Aron Meko. 2011. Pemekaran Fungsi Bahasa Daerah demi Ketahanan
Budaya Bangsa. dalam Risalah Kongres Bahasa VIII p.133149. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Mahsun, 2004. Metode dan Teknik Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Muhamad Nasir. 2015. Mendokumentasikan-Bahasa-Daerah-Merawat-Budaya-
Bangsa. dalam http://print.kompas.com/baca/2015/03/26. diakses tanggal
7 Agustus 2015.
Suryanyahu, Anthony. 2005. Sikap Bahasa dan Pilihan Bahasa Penutur Jati
Bahasa Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. Laporan Penelitian.
Palangka Raya:Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
1. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan, baik dari
sektor ekonomi, lingkungan, politik, maupun sosial budaya. apabila dilihat dari
sektor sosial budaya, pengembangan karya sastra lahir dari warisan budaya
bangsa. Salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan adalah cerita
rakyat. Dari cerita rakyat itulah dapat diketahui nilai budaya, seperti adat istiadat,
kepercayaan, dan sistem nilai yang berlaku pada masa lampau. Seperti diketahui
bahwa cerita rakyat itu terbagi atas dongeng, legenda, dan mithe. Cerita rakyat
yang digolongkan dalam jenis legenda sebagian berhubungan dengan asal-
usul nama suatu tempat yang pernah mempunyai cerita sejarah, seperti Gunung
Tangkuban Perahu (di Jawa Barat) atau nama seseorang yang pernah berjaya pada
masa itu, seperti nama Raja Mulawarman (di Kutai, Kalimantan Timur).
Dewasa ini,
keberadaan cerita rakyat Kutai, Kalimantan Timur tampak mengalami
kemerosotan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat dan
pemerintah terhadap keberadaan sastra Kutai, Kalimantan Timur. Di samping itu,
kemunduran pengarang sastra Kutai juga merupakan penyebab semakin
terpinggirnya karya sastra di wilayah ini. Keberadaan sastra Kutai ditentukan
oleh sejumlah elemen, yakni pengarang, penerbit, dan penikmat atau pembaca
sastra itu sendiri. Menurunnya pengarang karya sastra Kutai disebabkan oleh
menurunya kualitas dan penerbitan. Akibatnya, regenerasi pengarang tidak
berlangsung secara baik. Di samping itu, media bagi penerbitan karya pengarang
cerita rakyat di Kutai sangat minim yang menimbulkan rasa malas bagi pengarang
pemula untuk berkarya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk membangkitkan kembali karya sastra
Kutai penulis mengangkat sebuah naskah karya sastra berupa cerita rakyat Puteri
Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) dari Kerajaan Kutai, Kalimantan
Timur. Cerita rakyat Puteri Karang Melenu adalah kenyataan kehidupan sosial
yang menurut kepercayaan masyarakat Kabupaten Kutai pernah terjadi di
lingkungannya Kerajaan Kutai masa lampau, yakni pada masa kejayaan Kerajaan
Kutai Kartanegara abad 1300 Masehi dan hingga saat ini masih diyakini
keberadaannya. Puteri Karang Melenu merupakan sejarah masa lampau,
berbagai upacara adat tahunan dalam rangka memperingati hari jadinya
Kabupaten Kutai Kartanegara, berupa upacara adat Erau; upacara penguluran atau
memandikan naga sebagai simbol lahirnya Puteri Karang Melenu. Unsur budaya
inilah yang tetap aktual dan berfungsi dalam masyarakat Kutai hingga saat ini
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
sehingga tradisi budaya tersebut mengait dalam suatu fungsi, yakni kepercayaan
rakyat.
2. PEMBAHASAN
Kalimantan Timur, Bumi Etam memang kaya. Tidak hanya kaya hasil alamnya,
tetapi kaya karya budaya yang dapat diwarisi oleh generasi mudanya. Salah satu
warisan kekayaan budaya itu adalah cerita rakyat yang tersebar di berbagai
wilayah Kalimantan Timur. Salah satu cerita rakyat yang sangat populer di
Kalimantan Timur, khususnya Kutai adalah cerita Putri Karang Melenu yang
juga dikenal dengan cerita Lembuswana. Cerita Putri Karang Melenu atau
Lembuswana adalah ikon budaya Kalimantan Timur. Mengapa? Karena
diyakini terkait dengan latar historis pemerintahan Kerajaan Kutai tempo dulu.
Sampai-sampai wujud fisik Lembuswana itu tertampang di beberapa tempat,
baik di kantor pemerintah maupun di tempat umum.
Cerita Putri Karang Melenu ini sering dipahami memiliki kaitan dengan dinasti
Kerajaan Kutai. Masyarakat tradisional pendukung cerita rakyat memiliki sifat
kebersamaan yang lebih besar daripada sifat perseorangan. Cerita rakyat adalah
salah satu sumber budaya bangsa. Untuk mengumpulkan dan mencatat cerita
rakyat khususnya yang berbentuk sejarah kebudayaan daerah pada masa lampau
adalah suatu hal yang sangat berarti mengingat peranannya yang sangat penting
untuk membina kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya karena di
dalam cerita rakyat itu terdapat nilai-nilai sejarah dan sosial budaya yang selalu
menjadi pedoman hidup masyarakat Kutai.
Tema dalam cerita rakyat Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) adalah
cerita seorang tokoh wanita keturunan dari Dewa yang berasal dari Kayangan.
Cerita Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) ada kemiripan dengan
rakyat cerita Putri Junjung Buih dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan sehingga
masyarakat Kutai memberikan julukan Putri Karang Melenu dengan sebutan Putri
Junjung Buyah. Berikut ini sinopsis cerita rakyat Putri Karang Melenu.
pergi ke kebun. Tidak mengerjakan apapun juga. Mereka hanya berdoa memohon
perlindungan kepada Tuhan. Mereka berharap keadaan segera tenang kembali. Banyak
penduduk yang terpaksa menanggung lapar. Bahan makanan sudah habis. Hendak pergi
ke huma sangat ketakutan. Mencari kayu bakar pun tiada berani.
Persediaan makan keluarga Petinggi Dusun juga habis. Tinggal sedikit beras. Itupun
sudah bercampur debu. Karena terdorong rasa lapar, Babu Jaruma pergi ke dapur.
Maksud hati hendak menanak nasi. Tapi, tiada kayu bakar sepotong pun. Ia memanggil
suaminya untuk mencari kayu bakar. Tanpa berpikir panjang Petinggi Dusun mengambil
parangnya. Akan keluar rumah mencari kayu bakar, pastilah takut. Maka, dipotongnya
kayu kasau rumahnya. Dibelah dan dijadikan kayu bakar.
Untung tiada dapat dikira. Nasib kadang mengejutkan yang mengalaminya. Dalam satu
belahan kayu kasau itu, terdapat seekor ular kecil. Petinggi Dusun diam sejenak.
Dilihatnya anak ular itu. Tapi, aneh. Ular kecil itu mengangkat kepalanya. Memandang
Petinggi Dusun. Wajahnya tampak mengiba. Meminta belas kasihan. Petinggi Dusun itu
mengerti maksud si ular kecil. Diambilnya ular itu dengan penuh belas kasihan. Ular kecil
itu diperlakukannya dengan baik. Dipanggilnya Babu Jaruma. Ketika datang dan melihat
si ular, Babu Jaruma menaruh rasa iba yang sangat dalam. Ia meminta kepada suaminya
agar ular itu dipelihara. Lalu, diangkatnya ular itu. Ditaruhnya dalam kotak wadah
sirihnya. Diberinya makan dan minum.
Ular itu semakin besar. Tempat sirih tidak mampu menampung tubuh si ular. Petinggi
merasa iba. Khawatir si ular tiada merasa nyaman dalam istirahatnya. Maka, dibuatnya
tempat yang agak besar. Segeralah kandang dibuatnya. Petinggi meminta bantuan
beberapa orang untuk menyiapkan kandang itu. Dalam beberapa hari, si ular sudah
dipindahkan ke dalam kandang yang sangat besar. Petinggi merasa lega. Senang telah
dapat menyediakan rumah yang nyaman bagi ular yang dianggapnya sebagai anaknya itu.
Namun, setiap pagi terheran-heran. Setiap bangun tidur, Petinggi selalu ingin melihat si
ular. Babu Jaruma pun seperti itu. Ia ingin memperhatikan ularnya. Makanannya semakin
banyak. Yang aneh, tubuhnya tumbuh dengan sangat amat cepat. Hanya dalam hitungan
bulan berganti beberapa kali, kandang yang besar itu tidak mampu menampung tubuh si
ular. Sekarang ular itu telah berubah menjadi naga yang sangat besar. Petinggi mulai
merasa risau dan gelisah.
Malam itu Petinggi Hulu Dusun bermimpi. Dalam mimpinya dikatakan dengan suara
yang pelan dan sangat jelasnya. Ayah, dan juga ibuku. Aku sudah besar. Tubuhku sangat
besar. Aku tahu Petinggi dan Babu Jaruma merasa gelisah. Takut tidak bisa merawatku.
Penduduk juga takut kepadaku. Aku mohon kepadamu. Buatkanlah tangga agar aku dapat
turun dari kandang. Aku akan pergi. Suara itu diucapkan oleh seorang wanita yang
sangat cantik. Suara itu belum hilang. Ibuku, kebaikanmu kepadaku tidak sia-sia. Aku
berharap Tuhan membalasnya. Sebentar lagi aku tidak akan menggelisahkanmu.
Petinggi terbangun malam itu. Kemudian menceritakan prihal mimpinya semalam kepada
istrinya. Babu Jaruma tampak bersuka cita mendengar cerita sang suami tercinta.
Keduanya sepakat untuk segera membuat tangga. Dengan harapan si naga raksasa dapat
turun dengan mudah. Keduanya tidak tahu apa yang akan diperbuat oleh si naga raksasa
itu. Petinggi segera memanggil beberapa orang tetangga. Diambilnya kayu bambu dan
rotan sebagai pengikat. Dalam waktu yang tidak lama, tangga sudah jadi dengan
menggunakan kayu lampung. Anak tangga terbuat dari bambu. Untuk mengikatnya,
gunakan akar lembiding. Pasti aku dapat turun memakai tangga itu. Petinggi mendengar
suara itu adalah suara si naga. Belum sempat tertidur, ia mendengar suara gaib lagi,
seolah dalam mimpi. Nanti, aku akan menuju tepian. Sekejap saja aku akan
membenamkan diriku di air sungai besar itu. Maka, jangan sampai ketinggalan. Ajaklah
Babu Jaruma yang telah merawatku sejak kecil ke tepian. Lalu, perhatikan dan amatilah.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Ketika aku tenggelam nantiakan tampak buih yang banyak. Suruhlah Babu Jaruma
mengikuti ke mana arah buih itu pergi. Terima kasih atas kebaikannya. Tangga sudah
jadi. Maka, turunlah segera dan berjalanlah sesukamu. Aku dan istriku akan mengikutimu
ke mana kau pergi. Si naga mengangkat kepalanya. Matanya berkedip-kedip. Dengan
wajah ceria, si naga turun melewati tangga. Kali ini dapat turun dengan selamat. Ia terus
berjalan menuju tepian sungai. Tiada menoleh.
Setiba di tepi Mahakam, si naga menceburkan dirinya ke sungai. Ia berenang kian ke
mari. Ke hilir, dan ke hulu. Babu Jaruma dan Petinggi termangu di tepi sungai.
Kemudian, naik sampan ke tengah sungai. Aneh memang. Kala itu alam seakan berduka.
Langit tiba-tiba gelap gulita. Hujan turun dengan dahsyatnya. Angin bertiup kencang
tidak tentu arahnya. Semua orang panik. Mencekam dan menakutkan. Air Mahakam
berdebur kencang. Petinggi dan istrinya bergegas mengayuh sampan ke tepi. Dengan
susah dan payah, keduanya bisa mencapai tepi sungai.
Apa yang terjadi. Alam tiba-tiba terang. Angin berhembus lembut. Hujan tiba-tiba
berhenti. Dan langit tampat cerah. Bunga yang tumbuh di tepi sungai mekar seketika. Di
atas beberapa pohon burung berkicau bersahutan. Angin tampak damai dan bersahabat.
Saking terpesonanya, Petinggi dan Babu Jaruma tidak memperhatikan arah naga
berenang. Keduanya, termenung. Si naga yang disayanginya telah hilang ditelan derasnya
aliran Sungai Mahakam.
Keanehan terjadi lagi. Sungai Mahakam dipenuhi dengan buih. Air tidak tampak lagi.
Maka, Petinggi dan istrinya segera naik ke atas perahu. Dikayuhnya dengan sepenuh
tenaganya. Ia bergegas menuju anak sungai Mahakam. Sungai Sudiwo namanya. Ketika
sedang mengayuh perahunya, Petinggi dan istrinya mendengar tangis seorang bayi. Suara
tangis itu semakin jelas terdengar. Sungguh memilukan suara itu. Maka, Petinggi
mempercepat perahunya menuju ke arah munculnya suara tangis bayi itu. Dalam hatinya,
berdebar, Kejadian apa lagi ini. Ada suara tangis bayi yang baru lahir. Sedang seisi
sungai hanya ada buih bergumpal-gumpal. Istrinya hanya terdiam. Keduanya melihat ke
kiri dan ke kanan.
Tidak diduga, Petinggi dan istrinya melihat pelangi menghujam ke sebuah buih. Buih itu
tampak menggunduk seperti bukit buih di tengah lautan buih. Dilihatnya langit. Tampak
awan bergerak menuju ke atas gundukan buih di tengah sungai itu. Seolah sang awan
memayungi gundukan bukit buih. Dari tempat itulah suara tangis bayi tadi muncul.
Namun, perlahan mulai menghilang hingga tiada terdengar. Dipandangnya tepi sungai
dekat gundukan buih itu. Bunga liar tampak subur. Bunganya bermekaran, dengan bau
mewangi semerbak.
Babu Jaruma tidak lepas memandang gundukan buih. Sebentar kemudian, dia berbisik
kepada suaminya, Kanda, lihat! Gundukan buih itu. Suaminya memasang mata
mengamati gundukan buih dengan seksama. Istriku, jangan lengah, lihatlah terus. Dari
dalam buih muncullah sebuah kemala yang bercahaya. Indah berkilauan cahayanya.
Dengan sigap, Petinggi dan Babu Jaruma mengayuh perahunya. Keduanya mendekati
munculnya kumala itu. Setelah dekat tampak dengan jelas. Ternyata, seorang bayi mungil
terbaring di atas sebuah gong besar. Gong itu bercahaya keemasan.
Petinggi berbisik kepada istrinya, Lihat, ada bayi mungil di atas gong. Tenang dulu. Apa
yang akan terjadi? Istrinya mengangguk sambil tetap memandang bayi di atas gong
emas itu. Pelan-pelan. Perlahan-lahan, gong meninggi sedikit demi sedikit. Tampaklah
seekor naga raksasa menyangga gong besar tadi. Sekarang tampak jelas karena telah
berada di atas tumpukan buih. Petinggi tetap diam dan waspada. Aneh memang, naga itu
duduk kokoh di atas seekor sapi besar. Sapi keemasan warnanya. Kakinya bertaji dan
berbelalai. Ia bukan sapi biasa. Punggungnya memiliki sayap indah keemasan. Ia bertaji
seperti burung garuda. Bertaring laksana singa. Berekor laksana seekor naga raksasa.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Bahkan, seluruh tubuhnya berhiaskan sisik keemasan. Sungguh kokoh dan tegap rupanya.
Lembu atau sapi ajaib itu dikenal dengan nama lembuswana.
Petinggi semakin mendekat. Dalam hati Petinggi berkata, Apakah bayi itu untuk kita?.
Betapa bahagianya istrinya. Mungkin sekali bayi itu sebagai ganti naga yang telah
dipeliharanya sejak dulu. Babu Jaruma mengajak suaminya semakin mendekat ke arah
gong besar itu.
Sudah kehendak alam. Perlahan dan pelan, lembuswana membenamkan diri ke dalam
buih sungai. Setelah tiada tampak, sang naga pun tenggelam. Kesempatan itu sangat
mengkhawatirkan. Petinggi tidak mau kehilangan bayi mungil itu. Ketika gong dan bayi
itu terapung, disambarnya. Dimasukkannya ke dalam perahu. Dengan sekuat tenaga
perahu dikayuhnya menepi. Dalam perahu, keduanya tiada lepas memandang sang bayi.
Dilihatnya bayi ajaib itu memegang emas dan telur. Namun, telur itu pecah sebelum
perahu sampai ke tepian. Telur itu pecah dan muncul anak ayam betina.
Petinggi Dusun dan istrinya semakin mempercepat langkahnya. Ia ingin segera tiba di
rumah. Hatinya berbahagia karena mendapatkan seorang bayi perempuan yang mungil.
Bayi gaib di tengah sungai yang berbuih. Bayi itu sebagai ganti anaknya, si naga, yang
dulu pernah dibelainya. Setibanya di rumah, dimandikan bayi mungil itu. Diselimuti
dengan kain yang terbaik. Dibaringkan di atas lamin yang bagus. Satu demi satu tetangga
di kampung itu berdatangan. Mereka gembira melihat Petinggi Dusun telah mendapatkan
seorang bayi. Betapa gembirannya kedua suami istri ini mendapatkan seorang bayi
perempuan sangat cantik. Mereka membawa bayi itu pulang ke rumah dan memberikan
asi untuk disusui.
Setelah tiga hari rumah Petinggi sangat ramai. Hari itu akan dilakukan upacara putus tali
pusat. Juga pemberian nama. Banyak tetangga berdatangan. Banyak makanan. Ternak
banyak disembelih. Hiburan diadakan. Mereka bersuka ria. Pada pagi itu, Petinggi Dusun
menyampaikan sambutan kepada seluruh warga. Semua yang turut hadir di rumahku.
Ketahuilah! Beberapa hari yang lalu, istriku menerima suara gaib melalui mimpinya. Aku
dipesankan untuk menamai anakku ini. Maka, sekarang aku beri nama anakku Putri
Karang Melenu. Anakku juga dapat dipanggil Putri Junjung Buyah.
Semua yang datang gembira melihat Putri Karang Melenu yang elok parasnya.
Kehadirannya sangat ajaib. Sama seperti kehadiran anak yang sekarang diasuh oleh
Petinggi Jaitan Layar. Bedanya ia adalah anak laki-laki. Sementara itu, Petinggi Hulu
Dusun mendapatkan anak perempuan. Pesta tetap berlasung ramai. Hingga usai semua
orang pulang ke rumah masing-masing.
3. PENUTUP
Cerita rakyat Puteri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) lahir dari mitos
rakyat daerah Kabupaten Kutai. Cerita ini merupakan potret kehidupan
masyarakat pada zaman dahulu dan masa kini. Kepercayaan adat yang kental
masih berfungsi dan menghiasi kehidupan masyarakat Kutai. Banyak
peninggalan-peninggalan bersejarah yang telah berakar di Bumi Kutai. Saat ini,
warisan leluhur yang tidak pernah dilupakan oleh masyarakat Kutai dan berfungsi
sepanjang zaman adalah upacara Erau, yakni upacara tahunan untuk merayakan
hari kesucian dan kejayaan Kabupaten Kutai. Benda-benda kerajaan yang masih
melekat dengan keberadaan Puteri Karang Melenu berupa arca lembuswuana
tersimpan di museum Mularwarman Tenggarong, Kutai Kartanegara. Cerita
rakyat Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) bagi masyarakat Kutai dan
daerah lainnya bukan sekadar dinikmati dan dipertunjukkan saja. Akan tetapi,
cerita rakyat ini merupakan aset budaya lokal yang dimiliki oleh komunitas sub-
subetnik Melayu sebagai salah satu produk folklor yang mengandung nilai-nilai
kearifan lokal dan nilai-nilai spiritual yang perlu dilestarikan dan direvitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bascom,William R. 1965. The Forms of Folklore : Prose Narrative , Journal of
American Folklore, vol. 78. Pages 3-20 dalam Soedarsono. (ed). 1986.
Kesenian, Bahasa Folklor Jawa. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Dekdikbud.
Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesia. Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta : Grafiti Press.
Pudentia MPSS. 2008. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi
Lisan (ATL).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Negeriy Tanjung sai subur dialiriy wai sai irang. Wai ibarat uyat nadi
jemou Tanjung Jambi. Jemou tiyuh sai wadeh ngehormati jemou sai megu jak
luwah atau temoui, mak jarang amen kak meney tepik pok tiyan di anggep gegoh
sekelik. Ratu Tanjung Jambi rajo negeiy adalah Putra Dewou Sebiji. Begelar
Dewou Sebiji Nyatou dan sangon empu saktiy bijak bestari netep dan betapou
Arob Reban, pok rajou-rajou, anak-anak rajo, jemou-jemou sakti, jak segalo
negeriy berguru lemuw sakti.
Putra sai tohou rajou, umpu (eppuw) Dewou Sebiji Nyatou adalah anak
modou namou nou Radin Jambat anak modou gagah perkasou wawai budipekerti
dan kak gadu beguruw, mengewasoi tarekat sappai tingkat sewou, Radin Jambat
ngemek wou adik sai namou nou Puningkawan Juk Muli dan Puningkawan Mak
Waya. Wou adik Radin Jambat enou sangon sakti dan menguasai tarekat ke tujuw.
Alkisah wettuw debingei bulan purnamou dan di musem kemarau tiyan
tegou Radin Jambat, Puningkawan Mak Waya di sebelah kanan dan Puningkawan
Juk Muli di sebelah kiriy tiyan tegou betapou dingak bukit sai gecak di sebelah
barat negeriy Tanjung Jambi. Sappai pituw bingiy pituw hari meguwlah eppuw
tuyut. Ngenah Puningkawan Juk Muli miwang betanyou Diwou Sebiji Nyatou.
eppuwkuw ulah nyou niku miwang, dang kak mudah lunik hati, mak wawai
rangga amen ragah miwang.
Ngedengiy barou empuw nou Puningkawan Juk Muli miwang pun begadu.
ikam tegou betapou ulah agou kiluy petunjuk, sebab selamou pituw bulan kiyai
Radin Jambat ngipiy tembuk muliy sikep jak kayangan, Radin Jambat agou
ngelamar muliy impiannou. Dewou Sebija Nyatou Nyengeh dan Ngomong
besabar amen agou ngelakuken pekerken wawai-wawai dang sappai naan jadiy
seselan. Ikam kak bepiil agou ngonot jodoh muliy nipiy untuk kiya, tembal
Puningkawan Juk Muliy. Radin Jambat jak jenou meneng dan nutuk cawou jamou
eppuw Ijinken nyak (Radin Jambat) nyeretou eppuw, nyak agou kiluy petunjuk
nyak ngemek muliy namou nou Putri Junjungan Atas, bidadari jak sergou buwok
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
ikel mengkilat. You kak ngemek tunangan walu belas rajo dan pengiran jak
negeriy seberang lautan .
Kak gadu ngedengiy ceretou, Dewou Sebiji Nyatou ngejawab dengiyken
eppuwku, dang akuk muliy enou celakou muliy enou sombong mak pantes
ngedampingey muw. Mesou jawaban enou Radin Jambat mak ngenahken lunik
atey dan ngelanjut ceretou nou emppuw ngemek kopok muliy lunik reping dan
wadeh, keturunan Batanghari Sembilan ngemek ideng di bengem kanan dan
cocok kedey eppuw? di tembal Dewou Sebiji Nyatou Dang akuk muliy enou
muliy sai mak dapok ngerawat direy, celakou ngebiy jamou muliy mak dapok
mesou keturunan.
Radin Jambat ngelanjut lagi Ngemek kopok eppuw, muliy sikep sai sakti,
meliharou putik garuda balak, siapou sai adok nuwou nou dapok ngegasou
terlindungei aman. Ditembal kopok jamou Dewou Sebiji Nyatou Dang akuk
muliy enou sebai enou celakou, sebai ngemek otot balak mak cocok tepik di tiyuh,
you cocok tepik di talang. Muliy gegoh enou amen mohou setemennou ateinou
nyepen amarah.
Ngoloh Radin Jambat nyeretouken muliy kebuguhannou ngemek sai muliy
sai tembuk delem ngipiykuw, sikep gegoh bidadari. Radin Jambat! Dang akuk
muliy enou ulah muliy celakou cerakah dan keker. Tembal Dewou Sebiji
Nyatou. Ngemek kopok muliy mak sikep, Putri Melayu anak rajou Angtasan,
eppuw Putra Guru, ulun settei di Melayu. Ditembal kopok jamou Dewou Sebiji
Nyatou Dang akuk muliy enou ulah buwoknou ibah tabiat ngelawan ragah
(suami).
Mak putus asou dan marah Radin Jambat ngomong ngemek kopok muliy
ngemek makkou dan rajin bekerjou lokwak gelek ceretou eppuw motong kalimat
Radin Jambat Dang akuk muliy enou ulah muliy enou ayen muliy penurut you
buguh ngisung ulun layen. Ahernou Radin Jambat meneng ngebatem-batem mak
lagey ngusulken. Lem natei nou eppuw kuw jou mak temen-temen nulung you.
Ngenah Radin Jambat membisu ngomonglah eppuw. Dang sedeh
eppuwkuw jemoh dawah bou pegahu metei tegou luwah jak Tanjung Jambi tutuk
arus wai adok muarou, adok ke barat temboi muaro wai dah terus keulu, temboi
muliy. Di nuwou muliy enou ngemek mahligai balak, pok muliy enou di Kota
Besi. Kota indah sai nayah batang pinang sederet tembuh di pengger wai. Muliy
enou namounou Puteri betik Hati kayo rayou dan pemurah atei. Radin Jambat
mak nembal dan meiyaken. Muliy enou muliy celakou kediy ram lokwak
tembuk??? Dang kuatir eppuwkuw muliy enou muliy sai pantes untuk meu, you
ngemek tuah, tuahnou gegoh tuahkuw.
Tembal Dewou Sebiji Nyatou. Seneng ateiy Radin Jambat ulah muliy sai
di cawouken eppuwnou gegoh muliy sai wat di nipiynou. Tiyan nyiapken pekakas
sai agou dibou; si celanou dijuk namo celanou sulang sepan dan kawai dijuk
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Jemoh selokkwak lappah, tiyan tegou adok kermat poyang sai wat parok
pok nuwou, tiyan bedoa jamou Tuhan Yang Maha Esa di elem atei ngebacou
surat AL-Ihklas. Puningkawan Juk Muli kak gadu Tarikat Sayidina Ali, selamou
enem hariy pituw bingiy. Pelapah ejou meney dan jawoh wattuw sai meney dan
liwat lawet lepas kuruk kopok kemuarou batang arei. Sesuai ngipiy arahan Radin
Jambat dan petunjuk Dewou Sebiji Nyata. Pegahuw lunik enou kuruk kemuarou
batang arey dan Puningkawan Mak Waya ngiyawken Kiyai gegoh nou ngemek
tiyuh di depan deniy.
Waway nou ram belabuh. Tegoh ditiyuh pengger wai sai wawai bebaris
batang pinang jamou kelapou ngemek moneh garduw sai dijagou nayah pengawal.
Kepeguan pegahuw ikam dinah jamou Puteri Betik Hati lajuw dikisung sai
namounou Lambang ulah agou nyematok empunya pegahuw sai appai belabuh,
sai kak gadu ngebou (pekakas mengan nyirih) dikisung Puteri Betik Hati sai
ngebou namounou Lambang.
Sai sangon adat istiadat jak hou amen tuan rumah menyambut temoy, mak
lopou ngebou pekakas pakai nyirih. Tanggoh ejou dijuk jamou temoy, nyereh
adalah betandou sai kedau nuwou neremou temoy sai terbuka. Kak tegoh tiyan di
tengah jemou ramik Lambang cawou jamou rombongan Radin Jambat amen
metiy agou puteri kiluy metey senggah di nuwounou. Puningkawan Juk Muli
ngucapken teremoukaseh dan cawou ikam nyapenken pekakas ikam pai.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
jamou junjungan ikam Radin Jambat. Radin Sinang tekanjat, Radin Jambat
Hangkirat, Hangkirat kak dapok tecapai puncak muak menang amen ngelawan,
sewawai nou mendur gawoh.
Segalou tiyan menetepken janjiy perang selamou tegou bulan di Lawok
Tungku Telu. Radin Jambat hening ngenah langek mekerken agou perang. Radin
Jambat nyuak adeknou Puningkawan Ma Waya adok jou, perjalanan ram jou
lowak beraher tunang-tunang puteri ayen jemou biasou tiyan jemou saktey ram
malang mak dapok ditulak tung mak dapok di akuk ejou lah nasib ram.
Radin Jambat ngisung adeknou adek metey wou lapah adok Arob
Reban, ceretouken jamou emppuw tuyut Dewou Sebiji Nyatou segalou sai ram
alami ram naan tembuk di nuwou di Tanjung Jambi. Hariy begattiy hari bulan
begetei bulan sappai tegoh wettew, janjey perangdi LawokTungku Telu. Ditengah
hariy Radin Jambat, Puningkawan Juk Muli dan Puningkawan Mak Waya tegoh
di ney Sindang Bulawan Bumi megou kak debiy mak meney jak san Radin Sinang
meguw jamou bala tentaranou. Terjadiylah petepuran sai ngeguwai bumiy kecang,
cahayou matouhariy manem, puser angen kuat ulah tiyan lagou.
Kemenangan bepihak di Radin Jambat, Puningkawan Juk Muli dan
Puningkawan Mak Waya. Kak gadu perang Radin Jambat tiyan besedarou
ngepekken lawet tungku telu moloh kopok nembuk Puteri betik hati di nuwou
gecak. Sang puteri menjak jak pedem. Puningkwan Juk muli nyepaiken agou tiyan
agou ngelamar sang puteri. Puteri Betik Hati dan endai Puteri Betik Hati neremou
lamaran Radin Jambat. Segalou jemou tiyuh pemuka delem upacara agung
pelepasan Radin Jambat dan Puteri betik Hati agou adok Tanjung Jambi, pok
tiyan nikah. Nayah cobaan sai dihadepi rombongan Radin Jambat amun segalou
cobaan dan rintangan pelapahan ngebuahken hasel selamat seppai tujuan.
Radin Jambat ngelanjutkken pelapahan tiyan. Di negereiy Tanjung Jambi,
Ratu Tanjung Jambi besamou wargou nyambut Radin Jambat dan sang calon anak
metuw riyak riyuh penuh segalou sokou. Pesta balak kak gadu siap dirayouken,
Ratu Tebat Kuning pihak sabai meguw pituw pegahuw ngebou sesan. Rakyat
negerei kepul, muliy menganai ngebou sesan jak sabai bepecak silat, nigel dan
nariy. Muliy menganay seneng atey hormat dan bangga. Kak perou bulan
dilewatiy di tengah debingey Puteri Betik Hati miyah jak ngipiy, delem ngipiy
nou you ngenah matouhariy dan bulan gugur kuruk wou punguw nou.
Puteri Betik Hati lasah laseh dan betanyou jamou alim ulama. mahap
eppuw di debingey malem jumaat berbiy nyak ngipiy, bulandan matouhariy torun
kuruk delem wou punguw kuw nyou petandou enou eppuwkuw. Sang eppuw
nembal Puteri Betik Hati, dang di ceretouken ejou jamou ulunulah ngipiy enou
ngejuk pandai nikuw agou ngemek sanak upiy kembar.
Amen Laher juk geluw namou sai tohuw Radin Kumala Hiri sai nomor
duwou Radin Munala Bulan. Tanggal epak belas liwat nengah bingey laherlah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
wou sanak upiy ragah segalou. Wou anak peter sikep soleh taat sembahyang dan
hormat jamo ulun toho. Kak meney wakttew bejalan wou sanak kembar kak
tambah balak sai tohou Radin Kumala Hiri netep pok tiyuh enday nou di Kota
Besey nembuk nyaik ulah ngenah pusakou warisan ayah nou Tanjung Landan
sai dipakai ayah nou ngetakken salah. RadinMunala Bulan nerusken
kepemimpinan ayahnou di Tanjung Jambi.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Negri Tanjung Jambi yang subur dialiri sungai yang jernih. Sungai ibarat urat nadi
penduduk Tanjung Jambi. Sungai ini membelah negri mengalir dari hulu di lereng
Gunung dan zermuara ke lautan. Penduduk kampung ramah dan amat
menghormati para pendatang, pendatang adalah tamu, bila menetap menjadi
saudara. Ratu Tanjung Jambi raja negri ini adalah putra Diwa Sebiji. Bergelar
Diwa Sebiji Nyata adalah seorang empu sakti bijak bestari menetap di Pertapaan
Arob Reban, tempat raja-raja, putra-putra raja dan pendekar-pendekar dari
berbagai negri berguru Ilmu kesaktian, Tarekat dan Kenegaraan.
Putra tertua Raja, umpu (cucu) Diwa Sebiji Nyata seorang pemuda
bernama Radin Jambat, Sosoknya gagah tampan berwibawa namun bijak, seorang
pemuda yang telah menuntaskan perguruannya, menguasai tarekat hingga tingkat
sembilan, seorang maestro sufi namun layaknya seorang pemuda yang masih
tertarik berpetualang.
Radin Jambat Hangkirat diwa jak padang mak asa, seorang yang telah
mencapai puncak pemahamannya tak lagi dapat digambarkan dengan kata.
Adiknya Puningkawan Juk Muli yang tampan gemar bersolek seperti gadis dan
Puningkawan Mak Waya penampilannya tampak lemah kurang semangat namun
sakti, mereka berdua menguasai tarikat tingkat ketujuh. Pada tingkat ini kesaktian
tak lagi membaca mantra, ketika ia berkehendak maka terjadilah.
Tiga manusia sakti ini senantiasa memuja Tuhan, memohon dan
menyerahkan hidupnya pada Yang Maha Esa, bertanya perihal dunia pada bakas
kakeknya Diwa Sebiji Nyata. Alkisah Di suatu malam ketika bulan purnama
bersinar terang di musim kemarau yang panas tiga bersaudara, Radin Jambat sang
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
pemimpin, Puningkawan Mak Waya di sebelah kanan dan Puningkawan Juk Muli
di sebelah kiri. Mereka bertiga bersemedi di puncak bukit tertinggi di sisi barat
negri Tanjung Jambi.
Setelah tujuh hari tujuh malam bersemedi, pada siang hari yang amat terik
datanglah sang kakek. Melihat Puningkawan Juk Muli menangis bertanya Diwa
Sebiji Nyata. umpuku kenapa kau menangis, janganlah mudah berkecil hati, tak
pantas seorang lelaki menangis. Mendengar suara kakeknya Puningkawan Juk
Muli menghentikan isaknya berkipas seakan kepanasan lalu menjawab kami
bertiga bersemedi untuk minta petunjuk, sebab selama tujuh bulan ini kakanda
Radin Jambat selalu bermimpi bertemu gadis cantik dari kahyangan, Radin
Jambat ingin meminang gadis impiannya.
Tersenyum bijak Diwa Sebiji Nyata berkata bersabarlah jika
berkehendak, pikirkan baik-baik jangan nanti menjadi sesalan. Tekad kami
sudah bulat kek, ijinkan kami mencari jodoh gadis impian untuk kakanda, jawab
Puning kawan Juk Muli. Radin Jambat yang sedari tadi hanya diam ikut berkata
pada bakasnya Ijinkan saya bercerita Bakas, saya ingin minta petunjuk Bakas,
terjadilah dialog antara kakek dan cucu Saya punya gadis pujaan, Puteri
Junjungan Atas namanya, seorang ratu, bidadari dari surga berambut ikal
mengkilat. Namun ia telah memiliki tunangan sebanyak delapan belas raja dan
pangeran dari negeri seberang lautan.
Mendengar ini setelah merenung sejenak, Diwa Sebiji Nyata menjawab
dengarkan endapatku, jangan ambil gadis itu sebab celaka, gadis itu sombong
tak pantas untukmu . Mendapat jawaban ini Radin Jambat tidak menampakkan
kecewa dan melanjutkan ucapannya Bakas, ada lagi gadis kecil ramping dan
ramah, tubuhnya gemulai nan lincah, keturunan Batanghari Sembilan ada tahi
lalat di pipi kanan dan kiri cocokkah ini untuk ku kakek ? Dijawab Diwa Sebiji
Nyata Jangan ambil gadis itu, gadis yang tidak bisa merawat diri, celaka menikah
dengannya bakal tidak dapat keturunan. Radin Jambat melanjutkan lagi Adalagi
Bakas, gadis cantik yang sakti, memelihara burung garuda besar, siapa yang
berkunjung ke rumahnya akan merasa betah dan nyaman terlindungi.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Dijawab lagi oleh Diwa Sebiji Nyata jangan ambil gadis itu,
perempuan itu celaka, perempuan berotot besar tidak cocok tinggal di kampung,
ia hanya cocok tinggal di ladang. Gadis seperti ini ketika nampak tertawa
sesungguhnya hatinya menyimpan amarah. Kembali Radin Jambat menceritakan
gadis pujaannya yang lain, ada satu gadis lagi yang muncul dalam mimpiku,
cantik bak bidadari. Radin Jambat ! Jangan ambil gadis itu sebab gadis celaka
kikir dan serakah jawab Diwa Sebiji Nyata. Ada lagi seorang gadis, tidak terlalu
cantik, putri melayu anak raja Angtasan, cucu Putera Guru, orang sakti di
Melayu . Dijawab lagi oleh Diwa Sebiji Nyata Jangan ambil gadis itu sebab
rambutnya pendek dan sifatnya melawan suami.
Tanpa putus asa dan amarah kembali Radin Jambat berkata, ada lagi
gadis cukup berada dan rajin bekerja. Namun belum apa-apa sang kakek
langsung memotong ucapan Radin Jambat Jangan diambil gadis ini sebab gadis
itu bukan gadis penurut ia gemar memerintahkan orang lain. Akhirnya Radin
Jambat diam membisu tidak lagi mengusulkan siapa-siapa hatinya berkata
kakeknyanya ini tidak sungguh-sungguh ingin membantunya. Melihat Radin
Jambat membisu berkatalah sang kakek. Jangan bersedih umpuku besok siang
berperahulah kalian bertiga keluar dari Tanjung Jambi ikuti arus sungai menuju
muara, berlayarlah ke Barat temui muara sungai dan teruslah kehulu, temuilah
seorang gadis.
Di rumah gadis itu ada mahligai besar, tempat gadis itu di Kota
Besi. Kota indah yang banyak pohon pinang berjajar tumbuh di tepi sungai. Gadis
itu bernama Puteri Betik Hati kaya raya namun pemurah. Radin Jambat tidak
langsung mengiyakan apa kata kakeknya namun bertanya. Apa gadis itu bukan
gadis celaka sebab kita belum pernah bertemu..??? Jangan khawatir umpuku
gadis ini gadis yang pantas untuk mu, ia bertuah, tuahnya seperti tuahku, kau akan
kuat bersamanya.
Jawab Diwa Sebiji Nyata. Betapa senangnya hati Radin Jambat sebab
gadis yang disebut kakeknya ini sesungguhya sama seperti gadis yang ada dalam
mimpinya. Segera mereka menyiapkan perlengkapan antara lain, satu celana
diberi nama celana Sulang Sepan dan baju yang diberi nama Baju Hitam
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Kancing Enam, baju yang tahan senjata tajam. Juga dikeluarkan sebuah sarung
yang diberi nama Tanjung Ungu Sutera, selop Buluderu Paku Mas, kopiah yang
diberi nama Bintang Sutera Biru. Selain perlengkapan pakaian tak lupa juga
berbagai senjata mustika jika nanti ada pertempuran, Sebuah keris sakti yang
dikenal dengan nama Keris Cenderik Lunik.
Keris sakti yang berasal dari lidah setan, konon jika di pancangkan ke
langit maka akan bertaburan bintang di awan. Sarung keris itu sendiri diberi nama
Sarung Parasman, terdapat rajah di atasnya. Disiapkan juga sebuah badik yang di
kenal dengan nama Badik Tempa Bengkulu, berasal dari kahyangan badik sakti
ini dapat manghacurkan batu keras dan sebesar kerbau dengan sekali hunjam. Ada
juga sebuah pedang sakti bergelar Pedang Cundung Kebawok, menurut kisah
begitu saktinya pedang ini sekali tebas empat pohon kelapa putus sekaligus. Di
dalam pedang ini terdapat kekuatan enam ekor badak dan dua ekor gajah besar.
Jika ditusukkan ke dalam lautan maka ikan yang berada sejarak beberapa hasta
akan mati mengapung. Puningkawan Mak Maya juga menyiapkan tongkat Radin
Jambat yang bergelar Semambu Ulung Betung.
Konon orang yang sakit pinggang jika disentuh tongkok itu penyakitnya
akan sirna. Perahupun di siapkan, sebuah perahu sakti yang bukan terbuat dari
kayu tetapi dari sebuah intan yang dimanterai, tak lupa dayung, kemudi dan
timba. Setelah tt melanjutkan dengan Tarikat Sayidina Ali, telah dilakukannya
tarikat ini selama enam hari tujuh malam. Perjalan ini akan sangat jauh, waktu
yang lama dan medan amat berat. Pertama-tama mereka mengikuti arus sungai ke
hilir hingga ke muara, setelah menempuh lautan lepas kembali masuk muara
sungai. Lalu menyusuri sungai sesuai arahan mimpi Radin Jambat dan petunjuk
Diwa Sebiji Nyata. Di tengah lautan ombak sangat ganas, berbulanbulan di
lautan, perahu kecil itu kadang dihempas ke atas karang, kemudi patah tiga.
Disaat yang mencekam tiba-tiba ombak raksasa datang bergulung-gulung
siap menelan perahu dan penumpangnya. Melihat ini Radin Jambat menghibaskan
kedua tangannya ke arah belakang, pedang Cundung Kubawok digunakan, hawa
sakti keluar dan terciptalah angin kencang yang mendorong perahu itu melaju
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
kemuka membelah ombak raksasa. Perahu kecil itu lalu masuk kemuara sungai
terus ke hulu dan suatu ketika Puningkawan Mak Waya berseru kakanda
tampaknya ada perkampungan di depan sana sebaiknya kita berlabuh.
Merapatlah mereka ke perkampungan tepian sungai yang indah berbaris
pohon pinang dan kelapa dengan daun melambai menari-nari ditiup angin.
Terdapat banyak gardu yang dijaga para pengawal satu persatu. Kedatangan
perahu ini terlihat oleh Puteri Betik Hati lalu diperintahkannya salah satu abdi
bernama Lambang untuk menyapa sang empunya perahu yang baru berlabuh,
bawakanlah pesanan (perlengkapan untuk makan sirih/nginang) perintah sang
putri pada Lambang. Salah satu adat istiadat jaman dahulu jika tuan rumah
menyambut tamu, tak lupa membawa perlengkapan untuk nyirih. pesanan ini
diberikan kepada sang tamu, nyirih adalah lambang bahwa tuan rumah menerima
sang tamu dengan terbuka. Setelah tiba dihadapan orang asing itu berkatalah
Lambang pada rombongan Radin Jambat jika kalian sudi tuan puteri meminta
kalian singgah ke rumahnya.
Puningkawan Juk Muli mengucapkan terima kasih dan mengatakan
bahwa mereka akan berkemas terlebih dahulu. Menduga tamunya datang dari
tanah Jawa, dengan berlari Lamang melaporkan kepada putri bahwa telah datang
tiga bersaudara dari tanah Jawa. Tak lama diutuslah Puningkawan Juk Muli naik
ke rumah puteri. Tiba di sana hatinya terkesiap betapa cantiknya negeri ini,
berjajar pohon pinang kelapa, dengan gardu dan pelatarannya, belum pernah ia
menginjak pulau secantik ini.
Para mudamudinya giat bekerja di ladang dan kebun, bertani dan mencari
ikan. Setelah puas memandang kembalilah Puningkawan Juk Muli menghadap
Radin Jambat dan berkata kanda sungguh ini negeri yang amat cantik seperti
dalam mimpi kanda,
Puteri Betik Hati amat ramah beliau menunggu kanda di bawah rumah
panggung. Mendengar ucapan adiknya Radin Jambat segera berkemas
mengenakan pakaian kebesaran dan perlengkapan senjata di pinggang.
Puningkawan Juk Muli lalu berkata pada Puningkawan Mak Waya Siapkan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
persembahan kita, intan dan emas serta semua perlengkapan untuk melamar sebab
kedatangan kita sudah tepat pada tujuan.
Radin Jambat melangkah gagah semua mata penduduk setempat yang
berkumpul terkesima, berkata dalam hati Lailahhaillallah sungguh gagah dan
tampan lelaki ini. Wajah bersih berwibawa, langkah tegap selempang senjata, tak
bosan mata memandang. Kedua pengawal Radin Jambat menyerahkan barang
persembahan. Puteri Betik Hati terkesima dan menerima persembahan tersebut.
Abdi Puteri Betik Hati menerima dengan tersenyum sementara para ibu-
ibu dan gadis-gadis lainnya terheran-heran sebab baru kali ini orang melamar
dengan membawa persembahan sam-sam (ikan sungai yang diasinkan dalam
wadah guci) namun betapa terkejutnya mereka ketika wadah sam-sam itu dibuka
ternyata isinya penuh dengan intan permata.
Beberapa ibu-ibu yang semula menghina mundur tak dapat berucap,
bahkan kejadian
ini terbawa mimpi dalam tidur di malam harinya. Ketika hadirin semua duduk,
tiba-tiba datang seorang berwajah seram menakutkan, Sidang Bulawan Bumi,
tanpa basa-basi melangkah ke tengah lingkaran dengan marah serta congkak ia
berkata Kalian tak kenal aku apa maksud kalian kemari, kalian ini masih anak-
anak, Aku tunangan puteri, jika kalian tak sanggup mati segera enyah dari tempat
ini mendengar itu dengan tenang Puningkawan Juk Muli berkata Astaga
alangkah tak baiknya kelakuanmu paman, sebaiknya duduk dahulu kita bicara
baik-baik, tidakkah kau malu di kelilingi para gadis, tidak ada gunanya gagah-
gagahan, kita ini sesama mahluk Tuhan.
Sidang Bulawan Bumi makin marah ucapanya tak ditanggapi dan berkata
kembali lebih keras jangan banyak bicara, nanti ku bunuh kau, tak ada Tuhan,
tak ada tempatku menyembah. Selesai ucapan Sidang Bulawan Bumi, dijawablah
oleh Puningkawan Mak Waya kami datang bukan untuk berperang tapi mencari
sahabat, jika kamu menantang perang kami tidak akan mundur sejengkalpun.
Sementara itu di bawah rumah ternyata telah menunggu Radin Si Umang-
Umang salah seorang yang ingin meminang Puteri Betik Hati. Lelaki jagoan dan
sangar ini lekas naik tangga masuk kerumah dengan bertolak pinggang berucap
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Dari mana kalian bajingan, baru ini kulihat, usir mereka ini Lambang atau kubuat
hujan darah.
Puningkawan Juk Muli berkelit lidah sambil tertawa tuan alangkah ganas,
baru sampai langsung marah, kau belum bertemu yang benar-benar tuntas, kalau
sekedar ilmu jangan menjadi kebanggaan, apalagi sedang berguru belumlah dapat
dipergunakan. Tiba-tiba terdengar suara genderang perang dan bunyi halilintar,
muncul dikejauhan lelaki gagah berjuluk Radin Sinang. Ia berjalan bersama
iringan panjang sebanyak enam ribu dua puluh tujuh prajurit lengkap dengan
senjata perang. Dari mana asal kalian hingga sok jagoan di negeri ini, apa tujuan
kalian datang kemari ? teriak Radin Sinang. Dijawab Puningkawan Juk Muli
kami datang dengan sengaja, junjungan kami ini Radin Jambat.
Radin Sinang terkejut tak ketulungan, Radin Jambat Hangkirat, Hangkirat
yang telah mencapai puncak takkan menang dilawan, sebaiknya mundur saja tapi
untuk menutupi malu ia langsung menggertak lawan dengan menyebutkan silsilah
keturunannya. Pada zaman dahulu ketika orang hendak berkelahi mereka terlebih
dahulu menyebutkan silsilah keluarganya untuk menakuti lawan dan menghindari
pertempuran jika seandainya musuh masih ada pertalian darah. kalian sengaja
datang ingin menantang, Radin Jambat Hangkirat pertimbangkan baik-baik karena
aku kasihan, maka aku perintahkan kau mundur senyampang ada kesempatan,
kalau kalian belum tahu inilah nama dan julukanku, Radin Sinang Kajang Selipat
gemegor anggot pati, telah kukelilingi jagad, seluruh dunia telah kujelajahi,
mencari lawan tanding setingkat yang tak lagi menginjak bumi, kini barulah
bertemu alamat tepat, Radin Jambat Hangkirat anak Sang Ratu Jambi Mendengar
ini bangunlah Puningkawan Mak Waya dengan marah dan suara menggelegar ia
berkata disaksikan khalayak ramai. Jangan berbohong kau Radin Sinang..! gelar
itu milikku, gelar yang kau sebutkan itu gelarku!. Mendengar ini betapa
malunya Radin Sinang. Sementara sejak kedatangan Radin Sinang, Sidang
Bulawan Bumi menyingkir diam-diam, ia jerih melihat Radin Sinang. Tapi Radin
Sinang pantang malu dia lantang menantang. Telah bertemu pantang mundur, tak
jaya bila tak bertempur Mereka menetapkan janji berperang tiga bulan kemudian
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
di Lawok Tungku Telu (Laut Tiga Perapian) yang ditengahnya ada pancang
(tiang) dasarnya dijaga naga, untuk menentukan siapakah yang akan jaya. Perang
telah ditetapkan, semua undur diri dalam emosi yang berkecamuk. Radin Jambat
termenung memandang kelangit biru.
Dirinya, Sidang Bulawan Bumi, Radin si Umang-umang dan Radin
Sinang, pada hari dan waktu yang sama datang ke negri ini meminang Putri Betik
Hati.. berkembang hinga janji perang di Laut Tiga Perapian tiga bulan
mendatang... Takdir, nahas, kebetulan atau sengaja.
janji kalau kau lelah menunggu selama ini tidak perlu menunggu hari esok kita
berperang sekarang juga teriaknya.
Mereka segera adu ilmu kesaktian. Radin Sinang meluncurkan jurus
pertamanya, melihat gelagat ini bangunlah Puning Kawan Juk Muli, tubuhnya
berputar ke atas menuju cahaya matahari, bumi bergoyang, alam dunia geger,
cahaya matahari redup tertutup pusaran angin yang keluar akibat putaran
tubuhnya, puncaknya dunia gelap gulita. Radin Sinang mengibaskan kerisnya,
selarik sinar merah keluar dari keris sakti memusnahkan ajian Puningkawan Juk
Muli.. Padang mak asa dimensi ruang tak terkira, mahluk penghuninya jadi bala
tentara.
Puningkawan Juk Muli terhentak berdiri, menyadari serangannya
dipatahkan lawan, lalu secepat kilat tangannya memukul gong kecil yang
dikeluarkan dari dalam sakunya. Sungguh dahsyat gong kecil itu, mengeluarkan
suara lingking malaikat bak raungan seribu singa, memecahkan gendang telinga,
dada manusia tergetar yang tak kuat muntah darah dan mati, bala tentara radin
sinang porak poranda.
Radin Sinang mundur menyimpan kembali kerisnya dan cepat mengangkat
sebuah bedil, sangkur di ujungnya sepanjang enam jengkal. Bedil ini amat sakti,
konon jika ditembakkan ke sungai mampu mengeringkan sungai enam bulan
lamanya, ditembakkan kelaut akan nyomor (menciptakan pusaran air) enam bulan
lamanya, percikan pelurunya mampu menghancurkan dunia sekitar.
Sidang Bulawan Bumi terjun ke pertempuran, ia melompat terbang diikuti
bala-bala yang keluar dari bumi bagaikan awan ngengat seluas tiga ratus meter
persegi, Puningkawan Mak Waya menyambutnya dengan jurus macan terbang.
Jurus sakti yang dapat mengurung musuhnya dalam gulungan maut, dahsyatnya
jurus ini maka lawan tak dapat berkutik, melompat ke kiri lawan dapat mati,
melompat ke kanan badan terbelah, melompat ke atas pukulan menghunjam,
darah dijantung akan mengering walau badan tak cacat.
Radin Kepitan Cina, Seorang satria dari negeri campa hadir disana, ia
menyerap berita adanya perang tanding adu digdaya, setelah mendaratkan perahu
pasukannya ia menyerbu masuk dalam pertempuran. Segera membuka jurus
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
macan campa, duduk bersila angin diatasnya bergerak dahsyat, dilapis ketiga
tampak samar bayangan harimau menggantung, matanya memancarkan racun
bagai kesih (bulu halus) bambu wulung yang memercikkan cahaya menyerbu
lurus ke arah Puningkawan mak Waya.
Celaka! Ilmunya belum apa-apa, hanya dengan mendorong lurus
telapak tangannya Puningkawan Mak Waya menyerap ribuan kesih beracun itu
dan mengembalikan pada tuannya. Senjata makan tuan, Radin Kepitan Cina
terkapar lemah habis terkuras semua energinya. Sementara pertarungan antara
Puningkawan Juk Muli berhadapan dengan Radin Sinang makin seru, satu
pukulan mendarat di kening Radin Sinang tubuhnya berubah lebam kemerah-
merahan. Dalam keadaan kritis tiba-tiba muncul istrinya, Puteri Mas Kumala
berteriak menghentikan pertarungan. Puteri Mas Kumala telah lama mencari
suaminya ini yang menghilang selama 4 bulan, tahunya melamar gadis. Untung
saja belum mati Radin Sinang dibawa istrinya pergi. Melihat kesempatan untuk
meloloskan diri Radin Kepitan Cina melompat ke perahunya segera meningalkan
arena.
Melihat Radin Sinang roboh, Sidang Bulawan Bumi ciut nyalinya ini
baru dua adiknya yang turun gelanggang, bagaimana pula bila si Radin Jambat
Hangkirat,
entah kapan perginya dicari ia sudah tak ada. Perang tanding mereda semua lawan
pergi berhamburan.
Dunia terang benderang angin menahan nafasnya, tiada sesuatu bergerak
seakan waktu berhenti, sekeliling bercahaya dan perlahan muncullah kakek Diwa
Sebiji
Nyata menyapa Radin Jambat tiga bersaudara cucuku kalian jangan kecewa,
semua ini ulahnya Seorang empu sakti pengelana ia singgah dari satu negeri ke
negeri lainnya mengajarkan Agama, membantu yang lemah menegur pendosa.
Kalau semua ini ulahnya, apa yang dikehendakinya ?.
Lembut ia berkata cucuku bersabarlah hingga tersingkap rahasia.Usai
peperangan Radin Jambat bersaudara meninggalkan lawok tungku telu kembali
menemui Putri Betik Hati di rumah panggungnya. Sang puteri terbangun dari tidur
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
sebab hari telah malam, Puningkawan Juk Muli juru bicara menyampaikan tujuan
mereka datang kemari, melamar sang puteri. Puteri Betik Hati dan Ibunda
menerima, Diceritakan juga bahwa sang puteri telah mengisi tidurnya dengan
mimpi indah selama tujuh bulan terakhir ini. Sang puteri tertawa dan bersedia
menerima lamaran Radin Jambat.
Keesokan paginya Ratu Tebat Kuning ibunda tuan puteri merestui lamaran
ini. Ia mengumpulkan seluruh penduduk dan Pemuka dalam upacara agung
pelepasan Radin Jambat dan Puteri Betik Hati menuju Tanjung Jambi, tempat
akan diselenggarakan penikahan mereka. Terharu dalam bahagia mereka melepas
kepergian sang puteri. Dalam perjalan pulang menuju Tanjung Jambi di tengah
lautan luas tiba-tiba perahu mereka dihadang Radin Sinang dan Sidang Bulawan
Bumi beserta ribuan bala tentaranya.
Saat Radin Jambat dan Puningkawan menghadapi lawan, Radin Sinang
mengutus adik perempuannya Puteri Ayu dan istrinya Puteri Mas Kumala, mereka
bersekongkol untuk merayu Puteri Betik Hati. Mendengar suara Puteri Ayu yang
memanggil dikejauhan maka keluarlah sang puteri dari perahu dan ikut
menyaksikan
peperangan. Namun ternyata dibalik semua itu Puteri Ayu dan Puteri Mas Kumala
berencana jahat meracuni sang putri.
Puteri Betik Hati terkena racun dan dibawa lari Radin Sinang dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Mengetahui Putri Betik Hati diculik, Radin Jambat
melesat ke Arob Reban, Puningkawan Mak Waya merapal ajian puncak
kesaktiannya, ia melesat ke atas, jasadnya melebur, samar muncul bayangan
seekor burung dara lalu terbang mengintai keberadaan Putri Betik Hati dilarikan,
di pelataran istana Radin sinang ia hinggap
menunggu di sebuah tiang, terlihat Radin Sinang membawa Putri Betik Hati
menuju istananya. Mendapat berita ini Puningkawan Juk Muli segera merapal
puncak kesaktiannya, tarekat tingkat ke tujuh berguru pada kakeknya Diwa Sebiji
Nyata, ia melompat tubuhnya mengambang, jasad lebur muncullah samar
bayangan Kenui Ulung (Elang Wulung), disambarnya Puteri Betik Hati dan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
diterbangkannya keawan menuju Arob Reban tempat Diwa Sebiji dan Radin
Jambat yang terus mengawasi.
Radin Sinang marah luar biasa, ia berteriak lantang mengumpulkan
seluruh tentara negrinya dari hilir sampai hulu, senjata dipersiapkan, bedil seribu
pedang enam puluh kodi, keris dipegang anak-anak linggis dibawa gadis, pemuda
berseragam putih punggawa berdandan haji, mereka berangkat mencegat
digunung Lintik. dari gunung Lintik nampak pelataran Arob Reban dimana Radin
Jambat dan Diwa Sebiji menunggu. Memasuki pelataran Arob Reban Radin
Sinang terdepan dengan pasukannya, menyusul Sidang Bulawan Bumi dengan
seluruh kekuatan negrinya. Padang mak asa Dimensi ruang tak terkira, mahluk
penghuninya jadi bala tentara terseret kedunia nyata Jin mata delapan - Hulu
balang neraka Iblis tanpa kepala Jin mata merah dan seorang laki-laki ber
hidung tujuh yang tingginya dua puluh empat hasta, telinganya selebar tampah
dadanya lebar dua depa.
Kilat dan guntur mengiringi pasukan ini memasuki pelataran Arob Reban.
Puningkawan Mak Waya tiba dalam bayangan seekor burung dara, Puningkawan
Juk
Muli tiba membawa Putri Betik Hati terbang dalam bayangan seekor Elang
Wulung, diturunkannya sang putri menghadap Diwa Sebiji Byata. Elang wulung
terbang dan menghunjam ke sungai di tepi pelataran Arob Reban, menyelam
kehulu ia menghadirkan Bangsa Empat, menyelam ke hilir ia memanggil mahluk
Penguasa pusaran air Arob Reban, semuanya terbang keatas menuju Lawan.
Dunia kelam hiruk-pikuk, angin bergelung dipenuhi malaikat, kedua
Puningkawan melambung melebur jasad menebar guntur dan kilat, pasukan lawan
yang baru tiba dipelataran Arob Reban hancur-lebur, tubuh-tubuh terbelah
terputus pegat, yang selamat mundur terluka atau sekarat. Arob Reban
Pertapaan Diwa Sebiji Nyata, tempat raja-raja, putra-putra raja dan pendekar-
pendekar dari berbagai negri berguru Ilmu kesaktian, Tarekat dan Kenegaraan.
Tempat yang disegani, tempat keramat, tempat suci.
Datang dengan niat jahat dan mahluk laknat, tak diampuni. Radin Sinang
menunduk bak macan siap menerkam, merapal mantra memanggil seribu bala-
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
bala mahluk gaib, lalu merapal ilmu mukmuk, melengking terbang menyerang
Puningkawan Mak Waya yang melambung terbang larut dalam pusaran bayang
bayang. Bala-bala menyerang ganas, seribu bala bala dengan lubang hidung
sebesar paha, mata melorot seperti terong dan berpunggung bungkuk
mengacungkan gada, siapa terkena seluruh rambut dan bulu rontok - hancur
tulang dirangka. Penguasa pusaran air Arob Reban menghabisinya. Radin Kepitan
cina terjun ke arena, meluncur dalam bayangan naga membawa bala tentara iblis
cuping gajah, menyerang Puningkawan Juk Muli. Puningkawan Juk Muli dalam
lebur jasad Elang Wulung memanggil Bangsa Empat, bala tentara iblis cuping
gajah luluh lantak.
Elang Wulung mengucap sahadat Radin Sinang mati mendadak. Radin
Kepitan cina ciut nyalinya bala-balanya musnah semua. Napas terengah engah
lemas hilang tenaga, putus asa akhirnya ia menangis menyesal jauh dari negeri
Campa karena congkak ia terseret dalam peristiwa yang belum takarannya.
Halibambang Sekama, entah dari mana datangnya. Tiba langsung menghina
Radin Sinang yang telah tewas. Hahaha, gara-gara Radin Sinang, bakbay
(ibu-ibu) masuk gelanggang, kalau belum siap lebih baik balik belakang, dari
pada sia-sia jangan ikut perang..siapa berani datang kemari, pilih yang benar-
benar lakilaki!!!.
Punikawan Juk Muli maju, Halibambang Sekama langsung membuka
jurus naga, tubuhnya meliuk lentur lalu melesat ke angkasa, mengambang ia
memangil saudaranya dari padang mak asa, Prajurit dada besi yang dadanya
selebar dua hasta, betis sebesar batang kelapa kumis bak kawat baja dengan
jenggot panjang tak terurus, hidung sebesar paha gigi sebesar baji, matanya dua
sebesar tempurung kelapa, sekali pukul dua ekor gajah hancur lebur jadi debu,
ganas dan sakti tak terbakar api, makanannya tembaga kuningan dan besi.
Meluncur turun dari udara Prajurit dada besi ini langsung menggedorkan
gadanya ke bumi pelataran Arob Reban. Gempa luar biasa seakan dunia miring,
kehancuran dimana-mana, ledakan suaranya bak seribu tambur raksasa, debu
beterbangan menutup cahaya, dunia gelap gulita. Energi ledakannya
menghancurkan benda apa saja, kuda Halibambang Sekama yang tersambar
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
orang lain sebab mimpi itu mengabarkan bahwa kau akan mendapat dua anak
kembar. Lalu sang kyai melanjutkan jika telah lahir nanti berilah nama anak
yang tua Radin Kumala Hiri dan anak kedua Radin Munala Bulan. Tanggal empat
belas lewat tengah malam lahirlah dua anak laki-laki Puteri Betik Hati. Dua anak
tampan dan cerdas, taat beribadah dan hormat pada yang tua.
Konon dua bocah ini selalu mempertanyakan asal usulnya dan setelah
dewasa anak tertua Radin Kumala Hiri pergi ke negri ibunya di Kota Besi
menemui nenek untuk melihat salah satu pusaka warisan ayahnya Tanjung
Landan yang dipakai ayahnya untuk ngantak salah (sujud pada calon mertua
dengan menyerahkan senjata). Kemudian ia menetap di negeri kelahiran ibunya,
Radin Munala Bulan meneruskan
Kepemimpinan ayahnya di tanjung Jambi.
***
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Pendahuluan
Indonesia merupakan negeri dengan ragam suku dan tujuh ratusan bahasa
daerahnya. Keberagaman ini tidak menyurutkan langkah untuk tetap berkomitmen
dalam berbahasa yakni Bahasa Indonesia. Setidaknya, sejak diikrarkan Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 hingga hari ini seluruh lapisan masyarakat
tetap menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang diterapkan di
dalam kehidupan. Hal ini diperkuat dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Pasal 25 ayat 2 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku
bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
Merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi kedua di Vietnam yang dikukuhkan oleh pemerintah daerah Ho Ci Minh
City pada bulan Desember tahun 2007 yang lalu. Adalah kenyataan pula di
Australia, Bahasa Indonesia menjadi bahasa popular keempat di mana tercatat
sekitar 500 sekolah yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Perkembangan Bahasa
Indonesia pun terus melaju seiring dengan pengajaran bahasa tersebut di 45
negara saat ini. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan
Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri, Andri Hadi, ketika tampil pada pleno
Kongres IX Bahasa Indonesia yang membahas Bahasa Indonesia sebagai Media
Diplomasi dalam Membangun Citra Indonesia di Dunia Internasional di Jakarta.
Sejarah mengungkap bahwa pada awal abad ke-15, Bahasa Indonesia telah
menjembatani hubungan bangsa Indonesia dan China (Daftar Kata Cina-Melayu)
serta bangsa Indonesia dan Italia (Italia-Melayu oleh Pigafetta, 1525).
Namun, pada sisi yang berbeda kita tengah menyaksikan Bahasa Indonesia sedang
dilanda pergeseran peran dan fungsi oleh para pemakai bahasa ini. Hal yang
demikian tampak ketika menjamurnya penggunaan bahasa asing khususnya
bahasa Inggris yang dipandang mempunyai nilai lebih dibandingkan bahasa
nasional apalagi bahasa daerah- mulai dari iklan, jenis usaha, nama-nama toko
hingga nama-nama pusat perbelanjaan. Keranjingan ini telah meluas sampai pada
papan nama gedung perkantoran, permukiman, petunjuk lalu lintas, dan tempat-
tempat wisata. Disadari atau tidak, rasa kebanggaan akan berbahasa Indonesia
mulai terkikis. Pertanyaannya, mengapa ini terjadi di saat dunia luar sedang
menoleh pada bahasa bangsa ini, lalu mengapa kita sebagai pemilik bahasa ini
justru lebih menghargai dan terpesona dengan bahasa lain?
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa
yang mendominasi digunakan, setidaknya ada empat dari sepuluh negara, sekitar
40% negara-negara ASEAN, menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi
yakni Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Pembentukkan
MEA sesungguhnya tercipta untuk kepentingan ekonomi dan politik. Namun,
tidak dipungkiri peran bahasa selalu ada untuk mewujudkan kesepahaman
berkomunikasi atas kepentingan tersebut. Oleh karena itu, inilah saatnya Bahasa
Indonesia berperan aktif mengambil peluang untuk mendominasi dan
mempengaruhi sebagai bahasa komunikasi antarnegara-negara ASEAN.
memunculkan rasa tidak bangga dan malu terhadap bahasa itu. Oleh karena itu,
penting untuk membangun pemahaman yang baik tentang Bahasa Indonesia
sebelum meminta sesorang untuk berbahasa Indonesia yang baik.
Upaya membangun pemahaman yang baik tentang Bahasa Indonesia sejatinya
telah dilakukan diantaranya melalui (1) kampanye penggunaan Bahasa Indonesia
secara baik dan benar ke seluruh lapisan masyarakat, (2) penyuluhan melalui
media cetak ataupun media elektronik serta media luar ruang, (3) penyelenggaraan
sayembara menulis, baik menulis kreatif maupun menulis ilmiah, (4)
pembentukkan forum bahasa media massa, (5) pemberian penghargaan
kebahasaan, dan (6) pengembangan kreatifitas dan apresiasi sastra. (Sugono,
Dalam Pemartabatan Bahasa Kebangsaan, 2008).
Keselarasan Sikap Berbahasa Indonesia
Goglioli (1973: 29--35) mengatakan bahwa sikap adalah persiapan seseorang
bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Selain itu, Gere
(1979: 56) mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan mental dan saraf yang
terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang terhadap semua objek atau keadaan yang menyangkut
sikap itu.
Berdasarkan pendapat Goglioli dan Gere di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
berbahasa lahir dari pemahaman dan kesadaran terhadap bahasa itu sendiri. Lalu
bagaimana pemahaman dan kesadaran berbahasa mampu memunculkan sikap
berbahasa yang tepat? Jawabannya dapat dilihat dari kesesuaian antara kerja otak
(pikiran) dengan perilaku (sikap). Kesesuaian itu dilandasi dengan kumpulan
pengetahuan yang dimiliki yakni tentang peran, fungsi, dan kedudukan Bahasa
Indonesia.
Keragaman bahasa merupakan identitas yang harus dikelola dengan baik agar
tetap menjadi satu kesatuan. Telah dikemukakan di awal bahwa Indonesia
memiliki ragam suku dan bahasa yang terbentang dari Sabang hingga Marauke.
Menurut Sugono, Keberadaan bahasa daerah di wilayah negeri ini merupakan
kekayaan kebudayaan di bumi pertiwi Indonesia, yang juga menjadi kekayaan
kolektif dunia. Dengan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maka
keberadaan bahasa daerah menjadi terbatas pemakaiannya yakni hanya dipakai di
lingkungan keluarga, untuk keperluan upacara keagamaan atau adat, acara budaya
lokal. Meski terbatas pemakaiannya, bahasa daerah harus tetap dijaga dan
dilestarikan. Menjaga dan melestarikan bahasa daerah adalah sikap berbahasa.
Upaya memahami fungsi bahasa nasional dan bahasa daerah sejatinya mampu
menciptakan keselarasan sikap berbahasa. Dengan kata lain, jika fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional betul-betul telah menjadi kenyataan maka
fungsi itu akan menghasilkan (1) sikap kebanggaan bahasa dan (2) sikap kesetiaan
bangsa. Sikap kebanggaan timbul jika ada perasaan bahwa Bahasa Indonesia
dapat mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan isi hati yang sehalus-
halusnya. Sikap kesetiaan bahasa terungkap jika orang lebih suka memakai
Bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan dalam komunikasi antargolongan, dan
jika ia bersedia menjaga agar pengaruh bahasa asing jangan berlebihan. Senada
dengan hal tersebut, Alwi (2011: 76) mengatakan para pemakai Bahasa Indonesia
memiliki sikap positif yang mencakup tiga unsur, yaitu kebanggan terhadap
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Penutup
Potensi Indonesia dengan jumlah penduduk keempat di dunia merupakan modal
yang sangat berarti untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional yang berpengaruh. Upaya ke arah itu memerlukan kesungguhan dari
penutur dan sikap penutur Bahasa Indonesia untuk menjadikan Bahasa Indonesia
terterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.Ini adalah langkah awal. Langkah
berikutnya yakni kemauan mengambil peran untuk berpartisipasi aktif dalam
setiap bentuk komunikasi baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan demikian,
Indonesia dan Bahasa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa dan bahasa
lain adalah sebuah keniscayaan.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Goglioli, P.P. 1973. Language and Social Contex. London. Cox &Wynian Ltd.
1
Pada bulan November 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan sastra lisan
kabanti sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Di Sulawesi Tenggara, sastra lisan
berkembang di pulau Buton, Muna, Wakatobi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
2
Kepulauan Menui masuk ke dalam administrasi Provinsi Sulawesi Tengah. Jarak wilayah yang
lebih dekat ke ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari, menyebabkan banyak warga
Menui bermukim di Kota Kendari. Dari situasi itu, interaksi antara masyarakat Kota Kendari dan
masyarakat pulau Menui terjalin.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
3
Pada tahun 2009, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara mengadakan Penghargaan Sastra
bagi para pegiat sastra daerah. Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan La
Zainuddin Busaru sebagai tokoh sastra lokal Sulawesi Tenggara yang menerima penghargaan
tersebut. Sayangnya, program ini tidak berjalan di tahun-tahun berikutnya.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Daftar Bacaan
Asrif. 2015. Pujangga Lisan di Sulawesi Tenggara. Terbit di harian Kendari
Pos, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
.. 2014. Identifikasi, Pemetaan, dan Pelindungan Sastra Lokal di Sulawesi
Tenggara dalam Kandai (Jurnal Bahasa dan Sastra) Volume 10, No. 1,
Mei 2014. ISSN 1907-204X. Hal. 127137. Kendari: Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara.
. 2013. Globalisasi, Otonomi Daerah, dan Pemertahanan Sastra Lisan
Kabanti dalam Telaga Bahasa Volume 1, No. 1, Juni 2013. ISSN 2354-
9521. Hal. 4355. Gorontalo: Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo.
. 2010. Sastra Kabanti: Pengertian, Jenis, dan Fungsi dalam Kandai (Jurnal
Bahasa dan Sastra), Volume 6, No. 2, November 2010. ISSN 1907-204X.
Hal. 126135. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.
Data Wawancara
1. Wawancara pada tanggal 13 Juli 2011di kediamannya di Kel. Anduonohu,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
2. Wawancara tanggal 4 Oktober 2014 di kediamannya di Kelurahan Anduonohu,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Indonesia memiliki bahasa Indonesia. Sikap yang demikian ini tentu akan
melunturkan citra dan identitas bangsa.
Selain sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia dikatakan juga sebagai alat
komunikasi. Menurut Keraf (1991:3) fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi atau alat perhubungan antar anggota masyarakat. Sebagai sarana
komunikasi, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar di zaman sekarang
sungguh memprihatinkan. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang,
memaksa para kaum muda di zaman sekarang kurang memperdulikan penggunaan
bahasa Indonesia yang tepat. Anak muda sekarang lebih cenderung menggunakan
bahasa atau ungkapan yang sedang ngetrend atau bahasa alai. Pengaruh sosial
media begitu kuat memengaruhi pemakaian bahasa yang menyimpang dari kaidah
yang baik dan benar. Sehingga ini membuat kedudukan bahasa Indonesia semakin
terjepit. Kita sering mendengar orang berdalih bahwa berbahasa itu yang
terpenting lawan berbicara dapat memahami informasi yang kita sampaikan, dan
tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana yang diatur
dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu
bahasa Indonesia juga mempunyai empat fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai lambang kebangsaan negara;
2. Lambang identitas negara;
3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya;
4. Alat yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya yang berbeda.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang
digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang
menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa
yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan pemikiran
yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud
identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat
modern. Bahasa Indonesia bersikap terbuka sehingga mampu mengembangkan
dan menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. Hal
ini dapat dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia di Wikipedia yang
menduduki peringkat ke 26 di dunia dan Terbesar Ketiga di Asia hal ini
dikarenakan menulis ensiklopedia bebas di internet semakin digemari masyarakat
Indonesia. Wikipedia Indonesia, telah menjadi ensiklopedia elektronik terbesar
ketiga setelah Wikipedia berbahasa Jepang dan Mandarin. Wikipedia Indonesia
kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia.
Sedangkan di tingkat Asia berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin.
Tantangan Wikipedia berbahasa Indonesia kedepan adalah bagaimana
meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan publik sebab informasi di wikepedia
Indonesiaterusdiperbaruisetiapsaat,(dikutipdarihttp://luthfiradovic.blogspot.com
/2013/05/keunikan-dan-kelebihan-bahasa-indonesia.html) .
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Keunggulan lain dari bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi adalah bahasa
ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress setelah Spanyol. Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak
digunakan dalam posting-posting WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua
terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine
blog itu.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan
berdampak juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di
dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan IPTEK itu.
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari. Akibatnya
proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi. Pentingnya
kesadaran dari diri kita sendiri terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Sepanjang kita berada di wilayah negara Indonesia, merupakan suatu
keniscayaan untuk tetap mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah. Hal ini juga mempertegas kecintaan kita terhadap bahasa
kita sendiri agar identitas bangsa kita lebih dihargai dalam skala internasional.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa
Internasional di masa mendatang.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga sebagai bahasa negara, wajib
digunakan dalam segala kegiatan resmi kenegaraan. Demikian pula di semua
jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar. Hal itu dimaksudkan agar bahasa
Indonesia dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat pemakainya.
Selain itu, upaya tersebut diharapkan pula dapat menjadi perekat persatuan suku
yang ribuan jumlahnya ini menjadi satu bangsa yang besar yakni, bangsa
Indonesia.
Referensi:
Keras. G. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/1682/). Diakses
tanggal 31 Juli 2015.
http://luthfiradovic.blogspot.com/2013/05/keunikan-dan-kelebihan-bahasa-
indonesia.html). diakses tanggal 31 Juli 2015.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Abstrak
PENGANTAR
Seperti disampaikan oleh Ketua DPD RI, Irman Gusman, saat penutupan seminar
Politik Bahasa 2015 di Jakarta, Sabtu (6/06/2015) bahwa bahasa Indonesia
merupakan perekat persatuan bangsa Indonesia, dan merupakan cikal bakal
nasionalisme modern. Bahasa Indonesia memiliki fungsi penting sebagai pilar
budaya, selain pilar ekonomi dan pertahanan menyongsong pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun ini.
Dapatlah dimaklumi kiranya pernyataan bahwa bahasa Indonesia menjadi pilar
budaya yang patut disokong dalam menghadapi MEA, karena secara kebudayaan
faktor utama yang paling rentan bersinggungan adalah bahasa, sebagai alat
komunikasi, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia, meski dalam konteks
komunitas perekonomian, yang tidak dapat dipandang sebagai aktivitas ekonomi
semata. Ada pergerakan manusia yang berkembang sedemikian rupa, menerobos
jauh ke luar bidang perekonomian, yang secara sederhana saja dapat dilihat dari
aktivitas berkomunikasi. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan jika Ketua DPD RI
menyatakan pula bahwa investasi budaya khususnya bahasa sangat penting
membangun identitas bangsa.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Persoalan yang dihadapi bahasa Indonesia sebagai pilar budaya tentu saja
dapat dilihat secara objektif, yang fakta sebenarnya tidak hanya tergopoh-gopoh
atau gamang dalam menghadapi MEA 2015 saja, karena persoalan ini secara
internal tengah dihadapkan pada sebuah kondisi yang sudah menggejala ke arah
sikap negatif terhadap bahasa Indonesia pada penuturnya, selain diperlukan
langkah-langkah pembinaan, termasuk langkah-langkah pengembangan dan
pelindungan bahasa serta pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan,
seperti diamanatkan melalui Seminar Politik Bahasa 2015.
pengganti file yang bisa diterima oleh lidah kita dengan baik. Ini belum
ditambah dengan betapa rupa-rupa penyimpangan bahasa dan penulisannya
pada jejaring media sosial seperti facebook dan twitter.
Sebagai bangsa yang berdaulat, tentunya bangsa Indonesia patut berbangga telah
memiliki sebuah bahasa yang telah terbukti mampu mempersatukan ribuan suku
bangsa yang ada, yang tidak kurang memiliki 746 bahasa daerah, yakni bahasa
Indonesia (lihat Sugono, 2008). Semua etnis yang ada sangat mendukung bahasa
Indonesia, seperti dikatakan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof. Dr. Mahsun,
bahwa keunggulan Bahasa Indonesia dibanding Bahasa Melayu, khususnya dalam
hal politik identitas. Menurutnya, bahasa Indonesia bisa menjadi pemersatu
bangsa karena bahasa ini bukanlah bahasa dari etnis tertentu sehingga etnis
manapun cenderung membuka diri untuk mempelajarinya. Hal itu berbeda dengan
bahasa Melayu di Malaysia yang berbasis etnis tertentu sehingga etnis non-
Melayu seperti Tionghoa dan India merasa enggan mempelajarinya dan cenderung
mempertahankan bahasa etnisnya (ROL, 6 November 2014).
Pernyataan di atas tentunya menjadi modal yang sangat kuat bagi bangsa
Indonesia, terutama dalam memerkasakan bahasa Indonesia sebagai pilar budaya
dalam arti seluas-luasnya. Keberadaan bahasa dalam konteks budaya telah mampu
mengeristal sebagai simbol jati diri bangsa. Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia
harus terus dikembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana
komunikasi yang modern dalam berbagai bidang kehidupan. Di samping itu, mutu
penggunaannya pun harus terus ditingkatkan agar bahasa Indonesia dapat menjadi
sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai keperluan. Upaya ke
arah itu kini telah memperoleh landasan hukum yang kuat, yakni dengan telah
disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang tersebut
merupakan amanat dari Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus merupakan realisasi dari tekad para pemuda
Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober
1928, yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Secara khusus, menurut catatan penulis, berkaitan dengan pemerkasaan bahasa
Indonesia dalam menghadapi MEA, antaranya adalah dengan melaksanakan
sepenuhnya Peraturan yang mengatur agar pekerja asing harus berbahasa
indonesia saat mea sudah diberlakukan. Untuk itu setiap orang asing yang akan
bekerja di Indonesia harus mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
(UKBI). UKBI penting dilakukan untuk pengembangan bahasa Indonesia ke
depannya, apalagi guna memasuki MEA. Diadakannya UKBI juga untuk
melindungi para pekerja Indonesia sendiri, dengan begitu pekerja Indonesia juga
mendapat kesempatan untuk bekerja. Sama halnya dengan bahasa yang digunakan
untuk iklan lowongan pekerjaan yang ada di media massa, hampir semuanya
menggunakan bahasa asing. Hal ini sudah merupakan kesalahan karena tidak
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
PENUTUP
Rencana pemberlakuan MEA 2015 setidaknya menjadi tonggak dalam
mengevaluasi kembali strategi kebahasaan, dalam hal ini bahasa Indonesia,
sebagai pilar budaya dalam konteks tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa
bahasa Indonesia telah mampu menjadi perekat ribuan suku bangsa yang di
atasnya berdiri lebih dari 700 bahasa daerah dalam interaksi dan komunikasi di
wilayah republik ini.
Pemerkasaan pilar budaya dalam kerangka bahasa Indonesia menuju MEA
2015, seharusnya didukung oleh berbagai pihak dengan menggunakan aturan-
aturan yang ada, selain melalui diplomasi kebudayaan itu sendiri, misalnya
dengan memanfaatkan lagu dan film berbahasa Indonesia.
RUJUKAN
A. L. Aziz. 2014. Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang
Identitas Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No.
1, Mei 2014, 14-20. Pada laman: http://lp2m.um.ac.id/wp-
content/uploads/2014/03/31.pdf. Diakses 24 Juli 2015.
BAHASA SASTRA SEBAGAI PILAR PELESTARIAN DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA. Pada laman:
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
http://yumnashilah.blogspot.com/2014/10/bahasa-sastra-sebagai-pilar-
pelestarian.html
Kemendikbud: Internasionalisasi Bahasa Indonesia Titik Awal Baik. Pada laman :
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/11/06/nelmpp-
kemendikbud-internasionalisasi-bahasa-indonesia-titik-awal-baik.
Diakses 23 Juli 2015.
Mawardi, S. T. Pada MEA 2015 TKA Harus Bisa Bahasa Indonesia. Pada
laman: https://www.linkedin.com/pulse/pada-mea-2015-tka-harus-bisa-
bahasa-indonesia-mawardi-s-t-. Diakses 26 Juli 2015.
Mustakim. Bahasa sebagai Jati Diri Bangsa. Pada laman :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/321. Diakses 25
Juli 2015.
Sugono, D. 2008. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah. Raja Ali
Haji. Pada laman: http: / /www. r a j a a l i h a j i . c om/ i d
/article.php?a=RGdIL3c%3D=.
Diakses 25 Juli 2015.
BIODATA
1. Pendahuluan
Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang
masyarakatnya dominan menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Minangkabau.
Penggunaan bahasa daerah tersebut antara lain dapat ditemui pada ranah keluarga,
lingkungan rumah, kantor, dan sekolah. Pada ranah rumah tangga atau keluarga
tidak semua keluarga menggunakan bahasa Minangkau dalam berkomunikasi di
rumah. Sebagian keluarga cenderung menggunakan bahasa Indonesia.
Salah satu komponen keluarga yang cenderung menggunakan bahasa
Indonesia adalah keluarga muda. Keluarga muda yang dimaksudkan di sini adalah
keluarga yang memiliki anak maksimal berumur 16 tahun dan belum memiliki
cucu. Pada umumnya keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia di rumah
adalah mereka yang berlatar belakang pendidikan SMA ke atas dan bekerja,
Penggunaan bahasa Indonesia dalam keluarga muda di Kota Padang
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mereka ingin mengajarkan bahasa
Indonesia kepada anak. Para orang tua tidak ingin anak seperti mereka yang tidak
lancar menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat yang
menyatakan bahwa lingkungan tepat tinggal, pola asuh orang tuda, dan dukungan
orang tua mempengaruhi perkembangan anak (Asrori, 2008:101).Kedua, orang
tua ingin mengajarkan kesantunan berbahasa karena beberapa kata dalam bahasa
Minangkabau dinilai tidak santun, seperti kata kau, waang, dan aden. Ketiga,
orang tua beranggapan bahwa penguasaan bahasa Minangkabau secara alamiah
didapatkan di luar sekolah, seperti di lingkungan rumah dan di sekolah sehingga
mereka tidak perlu membiasakan anak berbasa Minangkabau di rumah.
Komunikasi yang dilakukan oleh dwibahasawan tersebut tidak dapat
terhindarkan dari peristiwa alih kode. Kedwibahasawan bukanlah sesuatu yang
bersifat mutlak, hitam atau putih, tetapi bersifat kira-kira atau kurang lebih
(Tarigan, 2011:7). Di samping itu, penggunaan bahasa Indonesia dalam keluarga
muda menyebabkan munculnya penggunaan bahasa Minangkabau yang tidak
murni lagi (Martis dkk, 2005:153).
Alih kode merupakan peralihan dari bahasa satu ke bahasa yang yang dilakukan
oleh penutur. Alih kode yang dilakukan oleh keluarga yang cenderung
menggunakan bahasa Indonesia umumnya adalah alih kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa Minangkabau. Alih kode yang dilakukan oleh penutur tidak terjadi
begitu saja, melainkan ada beberapa faktor yang menyebankan hal itu terjadi.
Misalnya, terpengaruh oleh lawan. Penutur menggunakan bahasa Indonesia,
sedangkan lawan tutur menggunakan bahasa Minangkabau. Hal itu menyebabkan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Pada tutura (3) juga terlihat adanya alih kode dari BI ke BM yang
dilakukan oleh ibu. Pada awalnya ibu menggunakan BI kepada anak ketika
berbicara kepada tamu ia langsung ke BM, yakni Kalam mah, Yudi nak manulih,
di meja tu selah Yud, lah dibarasihan yang artinya Tempatnya agak gelap, Yudi
akan menulis. Yang di sana sudah dibersihkan. Hal itu dilakukan ibu agar tidak
ada jarak dengan tamu.
d. Terpengaruh oleh Lawan Bicara
Alih kode dari BI ke BM dapat juga disebabkan karena terpengaruh oleh
lawan bicara. Pembicara melakukan alih kode dari BI ke BM ketika lawan bicara
menggunakan BM. Berikut contoh alih kode tersebut.
Alih kode dari BI ke BM dapat juga disebabkan karena terpengaruh oleh lawan
bicara. Pembicara melakukan alih kode dari BI ke BM ketika lawan bicara
menggunakan BM. Berikut contoh alih kode tersebut.
Peristiwa tutur (4)
Mama : Gimana tadi di sekolah?
Anak : Osenang tadi, ma.
Mama : Bagus.
Anak : Ado kawan baru tadi ma.
Tadi ada kawan baru ma.
Mama : Sia namonyo?
Siapa namanya.
Anak : Andi, ma.
Andi ma.
Mama : O.
O.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Daftar Pustaka
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika
Aditama.
Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Chaer, Adul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hasanuddin. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.
Martis, Non dkk. 2005. Eksistensi Bahasa Minangkabau dalam Keluarga Muda di
Kota Padang. Padang: Balai Bahasa Padang
Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Pengantar
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi yang dimiliki manusia.
Bahasa cenderung mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan yang
terjadi pada masyarakat penuturnya. Sebagaimana diketahui, bahasa dijadikan
sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam kegiatan kehidupan manusia,
seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan teknologi. Secara umum, bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat.
Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Medan dikenal
cukup majemuk. Setidaknya ada tujuh sukubangsa asli Sumatera Utara, yaitu
Melayu, Batak, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, dan Mandailing yang banyak
berdomisili di Medan. Di samping itu banyak pula suku bangsa lain yang berasal
dari luar Sumatera Utara. Termasuk suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia,
seperti Tionghoa, Arab, dan India (Sing, Tamil, dan Benggali).
Setuhan dengan dunia luar juga sangat kental di kota ini. Hanya di Medan yang
kita temukan nama jalan memakai nama tokoh dunia. Misalnya Jalan Sun Yat Sen
(tokoh Tiongkok), Jalan Gandi (tokoh India), Jalan Yose Rizal (tokoh Filipina).
Begitu juga nama-nama sarana umum, seperti pasar orang Medan menyebutnya
pajak, misalnya pasar Hongkong.
Pusat Studi Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) setidaknya terdapat lebih
kurang 50 fotokopi koran lama yang terbit sekitar tahun 19181919 yang
diambil oleh serorang ahli sejarah Unimed Dr. Ichwan Azhari dari perpustakaan
Leiden, Belanda. Koran-koran lama itu, antara lain: Perempoean Bergerak,
Soeara Iboe, Pelita Andalas, Pewarta Deli, Pedoman Masyarakat, Tjermin Karo,
Asahan Moetiara, Ichtiar, Bintang Karo, dan lainnya. Semua koran tersebut
diterbitkan di Medan dengan menggunakan bahasa Melayu. Tetapi sangat
disayangkan, arsip atau dokumenatsi koran-koran tersebut tidak ada di Medan.
Bahasaku1
Karya: Mozasa
Aku menyair, aku bernalam
Mengurai kasih melimpah sayang
Berbisik sedih, bersorak girang
Dengan bahasa seri pualam
1
DikutipdaribukuKiliranJasaSeorangGuruBahasa:sebuahbiografiSabaruddinAhmad,
ShafwanHadiUmrydanRusliA.Malem(BalaiBahasaSumateraUtara,2005),hlm.100101.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
2
LihatPidiaAmelia(2013)MustikaKiasan:AntologiPuisiPenyairPerempuanSumateraBagian
Utara19191941.Medan:UluBrayanPublisher.Bukumemuat12puisiyangditulisolehkaum
perempuandandimuatolehkoranterbitanMedansekitartahun19191941.
3
Lihat Emnast (1941/2007) Tan Malaka di Kota Medan. Medan: Arsip Sumatra. Buku ini
merupakansebuahnovelyangditulisolehEmnastatauMuchtarNasutionterbitpertamasekali
tahun 1941 di Medan, novel ini berkisah tentang sepaak terjang tokoh Tan Malaka di Kota
Medan. Novel ini ditulis dengan bahasa Indonesia, jauh sebelum bahasa Indonesia dijadikan
sebagaibahasanegara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Organ untuk Perempuan Bergerak, karya Siti Alima dimuat oleh koran
Perempoean Bergerak, tanggal 16 Mei 1919 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 11 bait.
Berikut kutipan bait pertama;
organ perempuan sudah terbit
rembuk dan rukun itulah bibit
girangnya hati bukan sedikit
apa halangan, hendak disabit
Ajakan, karya Oepik Amin dimuat oleh koran Perempoean Bergerak, tanggal
16 Mei 1919 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 20 bait. Berikut kutipan pada bait
kedua;
Setelah dekat dia berkata
Hai Oepik Amin saudara beta
Perempuan bergerak korannya kita
Sudah terbit di Medan kota
Cumbuan, karya Potjut-potjut Chadija, Tiawah, Aseb, dan Fatimah, dimuat oleh
koran Perempoean Bergerak, tanggal 16 Mei 1919 (hlm. 4). Puisi ini terdiri atas
31 bait. Berikut kutipan pada bait ketiga;
Kalau ada salah awalnya
Diharap pembaca memaafkannya
Karena kami sangat bodohnya
Karang mengarang belum bantasnya
19241925, karya Boenga Rebi-Rebi yang dimuat oleh koran Tjermin Karo,
tanggal 13 Januari 1925 (hlm. 1). Puisi ini terdiri atas 17 bait. Berikut kutipan
pada bait keempat;
Lanjutkan ingatan, perubahan nama
Angka empat dengannya lima
Nanti mengetahui kita bersama
Rasa seram bulu dan roma
Mustika Kiasan, karya Syarikat Kaum Ibu Sumatera (SKSI) yang dimuat oleh
koran Pelita Andalas, tanggal 29 Agustus 1929 (hlm. 2). Puisi ini terdiri atas 17
bait. Berikut kutipan pada bait kelima;
Ikut kemauan, junjungan kita
Pelepas hati, penurut nafsu
Badan yang lemah, turut bicara
Jadi haluan, setiap waktu
Doenia Isteri: Ajakan, karya P. Beroe Bangoen yang dimuat oleh koran Bintang
Karo, edisi Maret 1931 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 17 bait. Berikut kutipan pada
bait keenam;
Ilmu itu harta yang kekal
Tentulah ia jangan tertinggal
Walau di darat atau di kapal
Itu boleh menjadi bekal
Perci Permenungan, karya R. Moenim yang dimuat oleh koran Soeara Iboe
edisi Juli 1931 (hlm. 4). Puisi ini terdiri atas 5 bait. Berikut kutipan pada bait
kedua;
Ke daksina kupandang jelas
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
adalah pedagang buku. Gapim pun diajak bergabung ke Ikatan Penerbit Indonesia
pada tahun 1953, Oktober 1953 terbentuklah Ikapi Cabang Medan4.
Tidak hanya itu, Medan menjadi kota pertama di Indonesia yang
menyelenggarakan pameran buku. Bulan April 1954, Ikapi Cabang Sumatra Utara
menggelar pameran buku pertama di lingkungan Ikapi yang dihadiri Menteri PP
dan K, Mr. Moh. Yamin.
Berhubung maraknya dunia penerbitan di Medan, berpengaruh pula terhadap
lahirnya para penulis. Para penulis ini tentunya berpengaruh pula terhadap
perkembangan bahasa Indonesia. Beberapa tokoh tersebut adalah Sutan Takdir
Alisyahbana (STA), Amir Hamzah, Armin Pane, Sanusi, Merari Siregar, Chairil
Anwar, Muhammad Zain Saidi (Mozasa), Iwan Simatupang, dan Sabaruddin
Ahmad.
Beberapa pemikiran mereka terhadap perkembangan bahasa Indonesia, misalnya
STA di samping tokoh Pujangga Baru, beliau juga tokoh pembina dan
pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. STA pertama kali menggunakan
istilah pembinaan dan pengembangan dengan Language Engineringg. Beliau
mengungkapkan bagaimana memanfaatkan penemuan-penemuan dalam bidang
linguistik (ilmu bahasa) untuk mempengaruhi pembentukan bahasa Indonesia agar
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lahir dari kehidupan modern. Tata
bahasa Indonesia yang disusunnya bukanlah semata-mata tatabahasa deskriptif,
melainkan tatabahsa normatif yang sanggup memberikan norma-norma suatu
yang modren (Kleiden, 1988: XVII-XIX).
Merari Siregar terkenal sebagai sastrawan yang mula-mula menulis secara baru
dengan novelnya yang berjudul Azab dan Sengsara. Selain sebagai pengarang
novel, Merari Siregar juga seorang penyadur yang baik. Cerita saudaranya sangat
hidup sehingga pembaca tidak merasakan cerita itu sebagai saduran dari luar
negeri. Pembaca seolah-olah membaca cerita Indonesia asli, seperti dalam cerita si
Jamin dan Si Johan. Dalam pandangan Umar Junus, Marah Rusli dan Merari
Siregar yang dianggap pemula tradisi penulisan novel dalam sastra Indonesia.
Sabaruddin Ahmad adalah tokoh pendidik, tokoh pembina, dan pengembangan
bahasa dan sastra Indonesia di Sumatera Utara. Buku Sabar dalam bidang bahasa
dan sastra Indonesia telah diajukan buku paduan dan buku pelajaran di sekolah-
sekolah dan di masyarakat Sumatera Utara, Nasional, dan negara tetangga
Malaysia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang Medan, jauh sebelum
Sumpah Pemuda 1928, sudah menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi
sehari-hari, walaupun saat itu belum bernama bahasa Indonesia tetapi bahasa
Melayu.
Hal yang paling menonjol pada penggunaan bahasa Indonesia masyarakat Medan
pada saat itu lebih pada bentuk bahasa yang mempunyai ciri-ciri bahasa yang
dibuat Van Ophuiysen (1901). Ciri itu menunjukkan adanya perubahan bunyi satu
fonem tetapi dilafalkan dengan dua buah fonem, seperti kamoe untuk
mengungkapkan kamu. Bunyi [oe] untuk mengartikan [u]. Agaknya tidak
mengherankan, bahwa untuk menguraikan dan menguasai bunyi-bunyi tiap
4
Lihat50TahunIkapi:MembangunMasyarakatCerdas.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
bahasa hanya diperlukan sebagian saja dari bunyi-bunyi bahasa di dunia yang
tidak terbilang macamnya itu.
Pembinaan Kehidupan Budaya Bangsa
Kalau dalam hubungannya dengan persatuan dan kesatuan bangsa yang perlu
diperhatikan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tetapi dalam hal
pengembangan iptek perhatian itu hendaknya dipusatkan pada bahasa Indonesia
dalam kaitannya dengan bahasa asing. Pengaitan bahasa asing itu sekaligus
menggambarkan kenyataan bahwa konsep-konsep iptek modern, pada umumnya
berasal dari dunia barat, masih tertulis dalam bahasa asing.
Dalam konteks pembinaan kehidupan budaya bangsa, interaksi yang perlu
diperhatikan tidak saja antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tetapi juga
antara bahasa Indonesia dan bahasa asing. Dalam hubungannya dengan bahasa
daerah, pemakaian bahasa Indonesia dalam bidang kebudayaan harus dapat
memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas tentang puncak-puncak
kebudayaan daerah yang didasari oleh nilai budaya daerah yang luhur.
Persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah akan mengakibatkan
dicorakinya kebudayaan nasional oleh ciri-ciri budaya daerah. Sebaliknya,
persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa asing akan membuat kebudayaan
nasional itu agak bercorak mondial.
Bahasa Indonesia yang berperan dalam pembinaan budaya bangsa harus
menampilkan diri, baik dalam sistem ketatabahasaannya maupun dalam kenyataan
pemakaian bahasanya, sebagai filter yang akan menjaga keutuhan identitas dan
sistem nilai yang bercorak nasional itu. Untuk itu, sejauh menyangkut pembinaan
dan pengembangan bahasa, bahasa daerah dan bahasa asing harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk menetapkan sistem dan pemerkayaan kosakata bahasa
Indonesia. Hal itu berarti bahwa unsur-unsur yang berasal dari bahasa daerah dan
bahasa asing itu, haruslah disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia.
Pembinaan bahasa Indonesia terus ditingkatkan sehingga penggunaannya secara
baik dan benar serta dengan penuh rasa bangga makin menjangkau seluruh
masyarakat, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta memantapkan
kepribadian bangsa. Penggunaan istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia harus dihindari. Pengembangan bahasa Indonesia juga terus
ditingkatkan melalui upaya penelitian, pembakuan peristilahan dan kaidah bahasa,
serta pemekaran perbendaharaan bahasa sehingga bahasa Indonesia lebih mampu
menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulisan karya ilmiah dan
karya sastra termasuk bacaan anak yang berakar pada budaya bangsa, serta
penerjemahan karya ilmiah dan karya sastra yang memberikan inspirasi bagi
pembangunan budaya nasional perlu digalakkan untuk memperkaya bahasa,
kesastraan, dan pustaka Indonesia.
Pembinaan bahasa daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka mengembangkan
serta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan
nasional sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Perlu
ditingkatkan penelitian, pengkajian, dan pembangunan bahasa dan sastra daerah
serta penyebarannya melalui berbagai media.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Daftar Pustaka
Ahmad, Sabaruddin. 2005. Bahasa dalam Kesusastraan dalam Shafwan Hadi
Umry, Kiliran Jasa sang Guru Bahasa Sebuah Biografi Drs. H. Sabaruddin
Ahmad. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Hasanuddin. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Kleiden, Ignes. 1988. Kebudayaan Sebagai Perjuangan, Perkenalan dengan
Pemikiran St. Takdir Alisjahbana. Jakarta: Dian Rakyat.
Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan
Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Purba, Antilan. 2007. Otonomi Budaya, Ketika Seni Budaya Dipinggirkan.
Medan: USU Press.
Selamatmulyana. 1982. Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara. Jakarta: Balai
Pustaka.
Slamet, St.Y. Perkembangan Bahasa Indonesia Sumbangannya Terhadap
Persatuan dan Jati Diri Bangsa. Makalah Seminar Nasional dalam rangka
Dies Natalis XXXIV Universitas Sebelas Maret.
Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Jakarta:
Depdikbud.
Syukri, A. 2007. Dialog Islam dan Barat, Aktualisasi Pemikiran Etika Sutan
Takdir Alisjahbana. Jakarta: Gaung Persada Press.
Umry, Shafwan Hadi. 2005. Kiliran Jasa sang Guru Bahasa Sebuah Biografi Drs.
H. Sabaruddin Ahmad. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Abstract
This article tries to strengthen and describe the successfull achivements, and the efforts in
maintaining Bahasa Indonesia to perform its role and fuction as a lingua franca and a
unifying language in Indonesian multilingual and multicultural society. Starting from
1928-2015 Bahasa Indonesia has experienced its success as a lingua franca and a
language of unity. Inspite the condition of Indonesian multilingual and multicultural
society Bahasa Indonesia has proved its strenght and endurance in managing the
multilingual and multicultural society. Absolutely, it is a need design a sustainable efforts
in maintaining its status.
Keywords: lingua franca, unifying language, multilingual, multicultural
Abstrak
Artikel ini mencoba mempertegas dan menguraikan kembali capaian capaian
keberhasilan, dan upaya - upaya pemertahanan bahasa Indonesia dalam melakukan peran
dan fungsinya sebagai lingua franka dan bahasa pemersatu dalam masyarakat multilingual
dan multikultural Indonesia. Mulai dari 1928-2015 bahasa Indonesia telah mengalami
keberhasilannya sebagai lingua franka dan bahasa pemersatu. Meskipun menghadapi
kondisi masyarakat yang multilingual dan multikultural di Indonesia, bahasa Indonesia
telah membuktikan kekuatan dan daya tahannya dalam mengelola masyarakat multilingual
dan multikultural. Sungguh ini adalah suatu kebutuhan untuk merancang upaya- upaya
yang berkelanjutan dalam mempertahankan statusnya .
Kata kunci : lingua franka , bahasa persatuan , multilingual , multikultural
1. Pendahuluan
Kesuksessan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung antar suku bangasa (lingua
franca) dan bahasa persatuan telah memasuki 87 tahun apabila dihitung sejak
diikrarkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda tahun
1928 2015. Sungguh suatu prestasi yang sangat luar biasa dan harus terus tetap dijaga
dan dipertahankan keberlanjutannya.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Meurauke.
Sehingga Indonesia juga sering disebut sebagai sebuah negara kepulauan. Sebanding
dengan jumlah sebaran pulau pulau yang banyak sudah pasti Indonesia juga memiliki
banyak suku yang memiliki banyak bahasa, adat dan budaya. Indonesia sendiri memiliki
746 bahasa daerah (Sugono, 2011). Dengan banyaknya jumlah bahasa dan budaya tersebut
menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multilingual dan multikultural. Hal
ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik mempunyai tradisi dan kebudayaan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
sendiri, termasuk variasi atau ragam bahasanya. Bahasa-bahasa kelompok etnik tersebut
juga disebut sebagai bahasa daerah, selain dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok
penutur yang sangat variatif, juga memiliki sebaran yang luas.
Penyebaran bahasa daerah tertentu ke wilayah lain di Indonesia tentunya memungkinkan
terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Tentu saja hal ini perlu menjadi
masalah penting yang memerlukan perhatian dari semua pihak terutama oleh para
pengambil kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah. Jika hal ini tidak diperhatikan atau
menjadi fokus utama maka di khawatirkan akan terjadi gesekan antarbahasa daerah yang
akan memicu disintegrasi bangsa. Apalagi dengan banyaknya pulau yang dimiliki oleh
Indonesia tentu juga Indonesia memiliki banyak ragam bahasa dan budaya, hal ini tentunya
akan berimplikasi terhadap masa depan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk
mempersatukan bangsa yang berbeda-beda bahasa dan budaya, salah satunya adalah
dengan memperkuat peran dan fugsi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang
sekaligus berfungsi sebagai bahasa penghubung antar suku bangsa, daerah, budaya yang
bebeda (lingua franca).
Namun ini adalah suatu anugerah Tuhan yang Maha Esa yang patut disyukuri oleh segenap
bangsa Indonesia. Bahwa perbedaan perbedaan bahasa, adat dan budaya sudah
seharusnya dapat terus ditumbuhkan, dikembangkan, dilestarikan dan dipertahankan
sehingga akan dapat memperkaya khasanah bahasa, adat dan budaya yang belum tentu
dimiliki oleh bangsa bangsa lain. Banyak usaha usaha yang telah dilakukan dalam
menumbuhkembangkan dan melestarikan bahasa, adat, dan budaya di daerah baik yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerhati bahasa, dan budayawan. Seperti yang diutarakan
oleh (Fiinnbogadottir, 2008) bahwa sesungguhnya kita tidak akan mendapatkan masa
depan dunia yang lebih baik dan lebih kuat tanpa individu individu. Akan tetapi individu
individu tersebut tidak akan dapat tumbuh didalam sebuah kekosongan. Mereka akan
tumbuh dengan lata belakang budayanya agar supaya menjadi kuat. Pernyataan ini
mengandung makna bahwa pentingnya menjaga kelestarian adat dan budaya yang juga
tidak dapat dipisahkan dari peran bahasa.
2. Capaian Keberhasilan
Keberhasilan bahasa Indonesia didalam memainkan fungsi dan perannya tentu saja tidak
terlepas dari aspek seperti; kebijakan bahasa, politik bahasa, perencanaan bahasa dan
modal bawaan (innate capital).
Segala upaya upaya tersebut tentu harus dilandasi oleh sebuah perencanaan. Dalam hal
ini tentu perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan bahasa. Halim (1976)
menguraikan ada dua hal utama dalam perencanaan bahasa di Indonesia yaitu; pembinaan
dan pengembangan bahasa. Adapun yang dimaksud dengan pembinaan adalah segala
usaha atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pengguna bahasa dengan
menjadikan penutur bahasa sebagai sasarannya, sedangkan yang dimaksud dengan
pengembangan adalah segala usaha atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
bahasa dengan menjadikan bahasa sebagai sasarannya (Sugono, 2011). Tentu saja aspek
kebijakan bahasa nasional sangat menentukan keberhasilan perencanaan bahasa tersebut.
Ada beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh kebijakan bahasa nasional Indonesia
seperti yang di ungkapkan oleh (Woolard, 2000; Bukhari,1996:19; Alisjahbana 1962:1
dalam Pauw, 2009) bahwa kebijakan nasional bahasa Indonesia bisa dikatakan telah
mencapai suatu sukses yang luar biasa, suatu pencapaian besar, dan bahkan mungkin
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
menjadi suatu- penomena kebahasaan atau linguistik yang paling spektakuler pada abad
ini.
Dari segenap capaian keberhasailan bahasa Indonesia dalam menjalankan fungsi dan
perannya ada beberapa yang dapat dilihat seperti berikut ini; (1) Lahirnya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang
Negara, Serta lagu Kebangsaan, (2) Lahirnya 6 konsep perencanaan bahasa daerah yang
dijalankan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebuayaan yang berupa: (1) penetapan kebijakan bahasa daerah, (2) penelitian bahasa
daerah, (3) pengembangan (sandi) bahasa daerah, (4) pembinaan penutur bahasa daerah,
(5) publikasi hasil penelitian bahasa daerah, (6) pendokumentasian bahasa daerah (lihat
Sugono, 2011), (3) Pengembagan kosa kata dan istilah pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)- oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (4) Pengembangan
dan penyelenggaraan test Uji Kompetensi Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) yang
juga dikembangkan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (5) Dicapainya
kesepakatan antara Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Bahasa untuk mengadakan test
UKBI bagi para pekerja asing yang ingin bekerja di Indonesia, (6) Pengembangan dan
pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing), (7) Penyuluhan bahasa bagi
para guru dan siswa . Dan masih banyak lagi capaian capaian yang telah atau sedang
dilaksanakan yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu di sini.
3. Usaha usaha yang dilakukan dalam pemertahanan Bahasa Indonesia sebagai
lingua franka dan bahasa pemersatu
Tentu saja untuk mempertahankan prestasi yang peroleh oleh bahasa Indonesi sebagai
bahasa penghubung antar etnik atau budaya (lingua franca) dan sebagai bahasa pemersatu
tersebut ada usaha usaha yang mendorong kepada keberhasilan tersebut. Diantara usaha
usaha tersebut adalah program program atau kegiatan - kegiatan pembinaan dan
pengembangan bahasa yang telah dilakukan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan
dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebahagian dari kegiatan kegiatan
tersebut telah disebutkan dalam capaian capaian di atas.
Namun pemerintah melalui Badan Bahasa sudah pasti tidak dapat bekerja sendiri, tentu
saja peran serta para budayawan, pemerhati bahasa, pengiat seni dan adat istiadat serta
peran serta seluruh masyarakat Indonesialah yang paling menentukan dalam usaha
pemertahanan Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa penghubung (lingua franca) maupun
bahasa pemersatu antar etnik, suku, adat dan budaya dalam masyarakat multilingual dan
multikultural Indonesia.
sendiri dalam bahasa Indonesia, maka mereka akan menjadi semakin sadar terhadap ikatan
yang mengikat mereka.
5. Bahasa penghubung antar etnik, suku, adat dan budaya (lingua franca)
Bahasa penghubung atar etnik, suku, adat dan budaya atau biasa di sebut dengan (Lingua
franca) telah diperankan oleh Bahasa Indonesia sejak 1928. Menarik kita simak disini
sebuah pernyataan yang dikutip pada sebuah buku yang diterbitkan oleh Komisi Uni Eropa
(European Commission, 2011: 17) berikut ini:
In Indonesia, on the other hand, Malay, in the form of bahasa Indonesia, has been
adopted by all Indonesians as the medium of communication. Bahasa Indonesia was not
the language of the elite and was spoken by only 2% of the population at the moment of
independence, but it was chosen by the nationalist movement because it did not arouse
jealousy and was not perceived as a sign of the domination of one group over the others.
Thanks to the wide acceptance of bahasa Indonesia, no European language, not even
Dutch, the language of former colonisers, has managed to impose itself. (European
Commission, 2011:17)
Adapun maksud dari pernyataan ini adalah menggambarkan keberhasilan bahasa Indonesia
menjadi alat komunikasi di Indonesia atau bahasa penghubung (lingua franca) yang dapat
diterima luas oleh segenap bangsa Indonesia tanpa menimbulkan kecemburuan atau
penolakan dan juga tidak menunjukkan adanya dominasi dari satu kelompok terhadap
kelompok lainnya. Bahkan tidak bagi bahasa Eropa atau bahasa Belanda mampu
memaksakan bahasa mereka sebagai bahasa penghubung atau (lingua franca) di Indonesia.
Sudah pasti bahwa keberhasilan ini harus terus dijaga dan dipertahankan sehingga dapat
terus diwariskan kepada generasi Indonesia mendatang.
keterampilan yang diperlukan untuk mencari dan mengatur informasi tentang budaya
sasaran; (7) untuk merangsang siswa dalam hal "keingintahuan intelektual tentang budaya
sasaran, dan untuk mendorong empati terhadap orang orangnya.
Melalui pendekatan instruksional budaya tersebut diharapkan akan tumbuh semangat dan
pemahaman toleransi antar budaya pada masyarakat multikultural kita.
7. Simpulan
Melihat kembali diskusi diatas dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan yang telah
diraih oleh bahasa Indonesia dalam menjalan kedudukan dan fungsinya sebagai bahasa
nasional dan bahasa penghubung antar suku, daerah, adat, dan budaya (lingua franca)
harus dapat terus dijaga dan dilestarikan. Adapun usaha usaha pemertahanan dan
pelestarian bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
dalam hal ini diberikan wewenang pengelolaan, pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia kepada Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, harus dapat terus dibangun dan ditingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Tentu saja usaha usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia ini tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri, peran serta masyarakat,
pemerhati seni, adat dan budaya sangat diharapkan dalam rangka kesinambungan dan
keselarasan ide dan program.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
Daftar Pustaka
European Commission .2010. Lingua Franca: Chimera or Reality?.
Luxembourg: Publications Office of the European Union. Diakses, 31 July 2015,
http://bookshop.europa.eu
Fiinnbogadottir, V. 2008. Education For All in The Language of Their Cultural
Heritage. Kertas Kerja, Konfrensis Internasional, Globalization & Languages:
Building on Our Rich Heritage. UNESCO/UNU, Tokyo, Japan, 27 28 August.
Fati, M .2013.Multiculturalism in a Multilingual Society: Could That Be Possible?,
IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), Volume 2,
Issue 2 , PP 3
Halim, Amran. 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
King, L. 2003. Education in a Multilingual world. France : UNESCO
May, S. 2008. Languages Rights: Linking The Local and The Global Konfrensi
Intenasional, Globalization & Languages: Building on Our Rich Heritage.
UNESCO/UNU, Tokyo, Japan, 27 28 August.
Pai. Pushpa 2005. Proceedings of the 4th International Symposium on Bilingualism, ed.
James Cohen, Kara T. McAlister, Kellie Rolstad, and Jeff MacSwan, 1794-1806.
Somerville, MA: Cascadilla Press.
Paauw, S. (2009). One land, one nation, one language: An analysis of Indonesias national
language policy. In H. Lehnert-LeHouillier and A.B. Fine (Eds.), University of
Rochester Working Papers in the Language Sciences, 5(1), 2-16.
Ruspita, Katharina. (2011). Maitaining Vernaculars to Promote Peace and Tolerance in
Multilingual Community in Indonesia. Kertas kerja, Seminar Internasional
Language Maintenance and Shift. UNISBANK, Semarang: July, 2011
Sugono, D. 2011. Perencanaan Bahasa Daerah di Indonesia, SALINKA Majalah Ilmiah
Bahasa dan Sastra,Volume 8 Nomor 1 Edisi Juni , 0216-1389