Anda di halaman 1dari 107

SEMINAR

DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU


MENUJU BAHASA DUNIA

Halimi Hadibrata, M.Pd.


Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu
brata_11268@yahoo.com

1. Pendahuluan
Sangatlah menarik mengkaji sejarah perekembangan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, sejarah lembaga dan kebijakan nasional kebahasaan serta
peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa kawasan MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) dan bahasa dunia. Sejarah kebijakan bahasa Indonesia dapat
dilihat dari perkembangan bahasa dan perekembangan lembaga bahasa yang
menanganinya. Dengan adanya pengaruh bahasa asing ke dalam struktur dan
cara pemakaian bahasa Indonesia, pengembangan bahasa Indonesia menimbulkan
persoalan yang tidak mudah ditangani oleh lembaga kebahasaan pemerintah tanpa
kerja sama dengan pihak lain. Kesulitan itu disebabkan oleh keadaan berbagai
pilihan sikap dan beragam pandangan. Di satu sisi ada pihak yang ingin
mempertahankan keaslian bahasa Indonesia dengan menekan sekecil mungkin
pengaruh dan penggunaan serapan unsur bahasa asing. Di sisi lain, ada pihak yang
cenderung lebih longgar dan tidak mempermasalahkan terserapnya unsur-unsur
asing ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu ada pihak moderat yang
menyetujui masuknya serapan bahasa asing dengan syarat adanya keselarasan
kaidah penyerapannya dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah ada
sebelumnya atau dibentuk kaidah baru yang ajeg. Oleh karena itu, diperlukan
landasan filosofis, teoretis, dan payung hukum yang kuat untuk pengkajian,
pengembangan bahasa, dan pembinaan penutur bahasa Indonesia sehingga bahasa
Indonesia tetap berjaya menjadi bahasa negara, bahasa kawasan dalam MEA, dan
menjadi bahasa internasional. Karena itu pula, lembaga nasional kebahasaan yang
sekarang disebut Badan Bahasa harus bekerja sama dengan pihak lain yang
terkait, terutama di dalam penetapan kerangka umum kebijakan bahasa nasional
dengan mempehatikan tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang multikultural
dan tatanan dunia global yang dipererat dengan teknologi informasi dan
komunikasi, serta kerja sama antarnegara dalam berbagai bidang.
Di dalam artikel ini ada empat masalah yang dibahas. Pertama, alasan-alasan
logis yang melatarbelakangi keputusan para pendiri bangsa dengan memilih
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Kedua, berkaitan dengan sturuktur
bahasanya, bagaimana perbedaan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia yang
ada sekarang, baik pada tataran morfem, kata, istilah maupun kalimat. Ketiga,
bagaimana sejarah lembaga pengelola bahasa nasional dan politik bahasa pada
era prakemerdekaan, pascaawal kemerdekaan 1945 dan pascareformasi 1998.
Secara khusus dibahas lebih dalam pengelolaan bahasa pascareformasi 1998
terutama ihwal revitalisasi dan regulasi bahasa, baik bahasa daerah, bahasa
nasional, maupun bahasa asing dalam tatanan bangsa yang multikultural dan
dunia global. Selain itu di bawah topik ini dibahas pula mengenai lembaga atau
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

organisasi yang berperan dan bekerja sama dengan lembaga nasional kebahasaan
dalam pengkajian dan pengembangan internal kebahasaan dan pembinaan para
penuturnya.

2. Landasan Teori

Keberadaan bahasa Indonesia dan lembaga nasional pengelolanya dapat dilihat


dalam perspektif sejarah dan perkembangan kebijakan nasional kebahasaan
sehingga kebahasaindonesiaan di masa yang akan datang dapat direncanakan,
dilaksankan, dan dievaluasi dengan baik berdasarkan pada landasan
keilmubahasaan dan landasan hukum/konstitusi yang kuat.

2.1 Politik dan Perkembangan Bahasa


Menurut Kridalaksana (1996: 53) sejarah perkembangan bahasa di negara-negara
yang merdeka pada abad kedua puluh dalam hubungan dengan penuturnya dapat
terjadi dalam empat tahap perkembangan, yaitu tahap penegakan, pemantapan,
pembinaan, dan pemeliharaan. Pada tahap penegakan, sebuah bahasa masih harus
diusahakan untuk diterima oleh suatu masyarakat, walaupun secara resmi sudah
diakui. Tahap ini sudah kita lalui dengan peristiwa Sumpah Pemuda 1928,
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan pengakuan resmi bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara dalam pasal 36, UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus
1945. Pada tahap pemantapan, sebuah bahasa sudah dapat diterima secara bulat
dan berkedudukan kokoh dalam masyarakat tetapi masih harus disebarluaskan
penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Pada tahap pembinaan, sebuah
bahasa sudah disebarluaskan dan digunakan dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat dalam arti sudah berkembang secara vertikal dan horizontal tetapi
masih harus dilakukan berbagai tindakan supaya hasil perkembangan itu benar-
benar berakar dalam masyarakat penuturnya. Pada tahap pemeliharaan, sebuah
bahasa sudah berakar berabad-abad dalam masyarakat penuturnya, tetapi harus
dilakukan tindakan-tindakan suapaya bahasa itu dapat terus-menerus
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan pandangan ini, kita dapat mencermati, bahwa bahasa Melayu yang
diangkat menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan tahap
penegakan yang dilatarbelakangi oleh keniscayaan sejarah kebahasaan dan sosial
politik yang berkembang pada masa prakemerdekaan yang diproyeksikan ke masa
depan pascakemerdekaan. Proyeksi itu berkaitan dengan bagaimana
pengembangan struktur bahasa Indonesia secara internal dan kemudahannya
untuk dipelajari oleh suku lain, kedudukan dan fungsinya sebagai bahasa nasional,
hubungan fungsional bahasa nasional dengan bahasa daerah dan bahasa asing,
serta garis-garis kebijakan lembaga kebahasaan memberdayakan bahasa Indonesia
dalam politik nasional kebahasaan dan kebudayaan modern.
Selanjutnya, Kridalaksana menunjukkan, bahwa kemapanan situasi kebahasaan di
Indonesia setidaknya dapat terwujud, manakala dapat menjawab dan menjabarkan
poko-pokok pikiran mengenai politik nasional kebahasaan sebagai berikut,
(1) bagaimana mengembangkan bahasa nasional Indonesia agar tetap terjaga
sebagai pemersatu bangsa,
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

(2) bagaimana memelihara bahasa-bahasa daerah sebagai akar budaya dan


kekayaan budaya nasional,
(3) bagaimana memanfaatkan bahasa-bahasa asing untuk kepentingan
pengembangan bahasa dan budaya nasional, dan
(4) bagaimana mengelola bahasa kita dalam konteks kerjasama internasional.
Berkaitan dengan upaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa MEA, kita
harus benar-benar melaksanakan politik nasional kebahasaan dengan
memanfaatkan serapan dari bahasa-bahasa asing dan mengelola bahasa kita dalam
konteks kerjasama internasional.
Berbagai bahasa di dunia telah mengalami perubahan, pergeseran, kemajuan, dan
juga kepunahan. Hal tersebut sebenarnya dapat dirangkum dalam satu istilah saja,
yaitu perubahan bahasa. Menurut Yus Badudu (1996:28-29) berhasil tidaknya,
bahasa Indonesia berubah dan berkembang menjadi bahasa dunia bergantung
kepada tiga faktor, yaitu
(1) kewibawaan dan peran politik Indonesia dalam percaturan dunia modern,
(2) kehidupan ilmiah dan daya cipta bangsa Indonesia dalam menghadapi
kebudayaan dunia modern, dan
(3) berian keuntungan bagi bangsa lain yang mengenal/menguasai bahasa
Indonesia.
Kini para sarjana bahasa Indonesia ditantang oleh arus perubahan bahasa
Indonesia. Dalam pandangan Jacob (1991:129) seorang pakar kedokteran,
palaentologis dan antropologis kawakan Indonesia, ilmu pengetahuan sangat
berperan dalam perubahan, yaitu untuk mempelajari, menyongsong, dan
mengubah struktur, serta memperluas fungsi penggunaan bahasa. Pendapat ini
merupakan dasar pandangan bahawa pemilihan dan pengembangan bahasa
Indonesia dari bahasa Melayu menjadi bahasa nasional merupakan hasil studi
mendalam mengenai situasi sosial politik yang menyongsong dan
memperjuangkan kemerdekaan, kedemokratisan, dan perdamaian antarsuku
bangsa di bumi Nusantara. Sejak awal perencanaan bahasa nasioanl, bahasa
Melayu diproyeksikan menjadi bahasa Indonesia yang modern yang diterima oleh
semua suku bangsa yang ada di Nusantara yang hendak dipersatukan menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dilihat dari kelahirannya, sebagai
bahasa persatuan, sejak adanya Sumpah Pemuda 1928 kini bahasa Indonesia
sudah berusia 87 tahun merajut persatuan dan kesatuan, sedangkan sebagai bahasa
negara sudah bertahan tujuh puluh tahun dengan terus-menerus dikembangkan
dan diperluas fungsi penggunaannya dalam berbagai bidang dan kini sedang
diupayakan menjadi bahasa kawasan dalam tatanan MEA.
Tofler (dalam Jacob. 1991:129) telah memberikan ramalan yang gamblang
mengenai masa depan umat manusia, yaitu akan adanya era informasi. Di era
informasi inilah bahasa Indonesia berkembang semakin pesat dan dapat dibinakan
kepada masyarakat penuturnya atau diinformasikan kepada peminat bahasa
Indonesia di luar negeri dengan cara diakses daring, diunduh, dan dicetak secara
digital. Inilah realitas zaman kita yang berbeda dengan pola pengembangan dan
pembinaan bahasa Indonesia di masa lalu yang lebih mengandalkan pembinaan
bahasa melalui media cetak dan pertemuan bersemuka dalam penyuluhan bahasa,
melalui siaran radio, atau televisi.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Naisbitt dan Aburdane (2005: 48-49.b) dengan pendekatan lain meramalkan


pertumbuhan ekonomi, kebangunan demokrasi, swastanisasi, kebangkitan
keagamaan, dan keterlibatan lebih merata antara laki-laki dan perempuan yang
akan melanda Asia, termasuk Indonesia. Pandangan lain mengenai hal demikian,
dikemukakan Pink (2005: 48-49) yang membagi perkembangan zaman menjadi
empat masa, yaitu masa pertanian (abad ke-18ditandai dengan adanya model
hubungan pekerja petani), masa industri (abad ke-19 ditandai dengan adanya
model hubungan pekerja pabrik dan organisasi efisien yang memperkuat
ekonomi), masa informasi (abad ke-20ditandai dengan adanya pekerja
intelektual), dan masa konseptual abad ke-21ditandai dengan adanya karekter
utama para pekerja pencipta dan mampu berempati). Era informasi dan konseptual
ini menantang bahasa Indonesia, dengan pertanyaan, peran apa yang dapat
dijalankan olehnya.
Perkembangan fokus kajian bahasa Indonesia, seperti kata McMahon (1994:1-12)
dapat dipelajari seperti memutar kaset, dapat ke depan (dengan kajian perubahan
bahasa) atau ke belakang (dengan kajian rekonstruksi bahasa). Bahasa juga dapat
dipelajari oleh penutur dan anak-cucunya secara sinkronis dan diakronis. Di
samping itu, pengembang bahasa dapat juga merencanakan masa depan bahasa
Indonesia dengan menciptakan berbagai pedoman, kaidah, dan regulasi politik
kebahasaan di masa kini untuk mengantisipasi dan mengakomodasi keadaan di
masa yang akan datang, termasuk di dalamnya politik bahasa dalam kawasan
MEA dan dunia internasional.
Seperti kata Jacob, ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mempersiapkan dan
mengubah masa kini menjadi masa depan yang lebih baik. Bahkan, menurut
Eastman (1983) bahasa dapat direncanakan dalam arti direkayasa atau
diperlengkapi dengan perangkat internal kebahasaan yang mutkhir dan perangkat
peraturan yang memperkokoh pelaksanaan pengembangan bahasa dan pembinaan
penuturnya untuk membentuk kebudayaan. Dalam istilah Moeliono (1991)
perencanaan bahasa sebagai proses dan fungsi dinamai pengembangan dan
pembinaan bahasa. Perencanaan bahasa yang berpotensi memiliki pengaruh
raksasa adalah perencanaan yang dilakukan melalui undang-undang. Kini kita,
para teknokrat perekayasa bahasa di Indonesia sangat diuntungkan dengan adanya
Undang-Undang No.24 tahun 2009 yang mengatur penggunaan bahasa-bahasa
daerah dan pengembangan bahasa Indonesia. Dengan undang-undang ini
perencanaan bahasa dan pelaksanaan pengembangan dan pembinaan penutrnya
seharusnya akan lebih efektif daripada yang dilakukan sebelumnya. Bahkan,
efektivitas tersebut menjadi semakin nyata karena setiap komponen bangsa akan
terlibat aktif, tidak seperti selama ini yang monolitik, hanya datang dari
Pemerintah. Hal tersebut sangat sejalan pandangan Sapir (1970:3-23) yang diikuti
oleh Whorf dan pandangan Vygotsky (1986),-- meskipun tidak amat sejalan tetapi
keduanya sangat memperhatikan keterkaitan antara bahasa dan cara berpikir, dan
pada akhirnya ada keterkaitan antara bahasa dengan budaya.
Bahasa Indonesia pada masa sekarang dipengaruhi oleh dua faktor
mutakhir penting yang sangat berpotensi dan berpengaruh terhadap
berbagai peristiwa perubahan sosial budaya di Indonesia pada masa
sekarang. Pertama, globalisasi yang menyebabkan seluruh penduduk dunia
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

menyesuaikan diri dengan tersempitkannya bola dunia yang diduduki


manusia, yaitu dengan terciptanya tatanan kehidupan baru masyarakat
global. Kedua, gerakan reformasi suatu gerakan yang berhasil menjatuhkan
pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan sentralistik - sehingga
menghasilkan pemerintahan baru, yaitu orde reformasi dengan otonomi
daerah yang mulai diberlakukan pada tahun 2001 silam menjanjikan
terciptanya sebuah kehidupan BI yang terlepas dari dominasi dan hegemoni
pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Kedua faktor inilah yang
melatarbelakangi diadakannya program unggulan Pusat Bahasa untuk melakukan
revitalisasi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing sejak 2005 hingga
sekarang (oleh Badan Bahasa).

2.2 Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia

2.2.1 Beberapa Alasan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia


Ada tiga alasan yang melatarbelakangi pengangkatan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yaitu, (1) faktor historis bahasa Melayu sebagai bahasa lingua
franca pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya dan sesudahnya, (2) faktor
internal bahasa yaitu struktur bahasanya sederhana dan terbuka menerima serapan
bahasa asing, dan (3) faktor kedemokratisan pemakaiannya yang tidak mengenal
tata tingkat fungsi sosial. Ketiga alasan tersebut diuraikan seperti di bawah ini.

a. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Lingua Franca


Beberapa keterangan sejarah menunjukkan bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan besar pada permulaan kurun awal Masehi dan sudah menguasai sebagian
besar Asia Tenggara. Dengan pusat kerajaannya di daerah Nusantara yang
berbahasa Melayu, Sriwijaya besar sekali pengaruhnya menjadikan bahasa
Melayu sebagai lingua franca di Nusantara ini. Keterangan ini didukung oleh
bukti sejarah lainnya yang menunjukkan, bahwa pada babad-babad kuno orang-
orang Tionghoa pada permulaan kurun waktu Masehi yang datang ke Indonesia
telah menemui sejenis lingua franca di Nusantara yang dinamakan Kwenlun.
Prasasti Melayu tertua ditemukan bukan hanya di daerah-daerah yang berbahasa
Melayu, tetapi juga di luarnya, seperti terbukti dari Prasasti Gandasuli di Jawa
Tengah berangka tahun 827 dan 832 Masehi. Daerah-daerah yang dimaksudkan
berbahasa Melayu tersebut terletak di antara Selat Malaka dan Laut Tiongkok
Selatan, yaitu pada jalan-jalan kapal laut terpenting untuk masuk ke Kepulauan
Indonesia, dan yang merupakan perhubungan laut satu-satunya antara Timur dan
Barat.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, (dalam Kridalaksana, 1991:98) ketika bangsa
Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu sudah memiliki
kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah bahasa-bahasa daerah yang
banyak. Pigafetta yang mengikuti Magelhain mengelilingi dunia pertama kali dan
kapalnya berlabuh di Tidore 1521 menuliskan daftar kata-kata Melayu yang
pertama. Begitu pula Jan Huygen van Linschoten, pelaut Belanda yang 60 tahun
kemudian berlayar ke Indonesia menuliskan dalam karangannya Itinerarium ofte
Schipvaert naer Oost ofte Portugaels Indien bahwa bahasa Melayu bukan hanya
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sangat harum namanya tetapi juga dianggap sebagai bahasa yang terhormat
diantara bahasa-bahasa timur lainnya. Agama Islam yang disebarluaskan dengan
mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan juga menggunakan bahasa Melayu,
demikian juga dengan bangsa Portugis. Pada abad ke-16 bahasa Melayu dipakai
oleh raja-raja di daerah Maluku apabila mengirim surat kepada raja Portugis.
Begitu pula dengan Saint Francois Xavier yang menentang Islam dan
memasukkan ajaran Kristen juga menggunakan bahasa Melayu karena bahasa
Melayu dianggap sebagai bahasa yang diketahui semua orang. Selanjutnya,
Alisjahbana mengatakan, bahwa, timbulnya bahasa-bahasa kebangsaan di Asia
setelah perang dunia kedua merupakan akibat dari runtuhnya kerajaan-kerajaan
kolonial Eropa. Kekuasaan penjajahan Eropa di Asia menimbulkan berdirinya
berbagai kesatuan politik dan ekonomi di berbagai daerah bekas jajahan yang
ingin memisahkan diri dari penguasanya. India, Pakistan, Birma, dan Indonesia
adalah negara-negara kebangsaan baru yang muncul setelah perang dunia kedua.
Tiap-tiap negara yang baru merdeka ini bukan hanya menghadapi masalah politik
dan ekonomi tetapi juga soal bahasa. Masalah bahasa yang terjadi di India,
Pakistan, Birma dan Filipina yang merupakan bekas jajahan Inggris jauh lebih
sulit dibandingkan dengan yang terjadi di Indonesia yang dikuasai oleh Belanda.
Hal ini disebabkan karena bahasa Belanda tidak memiliki kedudukan yang
sepenting bahasa Inggris dalam perhubungan dunia. Lebih jauh diakui
Alisjahbana bahwa di Indonesia lebih mudah membangun bahasa kebangsaan
yang baru walaupun keadaan di Indonesia amat sulit dalam hal bahasa. Ada
beberapa faktor yang dikatakan mengapa demikian, pertama karena wilayah
Indonesia yang luas jika dibandingkan dengan Eropa. Indonesia adalah daerah
yang terdiri dari berbagai pulau dan memiliki 720 bahasa versi Pusat Bahasa
(Sugono, 2005:8). Walaupun bahasa-bahasa dan dialek-dialek tersebut bisa
dikembalikan kepada rumpun bahasa purba yang sama, namun sekarang masing-
masing telah jauh tumbuh menyendiri sehingga dikatakan bahwa bahasa dan
dialek tersebut telah menjadi bahasa dan dialek yang berbeda. Namun, justru
dengan terpecahnya daerah Indonesia yang luas menjadi beratus-ratus kesatuan
geografis dan kebudayaan yang masing-masing mempunyai bahasa sendiri,
membuat bangsa Indonesia memiliki suatu keperluan yang sama akan suatu
bahasa bersama yang dapat dipahami oleh semua orang, bukan saja yang berasal
dari kepulauan Indonesia, tetapi juga bangsa asing yang senantiasa bergelombang
datang ke Indonesia yang tertarik dengan kekayaannya yang termasyhur. Pada
zaman ketika kepulauan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan asing, senantiasa ada
kecenderungan bahwa bahasa kebudayaan atau kekuasaan politik asing menjadi
bahasa pergaulan, seperti bahasa Sanskerta pada zaman Hindu, bahasa Arab pada
zaman Islam, bahasa Belanda pada zaman penjajahan, dan bahasa Jepang pada
zaman pendudukan Jepang. Tetapi karena bahasa-bahasa tersebut hanya dikuasai
oleh sekelompok kecil bangsa Indonesia, maka diperlukan bahasa pergaulan
yang dipahami oleh lebih banyak orang dari berbagai daerah yang bahasa atau
dialeknya berbeda-beda. (Sugono, 2005:97).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

b. Struktur Bahasa Melayu lebih Sederhana dan Terbuka


Dibandingkan dengan bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu bagi 50 juta
penduduk saat itu, bahasa Melayu yang hanya memiliki penutur sebanyak 8 juta
justeru dipilih sebagai lingua franca terutama disebabkan karena bahasa Melayu
strukturnya lebih sederhana dan terbuka menyerap unsur bahasa asing sehingga
relatif lebih mudah dipelajari daripada bahasa Jawa. Kesederhanaan dan
keterbukaan bahasa Melayu menyerap bahasa asing dapat dilihat pada
perubahannya menjadi bahasa Indonesia pada tataran morfem terikat, kata,
istilah, dan kalimat, sebagai bentuk serapan dari bahasa lain, selain bentuk
pemberdayaan unsur bahasa Indonesia sendiri yang sebelumnya tidak terdapat
dalam bahasa Melayu.
Perincian bentuk-bentuk perubahan bahasa Melayu di dalam bahasa Indonesia
yang mencirikan perkembangan bahasa Indonesia sendiri seperti di bawah ini.
(1) adanya penyerapan morfem terikat bahasa asing seperti antar-, dwi-, panca-
pra-swa- tri-, tuna- seperti pada kata-kata berikut, antarkota, dwipurwa,
pancasila, pramuka, swasembada (pangan), tridarma (perguruan tinggi),
tunawisma;
(2) adanya penyerapan kata asing yang relatif besar jumlahnya, terutama berasal
dari dari bahasa belanda dan arab.
(3) penumbuhan swadaya bahasa indonesia, yaitu penggunaan konfiks ke-an, pen-
an, gabungan afiks men-kan, dan di-kan, seperti dalam kata-kata berikut
kehidupan, penemuan, menjalankan, dikorbankan.
(4) adanya penyerapan istilah bahasa asing yang memungkinkan diimbuhi degan
imbuhan bahasa Indonesia, seperti monitor,pantau menjadi memantau,
dipantau, terpantau;
(5) penyerapan/pengaruh afiks bahasa daerah lain (Jawa) seperti ke-, -an, dan ke-
an,
(6) pemeranan analogi dalam bahasa seperti men-+bawa menjadi membawa,
dianalogikan dengan bentuk baru seperti men+ borong menjadi memborong;
(7) pengungkapan baru hasil terjemahan seperti blauw bloed,berdarah biru
(8) keterpengaruhan struktur kalimat seperti penggunaan adalah sebagai pengaruh
penggunaan to be dalam bahasa inggris, contoh im a teacher and my mother is a
nurse, saya adalah guru dan ibu saya seorang perawat (dalam bahasa melayu
asli, saya guru, ibu saya perawat) (Yus Badudu, dalam Kridalaksana, 1991: 28-38).
Bentuk-bentuk serapan bahasa tersebut merupakan bukti adanya dinamika
perubahan, keterbukaan, dan keberkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia. Keadaan tersebut telah mendorong bahasa Melayu untuk ditetapkan
menjadi bahasa nasional Indonesia yang modern dan diarahkan menjadi bahasa
dunia.

c. Bahasa Melayu lebih Demokratis


Perbedaan sutruktur dan kosakata yang dibeda-bedakan menurut perbedaan usia,
pangkat, dan kedudukan penutur-petutur di dalam masyarakat mempersulit
pembelajaran bagi orang asing yang ingin mempelajari bahasa jenis itu, seperti
bahasa Jawa dan Sunda. Ketika mempelajari bahasa Sunda atau bahasa Jawa yang
berundak-usuk pemakaiannya, pada hakekatnya ia harus mempelajari lebih dari
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

satu bahasa. Bahasa Melayu tidak memiliki undak-usuk (tingkat-tingkat)


pemakaian dalam fungsi sosial seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda tersebut
sehingga bahasa Melayu lebih demokratis dan lebih mudah dipelajari dan
digunakannya. Pertimbangan kedemokratisan tidak hanya dipicu oleh struktur
internal bahasa, tetapi didorong oleh para pejuang bangsa kita sendiri yang
menuntut keadilan, kemerdekaan, dan kedemokratisan. Dengan demikian, tidak
hanya bahasanya yang demokratis tetapi juga para pejuangnya pun berjiwa
demokratis, sehingga mampu mengenyampingkan kepentingan etnis kelompok
pejuangnya sendiri yang sebenarnya banyak berasal dari etnis Jawa.
Berikut disajikan contoh bahasa Melayu pra-Indonesia yang disebut oleh Ananta
Toer (2003:29) sebagai bahasa Melayu Lingua Franca (tetapi menurut orang
Belanda sendiri sebagai bahasa Melayu rendah seperti tampak dalam jilid buku
tersebut) dalam cerita terjemahan Melati van Java Karya Terjemahan F.Wiggers,
Dari Boedak sampe Djadi Radja (Betawi, 1898, 2 Jilid, 402 halaman) seperti
di bawah ini
Kadoewa oetoesan itoe sembah soejoed, maka bertitah radja:
Apakah kahendaknya toewanmoe Pangeran Adipati?
Goesti, kami punya toewan telah oetoeskan kami dengan singrah dateng kemari
sebab atinya terlaloe soesah, tida ia taoe apa ia mesti bikin dari itoe dipinta
goesti poenya bitjara.
Contoh kalimat-kalimat di atas memperlihatkan kepada kita, bahwa bahasa
Melayu lingua franca memiliki beberapa bentuk fonem dan morfem yang
sekarang sudah berubah dalam bahasa Indonesia sebagai berikut
(1) ka ke: kadoewa=kedua, kahendaknya=kehendaknya,
(2) e a datengdatang
(3) h atinyahatinya
(4) Oe u: itoe=itu, oetoesan=utusan
(5) dj j: radja=raja
(6) tj c: bitjara=bicara

2.2.2 Tahap-Tahap Penegakan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia


Seperti sudah disinggung di atas, bahwa penegakan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia dilakukan dalam tujuh tahap, mulai dari tahap penyemaian
sampai tahap penetapannya secara konstitusional. Sebagai tahap persemaian yang
terjadi menurut keniscayaan sejarah, bahasa Melayu disemai dalam sejarah
modern sejak permulaan abad ke-17 VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
sebuah kongsi dagang Belanda yang awalnya beroperasi di Indonesia dalam
perdagangan, kemudian menambah kegiatannya dengan menyebarkan agama
Kristen melalui pendidikan. Sementara bangsa Indonesia memiliki berbagai
bahasa daerah yang banyak jumlahnya dan bahasa Belanda sulit diajarkan, maka
dipilih bahasa Melayu yang dapat dipahami oleh sebagian besar masyarakat
sebagai bahasa daerah pertama yang dipilih dalam penyebaran dan penerjemahan
Injil. Selanjutnya, Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu dapat diterbitkan
pada tahun 1731 dan Kitab Perjanjian lama pada tahun 1733 (Kridalaksana,
1991:99-100). Penerjemahan kitab suci Injil ke dalam bahasa Melayu diikuti
upaya penerjemahannya ke dalam bahasa daerah lain di Nusantara melalui
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

lembaga khusus yang didirikan pada tahun 1814. Sebut saja misalnya, Colsma
(1840-1926) mengkaji bahasa Sunda untuk tujuan yang sama.
Berkaitan dengan tahap penegakan bahasa sebagai proses pelaksanaan kebijakan
politik bahasa nasional Indonesia, bahasa Indonesia diangkat dan
diperkembangkan dari bahasa Melayu Riau dan semakin lama semakin berbeda
dari bahasa Melayu aslinya. Perbedaan ini merupakan hasil pergeseran yang
diarahkan melalui perencanaan kebahasaan dalam politik nasional kebahasaan
yang secara teknis mengacu kepada istilah language planing atau language
policy. Perencanaan bahasa Indonesia secara historis berkaitan dengan sejarah
penegakkan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai bentuk kebijakan
bahasa. Masa persemaian (inseminasi) penting yang dikemukakan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional menurut Kridalaksana
(1991:9) ada tujuh tahap.
Penegakan pertama, sesudah pertengahan abad ke-19 Kepala Wilayah Hindia
Belanda, Gubernur Jenderal Rochusssen memutuskan bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar di sekolah rakyat untuk mempersiapkan tenaga administrasi
yang murah dalam pemerintahan. Catatan sejarah ini menunjukkan bahwa, bahasa
Melayu sudah difungsikan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan yang
sangat menguntungkan bagi kedudukan, fungsi dan pengembangan bahasa
Melayu di waktu itu yang kelak diangkat menjadi bahasa Indonesia. Pada abad
ke-19 dan ke-20 kedudukan bangsa Belanda di Indonesia semakin kuat sehingga
bahasa Belanda pun memiliki kedudukan penting pula oleh karena bahasa
Belanda diajarkan di sekolah-sekolah. Sementara bahasa Melayu juga semakin
maju karena bangsa Belanda menggunakannya dalam pemerintahan dan dalam
korespondensi dengan bangsa Indonesia. Pada tahun 1850 Gubernur Jenderal
Rochussen mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar sebab bahasa
Melayu merupakan lingua franca di seluruh Kepulauan Hindia, yaitu bahasa yang
dipakai oleh bangsa-bangsa yang berbeda, seperti Melayu, Jawa, Cina, Arab,
Bugis, Makasar, Bali atau Dayak, dalam perhubungan dengan sesamanya. Namun
demikian, atas kerja Van der Chijs pada pertengahan abad ke-19 penyebaran
bahasa Belanda pun mendapat kemajuan. Pada tahun 1900 Direktur Departemen
Pengajaran Mr. J.H. Abendanon mendirikan kursus-kursus bahasa Belanda pada
sekolah-sekolah rakyat yang 6 tahun, dan menjadikan bahasa Belanda sebagai
mata pelajaran tetap di kelas 5 dan 6 sekolah rakyat, dan bahasa Belanda juga
menjadi mata pelajaran penting pada sekolah guru.
Penegakan kedua, pada tahun 1908. Kaum intelektual di jajahan Belanda Hindia
Timur (yang menjadi Indonesia sekarang) sejak tahun 1908 mendirikan
organisasi-organisasi yang dapat mempengaruhi rakyat agar mereka bangkit dan
maju. Mereka sadar bahwa hanya dengan persatuan Indonesia mereka mampu
menentang kekuasaan penjajahan. Mereka kemudian mencari suatu bahasa yang
dapat dipahami oleh sebagian besar rakyat. Oleh karena perkembangan politik
sedemikian rupa, maka perhatian ditujukan kepada bahasa Melayu yang telah
sejak berabad-abad menjadi lingua franca di seluruh Kepulauan Indonesia. Pada
tahun 1908, untuk pertama kalinya bangsa Indonesia yang diwakili oleh kaum
terpelajar pada Kongres Budi Utomo di Jakarta menuntut agar syarat masuk ke
sekolah Belanda dipermudah, perlu didirikan sekolah-sekolah istimewa untuk
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bangsa Indonesia yang ingin melanjutkan pelajarannya tentang bahasa Belanda.


Mereka tidak puas bahasa Belanda hanya dijadikan mata pelajaran karena
pengetahuan yang kurang dalam bahasa Belanda menyebabkan mereka tidak
dapat melanjutkan pendidikan. Ketika Hazeu menjadi Direktur Departemen
Pengajaran, bahasa Belanda mulai diajarkan dari kelas pertama sekolah rakyat
yaitu mulai tahun 1914. Pada tahun itu pemerintah Belanda mendirikan
Hollandsch Inlandsch Scholen (HIS) yang memakai bahasa Belanda tujuh tahun
dan anak-anak yang telah tamat dapat melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.
Pemerintah Belanda mendirikan volkslectur (Taman Bacaan Rakyat). Badan
penerbitan ini diubah menjadi Balai Pustaka pada 1917 yang menyetujui
penerbitan buku-buku dalam bahasa Melayu yang dikontrol isi dan bahasanya
sebagai pesaing penerbit swasta yang dicurigai mengobarkan permusuhan
terhadap Pemerintah Belanda. Tahap kedua ini pun sangat menguntungkan bagi
bahasa Melayu karena banyak buku dapat beredar dan dibaca dalam bahasa
Melayu yang menyokong gerakan kebangkitan nasional yang sudah dirintis sejak
1908.
Penegakan ketiga, pada 25 Juni 1918 Ratu Belanda menyetujui penggunaan
bahasa Melayu oleh anggota Bumi Putera di lembaga dewan rakyat (Volksraad)
dan di lingkungan organisasi Bumi Putera. Tahap ketiga ini mempertegak
kedudukan dan fungsi bahasa Melayu dalam dunia politik, selain fungsinya
dalam dunia pendidikan dan penerbitan. Berkaitan dengan ketiga keputusan
tersebut sebagai perintisan upaya penegakan bahasa Melayu dalam istilah
Kridalaksana, potensi bahasa Melayu yang diberdayakan adalah potensi
eksternnya atau aspek sosiolingusitiknya sesuai dengan situasi politik masyarakat
penuturnya yang masih berusaha mempersiapkan upaya-upaya mencapai
kemerdekaan berdasarkan rasa senasib-sepenanggungan antarsesama etnis
Nusantara.
Penegakan keempat, yaitu bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dikrarkan secara politis dalam sumpah pemuda 28
Oktober 1928. Dengan tambah berkembangnya kesadaran kebangsaan dan
bertambah majunya pergerakan kesatuan bangsa Indonesia, bertambah banyak
pula masyarakat yang menggunakan bahasa Melayu. Pada Kongres Pemuda
Indonesia yang pertama tahun 1926 Mohamad Yamin masih berbicara dalam
bahasa Belanda tentang kemungkinan bahasa dan kesustraan Indonesia di masa
yang akan datang. Namun dua tahun sesudahnya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928
pada Kongres Pemuda kedua di Jakarta, pemuda Indonesia bersumpah bahwa
mereka berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia,
dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Inilah yang menjadi tonggak
sejarah penting yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia, dan
memberikan kedudukan penting dalam masyarakat Indonesia, sehingga bangsa
Indonesia perlu menumbuhkan bahasa Indonesia. Dengan keputusan ini, bahasa
Idonesia menggantikan fungsi bahasa Belanda sebagai alat untuk mencapai
kebudayaan modern.1 Keputusan kebahasaan yang tercakup dalam Sumpah
Pemuda ini diambil oleh para pejuang bangsa Indonesia yang berjiwa demokratis

SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

dan berwawasan nasioal/keindonesiaan, bukan orang-orang yang berwawasan


etnosentris. Oleh karena itu, keputusan kebahasaan itu diambil berdasarkan
pertimbangan kedemokratisan bahasa yaitu, bahwa bahasa Melayu lebih
demokratis daripada bahasa Nusantara lain, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda
yang jumlah penuturnya lebih banyak tetapi bahasanya tidak demokratis karena
mengenal undak-usuk.
Sneddon (2003:101-102) menambahkan bahwa dengan Sumpah Pemuda (Youth
Pledge) 28 Oktober 1928, para delegasi kongres pemuda memproklamasikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa (the language of the national
unity). Perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang tunggal,
hanya sastu-satunya bahasa nasional menjadi kekuatan pemersatu utama yang
dideskripsikan oleh para sosiolinguis ternama sebagai sebuah proses yang sangat
ajaib (miraculous) karena penduduk Nusantara dapat diyakinkan dengan bahasa
khusus yang berasal dari luar harus menjadi bahasa kesatuan antaretnik dan
pengintegrasian mereka. Bahasa Indonesia menjadi elemen penting, bahkan paling
penting dalam pengintegrasian beratus-ratus kelompok etnik yang sekarang
menjadi bangsa yang berpenduduk terbesar keempat di dunia, dan menjadi serbuk
dasar tunggal yang paling penting (the most important single ingredient) dalam
membentuk kebudayaan Indonesia modern.
Selanjutnya, tahap kelima diselenggrakannya Kongres Bahasa Indonesia I yang
dilatarbelakangi oleh keprihatinan penggunaan bahasa Melayu/Indonesia dalam
surat kabar yang terkesan kurang terpelajar. Sebagai jurnalis muda, Sumanang
mengusulkan adanya Kongres Bahasa Indonesia I di Solo 1938 yang berhasil juga
mempersiapkan kedudukan dan peran bahasa Indonesia kelak di masa
kemerdekaan (yang saat itu masih dalam perjuangan). Penegakan keenam, bahasa
Indonesia sangat diuntungkan dalam perkembangannya dengan terjadinya
kekalahan Belanda oleh Jepang pada 1942 yang menyebabkan penggunaan bahasa
Indonesia dalam roda pemerintaan di zaman Jepang yang mengobarkan
antibelanda. Ketika bangsa Jepang mendarat di Indonesia dan memegang
pemerintahan pada permulaan tahun 1942, Jepang berusaha menanamkan dengan
cepat kejepangannya dan menghapuskan penggunaan bahasa Belanda yang waktu
itu menjadi bahasa resmi tetapi karena bahasa Jepang sulit diajarkan secara
singkat dan karena keadaan yang mendesak, maka dengan terpaksa mereka harus
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya menjadi bahasa
undang-undang tetapi juga bahasa pengumuman dan surat-surat resmi antarkantor
pemerintah serta antara pemerintah dengan rakyat. Bahasa Indonesia juga menjadi
bahasa pengantar pendidikan di sekolah-sekolah mulai dari SD sampai perguruan
tinggi. Pada masa penjajahan Jepang, bahasa Indonesia berkembang pesat, dan
pada tanggal 20 Oktober 1942 didirikan Komisi Bahasa Indonesia yang bertugas
menentukan kata-kata yang umum bagi bangsa Indonesia. Pada akhir pendudukan
Jepang telah ditetapkan 7.000 istilah baru. Sneddon2 menegaskan bahwa sejak
Jepang menguasai teritorial jajahan Belanda di Indonesia pada awal 1942, bahasa
Belanda yang digunakan dalam administrasi dan pendidikan dilarang dan diganti
dengan bahasa Indonesia.

SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Penegakan ketujuh, kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 serta-merta


memperkuat kedudukan bahasa Indonesia dengan UUD 1945-nya yang
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Dalam waktu yang singkat
bahasa Indonesia mendapatkan status de facto sebagai bahasa resmi, yang
kemudian diresmikan pada deklarasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

2.3 Sejarah Badan Bahasa dan Kebijakan Bahasa Nasional


Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia ditentukan
secara resmi dalam Undang Undang Dasar 1945; --bahwa bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia. Pusat Bahasa berawal dengan terbentuknya Instituut voor Taal
en Cultuur Onderzoek (ITCO) yang merupakan bagian dari Universitas Indonesia
pada tahun 1947 dan dipimpin oleh Prof. Dr. Gerrit Jan Held. Pada tanggal 18
Juni 1947 didirikan Komisi Bahasa, yaitu panitia pekerja bahasa Indonesia yang
dapat menentukan kira-kira 5000 istilah baru. Sementara itu, pada Maret 1948
pemerintah Republik Indonesia membentuk lembaga bahasa bernama Balai
Bahasa di bawah Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan. Pada tahun 1952, Balai Bahasa dimasukkan ke lingkungan Fakultas
Sastra Universitas Indonesia dan digabung dengan ITCO menjadi Lembaga
Bahasa dan Budaya (Sneddon, 2003:104). Tujuh tahun kemudian pada 1 Juni
1959, Lembaga Bahasa dan Budaya berubah nama menjadi Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan (LBK). Lembaga ini berpindah penaung, yaitu di bawah naungan
(langsung) Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Ketika situasi
politik berubah dari politik nasional periode orde lama ke orde baru di bawah
Presiden Soeharto, pada 3 November 1966, LBK berubah menjadi Direktorat
Bahasa dan Kesusasteraan (DBK) di bawah Direktorat Jendral Kebudayaan, di
bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 27 Mei 1969
Direktorat Bahasa dan Kesusasteraan berubah nama menjadi Lembaga Bahasa
Nasional (LBN) di bawah naungan Dirjen Kebudayaan. Selanjutnya, sejak 1 April
1975 sampai dengan tahun 2000, LBN berubah nama menjadi Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (PPPB). Karena panjangnya nama lembaga ini,
secara tidak resmi lembaga ini sering disebut dengan singkatan P3B. Lembaga
yang kerap disingkat dengan nama Pusat Bahasa ini, secara berturut-turut
dipimpin oleh Prof. Dr. Amran Halim, Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Drs.
Lukman Ali, Dr. Hasan Alwi, dan Dr. Dendy Sugono. Oleh karena itu,
berdasarkan mandat Presiden Indonesia, sejak tahun 2000 sampai sekarang
(2008), lembaga ini disebut dengan Pusat Bahasa dengan 22 Lembaga Balai
Bahasa/Kantor Bahasa yang tersebar di 23 Provinsi di Indonesia di bawah
naungan Sekretariat Jendral Departmen Pendidikan Nasional, Departemen
Pendidikan Nasional. Sejak 2012 Pusat Bahasa berubah status lembaga menjadi
lembaga eselon 1 dengan nama Badan Pengembangan, Pelindungan, dan
Pembinaan Bahasa, yang dipopulerkan dengan sebutan Badan Bahasa.
Saat ini, Badan Bahasa memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berstatus
sebagai balai bahasa 17 balai dan yang berstatus kantor bahasa, lima kantor yang
tersebar di dua puluh dua provinsi di Indonesia. Beberapa karya penting di
bidang kebahasaan dalam rangka menata bahasa Indonesia dalam politik nasional
kebahasaan pascareformasi adalah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

(1) Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing Edisi Kedua, 2003;


(2) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kedua,
Pusat Bahasa, 2002;
(3) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan
Nasional, Balai Pustaka, 2002.
(4) Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing, Edisi Kedua, Pusat Bahasa.
2003.
(5) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa, Balai Pusta,
2003.
Beberapa kegiatan terakhir pada zaman Pusat Bahasa, yaitu pertama,
konsensus antara ahli bahasa dan Forum Bahasa Media Massa yang diadakan
sebulan sekali menyepakati peluruhan seluruh kata yang diawali dengan huruf
konsonan /k,p,s,t/ bila diberi awalan meN-, seperti meN + pesona menjadi
memesona, bukan mempesona, meN+punya+i menjadi memunyai, bukan
mempunyai. Kedua, revisi KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang
diperkenalkan pada kongres bahasa tahun 2008. Revisi ini memuat leksikon
bahasa daerah yang konsepnya tidak ada dalam bahasa Indonesia, seperti kata
ngaben di Bali. Inventarisasi kata-kata budaya seperti ini masih terus-menerus dan
masih sedang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Ketiga, penerbitan kamus
istilah, yaitu kamus khusus untuk bidang ilmu dasar, antara lain (fisika, kimia,
matematika, dan biologi); ilmu terapan (kedokteran, filsafat, hukum, bahasa,
sastra, komunikasi massa, pendidikan, agama, dan lain-lain). Kamus istilah ini
hasil kerja sama antara Pusat Bahasa, pakar bidang ilmu, dan Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM). Keempat, penyusunan
tesaurus Indonesia sebagai sumber padanan kata. Kelima, pengembangan uji
kemahiran berbahasa atau proficiency test yang disebut dengan UKBI (Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia) dan pengembangan bahan ajar BIPA (Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing). Keenam, Undang-Undang Bahasa Nomor 24
tahun 2009 yang mendudukkan tiga jenis bahasa di Indonesia, yaitu bahasa daerah
sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa asing
sebagai bahasa sumber ilmu pengetahuan. Kedudukan tiga bahasa ini akan
diperjelas melalui undang-undang dan dilindungi pemakaiannya sehingga tidak
saling menerjang dan mengalahkan.

2.4 Politik Bahasa Nasional Pascareformasi: Revitalisasi Bahasa


Bahasa dapat berkembang karena adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain
sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diikutinya. Satu
hal yang perlu dijaga adalah bahwa dalam mengembangkan bahasa nasional ini
(bahasa Indonesia), di satu pihak kita harus bersifat terbuka dan di pihak lain kita
harus juga waspada (Alwi dan Sugono, 2000:4). Kewaspadaan itu salah satunya
harus diwujudkan dalam penataan unsur internal bahasa, seperti perubahan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia yang lebih terbuka dan penggunaannya lebih
menasional pada masa pascakemerdekaan. Mengenai perubahan bahasa
Indonesia, setidaknya ada tiga masalah kebahasaan di Indonesia yang terkait,
yaitu masalah bahasa Indonesia (BI), bahasa daerah, dan pemakaian bahasa asing.
Ketiga masalah itu tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Terlebih lagi, ketiganya akan juga berpengaruh terhadap perkembangan


dan keadaan bahasa Indonesia pada masa kini dan masa depan.
Di dalam politik bahasa nasional, bahasa-bahasa yang digunakan di Indonesia
secara umum diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa negara, bahasa persatuan antaretnis, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa daerah terdiri atas bahasa-bahasa etnis
yang yang diakui keberadaannya sebagai bahasa yang digunakan antarangota
kelompok etnis yang ada di Indonesia. Bahasa asing terdiri atas bahasa-bahasa
negara lain yang dipergunakan di Indoesia dalam percaturan politik, perdagangan,
kebudayaan, dan pendidikan. Secara politis, ketiga bahasa tersebut pada taraf
nasional dapat dipergunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan bergantung kepada
konteks penggunaannya. Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa resmi di
dalam urusan kenegaraan yang resmi, seperti dalam urusan tata usaha, peradilan,
dan penyelenggaraan politik. Bahasa daerah dapat dipergunakan sebagai bahasa
resmi dalam upacara adat yang dipertontonkan di muka umum. Selain bahasa
Indonesia, bahasa asing seperti bahasa Inggris dapat diterima pengggunaannya
sebagai bahasa resmi pada pertemuan internasional yang diselenggarakan di
Indonesia. Ketiga bahasa tersebut dikelola dalam arti dirancang,
dikembangkankan dan dibinakan oleh UPT di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, bahasa Indonesia diajarkan pula di luar
negeri sebagai bagian dari politik nasional kebahasaan.
Akan tetapi, di dalam perjalanan praktik politik nasional kebahasaan, ketiga
bahasa tersebut selalu memberi tantangan serius, baik dalam segi pengembangan
sistem internal kebahasaan, kedudukan, maupun fungsi sosialnya. Pengembangan
sistem internal kebahasa-indonesiaan berkaitan dengan pengembangan dan
pemutakhiran bahasa Indonesia secara linguistik agar mampu mendandani
dirinya menjadi bahasa yang memiliki sistem tata bahasa yang sistematis. Sistem
tata bahasa yang diharapkan itu mampu mengakomodasi bentuk-bentuk serapan
baru yang dibutuhkan untuk pengembangan konsep ilmu, teknologi, dan budaya
sesuai dengan tuntutan zamannya.
Kedudukan resmi bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu Riau, secara
umum, sejak dipersiapkan sebagai bahasa persatuan pada kongres bahasa
Indonesia 1918, dan diikrarkan dalam salah satu butir Sumpah Pemuda 1928,
sampai menjadi bahasa resmi negara pascakemerdekaan 1945 tidak pernah goyah.
Bahasa Indonesia tidak pernah dipermasalahkan menjadi bahasa nasional, tetapi
letak permasalahannya justru terjadi pada keberbagian perannya dalam kehidupan
sosial dan kenegaraan. Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sosial
sehari-hari di kalangan penuturnya tampak kurang beradab karena bahasa
Indonesia digunakan secara longgar dan terbuka dengan inteferensi dan campur
kode dari bahasa asing dan penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal ini sangat memprihatinkan para pemerhati
bahasa Indonesia. Dilihat dari fungsi sosialnya, yaitu sebagai bahasa negara,
sarana pengungkapan dan pewarisan budaya Indonesia, serta sarana pemerolehan
dan pembelajaran informasi pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahasa Indonesia
kurang mampu mengayomi bahasa daerah dan kurang mampu bersaing dengan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bahasa asing. Dengan kata lain, sejatinya bahasa Indonesia dapat


diperkembangkan keberadaan, fungsi, dan kedudukannya dengan pendayagunaan
potensi intern dan ekstern kebahasaan, tetapi di dalam perjalanannya selalu ada
celah impotensi keduanya akibat hipertensi pengaruh bahasa dan budaya asing.
Hipertensi bahasa dan budaya asing yang disambut dengan sikap positif oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia menyebabkan peminggiran bahasa, sastra,
dan budaya daerah, dan pengabaian penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar pada awal-awal tahun era reformasi.
Kedudukan bahasa Indonesia yang secara historis sudah kuat menjadi lebih
kokoh kedudukannya dalam UUD 1945 pasal 36 bahwa bahasa negara adalah
bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia berperan sebagai bahasa
persatuan yang digunakan pergaulan antarsuku bangsa Indonesia dan sebagai
bahasa negara dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Mengingat kedudukan dan peranan bahasa Indonesia yang
sangat penting dan strategis dalam mempererat kesatuan bangsa, maka bahasa
Indonesia ditingkatkan fungsinya sebagai bahasa pengantar dan sarana
pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Semangat
nasionalisme yang mengedepankan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa
nasional bangsa Indonesia tidak berarti harus mengenyampingkan kedudukan dan
peranan bahasa daerah. Akhir-akhir ini kesadaran bangsa dan keseriusan
pemerintah NKRI sangat tampak dalam memperhatikan bahasa dan sastera
daerah. Salah satunya adalah lahirnya UU Nomor 22 tahun 1999 yang
menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah dipandang perlu
untuk lebih menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah. Yang dimaksud keanekaragaman daerah tentu saja mencakup bahasa,
sastra, dan budaya daerah yang harus diberdayakan dan diangkat ke permukaan
dalam porsinya sebagai bagian dan penopang ketahanan budaya nasional dalam
tatanan budaya global. Sejalan dengan arus pembangunan NKRI dalam era
reformasi dan otonomi daerah, maka di dalam UU Nomor 22 tahun 1999
dipertegas Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, Bab II, butir 10.f bahwa
pemerintah provinsi sebagai daerah otonom memiliki kewenangan dalam
penyelenggaraan museum provinsi, suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan,
kajian sejarah, dan nilai tradisional, serta pengembangan bahasa dan budaya
daerah. Implementasi peraturan pemerintah tersebut terhadap program
pemerintah di Departemen Pendidikan Nasional salah satunya dapat dilihat dalam
pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada 2 Mei 2002 yang
menekankan pembelajaran berbasis konteks lingkungan siswa dengan
memperbolehkan adanya pelajaran muatan lokal bahasa dan budaya daerah.
Persoalan kebahasaan dan kesastraan daerah menjadi tantangan sendiri di daerah
provinsi mengingat kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah-daerah
provinsi tertentu belum siap, sedangkan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP)
kebahasaan dan kesastraan seperti kantor atau balai bahasa tidak memiliki
kewenangan dalam menangani bahasa daerah. Sejauh pengetahuan penulis, tidak
semua provinsi dan/atau daerah memiliki UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah)
yang secara khusus menangani bahasa dan sastra. Selama ini langkah yang
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

ditempuh kantor bahasa atau balai bahasa yaitu dengan melakukan kerja sama
dengan universitas di daerah provinsi, pemerintah provinsi (dinas pendidikan
provinsi), pemerintah kabupaten/kota yang bersedia melaksanakan kegiatan
kebahasaan dan kesastraan. Kondisi tarik-menarik kepentingan pemerintah pusat
melalui Badan Bahasa, universitas di daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota
yang tidak selalu sejalan, kadang-kadang menimbulkan adanya acara-acara
kebahasaan dan kesastraan yang tumpang-tindih, seperti seminar, penyuluhan,
pelatihan, dan lomba-lomba kebahasaan dan kesastraan yang diselenggarakan di
lingkungan dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota. Kondisi inilah yang
dihadapi UPTP kebahasaan di tingkat provinsi dan daerah kota/kabupaten yang
tampaknya belum menjabarkan UU No.22 ke dalam peraturan daerah untuk
menangani masalah kebahasaan dan kesastraan secara khusus.
Di sisi lain, mengingat pentingnya pengelolaan kebahasaan dan kesastraan di
Indonesia, maka beberapa organisasi profesi kebahasaan dan kesastraan dijadikan
sebagai mitra Badan Bahasa, walaupun di beberapa daerah provinsi tampaknya
tidak semua organisasi itu berjalan baik dan dapat bekerja sama. Pusat Bahasa
sebagai penyelenggara Kongres Bahasa Indonesia VIII, pada 14 sampai dengan
17 Oktober 2003 di Jakarta mencanangkan empat tujuan strategis, yaitu
(1) memantapkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi budaya global;
(2) meningkatkan mutu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan
masyarakat madani;
(3) memantapkan peran bahasa dan sastra Indonesia dan daerah dalam
memperkukuh ketahanan bangsa; dan
(4) memantapkan peran media massa dalam pembinaan bahasa dan apresiasi
sastra, (Soegono, 2003).
Visi dan misi Pusat Bahasa relevan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional (menurut Garis-garis Besar Haluan Negara) adalah
membentuk manusia Indonesia yang berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani,
berilmu, dan berketerampilan. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
tersebut, visi Pusat Bahasa adalah menjadikan lembaga bahasa dan sastra nasional
sebagai lembaga penelitian bahasa dan sastra yang unggul, pusat informasi dan
pelayanan bahasa dan sastra yang prima dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang berwibawa dan digunakan dalam perhubungan luas antarbangsa.
Misi Pusat Bahasa meliputi (1) peningkatan mutu bahasa dan sastra, (2)
peningkatan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra, (3) peningkatan
mutu pegawai kebahasaan dan kesastraan, (4) pengembangan bahan/sarana
informasi kebahasaan dan kesastraan, (5) pengembangan kerja sama, dan (6)
penegmbangan pengelolaan kelembagaan.
Di dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya ada beberapa organisasi
kebahasa-sastraan Indonesia yang menjadi mitra Pusat Bahasa. Pertama, HPBI
(Himpunan Pembina Bahasa Indonesi) didirikani pada 21 Februari 1974 oleh para
guru, dosen, peneliti, dan kelompok masyarakat lain di Pacet, Sindanglaya, Jawa
Barat dalam acara Seminar Tata Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia,
diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Nasional (sekarang Pusat Bahasa). HPBI
tumbuh dari organisasi sebelumnya, yaitu IGBI (Ikatan Guru Bahasa Indonesia)
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bertujuan menghimpun para pencinta bahasa Indonesia dan mereka yang


berkecimpung dalam pembinaan, penyuluhan, penelitian , dan pengajaran bahasa
Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa
Indonesia dan penerapannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. HPBI
menerbitkan Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Kedua, MLI (Masyarakat
Linguistik Indonesia) didirikan di Bandung pada 15 November 1975, bertujuan
untuk menggalakan penelitian kebahasaan dan memberikan wahana kepada para
pakar bahasa untuk mengikuti perkembangan mutakhir dan saling bertukar pikiran
tentang kebahasaan antarsesama anggotanya. Ketiga, HISKI (Himpunan Sarjana
Kesusastraan Indonesia) didirikan pada 17 November 1984 di Tugu, Puncak,
Bogor, Jawa barat. HISKI adalah organisasi profesi dalam bidang ilmu dan telaah
kesusasteraan yang dicetuskan di dalam seminar Penataran Sastera yang
diselengarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (sekarang
Badan Bahasa).

2.5 Peran Bahasa Indonesia Sekarang dan Masa Depan


Bagaimana peran bahasa Indonesia di masa sekarang dan masa depan? Seperti
dijelaskan Yus Badudu bahwa keberhasilan pengembangan bahasa Indonesia
sebagai bahasa dunia bergantung kepada tiga faktor, yaitu peran bangsa Indonesia
dalam percaturan dunia, kehidupan dunia ilmiah, dan daya tarik keuntungan asing
yang diperoleh dengan menguasai bahasa Indonesia. Berkaitan dengan faktor
pertama, yaitu keberhasilan bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia bergantung
kepada peran bangsa Indonesia dalam percaturan politik internasional. Pada masa
sekarang peran bangsa Indonesia dalam tatanan politik internasional tampak
berkurang karena buruknya citra Indonesia di mata dunia yang diakibatkan oleh
isu terorisme, korupsi dalam negeri, perang antaretnis, dan kerusuhan. Berbeda
halnya dengan masa, ketika Indonesia masih berperan sebagai ketua gerakan
negara-negara nonblok di zaman Presiden Soeharto, faktor tersebut merupakan
faktor yang benar-benar tampak berpengaruh sehingga bahasa Indonesia diajarkan
di banyak negara, bahkan di Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua
setelah bahasa Inggris (pada zaman Perdana Menteri Poul Keating).
Berkaitan dengan faktor kedua, yaitu kehidupan dunia ilmiah dan daya cipta
bangsa Indonesia dalam dunia modern, masih banyak persoalan kebahasaan yang
belum tuntas seperti dilaporkan M.Marcellino bahwa dari 900 kata pinjaman
bahasa Inggris yang diselidiki oleh Shidarta (1992:96) terdapat penyimpangan dari
norma baku morfofonem pengindonesian (meN- + bentuk dasar verba aktif )
sebagai berikut
(1) di Harian Kompas 16,7 % di register bisnis dan 19,6 % di register politik dan
dari 671 kata pinjaman bahasa Inggris di register masalah sosial terdapat 14,8 %
kesalahan;
(2) di Harian Suara Pembaharuan dari 894 yang diselidiki ditemukan kesalahan
pengindonesiaan 15,4% register bisnis, 16% dari 916 kata register politik , dan
13,4 % dari 633 kata register maslah sosial.
Selain itu, Marcellino melaporkan, bahwa telaah kesalahan pengindonesiaan kata
pinjaman bahasa Inggris yang disebutkan di atas disebabkan oleh pengaruh intern
bahasa sumbernya (Inggris) secara linguistik dan faktor ekternnya, baik faktor
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

psikolinguistik maupun sosiolinguistik. Dilihat dari segi psikolinguistiknya,


pengindonesiaan kata serapan bahasa Inggris yang melanggar norma bakunya
karena kesiapan dwibahasawan untuk mengingat dan menggunakan bentuk bahasa
dari bahasa aslinya. Sementara dari segi sosiolinguistiknya, disebabkan oleh sikap
positif penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa Inggris. Kondisi ini
memperlihatkan, bahwa bahasa Indonesia berada pada tahap pemantapan yang
sedang menuju kesiapannya menjadi bahasa penyerap konsep-konsep bahasa
asing yang harus terus dikembangkan dan dimodernisasi.
Berkaitan dengan faktor ketiga, bahwa bahasa Indonesia dapat berhasil menjadi
bahasa dunia manakala ada keuntungan yang dapat dipetik oleh penutur bahasa
lain dengan menguasai bahasa Indonesia. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi
jika negara, bangsa, budaya, dan tanah air Indonesia menjadi faktor yang
menarik untuk kepentingan bisnis, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kepariwisataan bagi dunia internasional. Sekadarnya dapat disebutkan sebuah
harapan besar, bahwa mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
melimpah sebagai pangsa pasar bisnis, kekayaan alam dan keragaman budaya
yang melimpah ruah seandainya dapat dikelola dengan baik, besar kemungkinan
syarat ini dapat terpenuhi untuk menentukan bahasa Indonesia di masa depan
yang memberi banyak keuntungan bagi penutur asing untuk menguasainya di
masa sekarang dan masa depan.
Di masa sekarang dan masa yang akan datang bahasa Indonesia sebagai bahasa
modern memiliki peran penting dalam tiga ranah situasi sosial yang perlu
mendapat perhatian perencanaan bahasa yaitu dalam masyarakat multikultural,
dunia global, dan dunia maya. Bagaimana konfigurasi bahasa Indonesia pada
ketiga ranah tersebut diuraikan seperti di bawah ini.

(1) Bahasa Indonesia dalam Dunia Global


Di tengah persaingan global saat ini, BI sebenarnya mempunyai posisi tawar
yang tinggi. Lalu, dalam kondisi seperti itu bagaimana prospek bahasa
Indonesia pada era globalisasi? Proses globalisasi BI menjadi tidak
terelakan. Globalisasi itu telah memosisikan B1 bukan hanya menjadi
bahasa negara, melainkan juga menjadi bahasa penting dari suatu etnik
yang mengglobal. Kriteria yang mengindikasikan sebuah bahasa itu penting
atau tidak penting mencakup tiga hal, yaitu (1) jumlah penutur, (2) luas
penyebarannya, dan (3) sejauhmana bahasa itu dapat digunakan dalam aneka
ragam pemakaian bahasa. Dilihat dari jumlah penuturnya, pada tahun 2006,
penutur BI adalah sekitar 220 juta orang ditambah dengan penutur-penutur yang
berada di luar Indonesia'. Dari luas penyebarannya, penutur B1 yang berjumlah
220 juta lebih itu tersebar dalain daerah yang luas, yaitu dari Sabang di ujung
barat Indonesia, sampai Merauke di ujung timur Indonesia. Daerah ini masih
ditambah dengan daerah lain, seperti Malaysia, Brunei, Australia, Suriname,
Belanda, Rusia, dan Jepang. Selain itu, BI juga dapat digunakan dalam aneka
ragam pemakaian bahasa. BI telah digunakan dalam buku-buku ilmiah, karya
sastra, internet, dan sebagai sarana komunikasi untuk tujuan tertentu.
BI kembali dapat memainkan peran filosofis dan politis dalam pembentukan
kepribadian bangsa untuk memasuki tatanan kehidupan global. Sementara
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

itu, ke luar negara Indonesia, BI dapat memainkan peran sosiologis dalam


pengembalian citra Indonesia di dunia internasional melalui program
pengajaran BI untuk penutur asing (BIPA) dengan pendekatan budaya.
U n t u k me me n u h i t u n t u t a n i t u , mau tidak ma u, kebutuhan akan
pengembangan kosakata/istilah BI semakin mendesak, terutama ketika
bahasa Indonesia dipakai dalam ranah ilmu pengetatahuan dan teknologi
(iptek). Apalagi kini perkembangan iptek begitu pesat maka laju
perkembangan kosakata/istilah bidang pun harus dipacu mengejar kemajuan
bidang tersebut.3 Di samping pengembangan kosakata bidang iptek,
pengembangan kosakata pun mencakup bidang kebudayaan masyarakat
Indonesia. Di seluruh wilayah Indonesia terdapat, 746 bahasa daerah.
Keragaman budaya masyarakat Indonesia yang tergambar pada kekayaan
bahasa daerah itu merupakan sumber pengayaan kosakata/istilah bidang
tersebut, di samping bahasa daerah mcmiliki peran turut membentuk
identitas bangsa.
Hal lain yang menuntut perkembangan BI ditengah arus globalisasi,
selain perkembangan iptek, adalah yang berkaitan dengan tatanan baru
kehidupan dunia dan perkembangan teknologi informasi. Kondisi ini telah
menempatkan bahasa asing pada posisi strategis yang mnemungkinkan
bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan
mempengaruhi perkembanpui BI. Penggunaan bahasa asing, baik
disadari ataupun tidak, telah membawa perubahan perilaku masyarakat
dalam bertindak dan berbahasa. Memang, BI telah banyak menyerap
kosakata bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Arab, dan Belanda. Bahkan, ada
yang mengatakan "9 dan 10 kosakata bahasa Indonesia adalah asing"
(Munsyi, 2003). Lalu, adakah BI yang asli? Bagaimana B1 yang asli itu?
lbarat manusia, sekarang BI sudah tumbuh dewasa. Seiring perjalanan waktu,
BI yang mutakhir adalah "sosok" yang modern. BI telah banyak bersentuhan
dengan bahasa daerah yang mengelilinginya dan telah banyak menyerap bahasa
asing. Oleh karena itu, pertanyaan semacam itu dapat dijawab dengan pertanyaan
retoris semacami ini: Apakah Si A yang masih bayi sama dengan Si A yang
sekarang sudah tumbuh dewasa? Sejatinya, Si A yang sekarang tetaplah Si
A yang dulu masih bayi. Jika Si A itu wanita, maka Si A yang sekarang telah
semakin dewasa, cantik, pintar, dan semakin pandai bernalar. BI mutakhir adalah
bahasa yang modern. Kemodernan itu bisa dilihat dari daya serap dan daya adaptif
BI yang tinggi ketika menyerap dan mengadaptasi kata/istilah asing dari berbagai
bidang ilmu, baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu pasti alam. Sebagai contoh,
mungkin sebagian dari kita belum akrab dengan kata/istilah papan ketik, peranti
lunak, peranti keras, log masuk, unduh, galat, simpan, ambil, pandai, pos-el, dan
ranah. Semua itu adalah kata/istilali BI dalam bidang tekonologi informasi dan
komputer untuk keyboard, sofware, haedware , log-on, download, error, save, fetch,
scan, e-mail, dan domain.
Jika ada yang masih bertanya mengapa bahasa Inggris yang banyak menjadi

3
Pengembangan kosakata itu, khususnya kosa kata keilmuan sudah mulai dibahas
dalam Kongres Bahasa Indonesia I pada tahun 1938 di Surakarta.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sumber kata/istilah dalam B1, lebih "cangih" merajut makna, ide, atau
konsep-konsep? Kelebihan ini bisa jadi karena.jumlah kosakata bahasa lnggris
delapan kali lipat jumlah kosakata bahasa Indonesia. Artinya secara leksikal,
konsep ihwal dunia para punutur bahasa Inggris jauh lebih banyak daripada
konsep serupa yang dimiliki penutur BI. Sebagai bahan perbandingan, penutur
dewasa bahasa Iiggris rata-rata memiliki pembendaharaan kata sekitar 50.000
kata, tetapi jumlah yang sebenarnya jauh lebih beragam. Pendidikan tinggi
memberi perbendaharaan sekitar 80.000 kata. Memang, sebagai bahasa resmi
dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan iptek, BI dihadapkm
pada kekurangan kosakata termasuk peristilahannya. Berbagai konsep
iptek dari luar yang menggunakan bahasa asing belum seluruhnya dapat dengan
cepat dialihbahasakan ke dalam BI. Namun, dalam waktu yang relatif
singkat dibandingkan dengan perkembangan bahasa Inggris,
perkembangan BI lumayan "dahsyat". Sebagai gambaran, perkembangan
daya ungkap BI pada masa lalu, antara lain, tercermin dari perkembangan
khasanah leksikon BI yang dapat diketahuii dari dokumen-dokumen masa
lalu. Salah satu dokumen yang dapat menjadi petunjuk ke arah itu ialah kamus.
Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poenvaderminta (1953) memuat sekitar
23.000 lema. Pada edisi tahun 1976 kamus itu mendapat tambahan sekitar
1000 lema. Pada tahun 1933, Pusat, Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa
Indonesia yang memuat sekitar 30.000 lema. Akhirnya, Pusat Bahasa
menerbitkan Kamus Baru, Bahasa Indonesia pada tahun 1988. Kamus yang
memuat 63.000 lema itu menggalami revisi tahun 1991 dengan penambahan
10.000 lema sehingga menjadi 73.000 lema. Kamus merupakan khazanah
perbendaharaan kata suatu bahasa. Demikian juga Kumus Besar Bahasa
Indonesia merupakan "gudang" kosakata BI, baik yang aktif maupun yang
pasif. Dalam rangka peningkatan daya ungkap BI, perlu dilakukan
pengaktifan kembali kosakata yang tidak dimanfaatkan penutur BI dalam
kehidupm masa kini demi memperkaya pengungkapan berbagai konsep.
Pemanfaatan kosakata itu akan memperluas cakrawala dan variasi bahasa. Dalam
buku Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (Jumariam dan
Qodratillah, 1995:9), misalnya, terdapat 1.413 kata BM yang belum termfaaatkan
oleh pengguna bahasa dalam kegiatan kebahasaaanya. 4 Selain
pemanfaatan kembali kosakata lama, pengembangan kosakata itu dapat
dilakukan melalui progam gramatikalisasi, (Kridalaksana, 2000:223).
Menurut Calne (2005) dalam buku Batas Nalar; bahasa, nalar, dan
matematika sama-sama berakar pada asal-usul yang begitu dinamis dan
praktis, namum dengan terbentuknya basis data (database) budaya kita, dari
generasi ke generasi, ketiganya mampu mencapai puncak abstrak yang tak
terkira tingginya. Nalar, seperti halnya matematika dan bahasa, lebih merupakan
fasilitator daripada inisiator. Kita mengunakan nalar untuk mendapatkan yang kita
mau bukan untuk menentukan yang kita mau. Nalar sudah dinaikkan ke

4
Di dalam buku itu tercatat 7.636 kata serapan dan bahasa asing. Bahasa Sanskerta (677
kata), Arab (1.495 kata), Cina (290 kata), Portugis (131 kata), Tamil (83 kata), Belanda
(3.290 kata), dan Inggris (1.610 kata) turut memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

tingkat logika simbolik, bahasa ke tingkat puisi metafisik, dan matematika


ke tingkat teori probabilitas. Nalar merajuk argumen, sedangkan tata bahasa
merajuk kalimat, dan kosa-kata adalah simbol dari konsep-konsep. Calne
(2005) juga menyatakan bahwa kemajuan numusia (hummi progresss) adalah
basil optimisine yang bertegas-tegas namun tak realistis-bahwa cara hidup kita
yang mutakhir lebih tinggi mutunya dari semua cara hidup sebelumnya.
Sejalan dengan pendapat Calne tersebut, perkembangan kosakata BI yang
lumayan dahsyat itu sehingga ahli bahasa sejumlah kata/istilah ilmiah
dengan kosakata yang ada, atau yang baru, sanggup membuat. BI punya potensi
yang sama dengan bahasa Yunani: sama-sama menuntut kerja keras, nalar.
Nalar memiliki batas yang tak tertembus sehingga nalar bukan saja tak bisa
dimintai tanggung jawab, tetapi juga mematok kognitif manusia. Bahasa
Yunani merupakan bahasa yang tegak kukuh sebagai sebuah Bahasa yang
niengusung wacana besar. Demiikian pula dengan Bahasa Latin yang menjadi
bahasa perantara dari bahasa Yunani via bahasa Arab ke pusat kebudayaan Eropa.
Namun, kedua Bahasa itu perlahan-lahan mulai sempoyongan karena tidak
banyak lagi orang yang berpikir dan membangun wacana dalam bahasa
bersangkutan.
Kemutakhiran BI dalam kasus pengindonesian kata atau istilah asing
memang bukan sekedar memadankan atau menterjemakan kata. Arti
atau padanan kata/istilah asing sukar diperoleh bukan karena pikiran orang
Indonesia tidak bersifat sejagat tetapi karena kata/istilah yang dipilih untuk
penggunaan dalam suatu konteks akan dikaitkan dengan implikasi, praandaian,
sikap, tingkat kesopansantunan (ethical), dan sikap budaya yang berlainan dari
satu bahasa ke bahasa yang lain. Oleh karena itu, sungguhpun akan gampang
memadankan suatu kata dalam suatu bahasa dengan kata dalam bahasa yang
lain dari segi makna harfialinya, tetapi sangat sukar mernadankannya dengan
makna sekunder dan implikasinya. Sebagai contoh adalah kata kata unduh.
Kata itu berasal dari bahasa Jawa yang berarti `mengambil atau memetik
buah/hasil panen'. Kata unduh dipakai untuk niengantikan istilah download.
Pemaknaan kata unduh masih terasa sulit untuk BI, apalagi jika dikaitkan dengan
muatan gagasan dari istilah teknis dalam dunia komputer/internet.
Lihatlah gagasan yang dikandung dari kata unduh. 'proses pemindahan data dari
komputer utama ke komputer lokal dalam sebuah jaringan internet atau
mengambil file dari komputer lain yang sama-sama terhubung pada jaringan
lokal'.
Pada Jumat, 9 Mei 2008, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, ketika berpidato dalam Presidential Lecture yang juga menghadirkan
Bill Gate, Chairman Microsoft Corp di Plennary Hall, Jakarta Convention
Center, menyampaikan pertanyaan retoris: Seberapa penting Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembangunan Indonesia? Pertanyaan
tersebut dijawabnya sendiri. Menurutnya, tidak bisa tidak, TIK penting dan dapat
mengatasi berbagai masalah bangsa, seperti mengurangi kemiskinan dan
kebodohan.5 Pernyataan tersebut merupakan optimisme pimpinan negara yang,

5
AstariYanuarti,MenujuKemandirianTeknologiInformasi,dalamGatra:EdisiKhusus100
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

tentu saja, tidak asal ucap. Kemajuan bangsa Indonesia disadari tidak serentak.
Ada yang dalam masa pertama, sekaligus di tempat lain ada juga yang dalam
masa kedua, ketiga dan keempat dalam pengelompokan Pink di atas. Namun tak
dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang berada pada masa ke tiga akan
mengikuti kemajuan masyarakat masa ke empat, masyarakat masa ke dua akan
mengikuti perkembangan masyarakat masa ke tiga atau ke empat. Demikian juga
masyarakat yang berada pada masa ke satu akan mengikuti perkembangan
masyarakat yang telah lebih maju, mungkin langsung ke yang ke empata dan
mungkin juga melalui masa ke dua atau ke tiga. Bukan sebaliknya, masyarakat
masa ke empat (suka berkreasi) kembali ke masa pertama (agraris). Oleh karena
itu, tak pelak, kemajuan kehidupan dunia maya, yang ditandai dengan dominasi
dunia telekomunikasi dan informasi, akan terus melanda bangsa Indonesia,
bahkan melanda seantero bola dunia. Di Indonesia telah dikembangkan piranti
lunak terbuka beserta masyarakatnya yang terus mengembangkan IGOS
(Indonesia Goes Open Source) dan sejenisnya.
Momentum satu abad kebangkitan nasional digunakan oleh banyak kalangan di
Indonesia untuk menyatakan kesiapannya untuk bangkit dan bersiap-siap melesat
maju. Salah sata alat untuk melesat maju adalah teknologi inforsasi dan
komunikasi. Departemen komunikasi dan Informasi telah berniat bersungguh-
sungguh melesat dengan teknologi tersebut.6 Di samping departemen tersebut,
Departemen Pendidikan Nasional juga menggiatkan penerapan TIK secara masal
untuk e-pembelajaran dan e-administrasi. Belum lagi sektor-sektor swasta yang
biasanya malah jauh lebih cepat dan lincah ketimbang pemerintah dalam hal
melakukan perubahan. Tak dapat dipungkiri, kehidupan dalam dunia maya akan
semakin marak dan banyak generasi bangsa Indonesia yang akan tersita waktunya
untuk hidup di dunia maya, dunia informasi dan komunikasi. Dunia informasi dan
komunikasi akan terus melanda. Salah satu yang dilanda dengan dahsyat adalah
bahasa Indonesia.

(2) Bahasa Indonesia dalam Masyarakat Multikultural


Masyarakat Indonesia masa kini dan masa mendatang bukan hanya kental dengan
teknologi tetapi juga diwarnai dengan sekian intensifnya pergaulan multikultural.
Dengan kemajuan teknologi tersebut, masyarakat mudah bergaul dengan
masyarakat dunia lain dan dengan suku lain. Dalam situasi itu, masyarakat hidup
bersama tetapi dengan warna yang berbeda-beda dengan sedikit sekat yang mudah
ditembus, seperti gabungan serpihan atau mosaik.7 Di dalamnya terangkum
berbagai macam rupa manusia dan budaya yang berbeda-beda. Setiap warna
budaya dapat menempati lokasi yang besar dan ada yang kecil. Namun, mereka
saling berkomunikasi, bisa saja harmonis daling membantu dan juga bisa
anarkhis, saling makan dan tikam. Yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah
model mosaik yang indah, seperti terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD

TahunKebangkitanNasional.No.27.TahunXIV,1521Mei2008.hh.116.
6
IklanDepkominfo.MomentumKebangkitanTIK.DalamIbid.h.67.
7
GAWatson,Multicuturalism.BuckinghamPhiladelphia:openUniversityPress.
2000.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

1945, bahwa kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan


daerah. Di era reformasi dan otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan
untuk menentukan kebijakannya dengan memerhatikan kebijakan nasional. Dalam
hal pendidikan, misalnya, seperti disampaikan oleh Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Penengah, Suyanto, ujung dari otonomi pendidikan adalah
kemandirian sekolah, dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).8 Budaya-budaya dan bahasa-
bahasa lokal akankah menghambat perkembangan bahasa Indonesia? Sudah
terbukti dalam sejarah bangsa Indonesia bahwa kebudayaan daerah memperkaya
kebudayaan nasional dan bahasa-bahasa daerah memperkaya bahasa nasional.

(3) Bahasa Indonesia dalam Dunia Maya


Bagaimana pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia pada masa
pergaulan dunia maya? Pergaulan dunia maya tanpa batas fisik dan tidak
memerlukan paspor maupun SJLP (Surat Jalan Laksana Paspor), apa lagi visa.
Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia pada konteks tersebut sangat
memungkinkan memerlukan dukungan bahasa lain atau istilah-istilah baru yang
sengaja diciptakan untuk keperluan, misalnya: berkirim pesan singkat melalui
hape. Namun, pengguna istilah-istilah asing atau baru ketika berkirim pesan
singkat tidak lantas menggunakannya membabi buta ketika mohon ijin kepada
guru maupun ketika membeli lempar. Jika hendak jujur, bahasa Indonesia yang
dinikmati semua penggunanya sekarang sudah berubah dari bahasa asalnya,
Melayu, seperti telah dikemukakan di atas. Sungguh dapat dibandingkan dengan
jelas struktur dan kosa kata bahasa Melajoe pada 1917 yang ditulis oleh
Sasrasoeganda9 dengan bahasa dalam surat kabar masa kini. Keduanya jauh
berbeda namun keduanya juga diterima oleh para penutur pada masanya masing-
masing.

3. Simpulan
Berdasarkan pembahasan masalah di atas dapat ditarik beberapa simpulan.
Pertama, Sejarah bahasa Indonesia telah menunjukkan bahasa Indonesia terlahir
dari suatu bahasa etnik Melayu Riau yang berpenutur sedikit, dibanding penutur
bahasa lain, seperti Sunda dan Jawa. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
persatuan dan bahasa nasional Indonesia karena (1) semangat bersatu dalam
kepentingan politik bersama (nasional) sebagai bangsa terjajah dan bahasa
Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca, (2) kesederhanaan struktur bahasa,
dan (3) kedemokratisan cara pemakaiannya. Kedua, bahasa Melayu yang sudah
berubah dan berkembang menjadi bahasa Indonesia diteggakan dalam tujuh
tahap, yaitu (1) tahap insemenisasi sejarah sejak zaman Sriwijaya sampai masa

8
IklanDikdasmen.WawancaradenganDirjenMandikdasmenProf.Suyanto,Ph.D.:Berakhir
padakemandirianSekolah,dalamGatra:EdisiKhusus100TahunKebangkitanNasional.No.27.
TahunXIV,1521Mei2008.hh.4445.
9
SasrasoegandaKoewatin,KitabjangMenjatakanDjalannjaBahasaMelajoe.Semarang
Soerabaja:BoekhandelenDrukkerijv/hG.C.TVANDORP&CO.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

awal kedudukan Belanda, (2) tahap keabangkitan nasionalisme pada tahun 1908,
(3) tahap pemerluasan fungsi sosial-politik di lembaga Dewan Rakyat (Volksraad)
dan di lingkungan organisasi Bumi Putera, (4) tahap pengikraran nasional secara
politis dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928, (5) tahap pembinaan dengan
diselenggrakannya Kongres Bahasa Indonesia I 1938, (6) tahap pemerkuatan
dengan terjadinya kekalahan Belanda oleh Jepang pada 1942 bahasa Indonesia
digunakan dalam roda pemerintahan Jepang yang antibelanda, (7) tahap
penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam UUD 1945.
Ketiga, pengkajian dan pengembangan kebahasa-Indonesia-an serta pembinaan
masyarakat bahasa dan sastra Indonesia, daerah dan asing pada masa sekarang
dilakukan oleh Badan Bahasa sebagai lembaga yang memiliki otoritas pelaksana
politik kebahasaan nasional di Indonesia. Keempat, program revitalisasi bahasa
dilakukan oleh Badan Bahasa pada era pascareformasi 1998 karena alasan faktual
bahwa di masyarakat Indonesia pengaruh bahasa dan budaya asing disambut
dengan sikap positif sehingga menyebabkan peminggiran bahasa, sastra, dan
budaya daerah serta pengabaian penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Pemerintah melakukan upaya pemerkuatan dan pengarahan implementasi
dari pasal 36, UUD 1945 dengan UU Nomor 22 tahun 1999 dan dipertegas
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, termasuk mengenai
kewenangan daerah menangani bahasa, sastra, dan budaya daerah. Dengan
revitalisasi yang dilakukan, bahasa dan budaya Indonesia telah bertahan sampai
sekarang dan selanjutnya diperlukan revitalisasi yang lebih terarah untuk
pemertahanan dan peningkatan penggunaan budaya dan bahasa-bahasa daerah dan
Indonesia dengan menyusun Undang Undang Kebahasaan No.24 tahun 2009.
Kelima, peran bahasa Indonesia pada zaman sekarang dan di masa depan, yaitu
(1) bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa modern dalam dunia global
dalam pelbagai ranah kehidupan, dan telah digunakan oleh orang-orang asing
sebagai bahasa asing, (2) sebagai bahasa yang lahir dari bangsa yang
multikultural, bahasa Indonesia telah diperkaya oleh bahasa daerah dan
dipergunakan untuk berkomunikasi oleh masyrakat yang multikultural, dan (3)
bahasa Indonesia telah memasuki ranah dunia maya dengan segala variasinya
yang dipergunakan secara produktif dan efektif serta sangat menguntungkan bagi
pemeliharaan dan pengembangnnya dalam strategi perencanaan atau pembinaan
dan pengembangan bahasa nasional yang baik.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1991. Sejarah Bahasa Indonesia. Masa Lampau


Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai, ed. Harimurti Kridalaksana.
Yogyakarta: Kanisius.
.
Alwi, Hasan dan Sugono, Dendy (ED). 2000. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat
Bahasa.

---------- 2000. Politik Bahasa: Rumusan Politik Bahasa, Jakarta: Pusat Bahasa
dan Penerbit Progress.

---------- 2000. Politik Bahasa, Rumusan Seminar Polilik- Bahasa. Jakarta: Pusat
Bahasa dmi Penerbit Progress.

Ananta Toer, Pramoedya. 2003. Tempo Doeloe Antologi Sastra Pra-


Indonesia.(Jakarta: Lentera Dipantara)

Calne, Donald 11. 2005. Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku manusia
(terjemahan Parakitri T. Simbolon). Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.

Carroll, John B., Language Thought and Reality: Selected Writings of Benjamin
Lee Whorf. Cambridge: The M.I.T. Press.

Coulmas, Florian. 2005. Sociolinguistic: The Study of Speakers Choices.


Cambridge: Cambridge University Press.

Crystal, David.2001. Language and the Internet. Cambridge: Cambridge


University Press.

Dardjowidjojo, Soenjono. Peny. 1996. Bahasa Nasional Kita dari Sumpah


Pemuda ke Pesta Emas Kemerdekaan 1928-1995. Bandung: Penerbit
ITB.

Eastman, Carol M. 1983. Language Planning: An Introduction. San Francisco:


Chandler & Sharp Publishers Inc.

Gunarso. 1998."Pemanfaatkan Teknologi dalam Pengembangan Bahasa


Indonesia". Prosiding seminar Kebahasaan siding ke 37 MABBIM di
Kuala Terengganu, Terengganu.

Iklan Depkominfo. Momentum Kebangkitan TIK. Dalam Gatra: Edisi Khusus


100 Tahun Kebangkitan Nasional. No. 27.Tahun XIV,15-21 Mei 2008.

Iklan Dikdasmen. Wawancara dengan Dirjen Mandikdasmen Prof. Suyanto,


SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Ph.D.: Berakhir pada kemandirian Sekolah, dalam Gatra: Edisi


Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional. No. 27. Tahun XIV, 15-21
Mei 2008.

Jacob, T. Masa Depan: Mempelajari, Menyongsong, dan Mengubahnya. Jakarta:


Balai Pustaka, 1991.

Jumariam dan Meity T. Qodratillah (Ed) Senarai Kata Serapan dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1995.

Kridalaksana, Harimurti (ed) 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah


Bunga Rampai (seri ILDEP) .Yogyakarta: Kanisius,

Maarif, Ahmad Syafii, 2004. Mencari Autentisitas dalam Kegalauan, Jakarta:


Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah

McMahon, April M.S., 1994. Language Change. Cambridge: Cambridge


University Press.

Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Ancangan


Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa (Seri ILDEP). Jakarta:
Djambatan.

------------ 2000."Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi


dalam Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi (Hasan Alwi, Dendy
Sugono, clan A. Rozak Zaidan (FAL). Jakarta: Pusat Bahasa.

---------- 1991.Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan alternatif di


dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan. (seri ILDEP, Redaksi:
W.A.L. Stokhof).

Munsyi, Alif Danya. 2003. 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.
Jakarta: Kepustakaan Populer (;r;iiDcdla (KPG).

Naisbitt, John dan Aburdane, Patricia. 2000. Megatrends London: Sidgwick &
Jackson. Ltd.

Pink, Daniel H. A Whole New Mind. USA: Riverhead Books (Penguin


Group). 2005.

Sapir, Edward, 1970. Language: An Introduction to the Study of Speech.


London:Granada.

Koewatin, Sasrasoeganda (tanpa tahun) Kitab jang Menjatakan Djalannja


Bahasa Melajoe. Semarang Soerabaia: Boekhandel en Drukkerij v/h
G.C.T VAN DORP & CO.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Sneddon, James. 2003. The Indonesian Language: Its History and Role in Modern
Society. Sydney: University of New South Wales Press Ltd.

Soegono, Dendy. Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 1417 Oktober 2003.

----------(Ed.) 2003. Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Jakarta:


Penerbit Progres

Tilar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme, Tantangan-tantangan Global Masa


Depan dalam Tranformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

Tofler, Alfin. 1970. Future Shock. New York: Random House.

Vygotsky, Lev, 1986. Thought and Language. Cambridge: The M.I.T. Press.
(Terjemahannya direvisi dan disunting oleh Aleks Kazulin),

Watson, GA, 2000. Multicuturalism. Buckingham-Philadelphia: Open


University Press.

Yanuarti, Astari. Menuju Kemandirian Teknologi Informasi, dalam Gatra:


Edisi Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional. No. 27. Tahun XIV,
15-21 Mei 2008.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

RUANG KEBERAGAMAN DAN POTENSI BAHASA INDONESIA


SEBAGAI BAHASA PEREKONOMIAN ASEAN
oleh
Drs. Haruddin, M.Hum
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Pendahuluan
Dalam makalah sederhana ini, tiga isu menarik akan dipaparkan secara ringkas
yang meliputi: (1) Bahasa Indonesia sebagai ruang keberagaman, (2) Kamus
Besar Bahasa Indonesia sebagai representasi keberagaman, dan (3) potensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa perekonomian ASEAN. Ketiga masalah ini akan
diuraikan pada bahasan berikut ini.

Bahasa Indonesia sebagai ruang keberagaman


Multikultural dan multilingual merupakan dua ciri khas bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia memiliki diversitas bahasa, etnik, dan ruang geografis yang sangat unik
dan beragam. Bahkan, setiap suku atau kelompok etnik mempunyai ciri khas
tradisi, kebudayaan, dan bahasa daerah tersendiri. Dengan jumlah kelompok
penutur yang variatif pula, bahasa daerah tersebut tersebar di wilayah yang luas.
Dalam konteks inilah, selama kurun 70 tahun, bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara berperan penting merekatkan dan menjembatani
penutur bahasa daerah yang berbeda-beda itu.
Menurut data Ethnologue (2014) di wilayah Indonesia terdapat 706 bahasa--
jumlah yang luar biasa banyak. Kalau diperkirakan bahwa di seleuruh dunia ini
hanya terdapat sekitar 7.106 bahasa, angka 706 mengagumkan sekali. Hampir
10% bahasa di dunia dituturkan di Indonesia. Akan tetapi, yang lebih menarik
mungkin distribusi semua bahasa itu. Distribusi bahasa di Indonesia biasanya
melibatkan penyebaran geografis dan penyebaran demografis (lihat Collins 2014).
Penyebaran geografis cukup jelas dalam Tabel 1. Kalau berpandukan Ethnologue,
kita berhadapan dengan data wilayah yang menarik.
_____________________________________________________________
Pulau Jumlah Bahasa Jumlah Penduduk1
______________________________________________________________
Sumatra 49 43.309.707
Jawa 17 107.600.000
Kalimantan 74 9.110.000
Nusa Tenggara 73 7.961.540
Sulawesi 114 12.000.000
Maluku 128 2.549.454
Papua 256 1.641.000
_____________________________________________________________
Tabel 1: Penyebaran Geografis Bahasa Daerah di beberapa Wilayah Indonesia

1
Semua angka ini diperoleh dari Ethnologue. Walaupun angka ini tidak sesuai dengan jumlah
penduduk Indonesia sekarang, statistik ini dianggap masih relevan secara proporsional (relatif).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Kalau data ini dibandingkan dengan peta, tampak bahwa semakin jauh ke timur,
semakin banyak bahasa. Dapat dikatakan bahwa banyaknya bahasa tidak
berkaitan dengan banyaknya penduduk (Collins 2014). Yang perlu ditegaskan di
sini bahwa betapa pun kompleksnya diversitas bahasa di Indonesia, bahasa
Indonesia tetap menjadi jembatan utama bagi seluruh penutur bahasa yang
berbeda-beda itu. Di sisi lain, keberagaman bahasa-bahasa itu rupanya juga
berpotensi besar dalam pengembangan kosakata dan daya ungkap bahasa
Indonesia. Bahasa-bahasa daerah merupakan aset masa depan bahasa Indonesia.
Yang perlu dipahami juga bahwa selain bahasa-bahasa lokal, kehadiran bahasa
asing juga mempunyai peran tersendiri dalam mewarnai situasi kebahasaan di
Indonesia.
Yang menarik, isu kebahasaan dan keberagaman di atas sejalan dengan isu yang
telah disinggung dalam pertemuan Forum Keberagaman Bahasa ASEM Ke-1
yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada
2012 lalu di Jakarta. Forum yang mempertemukan pandit (scholar) bahasa, para
pakar, dan pemangku kepentingan dari mitra ASEM, serta perwakilan dari
UNESCO ini telah merumuskan keberagaman bahasa dalam tiga sudut pandang.
Pertama, ada bahasa nasional yang berfungsi sebagai kekuatan pemersatu. Kedua,
ada bahasa daerah atau bahasa lokal yang berfungsi untuk mengekspresikan
identitas budaya. Ketiga, ada bahasa asing yang dianggap berguna untuk
merangsang dan mendorong pembangunan ekonomi melalui ilmu pengetahuan
dan komunikasi internasional. 2

KBBI: Representasi Ruang Keberagaman


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, baik kosakata, pedoman atau kaidah, maupun
jumlah penuturnya. Dalam hal kosakata, bahasa Indonesia yang sebagian besar
kosakatanya berasal dari bahasa Melayu, bahasa daerah, dan bahasa asing telah
memiliki 90.000 lema (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, 2008) dan
387.983 kata dari berbagai bidang ilmu yang terekam dalam bentuk glosarium
(Sugiono 2008). Dalam hal pedoman atau kebijakan pun bahasa Indonesia
mengalami perkembangan. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) Edisi III
yang terbit 2008 memberi kemudahan kepada pakar Indonesia untuk memadankan
kosakata asing menjadi kosakata bahasa Indonesia (Zabadi, 2013). Meskipun
demikian, proses masuknya kosakata bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia
tentu saja tidaklah serumit dengan masuknya istilah asing ke dalam bahasa
Indonesia.
Yang perlu dipahami juga bahwa pemodernan bahasa Indonesia rupanya
menyangkut dua aspek, yaitu (1) pemekaran kosakata dan (2) pengembangan
jumlah laras bahasa dan bentuk wacana. Pemekaran kosakata diperlukan agar
pelambangan konsep dan gagasan kehidupan modern dapat disampaikan.
Cakrawala sosial budaya yang melintasi batas peri kehidupan yang tertutup
memerlukan tersedianya kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Yang menarik,

2
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Ringkasan%20Di
skusi%20Forum%20Keberagaman%20Bahasa%202012.pdf
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sumber kosakata itu berasal dari bahasa Indonesia/Melayu, bahasa daerah3, dan
bahasa asing. Masuknya kosakata dari bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
merupakan hal yang tidak dapat dihindari sebagai pertanda bahwa bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Tujuan utamanya adalah untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia sehingga
mampu menjadi pilihan utama ketika menyampaikan gagasan atau ide dalam era
global ini (Zabadi, 2013).

Potensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Perekonomian ASEAN


Tujuh puluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk perjalanan sebuah bangsa,
apalagi bahasa. Menapak tilas perjalanan bahasa Indonesia sesungguhnya
menimbulkan kekaguman dan kebanggaan yang dalam. Betapa bahasa Indonesia
telah menjadi identitas yang sangat berperan dalam memosisikan bangsa
Indonesia di mata dunia. Seperti yang diketahui, ada beberapa negara yang tidak
memiliki bahasa nasional alih-alih menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana
komunikasi resmi. Dengan kenyataan seperti ini, sesungguhnya bangsa Indonesia
memiliki posisi terhormat dalam kancah dunia internasional.
Sejak dikumandangkan 28 Oktober 1928 silam, bahasa Indonesia dapat dikatakan
timbul tenggelam martabatnya. Akan tetapi, sebagai bahasa yang dinamis, bahasa
Indonesia terus berbenah, berkembang untuk memenuhi kebutuhan kemajuan
zaman dan teknologi. Pemerhati bahasa Indonesia terus melakukan berbagai
upaya agar bahasa indonesia tetap dapat digunakan secara mantap sebagai alat
komunikasi untuk mengungkapkan segala macam pandangan, gagasan, konsep
mulai dari yang paling mudah dan sederhana sampai pada yang paling rumit,
yang menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Pemberlakuan pasar bebas ASEAN pada akhir 2015 mendatang sejatinya
merupakan kesempatan bangsa Indonesia untuk menunjukkan jati diri dan
indentitas keberagaman yang membuatnya padu dengan bahasa Indonesia.
Meskipun batas-batas geopolitis yang selama ini dipandang sebagai ciri dan
penyekat suatu negara dipastikan akan kabur, perberlakuan pasar bebas ASEAN
menjadi kesempatan bagi bangsa ini untuk merajut kebhinekaan budaya dan
bahasanya. Kita ketahui bersama bahwa telah lama, hasil alam dari seluruh
pelosok negeri ini banyak digandrungi oleh negara-negara di dunia. Pala,
cengkeh, kopi, lada, dan rempahrempah lainnya dapat tetap menjadi produk
kebanggaan nasional.
Tantangan untuk Indonesia dalam menyambut MEA ini sebenarnya tidak hanya di
bidang ketenagakerjaan yang menuntut tenaga kerja kita dapat bersaing dengan
tenaga kerja asing, melainkan juga pada bidang kebahasaan. Penertiban
penggunaan bahasa Indonesia pada produk-produk buatan Indonesia adalah
mutlak dilakukan demi memosisikan bangsa di kancah perdagangan ASEAN dan

3
Edisi Keempat KBBI tampaknya sedikit berbeda dengan terbitan sebelumnya dalam hal
pengumpulan data pada lema KBBI. Pada terbitan kali ini, pengumpulan data lema kamus rupanya
telah melibatkan 22 Balai/Kantor Bahasa di seluruh Indonesia. Hal ini semakin jelas menunjukkan
bahwa kosakata bahasa daerah tertentu di wilayah kerja Balai/Kantor Bahasa dapat terakomodasi
masuk ke dalam KBBI.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

dunia, karena menurut Bill Clinton, blok-blok perdagangan itu sesungguhnya


lebih penting daripada blok-blok militer3. Perekonomian yang mantaplah yang
dapat menjamin keberlangsungan sebuah negara. Apabila bidang ekonomi
mantap, negara dapat dengan leluasa melakukan berbagai upaya pembangunan
untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Adanya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path dan media
sosial lainnya sesungguhnya sangat berperan dalam mengenalkan bahasa
Indonesia ke mata dunia internasional bahkan dalam sebuah situs dinyatakan
pengguna twitter di Indonesia menempati posisi ketiga terbanyak di dunia4. Toko-
toko daring dalam negeri yang semakin bermunculan, yang tentu saja
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, juga semakin
memperkukuh posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa perdagangan. Toko-toko
daring seperti tokobagus.com, bukalapak.com, tokopedia.com, traveloka. com
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi untuk melayani
pelanggannya. Dengan cara ini, bahasa Indonesia lebih cepat dikenali oleh
masyarakat dunia dan ASEAN.
Berdasarkan kenyataan ini, bukan tidak mungkin apabila suatu hari, bahasa
Indonesia menjadi salah satu bahasa internasional. Dengan jumlah penduduk yang
menghampiri angka 240 juta jiwa5, bahasa Indonesia sangat berpotensi menjadi
salah satu bahasa dunia, apalagi jika sikap pengguna bahasa Indonesia terus
berkembang ke arah positif.
Dalam 70 tahun perjalanannya, ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai
sebuah pencapaian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yaitu:
1. bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi ke-2 di Vietnam6,
Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata
seorang diplomat Indonesia.
2. bahasa Indonesia telah dipelajari lebih dari 45 negara di dunia.
Walaupun yang paling efektif merubah citra adalah merubah realitas, namun
peran budaya dan bahasa Indonesia dalam diplomasi sangat krusial. Tingginya
minat orang asing belajar bahasa dan budaya Indonesia harus disambut positif.
3. Wikipedia bahasa Indonesia yang menduduki peringkat ke 26 di dunia dan
Terbesar Ketiga di Asia.
Menulis ensiklopedia bebas di internet semakin digemari masyarakat Indonesia.
Bahkan ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Wikipedia Indonesia, telah
menjadi ensiklopedia elektronik terbesar ketiga setelah Wikipedia berbahasa
Jepang dan Mandarin.
4. Bahasa Indonesia bahasa ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress.
Fakta bahwa setelah Spanyol, Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang
menempati urutan ketiga yang paling banyak digunakan dalam posting-posting
Wordpress. Indonesia pun adalah negara kedua terbesar di dunia yang
pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine blog itu. Dalam 6
bulan terakhir tercatat 143.108 pengguna baru Wordpress dari Indonesia dan
telah ada 117.601.633 kunjungan melalui 40 kota di Indonesia.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

5. Bahasa dan musik Indonesia dikirim ke luar angkasa


6. Kehadiran Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa beserta balai dan
kantor bahasa di seluruh Indonesia berperan penting dalam membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia dan daerah di wilayah masing-masing.
Berbagai penelitian dan dokumentasi kebahasaan dan kesastraan yang telah
dilakukan menunjukkan betapa bangsa Indonesia kaya akan istilah linguistik
dan kesastraan yang semakin memperjelas keberagaman dan keunikan kita di
mata dunia sehingga melalui MEA, bangsa Indonesia bisa merajut kebhinekaan
tersebut dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa MEA.

Pada akhirnya, bahasa Indonesia yang merupakan rumpun keluarga bahasa


Melayu yang juga dikenal ragamnya di Malaysia dan Singapura tetap mampu
menunjukkan kekhasannya di mata bangsa-bangsa ASEAN lainnya, sehingga
melalui MEA, bahasa Indonesia mendapat kesempatan yang baik untuk semakin
bermartabat. Hal ini tentu saja dapat terwujud apabila didukung oleh pemerintah
di berbagai sektor kehidupan dan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap
bahasa Indonesia.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Rujukan
Arifin, B.H. 2014. Pengguna Twitter Indonesia Terbanyak Ketiga Dunia diakses
dari http://www.enciety.co/pengguna-twitter-indonesia-terbanyak-ketiga-
dunia/ 1 Juli 2015.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2012. Forum Keberagaman Bahasa


ASEM ke-1 diselenggarakan di Jakarta pada 4-5 September 2012.

Collins, T. James. 2014. Keragaman bahasa dan kesepakatan masyarakat:


Pluralitas dan komunikasi. Makalah dalam Seminar Internasional PBSI
UIN Jakarta, 4 November 2014.

Ethnologue. 2014. www.ethnologue.com.


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Luthfi. 2013. Keunikan dan kelebihan Bahasa Indonesia di mata dunia. Diakses dari
luthfiradovic.blogspot.com/.../keunikan-dan-kelebihan-bahasa-indonesia,
1 Juli 2015.

Pidato Bill Clinton tanggal 21 September 1993, diakses dari


http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/05/16/0002.html, 1 Juli
2015.

Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection) 2010 2035


diakses dari www.bps.go.id 1 Juli 2015.

Sugiono, 2008. Pengembangan Kosakata dan Istilah Indonesia. Dalam Seminar


Bahasa dan Sastra Mabbim-Mastera. Jakarta: Pusat Bahasa.

Zabadi, Fairul. 2013. Kosakata Bahasa Indonesia sebagai Pengungkap Pikirian


Cendikia: Peluang, Kendala, dan Strategi. Makalah Kongres Bahasa
Indonesia X, 30 Oktober 2013.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Radio Komunitas di Batas Negara


Mengglobalkan Bahasa Indonesia, Melestarikan Bahasa Daerah
Oleh
Dedy Ari Asfar
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat

Pengantar
Kalimantan Barat merupakan wilayah penting dan strategis secara politik,
ekonomi, dan kebudayaan berkenaan dengan pengelolaan kawasan perbatasan.
Kalimantan Barat terletak pada arah timur Batam dan Singapura serta berdekatan
dengan Sarawak, Malaysia dengan garis perbatasan yang panjang. Menurut
(Suratman, 2008:134) kawasan perbatasan Kalimantan BaratSarawak, Malaysia
merupakan kawasan yang berjarak 20 km dari garis batas sepanjang 800 km. Hal
ini diasumsikan dengan menghitung mulai dari Tanjung Datok, Kabupaten
Sambas yang berada diujung paling barat sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu
yang berada di ujung paling timur maka luas kawasan perbatasan meliputi 1.600
km atau 1.600.000 ha.
Ada lima kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia,
yaitu Kabupaten Bengkayang dan Sambas di wilayah barat serta Kapuas Hulu,
Sintang, dan Sanggau yang berada di wilayah timur Kalimantan Barat. Di lima
kabupaten ini terdapat 97 administrasi desa di sepanjang kawasan perbatasan. Di
Kabupaten Sambas ada 6 desa di Kecamatan Paloh dan 5 desa di Kecamatan
Sajingan Besar yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Di
Kabupaten Bengkayang terdapat 5 desa di Kecamatan Jagoi Babang dan 5 desa di
Kecamatan Seluas yang berbatasan langsung dengan Sarawak. Di Kabupaten
Sanggau ada 10 desa di Kecamatan Sekayam dan 5 desa di Kecamatan Entikong
yang berbatasan langsung. Di Kabupaten Sintang ada 9 desa di Kecamatan
Ketungau Hulu dan 13 desa di Kecamatan Ketungau Tengah yang juga berbatasan
langsung dengan Sarawak. Di Kabupaten Kapuas Hulu ada 5 desa di Kecamatan
Empanang, 8 desa di Kecamatan Putussibau, 6 desa di Kecamatan Badau, 7 desa
di Kecamatan Batang Lupar, 8 desa di Kecamatan Embaloh Hulu, dan 5 desa di
Kecamatan Puring Kencana yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Salah satu kawasan yang memiliki akses langsung dengan infrastruktur
jalan relatif bagus adalah Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang.
Kawasan ini berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak Malaysia. Di kawasan
ini terdapat radio komunitas yang aktif mengudara. Radio komunitas ini
dinamakan Barista. Nama ini merupakan akronim dari nama-nama kampung yang
ada di perbatasan, yaitu Babang, Risau, dan Take. Kampung-kampung ini
merepresentasikan bahasa daerah yang menjadi ucap utama para penyiar stasiun
Radio Barista.
Radio Barista di perbatasan Jagoi Babang-Sarawak, Malaysia berperan
sangat penting dalam mengudarakan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah. Dalam siarannya para penyiar menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah setempat. Siaran radio ini menjangkau sampai ke wilayah Serikin, Bau,
Sarawak, Malaysia. Oleh karena itu, tanpa disadari Radio Barista telah
mengampanyekan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dan melestarikan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bahasa daerah kepada para pendengarnya, baik di Jagoi Babang maupun di


Sarawak, Malaysia.

Profil Radio Komunitas di Batas Negara


Radio Barista menjadi ikon penting radio komunitas yang ada di perbatasan Jagoi
Babang, Kalimantan BaratSarawak, Malaysia. Jangkauan sinyal radio
komunitas ini cukup jauh. Radio Barista terdengar di Seluas, Jagoi, dan Sarawak,
Malaysia. Radio ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat
yang dominan dipakai di wilayah perbatasan, yaitu bahasa Bakatik dan Bidayuh
Jagoi.
Radio Barista didirikan secara swadaya oleh masyarakat perbatasan yang
ada di Kecamatan Jagoi Babang dengan pendampingan dan inisiatif dari
mahasiswa KKN-PPM Universitas Tanjungpura pada tahun 2009. Peralatan dan
tower yang ada di Barista merupakan sumbangan dari Kementerian Kominfo
dengan memanfaatkan gedung serbaguna yang telah dibangun Pemerintah
Kabupaten Bengkayang untuk masyarakat Kecamatan Jagoi Babang.
Para penyiar merupakan sukarelawan yang memiliki kecintaan di dunia
penyiaran sehingga rela berkorban waktu demi mengisi Radio Barista. Oleh
karena itu, radio komunitas ini tidak membayar para penyiarnya setiap kali
mengudara. Para penyiar secara sukarela menjadi teman di udara bagi masyarakat
di perbatasan.
Koordinator pelaksana program acara Radio Barista adalah Bambang atau
panggilan saat mengudaranya Bang Madun. Pekerjaan aslinya seorang satpam di
perusahaan sawit. Penyiar senior di Barista ini mengemukakan bahwa tujuan
didirikannya Radio Barista adalah agar radio komunitas yang ada di Jagoi Babang
dapat dikenal oleh negara tetangga Malaysia. Melalui radio komunitas ini
diharapkan bahasa Indonesia dan daerah dapat dikenal dan menjadi kebanggaan
masyarakat perbatasan diantara warga negara Malaysia.
Radio perbatasan menurut Bang Madun sangat diminati tidak saja
pendengar dari Kecamatan Seluas dan Jagoi Babang tetapi juga sampai ke Serikin,
Lundu, dan Bau, Sarawak, Malaysia. Pendengar Malaysia merasa radio ini juga
radio mereka karena bahasa Bidayuh Jagoi yang digunakan dalam acara Kupoa
Otto kampung kita setiap hari Rabu dan Jumat pukul 18.0021.00 WIB
memiliki bahasa yang sama dengan bahasa mereka di Malaysia. Menurut Ce
Mpunk penyiar Kupoa Otto banyak SMS dari Malaysia berisikan salam-salam
dan sapa-sapa untuk handai taulan di Jagoi Babang.
Lebih lanjut Bang Madun bercerita bahwa Radio Barista menggunakan
bahasa Bakatik dan Bidayuh Jagoi karena pendengar setianya penutur Bakatik dan
Bidayuh Jagoi. Pendengar Malaysia pun suka karena bahasa Bidayuh Jagoi
memiliki kesamaan dengan bahasa mereka. Radio Barista yang mengudara setiap
malam di wilayah perbatasan ini menjadi kebanggaan masyarakat perbatasan dan
menjadi ajang silaturahmi masyarakat negeri jiran dengan kerabat sesuku di Jagoi.
Bahkan, tiap malam selalu saja ada pendengar Malaysia yang SMS untuk kabar-
kabari dan salam kepada saudara mara di Indonesia.
Konsep Radio Barista dalam bersiaran adalah membacakan SMS yang
masuk dan memutarkan lagu yang diminta. Pendengar Radio Barista pun segala
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

umur, ada yang tua dan muda. Acara-acaranya berusaha untuk menghibur,
mendidik, dan melestarikan budaya lokal. Menurut Nelly salah satu perempuan
penyiar Radio Barista, Saya mempunyai banyak pendengar dari kalangan remaja
dan orang-orang tua yang SMS. Mereka meminta lagu dan salam-salam. Dalam
siaran, saya biasa menyelipkan pendidikan nilai dan pergaulan sehat di kalangan
remaja, jelas Nelly yang juga guru honorer bahasa Inggris di salah satu SMP
Jagoi Babang.
Siaran tentang budaya lokal dan informasi seputar kampung juga menjadi
fokus para penyiar Barista. Misal Bang Jahe seorang penoreh getah yang menjadi
penyiar berbahasa Bakatik di Barista. Ia biasa menyiarkan legenda dan mitos
lokal. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ce Mpunk penyiar acara Kupoa Otto
yang kerap menyisipkan adat dan ritual kampung dalam ujarannya saat
mengudara.
Para penyiar ini bangga menjadi penyiar Radio Barista. Walaupun, mereka
tidak mendapat honor atau bayaran sebagai penyiar. Mereka merupakan pamong-
pamong budaya yang secara ikhlas dan sukarela mengabdi pada bangsa dan tanah
air demi mengampanyekan pemakaian bahasa Indonesia dan mempertahankan
budaya lokal.

Mengglobalkan Bahasa Indonesia, Melestarikan Bahasa Daerah


Di dalam sebuah gedung serbaguna tempat Radio Barista mengudara sayup-sayup
terdengar seseorang berujar, Selamat malam ditujukan kepada pendengar setia
Barista FM di frekuensi 107 FM Megahertz dengan alamat Jalan Dwikora Dusun
Risau, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Baiklah Anda bersama
saya Ce Mpunk dengan acara Kupoa Otto. Ini merupakan salah satu kalimat
baku bahasa Indonesia penyiar Radio Barista bernama Ce Mpunk saat membuka
siaran.
Radio komunitas yang berada di perbatasan berperan secara langsung dan
tidak langsung mengglobalkan pemakaian bahasa Indonesia hingga ke negara
jiran. Pemakaian bahasa Indonesia yang digunakan para penyiarnya merupakan
upaya nyata menumbuhkan sikap positif dan bangga berbahasa Indonesia
masyarakat perbatasan. Radio ini menjadi garda terdepan dalam menjadikan
bahasa Indonesia sebagai arus utama di daerah perbatasan.
Radio ini juga berperan melestarikan bahasa lokal. Setidaknya, ada dua
bahasa utama yang dilestarikan oleh para penyiarnya, yaitu bahasa Dayak Bakatik
dan Bidayuh Jagoi. Dalam hal ini, para penyiar memiliki program menggunakan
bahasa daerah setempat ketika mengudara.
Pemakaian bahasa daerah ini mendapat tempat dihati para pendengarnya
karena dituturkan dalam media massa elektronik yang berjangkau luas. Efeknya,
menimbulkan rasa bangga para pendengarnya karena bahasa Ibu mereka dapat di
dengar melalui radio.
Radio komunitas ini jelas sekali berperan untuk mempertahankan bahasa
Ibu dan melestarikan tradisi lisan yang masih hidup di batas negara. Hal ini
dilakukan para penyiar dengan cara menyiarkan mitos dan dongeng masyarakat
setempat. Bahkan, para penyiar secara khusus menginformasikan pengetahuan
lokal berbentuk adat dan ritual kampung yang masih dilaksanakan.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Penutup
Radio komunitas di batas negara harus menjadi satu program pemerintah yang
harus dikembangkan dan dibina. Melalui radio komunitas secara tidak langsung
masyarakat diajak untuk berpartisipasi dan terlibat dalam mengampanyekan cinta
bahasa Indonesia. Selain itu, melalui radio komunitas pelestarian tradisi lokal
dapat dilakukan dan dikembangkan dengan sangat mudah oleh para penyiarnya.
Dalam hal ini, pemerintah dapat berperan memberikan insentif serta menitipkan
program bangga berbahasa Indonesia dan melestarikan tradisi lisan daerah.
Dengan demikian, radio komunitas di batas negara harus dibina dan
dikembangkan sebagai sebuah gerakan untuk mengglobalkan bahasa Indonesia
dan melestarikan bahasa daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Dedy Ari. 2012. Pelestari Budaya di Perbatasan: Catatan Lapangan.


Naskah yang tidak diterbitkan.
Suratman, Eddy. 2008. Kawasan Perbatasan dan Pembangunan Daerah.
Pontianak: Untan Press.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

REVITALISASI BAHASA DAERAH DALAM MEMPERKUAT BAHASA


INDONESIA DALAM RANGKA MENJADIKAN BAHASA INDONESIA
MENJADI BAHASA MEA
oleh
Muston N.M. Sitohang, S.Pd.
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah
Jalan Tingang Km.3,5 Palangka Raya

1. Pendahuluan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dicetuskan dalam Konferensi Tingkat
Tinggi ASEAN ke-9 pada tahun 2003 di Bali. Hasil konferensi tersebut
menyepakati BALI Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai visi
ASEAN 2020, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Menyikapi
hal tersebut, Indonesia sebagai bagian dari ASEAN mau tak mau, suka tak suka
harus ikut serta dalam kespekatan tersebut. Sebab jika Indonesia tidak terlibat atau
sebentar saja menunda untuk bergambung dengan kesepakatan tersebut, maka
Indonesia akan tertinggal beberapa langka dari negar-negara yang lain sekawasan.
Terlibat dalam MEA tersebut, tentu saja Indonesia harus memperkuat beberapa
faktor pendukung yang dianggap memililiki peran penting dalam menguatkan
posisi Indonesia dalam MEA. Dalam hal ini pilar sosial-budaya yang termasuk di
dalamnya adalah bahasa. Bahasa dianggap salah satu faktor utama yang mampu
memposisikan Indonesia menjadi negara yang diperhitungan dalam kawasan ini.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multibahasa, multiagama dan
multietnis dengan menggunakan satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia telah merekatkan semua kalangan dan menerima semua
perbedaan kebahasaan dan kebudayaan daerah sebagai kekayaan kebudayaan
nasional. Jaminan negara terhadap bahasa seperti telah terjabarkan dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 32 Ayat (1) dan (2),
yang mendudukkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara. Dengan status demikian, nasionalisasi bahasa Indonesia semakin
kukuh sebagai lambang jatidiri bangsa.
Potensi yang besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah jumlah warga
negara dengan populasi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan tentu saja
jumlah bahasa daerah yang hidup dan berkembang di tengahnya juga menjadi
kekayaan tersendiri. Hal itu adalah potensi yang mengagumkan yang tentu saja
jika dimanfaatkan secara maksimal maka Indonesia akan benar-benar memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam berlangsungnya MEA nantinya.
Menyikapi kondisi kebahasaan yang terjadi di Indonesia, maka politik bahasa
sangat diperlukan agar mampu mengantisipasi perubahan yang disebabkan oleh
adanya MEA tersebut. Sugono (2008:1) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah
dalam bidang bahasa meliputi perencanaan bahasa di Indonesia yang mencakup
bahasa Indonesia, bahasa daerah dan penggunaan bahasa asing. Ketiga komponen
bahasa yang ada di Indonesia membutuhkan beberapa kebijakan yang meliputi
penelitian, pengembangan, pembinaan dan pelayanan di bidang kebahasaan dan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

kesastraan. Sedangkan kebijakan penggunaan bahasa asing meliputi pemanfaatan


bahasa asing sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
sebagai sumber pengayaan bahasa Indonesia.
Keterkaitan ketiga bahasa yang disebutkan di atas tentu harus berimbang dan
saling mendukung penggunaannya dalam menyikapi perkembangan dan dinamika
yang terjadi baik di tingkat lokal maupun internasional. Sehingga tidak terjadi
ketimpangan. Porsi masing-masing bahasa telah dibagi menurut wilayah
pemakaiannya. Selain bahasa Indonesia, Indonesia memiliki 749 bahasa daerah
(Kompas print, 25 Maret 2015). Dengan jumlah bahasa daerah yang begitu
banyak, Indonesia memiliki kekayaan kosa kata yang dapat memperkaya bahasa
Indonesia dengan luar biasa.
Potensi bahasa-bahasa tersebut tentunya harus digarap dengan maksimal. Merujuk
kepada keputusan yang bersifat politis yang dihasilkan Seminar Politik Bahasa
tahun 2000 jika dikaitkan dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi
sebagai: (a) pendukung bahasa nasional, (b) bahasa pengantar di sekolah dasar di
daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa
Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (c) sumber kebahasaan untuk memperkaya
bahasa Indonesia, serta (d) dalam keadaan tertentu dapat berfungsi sebagai
pelengkap bahasa Inonesia di dalam penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat
daerah (Alwi dan Dendy Soegono (2000) dalam Mahsun (2004)).
Sebagai tindak lanjut atas pemenuhan tuntutan tersebut, upaya pemeliharaan
bahasa daerah itu mencakup upaya pengembangan, pembinaan, revitalisasi, dan
pendokumentasian menuju pelestarian bahasa dalam memasuki tatanan baru
kehidupan masyarakat multikultural sebagai bagian dari masyarakat internasional
yang heterogen. Dengan demikian, upaya pemeliharaan bahasa daerah selain tugas
dan kewajiban negara, juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sebagai
kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah. Di samping itu, pemeliharaan
bahasa daerah meliputi upaya perlindungan bahasa daerah agar tidak punah dan
merevitalisasi fungsi dan kedudukan bahasa, termasuk aksara dan sastra daerah
dalam ranah-ranah penggunaannya oleh masyarakat penuturnya (Sugono 2008:2).
Berkaitan dengan kondisi global, dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) Indonesia harus mampu menjadikan potensi bahasa daerah
tersebut mampu memperkaya bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia bukan
hanya menjadi bahasa lokal saja namun menjadi bahasa yang modern dan
digunakan sebagai bahasa pada tingkat regional ASEAN.

2. Revitalisasi Bahasa Daerah

Seperti kita ketahui penggunaan bahasa daerah saat ini masih terus hadir
walaupun hanya antargenarasi saja. Fungsinya pun hanya pada fungsi-fungsi
praktis dan fungsi sosial saja. Namun, lambat laun fungsi-fungsi tersebut semakin
terkikis oleh dinamika dalam masyarakat yang terus menggerus penggunaan
bahasa daerah tersebut. Hal tersebut memunculkan gejala rapuhnya ketahanan
bahasa daerah tersebut, karena bahasa daerah yang tadinya banyak dituturkan
dalam peristiwa-peristiwa budaya telah tergantikan oleh media lain yang tentunya
menggunakan bahasa lain (Mbete, 2011.137). Generasi muda yang tadinya
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

disuguhi berbagai peristiwa budaya yang menggunakan bahasa daerah lambat


laun berubah menggunakan bahasa kedua atau pun bahkan bahasa ketiga (asing).
Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha yang keras dalam rangka merevitalisasi
bahasa daerah agar bahasa daerah tersebut tidak tergeser dalam tiga kebijakan
bahasa yang dijalankan pemerintah.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam merevitalisasi dan meningkatkan mutu
bahasa daerah adalah dengan meningkatkan mutu pemakaian dan mutu bahasa
derah itu sendiri.
Memantapkan mutu pemakaian bahasa berarti melakukan suatu pembinaan dan
pengembangan bahasa. Pembinaan bahasa berarti usaha meningkatkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berbahasa. Beberapa usaha yang dapat dilakukan
dalam pembinaan dapat dilakukan dalam pengajaran dan pemasyarakatan.
Sedangkan untuk memantapkan peran bahasa daerah yaitu melalui pemantaapan
mutu pemakai bahasa daerah yaitu dapat dilakukan melalui pengajaran dan
pemasyarakatan.
Proses pengajaran bahasa daerah di dalam dunia pendidikan pun harus
ditingkatkan. Selain pengembangan kurikulum juga disertai pengembangan bahan
ajar, penerapan metode pembelajaran yang tepat, peningkatan mutu pengajar,
serta tentu saja saran pendidikan bahasa.

3. Peran Bahasa Daerah dalam Rangka Menjadikan Bahasa Indonesia


Menjadi Bahasa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Seperti yang telah disampaikan pada bagian terdahulu yaitu jika dikaitkan dengan
bahasa Indonesia salah satu fungsi bahasa daerah adalah sebagai pendukung
bahasa nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa daerah memiliki fungsi
yang sangat strategis dalam politik bahasa Indonesia.
Saat ini beberapa negara di kawasan ASEAN sedang mendorong warga negaranya
untuk belajar bahasa Indonesia. Hal tersebut tentu saja bukan tanpa alasan.
Potensi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju sangatlah besar. Jika
dikaitkan dengan politik ekonomi, maka Indonesia adalah pangsa pasar yang
besar bagi negara-negara sekawasan yang menjadikan Indonesia sebagai mitra
ekonomi mereka.
Posisi bahasa asing selama ini menjadi keharusan bagi pelaku ekonomi
sebenarnya dapat digeser oleh bahasa Indonesia. Tentu saja hal tersebut tidaklah
mudah. Bahasa Indonesia haruslah memiliki kekayaan kosakata yang dapat
mewakili istilah-istilah yang selama ini masih asing. Kekayaan kosa kata tersebut
bersifat wajib jika Indonesia ingin memaksa negara-negara sekawasan
menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap kegiatan ekonomi yang melibatkan
banyak pihak.
Kekayaan bahasa Indonesia tentu saja memungkinkan untuk terus dikembangkan.
Bahasa daerah yang hidup dan berkembang di Indonesia dapat menjadi bagian
dari referensi. Oleh sebab itu dianggap perlu adanya pemekaran fungsi bahasa
daerah. Bahasa Indonesia tidak hanya sekadar menerima kekayaan dari bahasa
daerah, tetapi harus mulai diperhatikan penjaringan kosakata dari sumber bahasa
daerah yang secara potensial dapat dikembangkan sebagai kekayaan dalam bahasa
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Indonesia. Sehingga tidak ada kesan asal comot. Dengan demikian perkembangan
bahasa daerah untuk dapat memperkuat bahasa Indonesia yang mengarah pada
kondisi yang positif, yaitu menuju bahasa Indonesia yang modern.
Dengan demikian bahasa daerah memiliki peran yang jelas dan penting. Bahasa
daerah bukan hanya sebagai bahasa pada level lokal yaitu peristiwa-peristiwa
budaya dan kedaerahan, namun bahasa daerah mampu memberikan kontribusi
dalam memperkaya bahasa Indonesia diberbagai bidang. Kosakata dalam bahasa
Indonesia yang diperkaya oleh kosakata bahasa daerah juga mampu mewakili
modernisasi sehingga lambat laun akan menggantikan bahasa yang lebih dulu
telah dipergunakan dalam kawasan ASEAN.

4. Penutup
Penggunaan bahasa Indonesia di kawasan ASEAN masih minim pemanfaatannya.
Bahasa Indonesia dibeberapa negara dipelajari hanya untuk kebutuhan akademis
saja. Belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan yang bersifat ekonomi,
sosial, dan budaya. Dengan potensi negara Indonesia yang sangat besara, sudah
selayaknyalah bahasa Indonesia menajadi bahasa penenting di kawasan ini. Oleh
sebab itu, bahasa Indonesia haruslah memperkaya diri dengan kosakata yang
mampu mewakili istilah dalam banyak hal. Untuk itu, bahasa daerah adalah
pilihan terbaik untuk menggali kosakata yang diharapkan mampu mewakili
istilah-istilah penting, terkhusus istilah yang mampu membawa bahasa Indonesia
menjadi bahasa penting dan modern dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Bahasa Indonesia yang lebih modern tentu saja menjadi harapan
kita. Namun, kemodernan bahasa Indonesia bukan berarti melemahkan bahasa
daerah. Justru bahasa daerahlah yang diharapkan yang memberi kontribusi
terbesar dalam menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa MEA.

Daftar Bacaan

Mbete, Aron Meko. 2011. Pemekaran Fungsi Bahasa Daerah demi Ketahanan
Budaya Bangsa. dalam Risalah Kongres Bahasa VIII p.133149. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Mahsun, 2004. Metode dan Teknik Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Muhamad Nasir. 2015. Mendokumentasikan-Bahasa-Daerah-Merawat-Budaya-
Bangsa. dalam http://print.kompas.com/baca/2015/03/26. diakses tanggal
7 Agustus 2015.

Sugono, Dendy. 2008. Kebijakan Bahasa Daerah di Indonesia dalam Suar


Betang vol. III, No. 2 Desember p. 17. Palangka Raya: Balai Bahasa
Provinsi Kalimantan Tengah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Suryanyahu, Anthony. 2005. Sikap Bahasa dan Pilihan Bahasa Penutur Jati
Bahasa Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. Laporan Penelitian.
Palangka Raya:Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

CERITA RAKYAT PUTRI KARANG MELENU


(SALASAILAH KERAJAAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR)
oleh
Yudianti Herawati
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
Jalan Batu Cermin 25 Sempaja, Samarinda
Pos-el: yudianti_bayu@yahoo.com

1. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan, baik dari
sektor ekonomi, lingkungan, politik, maupun sosial budaya. apabila dilihat dari
sektor sosial budaya, pengembangan karya sastra lahir dari warisan budaya
bangsa. Salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan adalah cerita
rakyat. Dari cerita rakyat itulah dapat diketahui nilai budaya, seperti adat istiadat,
kepercayaan, dan sistem nilai yang berlaku pada masa lampau. Seperti diketahui
bahwa cerita rakyat itu terbagi atas dongeng, legenda, dan mithe. Cerita rakyat
yang digolongkan dalam jenis legenda sebagian berhubungan dengan asal-
usul nama suatu tempat yang pernah mempunyai cerita sejarah, seperti Gunung
Tangkuban Perahu (di Jawa Barat) atau nama seseorang yang pernah berjaya pada
masa itu, seperti nama Raja Mulawarman (di Kutai, Kalimantan Timur).
Dewasa ini,
keberadaan cerita rakyat Kutai, Kalimantan Timur tampak mengalami
kemerosotan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat dan
pemerintah terhadap keberadaan sastra Kutai, Kalimantan Timur. Di samping itu,
kemunduran pengarang sastra Kutai juga merupakan penyebab semakin
terpinggirnya karya sastra di wilayah ini. Keberadaan sastra Kutai ditentukan
oleh sejumlah elemen, yakni pengarang, penerbit, dan penikmat atau pembaca
sastra itu sendiri. Menurunnya pengarang karya sastra Kutai disebabkan oleh
menurunya kualitas dan penerbitan. Akibatnya, regenerasi pengarang tidak
berlangsung secara baik. Di samping itu, media bagi penerbitan karya pengarang
cerita rakyat di Kutai sangat minim yang menimbulkan rasa malas bagi pengarang
pemula untuk berkarya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk membangkitkan kembali karya sastra
Kutai penulis mengangkat sebuah naskah karya sastra berupa cerita rakyat Puteri
Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) dari Kerajaan Kutai, Kalimantan
Timur. Cerita rakyat Puteri Karang Melenu adalah kenyataan kehidupan sosial
yang menurut kepercayaan masyarakat Kabupaten Kutai pernah terjadi di
lingkungannya Kerajaan Kutai masa lampau, yakni pada masa kejayaan Kerajaan
Kutai Kartanegara abad 1300 Masehi dan hingga saat ini masih diyakini
keberadaannya. Puteri Karang Melenu merupakan sejarah masa lampau,
berbagai upacara adat tahunan dalam rangka memperingati hari jadinya
Kabupaten Kutai Kartanegara, berupa upacara adat Erau; upacara penguluran atau
memandikan naga sebagai simbol lahirnya Puteri Karang Melenu. Unsur budaya
inilah yang tetap aktual dan berfungsi dalam masyarakat Kutai hingga saat ini
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sehingga tradisi budaya tersebut mengait dalam suatu fungsi, yakni kepercayaan
rakyat.

2. PEMBAHASAN
Kalimantan Timur, Bumi Etam memang kaya. Tidak hanya kaya hasil alamnya,
tetapi kaya karya budaya yang dapat diwarisi oleh generasi mudanya. Salah satu
warisan kekayaan budaya itu adalah cerita rakyat yang tersebar di berbagai
wilayah Kalimantan Timur. Salah satu cerita rakyat yang sangat populer di
Kalimantan Timur, khususnya Kutai adalah cerita Putri Karang Melenu yang
juga dikenal dengan cerita Lembuswana. Cerita Putri Karang Melenu atau
Lembuswana adalah ikon budaya Kalimantan Timur. Mengapa? Karena
diyakini terkait dengan latar historis pemerintahan Kerajaan Kutai tempo dulu.
Sampai-sampai wujud fisik Lembuswana itu tertampang di beberapa tempat,
baik di kantor pemerintah maupun di tempat umum.
Cerita Putri Karang Melenu ini sering dipahami memiliki kaitan dengan dinasti
Kerajaan Kutai. Masyarakat tradisional pendukung cerita rakyat memiliki sifat
kebersamaan yang lebih besar daripada sifat perseorangan. Cerita rakyat adalah
salah satu sumber budaya bangsa. Untuk mengumpulkan dan mencatat cerita
rakyat khususnya yang berbentuk sejarah kebudayaan daerah pada masa lampau
adalah suatu hal yang sangat berarti mengingat peranannya yang sangat penting
untuk membina kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya karena di
dalam cerita rakyat itu terdapat nilai-nilai sejarah dan sosial budaya yang selalu
menjadi pedoman hidup masyarakat Kutai.
Tema dalam cerita rakyat Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) adalah
cerita seorang tokoh wanita keturunan dari Dewa yang berasal dari Kayangan.
Cerita Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) ada kemiripan dengan
rakyat cerita Putri Junjung Buih dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan sehingga
masyarakat Kutai memberikan julukan Putri Karang Melenu dengan sebutan Putri
Junjung Buyah. Berikut ini sinopsis cerita rakyat Putri Karang Melenu.

Putri Karang Melenu


Hulu Dusun dan Babu Jaruma hampir berputus harapan. Keinginan untuk mendapatkan
anak dari perkawinannya selalu hanya dalam penantian. Penantian yang sangat panjang.
Penantian yang melelahkan. Hampir-hampir memutuskan harapannya. Doa sudah
dilantunkan dengan khusuk dan tekun. Berbagai sarat menurut adat sudah dilakukan.
Namun, suami istri yang menggantungkan hidup dari berladang itu belum diberi anak.
Istrinya, Babu Jaruma, tiada mampu mengandung. Sementara, tahun sudah berganti
berpuluh-puluh kali dari hitungan perkawinan keduanya.
Kehidupan suami-istri itu sangat harmonis meskipun tidak dikaruniai seorang anak. Pagi
berladang, sore pulang ke rumah. Malam bercengkerama sebentar sebelum tidur. Sesekali
beberapa tetangga sebaya datang ke rumahnya. Mereka bercengkerama hingga tengah
malam. Dan Bangun setelah fajar tiba dan agar jago berkokok menyambut matahari
muncul di arah timur. Tetapi, seperti sudah menjadi kehendak Tuhan, suatu hari terjadi
keajaiban. Bumi tiba-tiba menjadi gulita. Gelap dengan awan hitam. Menakutkan. Orang
kampung mengira langit akan runtuh. Angin kencang dan guntur tiada henti. Dunia
seolah akan binasa. Semua orang tercekam ketakutan.
Tujuh hari tujuh malam semua penduduk ketakutan. Bumi seolah hendak terbelah. Langit
terasa akan runtuh. Sungguh menakutkan. Penduduk tidak berani keluar rumah. Tidak
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

pergi ke kebun. Tidak mengerjakan apapun juga. Mereka hanya berdoa memohon
perlindungan kepada Tuhan. Mereka berharap keadaan segera tenang kembali. Banyak
penduduk yang terpaksa menanggung lapar. Bahan makanan sudah habis. Hendak pergi
ke huma sangat ketakutan. Mencari kayu bakar pun tiada berani.
Persediaan makan keluarga Petinggi Dusun juga habis. Tinggal sedikit beras. Itupun
sudah bercampur debu. Karena terdorong rasa lapar, Babu Jaruma pergi ke dapur.
Maksud hati hendak menanak nasi. Tapi, tiada kayu bakar sepotong pun. Ia memanggil
suaminya untuk mencari kayu bakar. Tanpa berpikir panjang Petinggi Dusun mengambil
parangnya. Akan keluar rumah mencari kayu bakar, pastilah takut. Maka, dipotongnya
kayu kasau rumahnya. Dibelah dan dijadikan kayu bakar.
Untung tiada dapat dikira. Nasib kadang mengejutkan yang mengalaminya. Dalam satu
belahan kayu kasau itu, terdapat seekor ular kecil. Petinggi Dusun diam sejenak.
Dilihatnya anak ular itu. Tapi, aneh. Ular kecil itu mengangkat kepalanya. Memandang
Petinggi Dusun. Wajahnya tampak mengiba. Meminta belas kasihan. Petinggi Dusun itu
mengerti maksud si ular kecil. Diambilnya ular itu dengan penuh belas kasihan. Ular kecil
itu diperlakukannya dengan baik. Dipanggilnya Babu Jaruma. Ketika datang dan melihat
si ular, Babu Jaruma menaruh rasa iba yang sangat dalam. Ia meminta kepada suaminya
agar ular itu dipelihara. Lalu, diangkatnya ular itu. Ditaruhnya dalam kotak wadah
sirihnya. Diberinya makan dan minum.
Ular itu semakin besar. Tempat sirih tidak mampu menampung tubuh si ular. Petinggi
merasa iba. Khawatir si ular tiada merasa nyaman dalam istirahatnya. Maka, dibuatnya
tempat yang agak besar. Segeralah kandang dibuatnya. Petinggi meminta bantuan
beberapa orang untuk menyiapkan kandang itu. Dalam beberapa hari, si ular sudah
dipindahkan ke dalam kandang yang sangat besar. Petinggi merasa lega. Senang telah
dapat menyediakan rumah yang nyaman bagi ular yang dianggapnya sebagai anaknya itu.
Namun, setiap pagi terheran-heran. Setiap bangun tidur, Petinggi selalu ingin melihat si
ular. Babu Jaruma pun seperti itu. Ia ingin memperhatikan ularnya. Makanannya semakin
banyak. Yang aneh, tubuhnya tumbuh dengan sangat amat cepat. Hanya dalam hitungan
bulan berganti beberapa kali, kandang yang besar itu tidak mampu menampung tubuh si
ular. Sekarang ular itu telah berubah menjadi naga yang sangat besar. Petinggi mulai
merasa risau dan gelisah.
Malam itu Petinggi Hulu Dusun bermimpi. Dalam mimpinya dikatakan dengan suara
yang pelan dan sangat jelasnya. Ayah, dan juga ibuku. Aku sudah besar. Tubuhku sangat
besar. Aku tahu Petinggi dan Babu Jaruma merasa gelisah. Takut tidak bisa merawatku.
Penduduk juga takut kepadaku. Aku mohon kepadamu. Buatkanlah tangga agar aku dapat
turun dari kandang. Aku akan pergi. Suara itu diucapkan oleh seorang wanita yang
sangat cantik. Suara itu belum hilang. Ibuku, kebaikanmu kepadaku tidak sia-sia. Aku
berharap Tuhan membalasnya. Sebentar lagi aku tidak akan menggelisahkanmu.
Petinggi terbangun malam itu. Kemudian menceritakan prihal mimpinya semalam kepada
istrinya. Babu Jaruma tampak bersuka cita mendengar cerita sang suami tercinta.
Keduanya sepakat untuk segera membuat tangga. Dengan harapan si naga raksasa dapat
turun dengan mudah. Keduanya tidak tahu apa yang akan diperbuat oleh si naga raksasa
itu. Petinggi segera memanggil beberapa orang tetangga. Diambilnya kayu bambu dan
rotan sebagai pengikat. Dalam waktu yang tidak lama, tangga sudah jadi dengan
menggunakan kayu lampung. Anak tangga terbuat dari bambu. Untuk mengikatnya,
gunakan akar lembiding. Pasti aku dapat turun memakai tangga itu. Petinggi mendengar
suara itu adalah suara si naga. Belum sempat tertidur, ia mendengar suara gaib lagi,
seolah dalam mimpi. Nanti, aku akan menuju tepian. Sekejap saja aku akan
membenamkan diriku di air sungai besar itu. Maka, jangan sampai ketinggalan. Ajaklah
Babu Jaruma yang telah merawatku sejak kecil ke tepian. Lalu, perhatikan dan amatilah.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Ketika aku tenggelam nantiakan tampak buih yang banyak. Suruhlah Babu Jaruma
mengikuti ke mana arah buih itu pergi. Terima kasih atas kebaikannya. Tangga sudah
jadi. Maka, turunlah segera dan berjalanlah sesukamu. Aku dan istriku akan mengikutimu
ke mana kau pergi. Si naga mengangkat kepalanya. Matanya berkedip-kedip. Dengan
wajah ceria, si naga turun melewati tangga. Kali ini dapat turun dengan selamat. Ia terus
berjalan menuju tepian sungai. Tiada menoleh.
Setiba di tepi Mahakam, si naga menceburkan dirinya ke sungai. Ia berenang kian ke
mari. Ke hilir, dan ke hulu. Babu Jaruma dan Petinggi termangu di tepi sungai.
Kemudian, naik sampan ke tengah sungai. Aneh memang. Kala itu alam seakan berduka.
Langit tiba-tiba gelap gulita. Hujan turun dengan dahsyatnya. Angin bertiup kencang
tidak tentu arahnya. Semua orang panik. Mencekam dan menakutkan. Air Mahakam
berdebur kencang. Petinggi dan istrinya bergegas mengayuh sampan ke tepi. Dengan
susah dan payah, keduanya bisa mencapai tepi sungai.
Apa yang terjadi. Alam tiba-tiba terang. Angin berhembus lembut. Hujan tiba-tiba
berhenti. Dan langit tampat cerah. Bunga yang tumbuh di tepi sungai mekar seketika. Di
atas beberapa pohon burung berkicau bersahutan. Angin tampak damai dan bersahabat.
Saking terpesonanya, Petinggi dan Babu Jaruma tidak memperhatikan arah naga
berenang. Keduanya, termenung. Si naga yang disayanginya telah hilang ditelan derasnya
aliran Sungai Mahakam.
Keanehan terjadi lagi. Sungai Mahakam dipenuhi dengan buih. Air tidak tampak lagi.
Maka, Petinggi dan istrinya segera naik ke atas perahu. Dikayuhnya dengan sepenuh
tenaganya. Ia bergegas menuju anak sungai Mahakam. Sungai Sudiwo namanya. Ketika
sedang mengayuh perahunya, Petinggi dan istrinya mendengar tangis seorang bayi. Suara
tangis itu semakin jelas terdengar. Sungguh memilukan suara itu. Maka, Petinggi
mempercepat perahunya menuju ke arah munculnya suara tangis bayi itu. Dalam hatinya,
berdebar, Kejadian apa lagi ini. Ada suara tangis bayi yang baru lahir. Sedang seisi
sungai hanya ada buih bergumpal-gumpal. Istrinya hanya terdiam. Keduanya melihat ke
kiri dan ke kanan.
Tidak diduga, Petinggi dan istrinya melihat pelangi menghujam ke sebuah buih. Buih itu
tampak menggunduk seperti bukit buih di tengah lautan buih. Dilihatnya langit. Tampak
awan bergerak menuju ke atas gundukan buih di tengah sungai itu. Seolah sang awan
memayungi gundukan bukit buih. Dari tempat itulah suara tangis bayi tadi muncul.
Namun, perlahan mulai menghilang hingga tiada terdengar. Dipandangnya tepi sungai
dekat gundukan buih itu. Bunga liar tampak subur. Bunganya bermekaran, dengan bau
mewangi semerbak.
Babu Jaruma tidak lepas memandang gundukan buih. Sebentar kemudian, dia berbisik
kepada suaminya, Kanda, lihat! Gundukan buih itu. Suaminya memasang mata
mengamati gundukan buih dengan seksama. Istriku, jangan lengah, lihatlah terus. Dari
dalam buih muncullah sebuah kemala yang bercahaya. Indah berkilauan cahayanya.
Dengan sigap, Petinggi dan Babu Jaruma mengayuh perahunya. Keduanya mendekati
munculnya kumala itu. Setelah dekat tampak dengan jelas. Ternyata, seorang bayi mungil
terbaring di atas sebuah gong besar. Gong itu bercahaya keemasan.
Petinggi berbisik kepada istrinya, Lihat, ada bayi mungil di atas gong. Tenang dulu. Apa
yang akan terjadi? Istrinya mengangguk sambil tetap memandang bayi di atas gong
emas itu. Pelan-pelan. Perlahan-lahan, gong meninggi sedikit demi sedikit. Tampaklah
seekor naga raksasa menyangga gong besar tadi. Sekarang tampak jelas karena telah
berada di atas tumpukan buih. Petinggi tetap diam dan waspada. Aneh memang, naga itu
duduk kokoh di atas seekor sapi besar. Sapi keemasan warnanya. Kakinya bertaji dan
berbelalai. Ia bukan sapi biasa. Punggungnya memiliki sayap indah keemasan. Ia bertaji
seperti burung garuda. Bertaring laksana singa. Berekor laksana seekor naga raksasa.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Bahkan, seluruh tubuhnya berhiaskan sisik keemasan. Sungguh kokoh dan tegap rupanya.
Lembu atau sapi ajaib itu dikenal dengan nama lembuswana.
Petinggi semakin mendekat. Dalam hati Petinggi berkata, Apakah bayi itu untuk kita?.
Betapa bahagianya istrinya. Mungkin sekali bayi itu sebagai ganti naga yang telah
dipeliharanya sejak dulu. Babu Jaruma mengajak suaminya semakin mendekat ke arah
gong besar itu.
Sudah kehendak alam. Perlahan dan pelan, lembuswana membenamkan diri ke dalam
buih sungai. Setelah tiada tampak, sang naga pun tenggelam. Kesempatan itu sangat
mengkhawatirkan. Petinggi tidak mau kehilangan bayi mungil itu. Ketika gong dan bayi
itu terapung, disambarnya. Dimasukkannya ke dalam perahu. Dengan sekuat tenaga
perahu dikayuhnya menepi. Dalam perahu, keduanya tiada lepas memandang sang bayi.
Dilihatnya bayi ajaib itu memegang emas dan telur. Namun, telur itu pecah sebelum
perahu sampai ke tepian. Telur itu pecah dan muncul anak ayam betina.
Petinggi Dusun dan istrinya semakin mempercepat langkahnya. Ia ingin segera tiba di
rumah. Hatinya berbahagia karena mendapatkan seorang bayi perempuan yang mungil.
Bayi gaib di tengah sungai yang berbuih. Bayi itu sebagai ganti anaknya, si naga, yang
dulu pernah dibelainya. Setibanya di rumah, dimandikan bayi mungil itu. Diselimuti
dengan kain yang terbaik. Dibaringkan di atas lamin yang bagus. Satu demi satu tetangga
di kampung itu berdatangan. Mereka gembira melihat Petinggi Dusun telah mendapatkan
seorang bayi. Betapa gembirannya kedua suami istri ini mendapatkan seorang bayi
perempuan sangat cantik. Mereka membawa bayi itu pulang ke rumah dan memberikan
asi untuk disusui.
Setelah tiga hari rumah Petinggi sangat ramai. Hari itu akan dilakukan upacara putus tali
pusat. Juga pemberian nama. Banyak tetangga berdatangan. Banyak makanan. Ternak
banyak disembelih. Hiburan diadakan. Mereka bersuka ria. Pada pagi itu, Petinggi Dusun
menyampaikan sambutan kepada seluruh warga. Semua yang turut hadir di rumahku.
Ketahuilah! Beberapa hari yang lalu, istriku menerima suara gaib melalui mimpinya. Aku
dipesankan untuk menamai anakku ini. Maka, sekarang aku beri nama anakku Putri
Karang Melenu. Anakku juga dapat dipanggil Putri Junjung Buyah.
Semua yang datang gembira melihat Putri Karang Melenu yang elok parasnya.
Kehadirannya sangat ajaib. Sama seperti kehadiran anak yang sekarang diasuh oleh
Petinggi Jaitan Layar. Bedanya ia adalah anak laki-laki. Sementara itu, Petinggi Hulu
Dusun mendapatkan anak perempuan. Pesta tetap berlasung ramai. Hingga usai semua
orang pulang ke rumah masing-masing.

3. Nilai Budaya Cerita Rakyat Putri Karang Melenu


Cerita rakyat Puteri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) adalah kenyataan
kehidupan sosial yang menurut kepercayaan masyarakat Kabupaten Kutai, cerita
ini benar-benar terjadi di lingkungannya Kerajaan Kutai pada masa lampau, dan
sekarang masih diyakini keberadaannya. Berbagai tradisi adat tersebut sebetulnya
mengait dalam suatu fungsi, yakni kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat
merupakan tradisi yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana, tidak
berdasarkan logika sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan
(Danandjaya, 1984:153). Kepercayaan ini dianggap benar-benar ada dan bukan
tahayul, karena terdapat bukti-bukti nyata tentang keberadaannya. Bukti-bukti
tentang keberadaan Puteri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) berupa
peninggalan-peninggalan sejarah yang masih tersimpan di museum Mulawarman
Kabupaten Kutai Kartanegara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat Puteri Karang


Melenu yang terkenal dengan nama Puteri Junjung Buyah dari Kutai ini
memiliki fungsi sosial budaya yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Akan
tetapi, gejala sosial budaya yang berpengaruh di masyarakat pada masa itu lebih
percaya pada hal-hal gaib dan tenaga gaib yang sudah menyatu dalam kehidupan
dan kepercayaan mereka. Di samping itu, mereka masih tetap memegang erat
tradisi kebudayaan. Di sisi lain, dalam masyarakat modern ini, pandangan-
pandangan tersebut disebabkan oleh cara berpikir yang salah, koinsidensi, dan
predileksi (kegemaran) saja. Cerita rakyat Puteri Karang Melenu dianggap
hanya sebagai mitos rakyat yang keberadaannya tidak perlu dipertentangkan,
bahkan perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai kebudayaan daerah.

3. PENUTUP
Cerita rakyat Puteri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) lahir dari mitos
rakyat daerah Kabupaten Kutai. Cerita ini merupakan potret kehidupan
masyarakat pada zaman dahulu dan masa kini. Kepercayaan adat yang kental
masih berfungsi dan menghiasi kehidupan masyarakat Kutai. Banyak
peninggalan-peninggalan bersejarah yang telah berakar di Bumi Kutai. Saat ini,
warisan leluhur yang tidak pernah dilupakan oleh masyarakat Kutai dan berfungsi
sepanjang zaman adalah upacara Erau, yakni upacara tahunan untuk merayakan
hari kesucian dan kejayaan Kabupaten Kutai. Benda-benda kerajaan yang masih
melekat dengan keberadaan Puteri Karang Melenu berupa arca lembuswuana
tersimpan di museum Mularwarman Tenggarong, Kutai Kartanegara. Cerita
rakyat Putri Karang Melenu (Puteri Junjung Buyah) bagi masyarakat Kutai dan
daerah lainnya bukan sekadar dinikmati dan dipertunjukkan saja. Akan tetapi,
cerita rakyat ini merupakan aset budaya lokal yang dimiliki oleh komunitas sub-
subetnik Melayu sebagai salah satu produk folklor yang mengandung nilai-nilai
kearifan lokal dan nilai-nilai spiritual yang perlu dilestarikan dan direvitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Bascom,William R. 1965. The Forms of Folklore : Prose Narrative , Journal of
American Folklore, vol. 78. Pages 3-20 dalam Soedarsono. (ed). 1986.
Kesenian, Bahasa Folklor Jawa. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Dekdikbud.

Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesia. Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta : Grafiti Press.

Pudentia MPSS. 2008. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi
Lisan (ATL).
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

RADIN JAMBAT HANGKIRAT


Oleh
Roveneldo, M.Pd.
Kantor Bahasa Provinsi Lampung
roveneldo@gmail.com
telepon: 085279487555

Assalamualaikum diwa-diwaku para diwa jama diwa di awan,


Diwa Sebiji Nyata jama diwa di kayangan nyak haga nyusun kata
sejarah kediwaan Radin Jambat kuasa rik jama puningkawan

Negeriy Tanjung sai subur dialiriy wai sai irang. Wai ibarat uyat nadi
jemou Tanjung Jambi. Jemou tiyuh sai wadeh ngehormati jemou sai megu jak
luwah atau temoui, mak jarang amen kak meney tepik pok tiyan di anggep gegoh
sekelik. Ratu Tanjung Jambi rajo negeiy adalah Putra Dewou Sebiji. Begelar
Dewou Sebiji Nyatou dan sangon empu saktiy bijak bestari netep dan betapou
Arob Reban, pok rajou-rajou, anak-anak rajo, jemou-jemou sakti, jak segalo
negeriy berguru lemuw sakti.
Putra sai tohou rajou, umpu (eppuw) Dewou Sebiji Nyatou adalah anak
modou namou nou Radin Jambat anak modou gagah perkasou wawai budipekerti
dan kak gadu beguruw, mengewasoi tarekat sappai tingkat sewou, Radin Jambat
ngemek wou adik sai namou nou Puningkawan Juk Muli dan Puningkawan Mak
Waya. Wou adik Radin Jambat enou sangon sakti dan menguasai tarekat ke tujuw.
Alkisah wettuw debingei bulan purnamou dan di musem kemarau tiyan
tegou Radin Jambat, Puningkawan Mak Waya di sebelah kanan dan Puningkawan
Juk Muli di sebelah kiriy tiyan tegou betapou dingak bukit sai gecak di sebelah
barat negeriy Tanjung Jambi. Sappai pituw bingiy pituw hari meguwlah eppuw
tuyut. Ngenah Puningkawan Juk Muli miwang betanyou Diwou Sebiji Nyatou.
eppuwkuw ulah nyou niku miwang, dang kak mudah lunik hati, mak wawai
rangga amen ragah miwang.
Ngedengiy barou empuw nou Puningkawan Juk Muli miwang pun begadu.
ikam tegou betapou ulah agou kiluy petunjuk, sebab selamou pituw bulan kiyai
Radin Jambat ngipiy tembuk muliy sikep jak kayangan, Radin Jambat agou
ngelamar muliy impiannou. Dewou Sebija Nyatou Nyengeh dan Ngomong
besabar amen agou ngelakuken pekerken wawai-wawai dang sappai naan jadiy
seselan. Ikam kak bepiil agou ngonot jodoh muliy nipiy untuk kiya, tembal
Puningkawan Juk Muliy. Radin Jambat jak jenou meneng dan nutuk cawou jamou
eppuw Ijinken nyak (Radin Jambat) nyeretou eppuw, nyak agou kiluy petunjuk
nyak ngemek muliy namou nou Putri Junjungan Atas, bidadari jak sergou buwok
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

ikel mengkilat. You kak ngemek tunangan walu belas rajo dan pengiran jak
negeriy seberang lautan .
Kak gadu ngedengiy ceretou, Dewou Sebiji Nyatou ngejawab dengiyken
eppuwku, dang akuk muliy enou celakou muliy enou sombong mak pantes
ngedampingey muw. Mesou jawaban enou Radin Jambat mak ngenahken lunik
atey dan ngelanjut ceretou nou emppuw ngemek kopok muliy lunik reping dan
wadeh, keturunan Batanghari Sembilan ngemek ideng di bengem kanan dan
cocok kedey eppuw? di tembal Dewou Sebiji Nyatou Dang akuk muliy enou
muliy sai mak dapok ngerawat direy, celakou ngebiy jamou muliy mak dapok
mesou keturunan.
Radin Jambat ngelanjut lagi Ngemek kopok eppuw, muliy sikep sai sakti,
meliharou putik garuda balak, siapou sai adok nuwou nou dapok ngegasou
terlindungei aman. Ditembal kopok jamou Dewou Sebiji Nyatou Dang akuk
muliy enou sebai enou celakou, sebai ngemek otot balak mak cocok tepik di tiyuh,
you cocok tepik di talang. Muliy gegoh enou amen mohou setemennou ateinou
nyepen amarah.
Ngoloh Radin Jambat nyeretouken muliy kebuguhannou ngemek sai muliy
sai tembuk delem ngipiykuw, sikep gegoh bidadari. Radin Jambat! Dang akuk
muliy enou ulah muliy celakou cerakah dan keker. Tembal Dewou Sebiji
Nyatou. Ngemek kopok muliy mak sikep, Putri Melayu anak rajou Angtasan,
eppuw Putra Guru, ulun settei di Melayu. Ditembal kopok jamou Dewou Sebiji
Nyatou Dang akuk muliy enou ulah buwoknou ibah tabiat ngelawan ragah
(suami).
Mak putus asou dan marah Radin Jambat ngomong ngemek kopok muliy
ngemek makkou dan rajin bekerjou lokwak gelek ceretou eppuw motong kalimat
Radin Jambat Dang akuk muliy enou ulah muliy enou ayen muliy penurut you
buguh ngisung ulun layen. Ahernou Radin Jambat meneng ngebatem-batem mak
lagey ngusulken. Lem natei nou eppuw kuw jou mak temen-temen nulung you.
Ngenah Radin Jambat membisu ngomonglah eppuw. Dang sedeh
eppuwkuw jemoh dawah bou pegahu metei tegou luwah jak Tanjung Jambi tutuk
arus wai adok muarou, adok ke barat temboi muaro wai dah terus keulu, temboi
muliy. Di nuwou muliy enou ngemek mahligai balak, pok muliy enou di Kota
Besi. Kota indah sai nayah batang pinang sederet tembuh di pengger wai. Muliy
enou namounou Puteri betik Hati kayo rayou dan pemurah atei. Radin Jambat
mak nembal dan meiyaken. Muliy enou muliy celakou kediy ram lokwak
tembuk??? Dang kuatir eppuwkuw muliy enou muliy sai pantes untuk meu, you
ngemek tuah, tuahnou gegoh tuahkuw.
Tembal Dewou Sebiji Nyatou. Seneng ateiy Radin Jambat ulah muliy sai
di cawouken eppuwnou gegoh muliy sai wat di nipiynou. Tiyan nyiapken pekakas
sai agou dibou; si celanou dijuk namo celanou sulang sepan dan kawai dijuk
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

namou Kawai Kancing Enem,kawai tahan senjatou . Diluahken senjang di juk


namouTanjung Ungu Sutera, selop Buluderu Paku Mas, kopiah sai dijuk namou
Bintang Sutera Biru. Selaian perabut mak lopou ngebou senjatou ngejou badan,
ngemek keris sattit sai dijuk namou Keris Cenderik Lunik. Keris sattey sai
sekedau jak lidah settan, zaman hou amen di culuk ke langek dapok betaburan
bettang di awan.
Sarung keris enou dijuk namou srung parasman, ngemek rajah. Dibou
moneh badik sai wawai dijuk namou badek tepou bengkuluw, asal jak kahyangan
badek sattey dapok ngecurkrn batuw keras sebalak kibau cuman sekaley tujah.
Ngemek pedang sattey sekali rarap pak batang kelapou pegat sekaligus. Dilem
pedang enou ngemek kekuatan enem badak dan wou gajah balak. Amen ditujah
dilem lawet dapok punyuw sejaouh hasta gelek matei ngapung. Puningkawan
Mak Maya moneh ngemekken tekat Radin Jambat Radin Jambat sai dijuk namou
Semambu Ulung Betung. Hou ulun sai sakek tengah amen ditenggul segalou
penyakek gelek melap. Pegahuw sattey ayen diguwai jak kayuw duguwai jan ten
sai kak gaduw di jeppey, termasuk pengayoh, jamou tembou. Segalou pekakas
kak lengkap cawoula h Radin Jambat amen segalou perlengkapan selesai kak
dapok jemoh tepuy ram lappah.

Jemoh selokkwak lappah, tiyan tegou adok kermat poyang sai wat parok
pok nuwou, tiyan bedoa jamou Tuhan Yang Maha Esa di elem atei ngebacou
surat AL-Ihklas. Puningkawan Juk Muli kak gadu Tarikat Sayidina Ali, selamou
enem hariy pituw bingiy. Pelapah ejou meney dan jawoh wattuw sai meney dan
liwat lawet lepas kuruk kopok kemuarou batang arei. Sesuai ngipiy arahan Radin
Jambat dan petunjuk Dewou Sebiji Nyata. Pegahuw lunik enou kuruk kemuarou
batang arey dan Puningkawan Mak Waya ngiyawken Kiyai gegoh nou ngemek
tiyuh di depan deniy.
Waway nou ram belabuh. Tegoh ditiyuh pengger wai sai wawai bebaris
batang pinang jamou kelapou ngemek moneh garduw sai dijagou nayah pengawal.
Kepeguan pegahuw ikam dinah jamou Puteri Betik Hati lajuw dikisung sai
namounou Lambang ulah agou nyematok empunya pegahuw sai appai belabuh,
sai kak gadu ngebou (pekakas mengan nyirih) dikisung Puteri Betik Hati sai
ngebou namounou Lambang.
Sai sangon adat istiadat jak hou amen tuan rumah menyambut temoy, mak
lopou ngebou pekakas pakai nyirih. Tanggoh ejou dijuk jamou temoy, nyereh
adalah betandou sai kedau nuwou neremou temoy sai terbuka. Kak tegoh tiyan di
tengah jemou ramik Lambang cawou jamou rombongan Radin Jambat amen
metiy agou puteri kiluy metey senggah di nuwounou. Puningkawan Juk Muli
ngucapken teremoukaseh dan cawou ikam nyapenken pekakas ikam pai.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Makmeney Puningkawan Juk Muli cakak nuwou puteri. Tegoh delem


ateynozu cawou matey kak wawai negeriy ejou batang lurus pinang dan kelapou,
jamou gardu dan tengah lebuh. Nyou makket ngiyokken pulau sewawai ejou.
Nayah muliy menganai bekerjoudi talang dan nyappah, betani dan ngonot
punyuw.
Kak puas ngenah molohlah Puningkawan Juk Muli ngadep Radin Jambat
dn cawou Kiyai matey kak wawai tiyuh negeriy ejou gegoh delem nipiy kiyai,
Puteri Betik hati wadeh dan sekam kak di tengguwnou didoh nuwou. Ngedengey
cawou adek nou Radin Jambat lajuy makai perabut sai wawai dan dilengkapi
senjatou (nyelok senjatou).
Puningkawan Juk Muli lajuw ngomong jamou Puningkawan Mak Waya.
Siapkan sai agou ram bou ten, mas, dan segalou pekakas pakai ngelamar
kepeguan ram kak tepat pok tujuan. Radin Jambat lappah segalou matou jemou
tiyuh ngenah tiyan segalou ngomong delem atei Lailahhaillah matei kak wawai
ragah iney. Wou pengawal Radin Jambat ngejukken pekakas. Puteri Betik Hati
neremou segalou pekakas sai dibou.
Abdi Puteri Betik Hati neremou seneng atey segalou jemou tiyuh muliy
menganai dan bebay hiran ulah appai ejou ulun ngelamar ngebou sesam pas tiyan
ngebuka ternyatou siy segalou ngemek ten permatou. Nayah bebay tekanjat.
Tebou-tebou meguw ragah, namounou Sidang Bulawan Bumi, marah balak you
cawo. Metei mak pandai kedei sappou nyak nyou maksud meteiy adok jou metei
jou sanak-sanak nyaklah sai tunanngan puteri.
Amen metei mak sanggup matei tandak jakjou. Tembal settai
Puningkawan Juk Muli Mapas matei kak wawai tebiat muw paman, nyou amen
mejeng pai ram bebalah wawai-wawai, sekam mak liyem kedey nayah muliy
makkou gonou kegagahan ram jou mahluk Tohan. Sidang Bulawan Bumi
tambah marah dang nayah cawo, naan nikuw ku patteiy. Ditembal
Puningkawan Mak Waya ikam meguw ayen agou perang cuman ngonot jamou
amen metei netang perang ikam mak mendur setapak pun.

Meguw kopok Radin Si Umang-Umang sai moneh agou meminang Puteri


Betik Hati. Ragah pelikar pecat silat neken tengah berucap Jak kedou meteiy
appai ku nah tandah tiyan jak jou Lambang naan kuguwai ujan rah gawoh.
Puningkawan Juk Muli mohou balak tuan mateykak ngerey, appai tegoh lajuw
marah, lowak tembuk sai sebener benernou, amen ilmu dang jadiy kesombongan
enou gawoh lagiy beguruw lowak digonouken.
Ngedengei bunyi guluw-guluw kilak luwah jak jawoh ragah namou nou
Radin Sinang. You lappah iring-iringan enem gibu wou pulu tujuw perajurit
besejatou Jak kedou metei sappai tegoh di negerey ejou, nyou tujuan metei adok
jou kerek Radin Sinang. Ditembal Puningkawan Juk Muli ikam meguw sengajou
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

jamou junjungan ikam Radin Jambat. Radin Sinang tekanjat, Radin Jambat
Hangkirat, Hangkirat kak dapok tecapai puncak muak menang amen ngelawan,
sewawai nou mendur gawoh.
Segalou tiyan menetepken janjiy perang selamou tegou bulan di Lawok
Tungku Telu. Radin Jambat hening ngenah langek mekerken agou perang. Radin
Jambat nyuak adeknou Puningkawan Ma Waya adok jou, perjalanan ram jou
lowak beraher tunang-tunang puteri ayen jemou biasou tiyan jemou saktey ram
malang mak dapok ditulak tung mak dapok di akuk ejou lah nasib ram.
Radin Jambat ngisung adeknou adek metey wou lapah adok Arob
Reban, ceretouken jamou emppuw tuyut Dewou Sebiji Nyatou segalou sai ram
alami ram naan tembuk di nuwou di Tanjung Jambi. Hariy begattiy hari bulan
begetei bulan sappai tegoh wettew, janjey perangdi LawokTungku Telu. Ditengah
hariy Radin Jambat, Puningkawan Juk Muli dan Puningkawan Mak Waya tegoh
di ney Sindang Bulawan Bumi megou kak debiy mak meney jak san Radin Sinang
meguw jamou bala tentaranou. Terjadiylah petepuran sai ngeguwai bumiy kecang,
cahayou matouhariy manem, puser angen kuat ulah tiyan lagou.
Kemenangan bepihak di Radin Jambat, Puningkawan Juk Muli dan
Puningkawan Mak Waya. Kak gadu perang Radin Jambat tiyan besedarou
ngepekken lawet tungku telu moloh kopok nembuk Puteri betik hati di nuwou
gecak. Sang puteri menjak jak pedem. Puningkwan Juk muli nyepaiken agou tiyan
agou ngelamar sang puteri. Puteri Betik Hati dan endai Puteri Betik Hati neremou
lamaran Radin Jambat. Segalou jemou tiyuh pemuka delem upacara agung
pelepasan Radin Jambat dan Puteri betik Hati agou adok Tanjung Jambi, pok
tiyan nikah. Nayah cobaan sai dihadepi rombongan Radin Jambat amun segalou
cobaan dan rintangan pelapahan ngebuahken hasel selamat seppai tujuan.
Radin Jambat ngelanjutkken pelapahan tiyan. Di negereiy Tanjung Jambi,
Ratu Tanjung Jambi besamou wargou nyambut Radin Jambat dan sang calon anak
metuw riyak riyuh penuh segalou sokou. Pesta balak kak gadu siap dirayouken,
Ratu Tebat Kuning pihak sabai meguw pituw pegahuw ngebou sesan. Rakyat
negerei kepul, muliy menganai ngebou sesan jak sabai bepecak silat, nigel dan
nariy. Muliy menganay seneng atey hormat dan bangga. Kak perou bulan
dilewatiy di tengah debingey Puteri Betik Hati miyah jak ngipiy, delem ngipiy
nou you ngenah matouhariy dan bulan gugur kuruk wou punguw nou.
Puteri Betik Hati lasah laseh dan betanyou jamou alim ulama. mahap
eppuw di debingey malem jumaat berbiy nyak ngipiy, bulandan matouhariy torun
kuruk delem wou punguw kuw nyou petandou enou eppuwkuw. Sang eppuw
nembal Puteri Betik Hati, dang di ceretouken ejou jamou ulunulah ngipiy enou
ngejuk pandai nikuw agou ngemek sanak upiy kembar.
Amen Laher juk geluw namou sai tohuw Radin Kumala Hiri sai nomor
duwou Radin Munala Bulan. Tanggal epak belas liwat nengah bingey laherlah
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

wou sanak upiy ragah segalou. Wou anak peter sikep soleh taat sembahyang dan
hormat jamo ulun toho. Kak meney wakttew bejalan wou sanak kembar kak
tambah balak sai tohou Radin Kumala Hiri netep pok tiyuh enday nou di Kota
Besey nembuk nyaik ulah ngenah pusakou warisan ayah nou Tanjung Landan
sai dipakai ayah nou ngetakken salah. RadinMunala Bulan nerusken
kepemimpinan ayahnou di Tanjung Jambi.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

RADIN JAMBAT HANGKIRAT


Oleh
Roveneldo, M.Pd.
Kantor Bahasa Provinsi Lampung
roveneldo@gmail.com
telepon: 085279487555

Assalamualaikum diwa-diwaku para diwa jama diwa di awan,


Diwa Sebiji Nyata jama diwa di kayangan nyak haga nyusun kata
sejarah kediwaan Radin Jambat kuasa rik jama puningkawan

Negri Tanjung Jambi yang subur dialiri sungai yang jernih. Sungai ibarat urat nadi
penduduk Tanjung Jambi. Sungai ini membelah negri mengalir dari hulu di lereng
Gunung dan zermuara ke lautan. Penduduk kampung ramah dan amat
menghormati para pendatang, pendatang adalah tamu, bila menetap menjadi
saudara. Ratu Tanjung Jambi raja negri ini adalah putra Diwa Sebiji. Bergelar
Diwa Sebiji Nyata adalah seorang empu sakti bijak bestari menetap di Pertapaan
Arob Reban, tempat raja-raja, putra-putra raja dan pendekar-pendekar dari
berbagai negri berguru Ilmu kesaktian, Tarekat dan Kenegaraan.
Putra tertua Raja, umpu (cucu) Diwa Sebiji Nyata seorang pemuda
bernama Radin Jambat, Sosoknya gagah tampan berwibawa namun bijak, seorang
pemuda yang telah menuntaskan perguruannya, menguasai tarekat hingga tingkat
sembilan, seorang maestro sufi namun layaknya seorang pemuda yang masih
tertarik berpetualang.
Radin Jambat Hangkirat diwa jak padang mak asa, seorang yang telah
mencapai puncak pemahamannya tak lagi dapat digambarkan dengan kata.
Adiknya Puningkawan Juk Muli yang tampan gemar bersolek seperti gadis dan
Puningkawan Mak Waya penampilannya tampak lemah kurang semangat namun
sakti, mereka berdua menguasai tarikat tingkat ketujuh. Pada tingkat ini kesaktian
tak lagi membaca mantra, ketika ia berkehendak maka terjadilah.
Tiga manusia sakti ini senantiasa memuja Tuhan, memohon dan
menyerahkan hidupnya pada Yang Maha Esa, bertanya perihal dunia pada bakas
kakeknya Diwa Sebiji Nyata. Alkisah Di suatu malam ketika bulan purnama
bersinar terang di musim kemarau yang panas tiga bersaudara, Radin Jambat sang
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

pemimpin, Puningkawan Mak Waya di sebelah kanan dan Puningkawan Juk Muli
di sebelah kiri. Mereka bertiga bersemedi di puncak bukit tertinggi di sisi barat
negri Tanjung Jambi.
Setelah tujuh hari tujuh malam bersemedi, pada siang hari yang amat terik
datanglah sang kakek. Melihat Puningkawan Juk Muli menangis bertanya Diwa
Sebiji Nyata. umpuku kenapa kau menangis, janganlah mudah berkecil hati, tak
pantas seorang lelaki menangis. Mendengar suara kakeknya Puningkawan Juk
Muli menghentikan isaknya berkipas seakan kepanasan lalu menjawab kami
bertiga bersemedi untuk minta petunjuk, sebab selama tujuh bulan ini kakanda
Radin Jambat selalu bermimpi bertemu gadis cantik dari kahyangan, Radin
Jambat ingin meminang gadis impiannya.
Tersenyum bijak Diwa Sebiji Nyata berkata bersabarlah jika
berkehendak, pikirkan baik-baik jangan nanti menjadi sesalan. Tekad kami
sudah bulat kek, ijinkan kami mencari jodoh gadis impian untuk kakanda, jawab
Puning kawan Juk Muli. Radin Jambat yang sedari tadi hanya diam ikut berkata
pada bakasnya Ijinkan saya bercerita Bakas, saya ingin minta petunjuk Bakas,
terjadilah dialog antara kakek dan cucu Saya punya gadis pujaan, Puteri
Junjungan Atas namanya, seorang ratu, bidadari dari surga berambut ikal
mengkilat. Namun ia telah memiliki tunangan sebanyak delapan belas raja dan
pangeran dari negeri seberang lautan.
Mendengar ini setelah merenung sejenak, Diwa Sebiji Nyata menjawab
dengarkan endapatku, jangan ambil gadis itu sebab celaka, gadis itu sombong
tak pantas untukmu . Mendapat jawaban ini Radin Jambat tidak menampakkan
kecewa dan melanjutkan ucapannya Bakas, ada lagi gadis kecil ramping dan
ramah, tubuhnya gemulai nan lincah, keturunan Batanghari Sembilan ada tahi
lalat di pipi kanan dan kiri cocokkah ini untuk ku kakek ? Dijawab Diwa Sebiji
Nyata Jangan ambil gadis itu, gadis yang tidak bisa merawat diri, celaka menikah
dengannya bakal tidak dapat keturunan. Radin Jambat melanjutkan lagi Adalagi
Bakas, gadis cantik yang sakti, memelihara burung garuda besar, siapa yang
berkunjung ke rumahnya akan merasa betah dan nyaman terlindungi.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Dijawab lagi oleh Diwa Sebiji Nyata jangan ambil gadis itu,
perempuan itu celaka, perempuan berotot besar tidak cocok tinggal di kampung,
ia hanya cocok tinggal di ladang. Gadis seperti ini ketika nampak tertawa
sesungguhnya hatinya menyimpan amarah. Kembali Radin Jambat menceritakan
gadis pujaannya yang lain, ada satu gadis lagi yang muncul dalam mimpiku,
cantik bak bidadari. Radin Jambat ! Jangan ambil gadis itu sebab gadis celaka
kikir dan serakah jawab Diwa Sebiji Nyata. Ada lagi seorang gadis, tidak terlalu
cantik, putri melayu anak raja Angtasan, cucu Putera Guru, orang sakti di
Melayu . Dijawab lagi oleh Diwa Sebiji Nyata Jangan ambil gadis itu sebab
rambutnya pendek dan sifatnya melawan suami.
Tanpa putus asa dan amarah kembali Radin Jambat berkata, ada lagi
gadis cukup berada dan rajin bekerja. Namun belum apa-apa sang kakek
langsung memotong ucapan Radin Jambat Jangan diambil gadis ini sebab gadis
itu bukan gadis penurut ia gemar memerintahkan orang lain. Akhirnya Radin
Jambat diam membisu tidak lagi mengusulkan siapa-siapa hatinya berkata
kakeknyanya ini tidak sungguh-sungguh ingin membantunya. Melihat Radin
Jambat membisu berkatalah sang kakek. Jangan bersedih umpuku besok siang
berperahulah kalian bertiga keluar dari Tanjung Jambi ikuti arus sungai menuju
muara, berlayarlah ke Barat temui muara sungai dan teruslah kehulu, temuilah
seorang gadis.
Di rumah gadis itu ada mahligai besar, tempat gadis itu di Kota
Besi. Kota indah yang banyak pohon pinang berjajar tumbuh di tepi sungai. Gadis
itu bernama Puteri Betik Hati kaya raya namun pemurah. Radin Jambat tidak
langsung mengiyakan apa kata kakeknya namun bertanya. Apa gadis itu bukan
gadis celaka sebab kita belum pernah bertemu..??? Jangan khawatir umpuku
gadis ini gadis yang pantas untuk mu, ia bertuah, tuahnya seperti tuahku, kau akan
kuat bersamanya.
Jawab Diwa Sebiji Nyata. Betapa senangnya hati Radin Jambat sebab
gadis yang disebut kakeknya ini sesungguhya sama seperti gadis yang ada dalam
mimpinya. Segera mereka menyiapkan perlengkapan antara lain, satu celana
diberi nama celana Sulang Sepan dan baju yang diberi nama Baju Hitam
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Kancing Enam, baju yang tahan senjata tajam. Juga dikeluarkan sebuah sarung
yang diberi nama Tanjung Ungu Sutera, selop Buluderu Paku Mas, kopiah yang
diberi nama Bintang Sutera Biru. Selain perlengkapan pakaian tak lupa juga
berbagai senjata mustika jika nanti ada pertempuran, Sebuah keris sakti yang
dikenal dengan nama Keris Cenderik Lunik.
Keris sakti yang berasal dari lidah setan, konon jika di pancangkan ke
langit maka akan bertaburan bintang di awan. Sarung keris itu sendiri diberi nama
Sarung Parasman, terdapat rajah di atasnya. Disiapkan juga sebuah badik yang di
kenal dengan nama Badik Tempa Bengkulu, berasal dari kahyangan badik sakti
ini dapat manghacurkan batu keras dan sebesar kerbau dengan sekali hunjam. Ada
juga sebuah pedang sakti bergelar Pedang Cundung Kebawok, menurut kisah
begitu saktinya pedang ini sekali tebas empat pohon kelapa putus sekaligus. Di
dalam pedang ini terdapat kekuatan enam ekor badak dan dua ekor gajah besar.
Jika ditusukkan ke dalam lautan maka ikan yang berada sejarak beberapa hasta
akan mati mengapung. Puningkawan Mak Maya juga menyiapkan tongkat Radin
Jambat yang bergelar Semambu Ulung Betung.

Konon orang yang sakit pinggang jika disentuh tongkok itu penyakitnya
akan sirna. Perahupun di siapkan, sebuah perahu sakti yang bukan terbuat dari
kayu tetapi dari sebuah intan yang dimanterai, tak lupa dayung, kemudi dan
timba. Setelah tt melanjutkan dengan Tarikat Sayidina Ali, telah dilakukannya
tarikat ini selama enam hari tujuh malam. Perjalan ini akan sangat jauh, waktu
yang lama dan medan amat berat. Pertama-tama mereka mengikuti arus sungai ke
hilir hingga ke muara, setelah menempuh lautan lepas kembali masuk muara
sungai. Lalu menyusuri sungai sesuai arahan mimpi Radin Jambat dan petunjuk
Diwa Sebiji Nyata. Di tengah lautan ombak sangat ganas, berbulanbulan di
lautan, perahu kecil itu kadang dihempas ke atas karang, kemudi patah tiga.
Disaat yang mencekam tiba-tiba ombak raksasa datang bergulung-gulung
siap menelan perahu dan penumpangnya. Melihat ini Radin Jambat menghibaskan
kedua tangannya ke arah belakang, pedang Cundung Kubawok digunakan, hawa
sakti keluar dan terciptalah angin kencang yang mendorong perahu itu melaju
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

kemuka membelah ombak raksasa. Perahu kecil itu lalu masuk kemuara sungai
terus ke hulu dan suatu ketika Puningkawan Mak Waya berseru kakanda
tampaknya ada perkampungan di depan sana sebaiknya kita berlabuh.
Merapatlah mereka ke perkampungan tepian sungai yang indah berbaris
pohon pinang dan kelapa dengan daun melambai menari-nari ditiup angin.
Terdapat banyak gardu yang dijaga para pengawal satu persatu. Kedatangan
perahu ini terlihat oleh Puteri Betik Hati lalu diperintahkannya salah satu abdi
bernama Lambang untuk menyapa sang empunya perahu yang baru berlabuh,
bawakanlah pesanan (perlengkapan untuk makan sirih/nginang) perintah sang
putri pada Lambang. Salah satu adat istiadat jaman dahulu jika tuan rumah
menyambut tamu, tak lupa membawa perlengkapan untuk nyirih. pesanan ini
diberikan kepada sang tamu, nyirih adalah lambang bahwa tuan rumah menerima
sang tamu dengan terbuka. Setelah tiba dihadapan orang asing itu berkatalah
Lambang pada rombongan Radin Jambat jika kalian sudi tuan puteri meminta
kalian singgah ke rumahnya.
Puningkawan Juk Muli mengucapkan terima kasih dan mengatakan
bahwa mereka akan berkemas terlebih dahulu. Menduga tamunya datang dari
tanah Jawa, dengan berlari Lamang melaporkan kepada putri bahwa telah datang
tiga bersaudara dari tanah Jawa. Tak lama diutuslah Puningkawan Juk Muli naik
ke rumah puteri. Tiba di sana hatinya terkesiap betapa cantiknya negeri ini,
berjajar pohon pinang kelapa, dengan gardu dan pelatarannya, belum pernah ia
menginjak pulau secantik ini.
Para mudamudinya giat bekerja di ladang dan kebun, bertani dan mencari
ikan. Setelah puas memandang kembalilah Puningkawan Juk Muli menghadap
Radin Jambat dan berkata kanda sungguh ini negeri yang amat cantik seperti
dalam mimpi kanda,
Puteri Betik Hati amat ramah beliau menunggu kanda di bawah rumah
panggung. Mendengar ucapan adiknya Radin Jambat segera berkemas
mengenakan pakaian kebesaran dan perlengkapan senjata di pinggang.
Puningkawan Juk Muli lalu berkata pada Puningkawan Mak Waya Siapkan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

persembahan kita, intan dan emas serta semua perlengkapan untuk melamar sebab
kedatangan kita sudah tepat pada tujuan.
Radin Jambat melangkah gagah semua mata penduduk setempat yang
berkumpul terkesima, berkata dalam hati Lailahhaillallah sungguh gagah dan
tampan lelaki ini. Wajah bersih berwibawa, langkah tegap selempang senjata, tak
bosan mata memandang. Kedua pengawal Radin Jambat menyerahkan barang
persembahan. Puteri Betik Hati terkesima dan menerima persembahan tersebut.
Abdi Puteri Betik Hati menerima dengan tersenyum sementara para ibu-
ibu dan gadis-gadis lainnya terheran-heran sebab baru kali ini orang melamar
dengan membawa persembahan sam-sam (ikan sungai yang diasinkan dalam
wadah guci) namun betapa terkejutnya mereka ketika wadah sam-sam itu dibuka
ternyata isinya penuh dengan intan permata.
Beberapa ibu-ibu yang semula menghina mundur tak dapat berucap,
bahkan kejadian
ini terbawa mimpi dalam tidur di malam harinya. Ketika hadirin semua duduk,
tiba-tiba datang seorang berwajah seram menakutkan, Sidang Bulawan Bumi,
tanpa basa-basi melangkah ke tengah lingkaran dengan marah serta congkak ia
berkata Kalian tak kenal aku apa maksud kalian kemari, kalian ini masih anak-
anak, Aku tunangan puteri, jika kalian tak sanggup mati segera enyah dari tempat
ini mendengar itu dengan tenang Puningkawan Juk Muli berkata Astaga
alangkah tak baiknya kelakuanmu paman, sebaiknya duduk dahulu kita bicara
baik-baik, tidakkah kau malu di kelilingi para gadis, tidak ada gunanya gagah-
gagahan, kita ini sesama mahluk Tuhan.
Sidang Bulawan Bumi makin marah ucapanya tak ditanggapi dan berkata
kembali lebih keras jangan banyak bicara, nanti ku bunuh kau, tak ada Tuhan,
tak ada tempatku menyembah. Selesai ucapan Sidang Bulawan Bumi, dijawablah
oleh Puningkawan Mak Waya kami datang bukan untuk berperang tapi mencari
sahabat, jika kamu menantang perang kami tidak akan mundur sejengkalpun.
Sementara itu di bawah rumah ternyata telah menunggu Radin Si Umang-
Umang salah seorang yang ingin meminang Puteri Betik Hati. Lelaki jagoan dan
sangar ini lekas naik tangga masuk kerumah dengan bertolak pinggang berucap
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Dari mana kalian bajingan, baru ini kulihat, usir mereka ini Lambang atau kubuat
hujan darah.

Puningkawan Juk Muli berkelit lidah sambil tertawa tuan alangkah ganas,
baru sampai langsung marah, kau belum bertemu yang benar-benar tuntas, kalau
sekedar ilmu jangan menjadi kebanggaan, apalagi sedang berguru belumlah dapat
dipergunakan. Tiba-tiba terdengar suara genderang perang dan bunyi halilintar,
muncul dikejauhan lelaki gagah berjuluk Radin Sinang. Ia berjalan bersama
iringan panjang sebanyak enam ribu dua puluh tujuh prajurit lengkap dengan
senjata perang. Dari mana asal kalian hingga sok jagoan di negeri ini, apa tujuan
kalian datang kemari ? teriak Radin Sinang. Dijawab Puningkawan Juk Muli
kami datang dengan sengaja, junjungan kami ini Radin Jambat.
Radin Sinang terkejut tak ketulungan, Radin Jambat Hangkirat, Hangkirat
yang telah mencapai puncak takkan menang dilawan, sebaiknya mundur saja tapi
untuk menutupi malu ia langsung menggertak lawan dengan menyebutkan silsilah
keturunannya. Pada zaman dahulu ketika orang hendak berkelahi mereka terlebih
dahulu menyebutkan silsilah keluarganya untuk menakuti lawan dan menghindari
pertempuran jika seandainya musuh masih ada pertalian darah. kalian sengaja
datang ingin menantang, Radin Jambat Hangkirat pertimbangkan baik-baik karena
aku kasihan, maka aku perintahkan kau mundur senyampang ada kesempatan,
kalau kalian belum tahu inilah nama dan julukanku, Radin Sinang Kajang Selipat
gemegor anggot pati, telah kukelilingi jagad, seluruh dunia telah kujelajahi,
mencari lawan tanding setingkat yang tak lagi menginjak bumi, kini barulah
bertemu alamat tepat, Radin Jambat Hangkirat anak Sang Ratu Jambi Mendengar
ini bangunlah Puningkawan Mak Waya dengan marah dan suara menggelegar ia
berkata disaksikan khalayak ramai. Jangan berbohong kau Radin Sinang..! gelar
itu milikku, gelar yang kau sebutkan itu gelarku!. Mendengar ini betapa
malunya Radin Sinang. Sementara sejak kedatangan Radin Sinang, Sidang
Bulawan Bumi menyingkir diam-diam, ia jerih melihat Radin Sinang. Tapi Radin
Sinang pantang malu dia lantang menantang. Telah bertemu pantang mundur, tak
jaya bila tak bertempur Mereka menetapkan janji berperang tiga bulan kemudian
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

di Lawok Tungku Telu (Laut Tiga Perapian) yang ditengahnya ada pancang
(tiang) dasarnya dijaga naga, untuk menentukan siapakah yang akan jaya. Perang
telah ditetapkan, semua undur diri dalam emosi yang berkecamuk. Radin Jambat
termenung memandang kelangit biru.
Dirinya, Sidang Bulawan Bumi, Radin si Umang-umang dan Radin
Sinang, pada hari dan waktu yang sama datang ke negri ini meminang Putri Betik
Hati.. berkembang hinga janji perang di Laut Tiga Perapian tiga bulan
mendatang... Takdir, nahas, kebetulan atau sengaja.

Siapakah dalangnya???. Siapakah lagi yang datang bila tiba


waktunya???. Radin jambat memanggil adiknya Puningkawan Mak Waya
kemarilah, perjalanan kita kali ini belum berakhir,tunang-tunang putri ini
bukanlah manusia biasa mereka orang-orang sakti dengan bala tentaranya, namun
malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, mungkin demikianlah takdirku.
Radin Jambat menurunkan perintah adinda berdua pergilah ke Arob Reban,
ceritakan pada kakek Diwa Sebiji Nyata semua yang telah terjadi dan akan terjadi
lalu kita bertemu di rumah di Tanjung Jambi.
Setelah mereka pulang uningkawan Juk Muli resah gelisah tak sabar
menunggu perang, ia bertanya kiyai (kakak) kau tampak tenang saja apakah
andalanmu Radin Jambat tak menjawab ia sedang berzikir syirr tanpa suara,
mengucap dalam hati kulehu (Al ikhlas) tiga kali. Kemudian ia menjawab Tuhan
bersamaku, kalau sekadar ilmu belumlah dapat diandalkan. Hari berganti hari,
bulan berganti bulan hingga tiba waktu, janji perang di Lawok Tungku Telu. Laut
Tiga Perapian tiga pulau berdekatan ditengah lautan. Suara benturan gelombang
dari tiga celahnya menderu ditengah hari saat Radin Jambat, Puningkawan Juk
Muli dan Puningkawan Mak Waya tiba disana.
Mereka mendarat di pulau yang terluas, permukaannya pasir gersang
tanpa mahluk hidup, angin kencang menerbangkan debu, tegak berdiri, berzikir
mereka menunggu. Sidang Bulawan Bumi datang menjelang sore, Si wajah seram
menakutkan ini segera ambil posisi lalu tegak berdiri diam siap siaga. Radin
Sinang mendarat bersama bala tentaranya. Saat tiba Radin Sinang segera menagih
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

janji kalau kau lelah menunggu selama ini tidak perlu menunggu hari esok kita
berperang sekarang juga teriaknya.
Mereka segera adu ilmu kesaktian. Radin Sinang meluncurkan jurus
pertamanya, melihat gelagat ini bangunlah Puning Kawan Juk Muli, tubuhnya
berputar ke atas menuju cahaya matahari, bumi bergoyang, alam dunia geger,
cahaya matahari redup tertutup pusaran angin yang keluar akibat putaran
tubuhnya, puncaknya dunia gelap gulita. Radin Sinang mengibaskan kerisnya,
selarik sinar merah keluar dari keris sakti memusnahkan ajian Puningkawan Juk
Muli.. Padang mak asa dimensi ruang tak terkira, mahluk penghuninya jadi bala
tentara.
Puningkawan Juk Muli terhentak berdiri, menyadari serangannya
dipatahkan lawan, lalu secepat kilat tangannya memukul gong kecil yang
dikeluarkan dari dalam sakunya. Sungguh dahsyat gong kecil itu, mengeluarkan
suara lingking malaikat bak raungan seribu singa, memecahkan gendang telinga,
dada manusia tergetar yang tak kuat muntah darah dan mati, bala tentara radin
sinang porak poranda.
Radin Sinang mundur menyimpan kembali kerisnya dan cepat mengangkat
sebuah bedil, sangkur di ujungnya sepanjang enam jengkal. Bedil ini amat sakti,
konon jika ditembakkan ke sungai mampu mengeringkan sungai enam bulan
lamanya, ditembakkan kelaut akan nyomor (menciptakan pusaran air) enam bulan
lamanya, percikan pelurunya mampu menghancurkan dunia sekitar.
Sidang Bulawan Bumi terjun ke pertempuran, ia melompat terbang diikuti
bala-bala yang keluar dari bumi bagaikan awan ngengat seluas tiga ratus meter
persegi, Puningkawan Mak Waya menyambutnya dengan jurus macan terbang.
Jurus sakti yang dapat mengurung musuhnya dalam gulungan maut, dahsyatnya
jurus ini maka lawan tak dapat berkutik, melompat ke kiri lawan dapat mati,
melompat ke kanan badan terbelah, melompat ke atas pukulan menghunjam,
darah dijantung akan mengering walau badan tak cacat.
Radin Kepitan Cina, Seorang satria dari negeri campa hadir disana, ia
menyerap berita adanya perang tanding adu digdaya, setelah mendaratkan perahu
pasukannya ia menyerbu masuk dalam pertempuran. Segera membuka jurus
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

macan campa, duduk bersila angin diatasnya bergerak dahsyat, dilapis ketiga
tampak samar bayangan harimau menggantung, matanya memancarkan racun
bagai kesih (bulu halus) bambu wulung yang memercikkan cahaya menyerbu
lurus ke arah Puningkawan mak Waya.
Celaka! Ilmunya belum apa-apa, hanya dengan mendorong lurus
telapak tangannya Puningkawan Mak Waya menyerap ribuan kesih beracun itu
dan mengembalikan pada tuannya. Senjata makan tuan, Radin Kepitan Cina
terkapar lemah habis terkuras semua energinya. Sementara pertarungan antara
Puningkawan Juk Muli berhadapan dengan Radin Sinang makin seru, satu
pukulan mendarat di kening Radin Sinang tubuhnya berubah lebam kemerah-
merahan. Dalam keadaan kritis tiba-tiba muncul istrinya, Puteri Mas Kumala
berteriak menghentikan pertarungan. Puteri Mas Kumala telah lama mencari
suaminya ini yang menghilang selama 4 bulan, tahunya melamar gadis. Untung
saja belum mati Radin Sinang dibawa istrinya pergi. Melihat kesempatan untuk
meloloskan diri Radin Kepitan Cina melompat ke perahunya segera meningalkan
arena.
Melihat Radin Sinang roboh, Sidang Bulawan Bumi ciut nyalinya ini
baru dua adiknya yang turun gelanggang, bagaimana pula bila si Radin Jambat
Hangkirat,
entah kapan perginya dicari ia sudah tak ada. Perang tanding mereda semua lawan
pergi berhamburan.
Dunia terang benderang angin menahan nafasnya, tiada sesuatu bergerak
seakan waktu berhenti, sekeliling bercahaya dan perlahan muncullah kakek Diwa
Sebiji
Nyata menyapa Radin Jambat tiga bersaudara cucuku kalian jangan kecewa,
semua ini ulahnya Seorang empu sakti pengelana ia singgah dari satu negeri ke
negeri lainnya mengajarkan Agama, membantu yang lemah menegur pendosa.
Kalau semua ini ulahnya, apa yang dikehendakinya ?.
Lembut ia berkata cucuku bersabarlah hingga tersingkap rahasia.Usai
peperangan Radin Jambat bersaudara meninggalkan lawok tungku telu kembali
menemui Putri Betik Hati di rumah panggungnya. Sang puteri terbangun dari tidur
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sebab hari telah malam, Puningkawan Juk Muli juru bicara menyampaikan tujuan
mereka datang kemari, melamar sang puteri. Puteri Betik Hati dan Ibunda
menerima, Diceritakan juga bahwa sang puteri telah mengisi tidurnya dengan
mimpi indah selama tujuh bulan terakhir ini. Sang puteri tertawa dan bersedia
menerima lamaran Radin Jambat.
Keesokan paginya Ratu Tebat Kuning ibunda tuan puteri merestui lamaran
ini. Ia mengumpulkan seluruh penduduk dan Pemuka dalam upacara agung
pelepasan Radin Jambat dan Puteri Betik Hati menuju Tanjung Jambi, tempat
akan diselenggarakan penikahan mereka. Terharu dalam bahagia mereka melepas
kepergian sang puteri. Dalam perjalan pulang menuju Tanjung Jambi di tengah
lautan luas tiba-tiba perahu mereka dihadang Radin Sinang dan Sidang Bulawan
Bumi beserta ribuan bala tentaranya.
Saat Radin Jambat dan Puningkawan menghadapi lawan, Radin Sinang
mengutus adik perempuannya Puteri Ayu dan istrinya Puteri Mas Kumala, mereka
bersekongkol untuk merayu Puteri Betik Hati. Mendengar suara Puteri Ayu yang
memanggil dikejauhan maka keluarlah sang puteri dari perahu dan ikut
menyaksikan
peperangan. Namun ternyata dibalik semua itu Puteri Ayu dan Puteri Mas Kumala
berencana jahat meracuni sang putri.
Puteri Betik Hati terkena racun dan dibawa lari Radin Sinang dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Mengetahui Putri Betik Hati diculik, Radin Jambat
melesat ke Arob Reban, Puningkawan Mak Waya merapal ajian puncak
kesaktiannya, ia melesat ke atas, jasadnya melebur, samar muncul bayangan
seekor burung dara lalu terbang mengintai keberadaan Putri Betik Hati dilarikan,
di pelataran istana Radin sinang ia hinggap
menunggu di sebuah tiang, terlihat Radin Sinang membawa Putri Betik Hati
menuju istananya. Mendapat berita ini Puningkawan Juk Muli segera merapal
puncak kesaktiannya, tarekat tingkat ke tujuh berguru pada kakeknya Diwa Sebiji
Nyata, ia melompat tubuhnya mengambang, jasad lebur muncullah samar
bayangan Kenui Ulung (Elang Wulung), disambarnya Puteri Betik Hati dan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

diterbangkannya keawan menuju Arob Reban tempat Diwa Sebiji dan Radin
Jambat yang terus mengawasi.
Radin Sinang marah luar biasa, ia berteriak lantang mengumpulkan
seluruh tentara negrinya dari hilir sampai hulu, senjata dipersiapkan, bedil seribu
pedang enam puluh kodi, keris dipegang anak-anak linggis dibawa gadis, pemuda
berseragam putih punggawa berdandan haji, mereka berangkat mencegat
digunung Lintik. dari gunung Lintik nampak pelataran Arob Reban dimana Radin
Jambat dan Diwa Sebiji menunggu. Memasuki pelataran Arob Reban Radin
Sinang terdepan dengan pasukannya, menyusul Sidang Bulawan Bumi dengan
seluruh kekuatan negrinya. Padang mak asa Dimensi ruang tak terkira, mahluk
penghuninya jadi bala tentara terseret kedunia nyata Jin mata delapan - Hulu
balang neraka Iblis tanpa kepala Jin mata merah dan seorang laki-laki ber
hidung tujuh yang tingginya dua puluh empat hasta, telinganya selebar tampah
dadanya lebar dua depa.
Kilat dan guntur mengiringi pasukan ini memasuki pelataran Arob Reban.
Puningkawan Mak Waya tiba dalam bayangan seekor burung dara, Puningkawan
Juk
Muli tiba membawa Putri Betik Hati terbang dalam bayangan seekor Elang
Wulung, diturunkannya sang putri menghadap Diwa Sebiji Byata. Elang wulung
terbang dan menghunjam ke sungai di tepi pelataran Arob Reban, menyelam
kehulu ia menghadirkan Bangsa Empat, menyelam ke hilir ia memanggil mahluk
Penguasa pusaran air Arob Reban, semuanya terbang keatas menuju Lawan.
Dunia kelam hiruk-pikuk, angin bergelung dipenuhi malaikat, kedua
Puningkawan melambung melebur jasad menebar guntur dan kilat, pasukan lawan
yang baru tiba dipelataran Arob Reban hancur-lebur, tubuh-tubuh terbelah
terputus pegat, yang selamat mundur terluka atau sekarat. Arob Reban
Pertapaan Diwa Sebiji Nyata, tempat raja-raja, putra-putra raja dan pendekar-
pendekar dari berbagai negri berguru Ilmu kesaktian, Tarekat dan Kenegaraan.
Tempat yang disegani, tempat keramat, tempat suci.
Datang dengan niat jahat dan mahluk laknat, tak diampuni. Radin Sinang
menunduk bak macan siap menerkam, merapal mantra memanggil seribu bala-
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bala mahluk gaib, lalu merapal ilmu mukmuk, melengking terbang menyerang
Puningkawan Mak Waya yang melambung terbang larut dalam pusaran bayang
bayang. Bala-bala menyerang ganas, seribu bala bala dengan lubang hidung
sebesar paha, mata melorot seperti terong dan berpunggung bungkuk
mengacungkan gada, siapa terkena seluruh rambut dan bulu rontok - hancur
tulang dirangka. Penguasa pusaran air Arob Reban menghabisinya. Radin Kepitan
cina terjun ke arena, meluncur dalam bayangan naga membawa bala tentara iblis
cuping gajah, menyerang Puningkawan Juk Muli. Puningkawan Juk Muli dalam
lebur jasad Elang Wulung memanggil Bangsa Empat, bala tentara iblis cuping
gajah luluh lantak.
Elang Wulung mengucap sahadat Radin Sinang mati mendadak. Radin
Kepitan cina ciut nyalinya bala-balanya musnah semua. Napas terengah engah
lemas hilang tenaga, putus asa akhirnya ia menangis menyesal jauh dari negeri
Campa karena congkak ia terseret dalam peristiwa yang belum takarannya.
Halibambang Sekama, entah dari mana datangnya. Tiba langsung menghina
Radin Sinang yang telah tewas. Hahaha, gara-gara Radin Sinang, bakbay
(ibu-ibu) masuk gelanggang, kalau belum siap lebih baik balik belakang, dari
pada sia-sia jangan ikut perang..siapa berani datang kemari, pilih yang benar-
benar lakilaki!!!.
Punikawan Juk Muli maju, Halibambang Sekama langsung membuka
jurus naga, tubuhnya meliuk lentur lalu melesat ke angkasa, mengambang ia
memangil saudaranya dari padang mak asa, Prajurit dada besi yang dadanya
selebar dua hasta, betis sebesar batang kelapa kumis bak kawat baja dengan
jenggot panjang tak terurus, hidung sebesar paha gigi sebesar baji, matanya dua
sebesar tempurung kelapa, sekali pukul dua ekor gajah hancur lebur jadi debu,
ganas dan sakti tak terbakar api, makanannya tembaga kuningan dan besi.
Meluncur turun dari udara Prajurit dada besi ini langsung menggedorkan
gadanya ke bumi pelataran Arob Reban. Gempa luar biasa seakan dunia miring,
kehancuran dimana-mana, ledakan suaranya bak seribu tambur raksasa, debu
beterbangan menutup cahaya, dunia gelap gulita. Energi ledakannya
menghancurkan benda apa saja, kuda Halibambang Sekama yang tersambar
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

gelombangnya meledak berkepingkeping, Bangsa Empat dan Penguasa pusaran


air Arob Reban menyingkir.
Puningkawan Mak Waya yang baru mencapai tingkat tujuh kecut
nyalinya, kalau mengukur kekuatannya aku mati sia-sia, Puningkawan Jukmuli
bertanya pada kakaknya kiyai apa yang dapat kuperbuat. Radin Jambat sang
maestro diam tak menjawab. Sepanjang perjalanan sejak mula hingga kini ia
belumlah bertempur.
Haruskah.?. Diwa Sebiji Nyata yang sejak tadi mengamati melambung
ketengah arena menegur Halibambang Sekama, kau telah melanggar larangan,
kalian muridku Radin Jambat cucuku, malah menjadi lawan, kau sama saja
dengan Radin Sinang, Sidang Bulawan Bumi dan Radin Kepitan Cina, tersesat
karena cenderung pada dunia dan memperturutkan nafsu hingga lupa
diperguruan Sidang Bulawan Bumi yang berhati curang melarikan diri saat
pertempuran baru saja mulai, sisa pasukannya Iblis mata delapan dan Hulu balang
neraka yang masih hidup memanggil sisa bala-bala kumpul semua, tinggalkan
tempat ini.. walau ditunggu kita kalah kuasa, kita murid lawan cucu Diwa Sebiji
Nyata, bertahan mati paling tidak cedera. Mereka lenyap kembali ke padang mak
asa. Puningkawan Juk Muli menghadap, Bakas Diwa Sebiji Nyata, maaf kami
membangunkan tapamu kakek, jangan berkecil hati aku sendiri mampu
menghadapinya, karena semua ini dalam kuasa Tuhan.
Radin Jambat bertindak. Ia melangkah menuju arena, Diwa Sebiji
kembali ke Arob Reban. Pelataran porak-poranda kehancuran dimana-mana, bau
darah terbakar, mayat bergelimpangan, dunia gelap suram.
Radin Jambat Hangkirat Radin Jambat Hangkirat Diwa padang mak asa
Dewa dimensi ruang tak terkira Jak alam suai pangsat Dari alam sembilan tingkat
Nginjang turun dunia Berada di dunia nyata Berhadapan dengan Radin Jambat.
100 langkah, udara dingin menusuk hingga ke sum-sum tulang. 80 langkah,
dingin luar biasa, energi tak terlihat menekan Halibambang Sekama dari segala
arah. 60 langkah, dingin diluar batas kemampuan manusia, tekanan menjepit tak
tertahankan, Gemetar Halibambang Sekama, gigi gemeretuk, tubuhnya ambruk,
tiada daya upaya dapat menghentikannya.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

40 langkah, dingin merobek syaraf, tekanan menghancurkan raga, tubuh


bergetar, kulit merah darah, keringat mengucur deras ia menjerit mohon ampun,
bala-balanya mabur Mohon ampun guruaku tak mengenal Radin Jambat dan
Puningkawan, mohon selamat badan..!!!. Pertempuran hitam putih, kebenaran
menghapus kejahatan, kegelapan sirna digantikan fajar cahaya. 20 langkah,
mohon ampunkan dosa.!!!, aku bersaksi segalanya milik Tuhan
lambat.kalimatnya berakhir nyawanya terbang.
Diwa Sebiji Nyata timbul rasa kasihan, namun tak dapat ditolak segalanya
telah terlanjur, semua murid ini lupa diperjanjian, halal haram semua ditelan tiada
lagi sesalan. Tersingkaplah rahasia. mereka murid murtad semua. Empu
Serunting Sakti mengembalikan mereka ke hadapan Diwa Sebiji Nyata di
pelataran Arob Reban dalam suatu penghakiman untuk jadi peringatan.
Radin Jambat lanjutkan perjalanan. Di negeri Tanjung Jambi, Ratu
Tanjung Jambi bersama warganya menyambut Radin Jambat sang anak dan calon
menantu dengan suka cita. Pesta besar siap dirayakan, Ratu Tebat Kuning sang
besan datang dengan tujuh perahu membawa san-san (hadiah pernikahan dari
keluarga perempuan), pesta penyambutan dilakukan. Rakyat negeri berkumpul,
bujang gadis membawa barang-barang sang besan sambil bersilat, nigol dan
menari, para punggawa dan ibu-ibu menyambut di rumat adat, semua berpakaian
adat lengkap, mereka menangis dalam bahagia, terharu juga tertawa. Pemudi dan
pemuda terkesima, hormat juga bangga.
Seluruh negeri takhenti saling bicara bertukar cerita, perjuangan dalam
perjalanan Junjungannya dan peristiwa yang menyertai untuk jadi pelajaran bagi
mereka. Sang Empu berfatwa keseimbangan Alam semesta, Manusia serta Tuhan
nya adalah Nyata. Beberapa bulan kemudian disuatu malam sang puteri
terbangun dari mimpi, dalam mimpinya ia melihat matahari dan bulan turun jatuh
ke dalam kedua tangannya.
Puteri Betik Hati menjadi gelisah dan bertanyalah dia pada kyai alim
ulama. Mohon maaf kakek, di malam Jumat kemarin saya bermimpi, bulan dan
matahari turun ke dalam kedua tanganku apakah pertandanya ini kakek. Sang
Kyai menjawab lembut Puteri Betik Hati, tak usah diceritakan hal ini kepada
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

orang lain sebab mimpi itu mengabarkan bahwa kau akan mendapat dua anak
kembar. Lalu sang kyai melanjutkan jika telah lahir nanti berilah nama anak
yang tua Radin Kumala Hiri dan anak kedua Radin Munala Bulan. Tanggal empat
belas lewat tengah malam lahirlah dua anak laki-laki Puteri Betik Hati. Dua anak
tampan dan cerdas, taat beribadah dan hormat pada yang tua.
Konon dua bocah ini selalu mempertanyakan asal usulnya dan setelah
dewasa anak tertua Radin Kumala Hiri pergi ke negri ibunya di Kota Besi
menemui nenek untuk melihat salah satu pusaka warisan ayahnya Tanjung
Landan yang dipakai ayahnya untuk ngantak salah (sujud pada calon mertua
dengan menyerahkan senjata). Kemudian ia menetap di negeri kelahiran ibunya,
Radin Munala Bulan meneruskan
Kepemimpinan ayahnya di tanjung Jambi.
***
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

BAHASA INDONESIA DAN SIKAP BERBAHASA


DALAM MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL
Oleh:
Noormala
Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara

Pendahuluan
Indonesia merupakan negeri dengan ragam suku dan tujuh ratusan bahasa
daerahnya. Keberagaman ini tidak menyurutkan langkah untuk tetap berkomitmen
dalam berbahasa yakni Bahasa Indonesia. Setidaknya, sejak diikrarkan Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 hingga hari ini seluruh lapisan masyarakat
tetap menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang diterapkan di
dalam kehidupan. Hal ini diperkuat dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Pasal 25 ayat 2 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku
bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
Merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi kedua di Vietnam yang dikukuhkan oleh pemerintah daerah Ho Ci Minh
City pada bulan Desember tahun 2007 yang lalu. Adalah kenyataan pula di
Australia, Bahasa Indonesia menjadi bahasa popular keempat di mana tercatat
sekitar 500 sekolah yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Perkembangan Bahasa
Indonesia pun terus melaju seiring dengan pengajaran bahasa tersebut di 45
negara saat ini. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan
Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri, Andri Hadi, ketika tampil pada pleno
Kongres IX Bahasa Indonesia yang membahas Bahasa Indonesia sebagai Media
Diplomasi dalam Membangun Citra Indonesia di Dunia Internasional di Jakarta.
Sejarah mengungkap bahwa pada awal abad ke-15, Bahasa Indonesia telah
menjembatani hubungan bangsa Indonesia dan China (Daftar Kata Cina-Melayu)
serta bangsa Indonesia dan Italia (Italia-Melayu oleh Pigafetta, 1525).
Namun, pada sisi yang berbeda kita tengah menyaksikan Bahasa Indonesia sedang
dilanda pergeseran peran dan fungsi oleh para pemakai bahasa ini. Hal yang
demikian tampak ketika menjamurnya penggunaan bahasa asing khususnya
bahasa Inggris yang dipandang mempunyai nilai lebih dibandingkan bahasa
nasional apalagi bahasa daerah- mulai dari iklan, jenis usaha, nama-nama toko
hingga nama-nama pusat perbelanjaan. Keranjingan ini telah meluas sampai pada
papan nama gedung perkantoran, permukiman, petunjuk lalu lintas, dan tempat-
tempat wisata. Disadari atau tidak, rasa kebanggaan akan berbahasa Indonesia
mulai terkikis. Pertanyaannya, mengapa ini terjadi di saat dunia luar sedang
menoleh pada bahasa bangsa ini, lalu mengapa kita sebagai pemilik bahasa ini
justru lebih menghargai dan terpesona dengan bahasa lain?

Bahasa Indonesia menuju MEA


Di tahun 2015 ini, bangsa Indonesia tengah bersiap-siap menyambut
pembentukkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pembentukan ini berawal
dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

(KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini


bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan
India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan
lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Pada KTT selanjutnya yang
berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa
pembentukan MEA pada tahun 2015. (http://nationalgeographic.co.id)
Ada sepuluh negara yang tergabung di MEA yakni Myanmar, Thailand,
Singapura, Indonesia, Malaysia,Kamboja, Vietnam, Laos, Filipina, dan Brunei
Darussalam. Dan berikut ini merupakan tabel bahasa resmi negara-negara
ASEAN.

NEGARA BAHASA RESMI


Brunei Darussalam Bahasa Melayu dan Inggris
Filipina Bahasa Tagalong, Inggris, dan Spanyol
Indonesia Bahasa Indonesia
Kampuchea Bahasa Khmer
Laos Bahasa Laos
Malaysia Bahasa Melayu, Cina, dan Bahasa Tamil
Myanmar Birma
Singapura Inggris, Mandarin, Melayu, Tamil
Thailand Bahasa Thailand dan Inggris

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa
yang mendominasi digunakan, setidaknya ada empat dari sepuluh negara, sekitar
40% negara-negara ASEAN, menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi
yakni Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Pembentukkan
MEA sesungguhnya tercipta untuk kepentingan ekonomi dan politik. Namun,
tidak dipungkiri peran bahasa selalu ada untuk mewujudkan kesepahaman
berkomunikasi atas kepentingan tersebut. Oleh karena itu, inilah saatnya Bahasa
Indonesia berperan aktif mengambil peluang untuk mendominasi dan
mempengaruhi sebagai bahasa komunikasi antarnegara-negara ASEAN.

Keselarasan Pemahaman Berbahasa Indonesia


Berbahasa berarti harus mengetahui dan memahami hakikat, peran, dan fungsi,
serta penerapan bahasa di dalam kehidupan. Suriasumantri (1999) mengemukakan
bahwa bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan, sikap, dan
pikiran. Aspek pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan
manusia dan makhluk lainnya. Menurut Sudaryanto (1990: 5), secara umum
bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan individu yang satu dan
individu yang lain tidak dapat dipisahkan dari bahasa sebagai alat komunikasi.
Atas dasar itulah bahasa hidup dan berkembang dengan segala fungsinya.
Berbahasa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari adanya pemahaman
penutur/pemakai bahasa tentang bahasa tersebut. Kuatnya seseorang memahami
Bahasa Indonesia akan berdampak pada munculnya kesadaran untuk berbahasa
Indonesia, sebaliknya lemahnya seseorang memahami Bahasa Indonesia tentu saja
bisa berdampak pada hilangnya kesadaran berbahasa yang pada akhirnya
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

memunculkan rasa tidak bangga dan malu terhadap bahasa itu. Oleh karena itu,
penting untuk membangun pemahaman yang baik tentang Bahasa Indonesia
sebelum meminta sesorang untuk berbahasa Indonesia yang baik.
Upaya membangun pemahaman yang baik tentang Bahasa Indonesia sejatinya
telah dilakukan diantaranya melalui (1) kampanye penggunaan Bahasa Indonesia
secara baik dan benar ke seluruh lapisan masyarakat, (2) penyuluhan melalui
media cetak ataupun media elektronik serta media luar ruang, (3) penyelenggaraan
sayembara menulis, baik menulis kreatif maupun menulis ilmiah, (4)
pembentukkan forum bahasa media massa, (5) pemberian penghargaan
kebahasaan, dan (6) pengembangan kreatifitas dan apresiasi sastra. (Sugono,
Dalam Pemartabatan Bahasa Kebangsaan, 2008).
Keselarasan Sikap Berbahasa Indonesia
Goglioli (1973: 29--35) mengatakan bahwa sikap adalah persiapan seseorang
bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Selain itu, Gere
(1979: 56) mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan mental dan saraf yang
terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang terhadap semua objek atau keadaan yang menyangkut
sikap itu.
Berdasarkan pendapat Goglioli dan Gere di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
berbahasa lahir dari pemahaman dan kesadaran terhadap bahasa itu sendiri. Lalu
bagaimana pemahaman dan kesadaran berbahasa mampu memunculkan sikap
berbahasa yang tepat? Jawabannya dapat dilihat dari kesesuaian antara kerja otak
(pikiran) dengan perilaku (sikap). Kesesuaian itu dilandasi dengan kumpulan
pengetahuan yang dimiliki yakni tentang peran, fungsi, dan kedudukan Bahasa
Indonesia.
Keragaman bahasa merupakan identitas yang harus dikelola dengan baik agar
tetap menjadi satu kesatuan. Telah dikemukakan di awal bahwa Indonesia
memiliki ragam suku dan bahasa yang terbentang dari Sabang hingga Marauke.
Menurut Sugono, Keberadaan bahasa daerah di wilayah negeri ini merupakan
kekayaan kebudayaan di bumi pertiwi Indonesia, yang juga menjadi kekayaan
kolektif dunia. Dengan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maka
keberadaan bahasa daerah menjadi terbatas pemakaiannya yakni hanya dipakai di
lingkungan keluarga, untuk keperluan upacara keagamaan atau adat, acara budaya
lokal. Meski terbatas pemakaiannya, bahasa daerah harus tetap dijaga dan
dilestarikan. Menjaga dan melestarikan bahasa daerah adalah sikap berbahasa.
Upaya memahami fungsi bahasa nasional dan bahasa daerah sejatinya mampu
menciptakan keselarasan sikap berbahasa. Dengan kata lain, jika fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional betul-betul telah menjadi kenyataan maka
fungsi itu akan menghasilkan (1) sikap kebanggaan bahasa dan (2) sikap kesetiaan
bangsa. Sikap kebanggaan timbul jika ada perasaan bahwa Bahasa Indonesia
dapat mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan isi hati yang sehalus-
halusnya. Sikap kesetiaan bahasa terungkap jika orang lebih suka memakai
Bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan dalam komunikasi antargolongan, dan
jika ia bersedia menjaga agar pengaruh bahasa asing jangan berlebihan. Senada
dengan hal tersebut, Alwi (2011: 76) mengatakan para pemakai Bahasa Indonesia
memiliki sikap positif yang mencakup tiga unsur, yaitu kebanggan terhadap
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Bahasa Indonesia, kesetiaan terhadap Bahasa Indonesia, dan kesadaran akan


norma Bahasa Indonesia. Dan, tugas kita saat ini adalah menjadikan fungsi
Bahasa Indonesia tercermin dalam sikap berbahasa.

Penutup
Potensi Indonesia dengan jumlah penduduk keempat di dunia merupakan modal
yang sangat berarti untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional yang berpengaruh. Upaya ke arah itu memerlukan kesungguhan dari
penutur dan sikap penutur Bahasa Indonesia untuk menjadikan Bahasa Indonesia
terterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.Ini adalah langkah awal. Langkah
berikutnya yakni kemauan mengambil peran untuk berpartisipasi aktif dalam
setiap bentuk komunikasi baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan demikian,
Indonesia dan Bahasa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa dan bahasa
lain adalah sebuah keniscayaan.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Gere, A.R. 1979. Attitudes Language and Change. Illionis. NCTA.

Goglioli, P.P. 1973. Language and Social Contex. London. Cox &Wynian Ltd.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik kea rah Memahami Metode Linguistik.


Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Sugono, Dendy. Tanpa tahun. Pengglobalan Kebudayaan Indonesia Melalui


Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing.

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Hakikat Dasar Keilmuan, dalam M. Thoyibi


(editor), Filsafat Ilmu dan Perkembanggannya. Surakarta.
Muhammadiyah University Press.

Pusat Bahasa. 2008. Pemartabatan Bahasa Kebangsaan. Jakarta. Pusat Bahasa.


Muhibah. 2010. Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta. Universitas Sanata
Darma.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009.


http://www.nationalgeographic.co.id
http://www.kawasanwilayahasiatenggara.com
http://www.thecrowdvoice.com
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Potret Maestro Seniman Tradisi di Sulawesi Tenggara


Asrif
(Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara)
Email: as.lamadira@gmail.com

Mereka yang Terabaikan


Saya tak akan pernah menyerah!, demikian lelaki dengan nama sapaan La Zini
menyatakan tekadnya dalam melestarikan sastra lisan kabanti1 di Sulawesi
Tenggara. Hingga pada usianya yang ke-65 tahun, ia masih aktif menerima
undangan berbagai pihak untuk menghibur masyarakat melalui lantunan lirik-lirik
kabanti. Ia telah menjelajahi berbagai kampung di Buton, Muna, Kendari, bahkan
hingga ke Kepulauan Menui2 (Sulawesi Tengah) juga pernah ke Bone (Sulawesi
Selatan). Ia menjelajahi berbagai wilayah tersebut dengan membawa gambus,
memetik, menyanyi, dan menghibur masyarakat yang mengundangnya.
Kabanti adalah sastra lisan yang dicipta dan dinyanyikan secara spontan mengenai
kisah percintaan, etika, sejarah, atau hal-hal lain sesuai dengan konteks acara.
Sastra lisan kabanti biasanya diiringi musik gambus. Oleh sebab itu, penyanyi
kabanti rata-rata memahami petikan gambus, menguasai biola, dan tetabuhan
seperti gendang (rebana).
La Zainuddin Busaru mulai mempelajari kabanti sejak berusia sepuluh tahun
dengan memanfaatkan papan kayu yang dijadikannya sebagai gambus sederhana.
Tak lupa beberapa utas tali pancing disematkan sebagai senar gambus. Dari alat
sederhana tersebut, lelaki yang selalu mengenakan songkok hitam itu melatih
kemampuannya memetik gambus. Niatnya belajar gambus adalah untuk
memenuhi harapan ayahnya yang penggemar musik-musik gambus dan nyanyian
kabanti. Setelah mulai memahami cara memetik gambus, ayahnya menghadiahi
dirinya lima buah gambus sebagai bukti nazar ayahnya yang akan membelikan
lima buah gambus jika anaknya pandai memetik gambus.

La Zainuddin Busaru dan Sastra Lisan Kabanti


Lelaki yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 4 Sekolah Rakyat (SR)
itu semula berprofesi sebagai tukang kabanti yang menghibur anak-anak muda
yang menenggak konau (miras tradisional). Profesi sebagai tukang kabanti tak
hanya dijalaninya di daratan, tetapi juga di laut. Pernah suatu hari, juragan kapal
nelayan yang bersandar di pelabuhan Baubau mengajaknya berlayar. Tugasnya
hanya sebagai penghibur nelayan saat melaut. Tak hanya sebagai tukang kabanti,
profesi sebagai buruh pelabuhan pernah dilakoninya di Kota Kendari. Bertahun-

1
Pada bulan November 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan sastra lisan
kabanti sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Di Sulawesi Tenggara, sastra lisan
berkembang di pulau Buton, Muna, Wakatobi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
2
Kepulauan Menui masuk ke dalam administrasi Provinsi Sulawesi Tengah. Jarak wilayah yang
lebih dekat ke ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari, menyebabkan banyak warga
Menui bermukim di Kota Kendari. Dari situasi itu, interaksi antara masyarakat Kota Kendari dan
masyarakat pulau Menui terjalin.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

tahun La Zainuddin Busaru melakoni profesi sebagai buruh pelabuhan hingga


suatu masa, lelaki tua itu menjadi khatib di sebuah masjid.
Saat menjadi khatib, ia meninggalkan kegemarannya mencipta kabanti yang
berarti juga meninggalkan kebiasaannya memetik gambus. Ia dikehendaki oleh
keluarganya untuk fokus menjadi khatib. Kalau telah menjadi perangkat masjid,
sebaiknya gambus dan kabanti ditinggalkan, demikian saran keluarganya.
La Zainuddin Busaru memahami maksud baik saran dari keluarga istrinya itu.
Kesehariannya hanya fokus pada urusan agama karena jabatannya sebagai khatib
masjid hingga suatu hari lelaki yang memiliki tiga anak itu memperoleh kabar
akan ada pertandingan musik Arab. Kabar itu kembali mengingatkannya pada
kemampuan memetik gambus dan berkabanti yang dikuasainya dengan baik.
Ingatan masa lalu tentang lakonnya sebagai tukang kabanti memantik semangat
untuk mengikuti lomba itu. Lomba diikuti, dan La Zainuddin Busaru menjadi
pemenang lomba musik Arab itu.
Raihan juara yang disandangnya menjadikan La Zainuddin Busaru kembali
tersohor sebagai tukang kabanti. Berbagai tawaran dari perorangan, kelompok,
dan lembaga untuk menghibur masyarakat menghampiri lelaki itu. Mulailah dia
kembali menjalani profesi sebagai tukang gambus profesional. Berbagai lomba
diikutinya, tak hanya di Sulawesi Tenggara, tetapi meluas hingga ke Jakarta dan
Surabaya. Penghargaan sebagai Tokoh Pemerhati Sastra Daerah dialamatkan pada
dirinya oleh sebuah lembaga pemerintah yang bergerak di bidang bahasa dan
sastra. Sebuah sekolah menengah pertama memercayakan pada La Zainuddin
Busaru untuk melatih siswa mereka belajar musik Arab.
Bagaimana dengan dukungan pemerintah setempat? Pertanyaan klasik itu
dijawabnya dengan dengan jawaban klasik berikut ini. Sangat kurang jika tak
dikatakan tidak ada sama sekali. Perhatian pemerintah yang diterimanya
hanyalah beberapa undangan untuk mewakili Sulawesi Tenggara pada ajang
lomba musik Arab/Pesisir. Selebihnya, berupa penghargaan sebagai Tokoh
Pemerhati Sastra Daerah oleh Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara3.
Saat mempertunjukan kabanti, ia tidak sendirian. Ia selalu ditemani istri dan
ketiga anaknya. Jika salah seorang anggota keluarga berhalangan, tetangganya
diajak serta menyemarakkan pertunjukannya. Pegiat kabanti ini beralasan,
keterlibatan istri merupakan salah satu cara menjaga harmonisasi rumah tangga.
Kehadiran istri dan anak-anaknya menghindarkan dirinya pada kekeliruan
komunikasi pertunjukan dengan penonton. Ia meminimalisir godaan-godaan dari
penonton karena kabanti merupakan nyanyian ungkapan perasaan yang
disampaikan melalui cara-cara yang paling halus dan menyentuh. Ungkapan-
ungkapan dalam kabanti dapat membuka ruang komunikasi dua pihak tentang hal-
hal yang sifatnya pribadi. Beberapa pakkabanti diketahui memiliki beberapa istri.
Mereka tidak menyangkal peran mereka sebagai pakkabanti seringkali menerima
godaan dari lawan jenis. Situasi seperti itu terjadi terutama terjadi aksi pobanti

3
Pada tahun 2009, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara mengadakan Penghargaan Sastra
bagi para pegiat sastra daerah. Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan La
Zainuddin Busaru sebagai tokoh sastra lokal Sulawesi Tenggara yang menerima penghargaan
tersebut. Sayangnya, program ini tidak berjalan di tahun-tahun berikutnya.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

yang mana antara pakkabanti dan penonton berbalasan mengungkapkan perasaan


yang berpotensi menciptakan hubungan psikologis di antara mereka.
La Zainuddin Busaru menghindarkan diri pada kondisi seperti itu dengan
menyertakan istrinya ketika memenuhi permintaan mempertunjukan kabanti.
Demikian pula halnya dengan pelibatan anak-anaknya yang bertujuan
menghadirkan kegiatan positif bagi anak-anaknya agar tidak terlibat dalam
kegiatan negatif di masyarakat. Oleh karena itu, sejak anak-anaknya masih kecil
La Zainuddin Busaru memberikan mainan berupa gambus untuk mengenalkan
dan mengajari anak-anaknya profesi yang dijalani ayahnya. Melalui cara seperti
itu, anak-anaknya sejak usia dini mulai mengenal dan terampil memainkan alat
musik yang menjadi pendukung pertunjukan kabanti.

Mereka yang Menginspirasi


Dalam berbagai keterbatasan, ia dan keluarganya tetap aktif merawat dan
mengembangkan sastra lisan kabanti. Ia bersama keluarganya mempertunjukan
kabanti di berbagai acara hiburan, di berbagai kampung, dan bahkan
menyeberangi lautan menuju pulau lain yang mengundangnya mengadakan
pertunjukan kabanti. Kala masyarakat saat ini beramai-ramai meninggalkan sastra
klasik, La Zainuddin Busaru memilih merawat dan mengembangkan sastra lisan
kabanti. Di kalangan generasi muda, sastra lisan ini telah menjadi asing yang
menjadikan mereka berjarak dengan sastra lisan kabanti. Oleh karena itu,
komitmen La Zainuddin Busaru dan keluarganya yang terus melestarikan sastra
lisan kabanti merupakan suatu kerja keras yang patut didukung oleh semua
masyarakat dalam rangka merawat karya budaya setempat karena sastra lisan
kabanti bukan sekadar hiburan melainkan sarana transformasi pengetahuan,
sejarah, adat-istiadat, dan nilai-nilai positif lainnya.
La Zainuddin Busaru merupakan satu dari sedikit masyarakat yang tetap gigih
melestarikan sastra lisan kabanti. Di tengah hiruk-pikuk hiburan modern, ia dan
keluarganya tetap konsisten merawat dan mempertunjukkan kabanti. Mereka
tidak pernah berkecil hati menjadi keluarga yang setia melestarikan sastra
tradisional. La Pegiat kabanti ini telah menunjukkan totalitas bersastra. Berkat
keberadaan mereka, sastra lisan kabanti di Sulawesi Tenggara khususnya di Kota
Kendari masih dapat dijumpai.
Kegigihan dan ketulusan La Zainuddin Busaru melestarikan sastra lisan kabanti
telah menohok pandangan miring tentang sastra tradisional. Di Sulawesi
Tenggara, sastra lokal yang tersisa hanya sebatas sastra lokal seperti cerita rakyat.
Itupun tidak dalam kondisi yang baik. Dalam situasi seperti itu, La Zainuddin
Busaru tetap aktif dan konsisten mengembangkan sastra lisan kabanti. Ia bahkan
mampu menarik perhatian salah satu rumah produksi musik di Kota Kendari.
Tercatat telah tiga buah album musik tradisional Sulawesi Tenggara yang
diproduksi bersama rumah produksi musik Megaswara. Kenyataan ini
membuktikan bahwa menggeluti sastra lokal bukanlah suatu pilihan keliru. Justru
sebaliknya, menggeluti sastra lokal melahirkan simpati dan apresiasi dari
masyarakat pemilik dan pendukung mata budaya tersebut. La Zainuddin Busaru
telah menohok masyarakat Sulawesi Tenggara sekaligus menempatkannya
sebagai salah satu tokoh yang menginspirasi beberapa kalangan mengenai
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

pengembangan dan pelestarian sastra lokal di tengah terjangan industri hiburan


yang marak dan beragam saat ini.
Pegiat kabanti ini tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Berdindingkan
papan, beratapkan daun rumbia, dan lantai tanah berlapiskan plastik adalah
ornamen yang mengokohkan rumah tua itu. Sebenarnya, saya ingin menyebutnya
pondok, tetapi hati saya menolak kata pondok karena rumah itu telah
melindungi keluarganya dari sengatan terik matahari dan dinginnya malam Kota
Kendari. Di rumahnya yang sederhana, La Zainuddin Busaru kerap
menembangkan kabanti. Jemarinya lihai memetik gambus. Hidupnya sangat
sederhana. Tak ada harapan muluk-muluk. Mimpinya setiap malam, besok ada
orang yang mengundangnya untuk bermain gambus!

Daftar Bacaan
Asrif. 2015. Pujangga Lisan di Sulawesi Tenggara. Terbit di harian Kendari
Pos, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
.. 2014. Identifikasi, Pemetaan, dan Pelindungan Sastra Lokal di Sulawesi
Tenggara dalam Kandai (Jurnal Bahasa dan Sastra) Volume 10, No. 1,
Mei 2014. ISSN 1907-204X. Hal. 127137. Kendari: Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara.
. 2013. Globalisasi, Otonomi Daerah, dan Pemertahanan Sastra Lisan
Kabanti dalam Telaga Bahasa Volume 1, No. 1, Juni 2013. ISSN 2354-
9521. Hal. 4355. Gorontalo: Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo.
. 2010. Sastra Kabanti: Pengertian, Jenis, dan Fungsi dalam Kandai (Jurnal
Bahasa dan Sastra), Volume 6, No. 2, November 2010. ISSN 1907-204X.
Hal. 126135. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.

Data Wawancara
1. Wawancara pada tanggal 13 Juli 2011di kediamannya di Kel. Anduonohu,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
2. Wawancara tanggal 4 Oktober 2014 di kediamannya di Kelurahan Anduonohu,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

70 Tahun Negara Berbahasa Indonesia:


Merajut Kebinekaan Bangsa menuju Bahasa MEA

Oldrie Ch. Sorey


Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara
Jalan Diponegoro nomor 25 Manado
Telepon (0431) 843301, 856541, faksimile (0431) 843301
Pos-el: oldriesorey@ymail.com

Tonggak lahirnya bahasa Indonesia adalah sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda


28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda, terutama butir ketiga yang berbunyi Kami
Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia, memberi isyarat kepada kita sebagai masyarakat Indonesia bahwa
kita harus mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia di dalam kehidupan
bermasyarakat. Sepanjang sejarah bahasa Indonesia selalu mengalami
perkembangan. Dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak menampik
kenyataan terhadap masuknya bahasa lain. Justru bahasa-bahasa yang masuk itu
dapat memperkaya bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata.
Sungguhpun demikian bahasa Indonesia masih dapat menunjukkan jati dirinya,
baik sebagai alat pemersatu, sebagai sarana komunikasi dan sebagai bahasa
negara.
Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat masyarakat
Indonesia berbeda suku, agama, budaya dan bahasanya. Berdasarkan penelitian
Badan Bahasa sampai tahun 2014 ada kurang lebih 659 bahasa lokal yang ada di
Indonesia(dikutipdarihttp://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berit
a/1682/). Bahasa-bahasa ini menjadi sarana komunikasi masyarakat di tiap
daerah walaupun penuturnya belum kita ketahui berapa jumlahnya. Kita tidak
dapat membayangkan kalau seandainya tidak ada bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar yang digunakan oleh masyarakat di tiap daerah, pasti akan terjadi
kekacauan karena setiap penutur bahasa lokal tersebut pasti akan berkomunikasi
dengan bahasa mereka masing-masing.
Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu memegang peranan yang sangat penting
dalam keberlangsungan pemakaian bahasa Indonesia di daerah-daerah. Bahasa
Indonesia harus mampu menembus berbagai perbedaan bahasa daerah yang ada di
Indonesia sehingga orang Toraja yang berbahasa Toraja dapat berkomunikasi
dengan orang Manado yang berbahasa Melayu Manado dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia adalah benang pengikat
yang paling fundamental dalam membangun keindonesiaan.
Memang sangat disadari bahwa beban berat yang dipikul oleh bahasa Indonesia
dirasakan semakin bertambah banyak dan tambah rumit. Hal ini disebabkan oleh
dua hal, yaitu bahasa Indonesia harus dapat menjadi bahasa pemersatu terhadap
kurang lebih 659 bahasa lokal dan bahasa Indonesia harus mampu bertahan dan
menentukan identitas diri terhadap derasnya pemakaian bahasa asing di era
sekarang ini. Kecenderungan mengunggulkan identitas bahasa asing akhir-akhir
ini telah menjadi-jadi. Hampir setiap gedung-gedung megah di Indonesia,
terpampang tulisan-tulisan asing sebagai lambang kemodernan, padahal di
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Indonesia memiliki bahasa Indonesia. Sikap yang demikian ini tentu akan
melunturkan citra dan identitas bangsa.
Selain sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia dikatakan juga sebagai alat
komunikasi. Menurut Keraf (1991:3) fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi atau alat perhubungan antar anggota masyarakat. Sebagai sarana
komunikasi, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar di zaman sekarang
sungguh memprihatinkan. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang,
memaksa para kaum muda di zaman sekarang kurang memperdulikan penggunaan
bahasa Indonesia yang tepat. Anak muda sekarang lebih cenderung menggunakan
bahasa atau ungkapan yang sedang ngetrend atau bahasa alai. Pengaruh sosial
media begitu kuat memengaruhi pemakaian bahasa yang menyimpang dari kaidah
yang baik dan benar. Sehingga ini membuat kedudukan bahasa Indonesia semakin
terjepit. Kita sering mendengar orang berdalih bahwa berbahasa itu yang
terpenting lawan berbicara dapat memahami informasi yang kita sampaikan, dan
tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana yang diatur
dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu
bahasa Indonesia juga mempunyai empat fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai lambang kebangsaan negara;
2. Lambang identitas negara;
3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya;
4. Alat yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya yang berbeda.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang
digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang
menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa
yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan pemikiran
yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud
identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat
modern. Bahasa Indonesia bersikap terbuka sehingga mampu mengembangkan
dan menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. Hal
ini dapat dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia di Wikipedia yang
menduduki peringkat ke 26 di dunia dan Terbesar Ketiga di Asia hal ini
dikarenakan menulis ensiklopedia bebas di internet semakin digemari masyarakat
Indonesia. Wikipedia Indonesia, telah menjadi ensiklopedia elektronik terbesar
ketiga setelah Wikipedia berbahasa Jepang dan Mandarin. Wikipedia Indonesia
kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia.
Sedangkan di tingkat Asia berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin.
Tantangan Wikipedia berbahasa Indonesia kedepan adalah bagaimana
meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan publik sebab informasi di wikepedia
Indonesiaterusdiperbaruisetiapsaat,(dikutipdarihttp://luthfiradovic.blogspot.com
/2013/05/keunikan-dan-kelebihan-bahasa-indonesia.html) .
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Keunggulan lain dari bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi adalah bahasa
ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress setelah Spanyol. Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak
digunakan dalam posting-posting WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua
terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine
blog itu.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan
berdampak juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di
dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan IPTEK itu.
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari. Akibatnya
proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi. Pentingnya
kesadaran dari diri kita sendiri terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Sepanjang kita berada di wilayah negara Indonesia, merupakan suatu
keniscayaan untuk tetap mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah. Hal ini juga mempertegas kecintaan kita terhadap bahasa
kita sendiri agar identitas bangsa kita lebih dihargai dalam skala internasional.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa
Internasional di masa mendatang.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga sebagai bahasa negara, wajib
digunakan dalam segala kegiatan resmi kenegaraan. Demikian pula di semua
jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar. Hal itu dimaksudkan agar bahasa
Indonesia dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat pemakainya.
Selain itu, upaya tersebut diharapkan pula dapat menjadi perekat persatuan suku
yang ribuan jumlahnya ini menjadi satu bangsa yang besar yakni, bangsa
Indonesia.

Referensi:
Keras. G. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/1682/). Diakses
tanggal 31 Juli 2015.
http://luthfiradovic.blogspot.com/2013/05/keunikan-dan-kelebihan-bahasa-
indonesia.html). diakses tanggal 31 Juli 2015.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

MEMERKASAKAN BAHASA INDONESIA


SEBAGAI PILAR BUDAYA DALAM KONTEKS
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
oleh
Nofita Anggraini
Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan
pos-el: nofita075@yahoo.com

Abstrak

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN di penghujung tahun 2015 ini


sekurangnya menuntut kesiapan bahasa Indonesia sebagai pilar budaya. Mengapa
demikian? Karena, pemberlakuan MEA 2015 bukan merupakan peristiwa
ekonomi semata, melainkan juga memiliki efek yang tidak kecil dalam konteks
budaya. Hal ini dapat dimengerti karena bahasa, sebagai salah satu wujud
kebudayaan memegang peranan yang penting. Bahasa Indonesia tidak hanya
menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang berkebhinekaan,
akan tetapi juga di satu sisi akan mampu menjadi filter untuk menahan derasnya
arus tenaga kerja asing. Di sisi lain, tentunya yang tidak dapat diabaikan adalah
menyiapkan instrumen penting dalam diplomasi kebudayaan yang mengusung
bahasa Indonesia menjadi bahasa yang mendunia. Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian itu di antaranya berkaitan dengan bidang kebahasaan
(termasuk pendidikan) dan kesenian berbahasa Indonesia.

kata kunci: bahasa Indonesia, budaya, MEA

PENGANTAR
Seperti disampaikan oleh Ketua DPD RI, Irman Gusman, saat penutupan seminar
Politik Bahasa 2015 di Jakarta, Sabtu (6/06/2015) bahwa bahasa Indonesia
merupakan perekat persatuan bangsa Indonesia, dan merupakan cikal bakal
nasionalisme modern. Bahasa Indonesia memiliki fungsi penting sebagai pilar
budaya, selain pilar ekonomi dan pertahanan menyongsong pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun ini.
Dapatlah dimaklumi kiranya pernyataan bahwa bahasa Indonesia menjadi pilar
budaya yang patut disokong dalam menghadapi MEA, karena secara kebudayaan
faktor utama yang paling rentan bersinggungan adalah bahasa, sebagai alat
komunikasi, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia, meski dalam konteks
komunitas perekonomian, yang tidak dapat dipandang sebagai aktivitas ekonomi
semata. Ada pergerakan manusia yang berkembang sedemikian rupa, menerobos
jauh ke luar bidang perekonomian, yang secara sederhana saja dapat dilihat dari
aktivitas berkomunikasi. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan jika Ketua DPD RI
menyatakan pula bahwa investasi budaya khususnya bahasa sangat penting
membangun identitas bangsa.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Persoalan yang dihadapi bahasa Indonesia sebagai pilar budaya tentu saja
dapat dilihat secara objektif, yang fakta sebenarnya tidak hanya tergopoh-gopoh
atau gamang dalam menghadapi MEA 2015 saja, karena persoalan ini secara
internal tengah dihadapkan pada sebuah kondisi yang sudah menggejala ke arah
sikap negatif terhadap bahasa Indonesia pada penuturnya, selain diperlukan
langkah-langkah pembinaan, termasuk langkah-langkah pengembangan dan
pelindungan bahasa serta pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan,
seperti diamanatkan melalui Seminar Politik Bahasa 2015.

SEBUAH REFLEKSI DARI GENERASI MUDA

Sudahkah kita bangga berbahasa Indonesia? Sudahkah kita merasa bangga


menjadikan bahasa Indonesia sebagai bagian dari budaya kita? Sudahkah kita
santun dalam berbahasa? Demikian ditulis Shindy Nilasari, seorang mahasiswa
dalam Kompasiana, 31 Oktober 2013. Menurutnya, pertanyaan inilah yang tiba-
tiba muncul saat ia kuliah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang bila kita
telaah lebih dalam asal-usul sejarahnya, seharusnya dapat membuat kita sebagai
warga negara Indonesia bangga untuk menggunakannya dan menjadikannya
bagian dari budaya kita. Namun, kenyataannya tidak demikian. Perjuangan dan
ikrar pemuda-pemuda nusantara waktu itu seharusnya dapat kita jadikan pedoman
untuk saat ini. Namun, entah kenapa dengan alasan globalisasi bahasa Indonesia
seakan menjadi semakin tersingkirkan. Sekolah-sekolah mulai menggunakan
bahasa asing sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dalam kegiatan
pembelajaran. Anak muda lebih sering menggunakan istilah-istilah asing, karena
mungkin dianggap lebih keren atau apalah. Fakultas Bahasa Indonesia kurang
diminati oleh warga Indonesia sendiri, mahasiswanya justru kebanyakan adalah
orang asing yang memiliki ketertarikan terhadap budaya Indonesia.
Ia juga mengeluhkan kemampuan dan kesantunan berbahasa rakyat Indonesia juga
tidak terlepas dari tata cara berbahasa public figure negeri ini. Jangan harapkan
rakyat akan menjadi santun jika para pemimpinnya saja bersikap tidak santun.
Media sebagai sumber informasi rakyat yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan opini masyarakat terkadang menampilkan tontonan yang tidak
pantas untuk dilihat. Misalnya saja, kelakuan para pejabat negara yang berkelahi
di tengah rapat yang seharusnya menjadi forum terhormat, umpatan-umpatan yang
tidak pantas dikeluarkan dari orang yang berpendidikan.
Di sisi lain, sebagai akibat dari arus globalisasi, jenjang pendidikan dan keahlian
tertentu mengharuskan seseorang (siswa dan mahasiswa) untuk mampu berbahasa
Inggris, baik dalam skala TOEFL, IELTS, dan sejenisnya. Gejala ini pun sudah
muncul pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian sarjana, dan seterusnya. Bahkan, muncul anggapan bahwa
siapa yang tidak mampu berbahasa Inggris, maka dapat dipastikan ia akan
tergerus dalam persaingan global. Hal yang sederhana saja, misalnya, seperti
diakui Aulia Luqman Aziz (2014), Kita sulit untuk tidak mengucapkan istilah dan
variasi istilah yang ada dalam komputer dalam keseharian kita: meng-copy,
copypaste, di-delete, di-save, di-print, hingga belum dapat ditemukannya kata
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

pengganti file yang bisa diterima oleh lidah kita dengan baik. Ini belum
ditambah dengan betapa rupa-rupa penyimpangan bahasa dan penulisannya
pada jejaring media sosial seperti facebook dan twitter.

MEMERKASAKAN PILAR BUDAYA BERBAHASA INDONESIA

Sebagai bangsa yang berdaulat, tentunya bangsa Indonesia patut berbangga telah
memiliki sebuah bahasa yang telah terbukti mampu mempersatukan ribuan suku
bangsa yang ada, yang tidak kurang memiliki 746 bahasa daerah, yakni bahasa
Indonesia (lihat Sugono, 2008). Semua etnis yang ada sangat mendukung bahasa
Indonesia, seperti dikatakan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof. Dr. Mahsun,
bahwa keunggulan Bahasa Indonesia dibanding Bahasa Melayu, khususnya dalam
hal politik identitas. Menurutnya, bahasa Indonesia bisa menjadi pemersatu
bangsa karena bahasa ini bukanlah bahasa dari etnis tertentu sehingga etnis
manapun cenderung membuka diri untuk mempelajarinya. Hal itu berbeda dengan
bahasa Melayu di Malaysia yang berbasis etnis tertentu sehingga etnis non-
Melayu seperti Tionghoa dan India merasa enggan mempelajarinya dan cenderung
mempertahankan bahasa etnisnya (ROL, 6 November 2014).
Pernyataan di atas tentunya menjadi modal yang sangat kuat bagi bangsa
Indonesia, terutama dalam memerkasakan bahasa Indonesia sebagai pilar budaya
dalam arti seluas-luasnya. Keberadaan bahasa dalam konteks budaya telah mampu
mengeristal sebagai simbol jati diri bangsa. Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia
harus terus dikembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana
komunikasi yang modern dalam berbagai bidang kehidupan. Di samping itu, mutu
penggunaannya pun harus terus ditingkatkan agar bahasa Indonesia dapat menjadi
sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai keperluan. Upaya ke
arah itu kini telah memperoleh landasan hukum yang kuat, yakni dengan telah
disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang tersebut
merupakan amanat dari Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus merupakan realisasi dari tekad para pemuda
Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober
1928, yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Secara khusus, menurut catatan penulis, berkaitan dengan pemerkasaan bahasa
Indonesia dalam menghadapi MEA, antaranya adalah dengan melaksanakan
sepenuhnya Peraturan yang mengatur agar pekerja asing harus berbahasa
indonesia saat mea sudah diberlakukan. Untuk itu setiap orang asing yang akan
bekerja di Indonesia harus mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
(UKBI). UKBI penting dilakukan untuk pengembangan bahasa Indonesia ke
depannya, apalagi guna memasuki MEA. Diadakannya UKBI juga untuk
melindungi para pekerja Indonesia sendiri, dengan begitu pekerja Indonesia juga
mendapat kesempatan untuk bekerja. Sama halnya dengan bahasa yang digunakan
untuk iklan lowongan pekerjaan yang ada di media massa, hampir semuanya
menggunakan bahasa asing. Hal ini sudah merupakan kesalahan karena tidak
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang resmi terutama di negara


sendiri.
Dalam diskusi bersama teman-teman dan melihat umpan balik dalam pelaksanaan
UKBI kepada mahasiswa asing (Darmasiswa RI), dalam hal ini UKBI yang
dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan dan Universitas Sriwijaya
berkait dengan pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing),
tampaknya memang perlu pembedaan instrument tes antara UKBI dan UKBIPA,
mengingat UKBI selama ini ditujukan kepada penutur bahasa Indonesia non-
asing. Tentunya hal ini juga ke depan dapat menjadi pertimbangan dalam
pelaksanaan tes sejenis kepada tenaga kerja asing yang akan bekerja di Indonesia.
Upaya memerkasakan pilar budaya berbahasa Indonesia ini juga tentunya dapat
dilakukan melalui diplomasi kebudayaan itu sendiri. Menurut hemat penulis, bisa
saja dimotori oleh Pemerintah maupun dilakukan oleh pihak lain. Misalnya,
melalui seni dalam arti luas, baik dalam lagu maupun film. Sebuah catatan kecil
yang dapat disampaikan di sini, misalnya, tatkala tayangan film anak asal
Malaysia Upin dan Ipin masuk ke Indonesia, betapa banyak anak yang ikut
meniru gaya berbahasa tokoh Upin, Ipin, dan beberapa sahabatnya. Kosakata
bahasa Melayu mewarnai keseharian anak-anak Indonesia yang menonton
tayangan film itu. Artinya, kondisi serupa juga dapat dilakukan dengan
mengekspor film-film Indonesia ke luar negeri, minimal di kawasan ASEAN.
Tidak hanya itu, lagu-lagu dari penyanyi Indonesia yang ngetop dan diminati di
kawasan ASEAN juga dapat menjadi sarana penguatan bahasa Indonesia sebagai
pilar budaya menghadapi MEA 2015.

PENUTUP
Rencana pemberlakuan MEA 2015 setidaknya menjadi tonggak dalam
mengevaluasi kembali strategi kebahasaan, dalam hal ini bahasa Indonesia,
sebagai pilar budaya dalam konteks tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa
bahasa Indonesia telah mampu menjadi perekat ribuan suku bangsa yang di
atasnya berdiri lebih dari 700 bahasa daerah dalam interaksi dan komunikasi di
wilayah republik ini.
Pemerkasaan pilar budaya dalam kerangka bahasa Indonesia menuju MEA
2015, seharusnya didukung oleh berbagai pihak dengan menggunakan aturan-
aturan yang ada, selain melalui diplomasi kebudayaan itu sendiri, misalnya
dengan memanfaatkan lagu dan film berbahasa Indonesia.

RUJUKAN
A. L. Aziz. 2014. Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang
Identitas Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No.
1, Mei 2014, 14-20. Pada laman: http://lp2m.um.ac.id/wp-
content/uploads/2014/03/31.pdf. Diakses 24 Juli 2015.
BAHASA SASTRA SEBAGAI PILAR PELESTARIAN DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA. Pada laman:
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

http://yumnashilah.blogspot.com/2014/10/bahasa-sastra-sebagai-pilar-
pelestarian.html
Kemendikbud: Internasionalisasi Bahasa Indonesia Titik Awal Baik. Pada laman :
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/11/06/nelmpp-
kemendikbud-internasionalisasi-bahasa-indonesia-titik-awal-baik.
Diakses 23 Juli 2015.
Mawardi, S. T. Pada MEA 2015 TKA Harus Bisa Bahasa Indonesia. Pada
laman: https://www.linkedin.com/pulse/pada-mea-2015-tka-harus-bisa-
bahasa-indonesia-mawardi-s-t-. Diakses 26 Juli 2015.
Mustakim. Bahasa sebagai Jati Diri Bangsa. Pada laman :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/321. Diakses 25
Juli 2015.
Sugono, D. 2008. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah. Raja Ali
Haji. Pada laman: http: / /www. r a j a a l i h a j i . c om/ i d
/article.php?a=RGdIL3c%3D=.
Diakses 25 Juli 2015.
BIODATA

Nama : Nofita Anggraini, S.Pd., M.Si., Ph.D.


Tempat,tanggal lahir : Palembang, 20 November 1975
Unit kerja : Balai Bahasa Palembang
Jabatan : Fungsional Umum, Bidang Kebahasaan
Pos-el : nofita075@yahoo.com
Alamat : Jalan Tombak No.592 Rt.07 Sekip Ujung, Palembang
30127.
Telepon : 082175796673
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

ALIH KODE BAHASA INDONESIA KE BAHASA MINANGKABAU


DALAM KELUARGA MUDA DI KOTA PADANG
oleh
Rita Novita
Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat
lesha_one@yahoo.com

1. Pendahuluan
Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang
masyarakatnya dominan menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Minangkabau.
Penggunaan bahasa daerah tersebut antara lain dapat ditemui pada ranah keluarga,
lingkungan rumah, kantor, dan sekolah. Pada ranah rumah tangga atau keluarga
tidak semua keluarga menggunakan bahasa Minangkau dalam berkomunikasi di
rumah. Sebagian keluarga cenderung menggunakan bahasa Indonesia.
Salah satu komponen keluarga yang cenderung menggunakan bahasa
Indonesia adalah keluarga muda. Keluarga muda yang dimaksudkan di sini adalah
keluarga yang memiliki anak maksimal berumur 16 tahun dan belum memiliki
cucu. Pada umumnya keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia di rumah
adalah mereka yang berlatar belakang pendidikan SMA ke atas dan bekerja,
Penggunaan bahasa Indonesia dalam keluarga muda di Kota Padang
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mereka ingin mengajarkan bahasa
Indonesia kepada anak. Para orang tua tidak ingin anak seperti mereka yang tidak
lancar menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat yang
menyatakan bahwa lingkungan tepat tinggal, pola asuh orang tuda, dan dukungan
orang tua mempengaruhi perkembangan anak (Asrori, 2008:101).Kedua, orang
tua ingin mengajarkan kesantunan berbahasa karena beberapa kata dalam bahasa
Minangkabau dinilai tidak santun, seperti kata kau, waang, dan aden. Ketiga,
orang tua beranggapan bahwa penguasaan bahasa Minangkabau secara alamiah
didapatkan di luar sekolah, seperti di lingkungan rumah dan di sekolah sehingga
mereka tidak perlu membiasakan anak berbasa Minangkabau di rumah.
Komunikasi yang dilakukan oleh dwibahasawan tersebut tidak dapat
terhindarkan dari peristiwa alih kode. Kedwibahasawan bukanlah sesuatu yang
bersifat mutlak, hitam atau putih, tetapi bersifat kira-kira atau kurang lebih
(Tarigan, 2011:7). Di samping itu, penggunaan bahasa Indonesia dalam keluarga
muda menyebabkan munculnya penggunaan bahasa Minangkabau yang tidak
murni lagi (Martis dkk, 2005:153).
Alih kode merupakan peralihan dari bahasa satu ke bahasa yang yang dilakukan
oleh penutur. Alih kode yang dilakukan oleh keluarga yang cenderung
menggunakan bahasa Indonesia umumnya adalah alih kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa Minangkabau. Alih kode yang dilakukan oleh penutur tidak terjadi
begitu saja, melainkan ada beberapa faktor yang menyebankan hal itu terjadi.
Misalnya, terpengaruh oleh lawan. Penutur menggunakan bahasa Indonesia,
sedangkan lawan tutur menggunakan bahasa Minangkabau. Hal itu menyebabkan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

si penutur beralih kode ke bahasa Minangkabau. Makalah ini akan menguraikan


fakto-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode.
a. Hadirnya Orang Ketiga
Orang ketiga yang hadir pada suatu peristiwa tutur dapat memengaruhi
bahasa yang digunakan oleh seseorang. Seseorang yang dianggap tidak
sepenuhnya memahami kode tertentu akan mendorong seseorang untuk beralih
kode. Apabila hal itu tidak dilakukan, khawatirkan komunikasi menjadi tidak
lancar. Si penutur beranggarapan bahwa lawan tutur akan mengalami kesulitan
dalam menjawab atau menanggapi apa yang disampaikan si penutur. Alih kode
tersebut dapat terlihat pada contoh-contoh berikut ini.
Peristiwa tutur 1:
Bunda : Makan ya, nak?
Anak : Ituitu.
Ayah : Hati-hati nak, tersedak nanti. Tanganya, tangan bagus ya?
Bunda : Makan pepaya, ya? Biar lunak ooknya.
Anak : Ndak mau
Tamu : Sadang manga tu?
Apa yang sedang dilakukan?
Bunda : Ei, siko duduak a.
(Hei, sinilah duduk)
Tamu : Iyo.
Iyo.
Pelaku tutur dalam peristiwa tutur tersebut adalah bunda, ayah, anak, dan
tamu. Ayah dan bunda sedang membujuk anaknya yang tidak mau makan pepaya.
Anak juga diminta menggunakan tangan kanan untuk makan karena tangan kanan
adalah tangan dinilai paling baik digunakan untuk makan. Tangan kiri merupakan
tangan yang dianggap kurang baik karena salah satu berfungsinya untuk
membersihkan kotoran ketika buang air kecil dan air besar. Bahasa yang
digunakan oleh ayah dan bunda adalah bahasa Indonesia. Akan tetapi, setelah
datang seorang tamu, bunda beralih kode bahasa Minangkabau.
b. Merasa Segan kepada Orang Sekampung
Perasaan segan kepada orang sekampung juga dapat menyebabkan seorang
penutur beralih kode ke bahasa Minangkabau. Alih kode karena faktor tersebut
dapat terlihat pada peristiwa tutur sebagai berikut.
Peristiwa tutur 2:
Ibu : Ayo nak, kita pergi antar ayah ke dokter
Ayah : Iya nak, cepatlah nak!
Anak : Iya Bunda.
Ayah : Kami pai lu, makan selah dulu tek.
Kami pergi, etek silakan makan duluan.
Etek : Indak makan dulu Wan?
Wan tidak makan dulu?
Ayah : Ndak do, makan ubek dulu baru makan. Kami pai lu.
Tidak, makan obat dulu sebelum makan. Kami berangkat.
Pada peristiwa tutur (2) terlihat bahwa ibu dan ayah menggunakan bahasa
Indonesia kepada si anak. Akan tetapi, ketika ayah berbicara kepada orang
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sekampung, ayah beralih kode ke bahasa Minangkabau. Ayah merasa segan


menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan karena takut dikatakan
sombong atau sok. Alih kode tersebut berkemungkinan tidak terjadi apabila
orang tersebut merasa bahwa ia orang terpandang yang biasa menggunakan
bahasa Indonesia dan lawan bicaranya memiliki status sosial yang jauh lebih
rendah dari si penutur. Dengan demikian, ia yakin lawan tuturnya tidak memiliki
persepsi yang negatif terhadap dirinya.
c. Ingin Mempersempit Jarak atau Ingin lebih Akrab
Alih kode dari BI ke BM juga dapat terjadi karena ingin mempersempit
dengan lawan tutur. Pembicara akan merasa tidak akrab dengan lawan tutur
apabila tidak melakukan alih kode ke bahasa Minangkabau. Berikut contoh alih
kode tersebut.
Peristiwa tutur 3:
Anak : Apa tu ma, kok ada bijinya?
Ibu : Jambu biji, ya ada bijinya.
Kalam mah, Yudi nak manulih, di meja tu selah Yud, lah dibarasihan.
Tempatnya agak gelap, Yudi akan menulis. Yang di sana sudah
dibersihkan.
Tamu : Ndak baa doh Ni Da, lai nampaknyo.
Tidak apa-apa Nida, Di sini terlihat juga

Pada tutura (3) juga terlihat adanya alih kode dari BI ke BM yang
dilakukan oleh ibu. Pada awalnya ibu menggunakan BI kepada anak ketika
berbicara kepada tamu ia langsung ke BM, yakni Kalam mah, Yudi nak manulih,
di meja tu selah Yud, lah dibarasihan yang artinya Tempatnya agak gelap, Yudi
akan menulis. Yang di sana sudah dibersihkan. Hal itu dilakukan ibu agar tidak
ada jarak dengan tamu.
d. Terpengaruh oleh Lawan Bicara
Alih kode dari BI ke BM dapat juga disebabkan karena terpengaruh oleh
lawan bicara. Pembicara melakukan alih kode dari BI ke BM ketika lawan bicara
menggunakan BM. Berikut contoh alih kode tersebut.
Alih kode dari BI ke BM dapat juga disebabkan karena terpengaruh oleh lawan
bicara. Pembicara melakukan alih kode dari BI ke BM ketika lawan bicara
menggunakan BM. Berikut contoh alih kode tersebut.
Peristiwa tutur (4)
Mama : Gimana tadi di sekolah?
Anak : Osenang tadi, ma.
Mama : Bagus.
Anak : Ado kawan baru tadi ma.
Tadi ada kawan baru ma.
Mama : Sia namonyo?
Siapa namanya.
Anak : Andi, ma.
Andi ma.
Mama : O.
O.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Anak : Mainannyo banyak ma.


Mainannyo banyak, ma.
Mama : Rancaklah, tu.
Baguslah kalau begitu.
Pada peristiwa tutur (4) terlihat mama beralih kode kepada anak karena
terpengaruh dengan kode yag digunakan anak. Mama menanyakan bagaimana
situasi belajar dengan menggunakan bahasa Indonesia dan anak pun
menjawabnya dengan bahasa Indonesia. Ketika anak berbicara dengan bahasa
Minangkabau, mama pun terpengaruh dan menggunakan bahasa Minangkabau.
e. Pengaruh Emosi
Pengaruh emosi juga dapat menyebabkan alih kode dari BI ke BM. Ketika
pembicara emosi, ia cenderung menggunakan BM. Hal itu terjadi karena secara
psikologis ungkapan emosial seseorang dapat dicurahkan dengan bahasa
pertamanya. Berikut ini contoh alih kode tersebut.
Peristiwa tutur 5:
Mama : Mitudah main PS-nya mit. Belajar lagi, buat PR!
Anak : Udah ma.
Mama : Kita buat aturan sekali seminggu main PS. Hari ini hari sekolah, kita kan
nggak boleh main PS di hari sekolah.
Anak : Mama cerewet!
Mama : Mama ini orang tua kamu, nak!
Kamu carilah urang tuo nan lain. Kalau raso ndak bisa mandangaan mama
cerewet, tolong patuahlah!

Peristiwa tutur () bahwa mama melakukan alih kode ke bahasa


Minangkabau karena emosi kepada anak. Mama melarang anaknya untuk bermain
PS karena anak harus belajar dan membuat PR. Anak menyampaikan kepada
mama bahwa ia telah selesai membuat PR agar ia tetap diperbolehkan bermain
PS. Mama malarang anaknya bermain pada hari sekolah, mereka hanya boleh
bermain PS pada hari libur. Merasa keasyikannya terganggu, anak
mengungkapkan isi hatinya yang membuat orang tuanya marah. Anak
mengatakan mamanya cerewet. Hal itu membuat mama emosi. Kemarahan mama
kepada anaknya yang tidak mau diatur baru terluapkan atau tersampaikan apabila
disampaikan dengan bahasa Minangkabau. Berikut ini contoh lain alih kode yang
disebabkan oleh emosi.
Peristiwa tutur 7:
Mama : Mana obatnya Cha?
Anak : Ini a Icha nggak punya kalung.
Tante : Minta belikanlah sama mama.
Anak : Iya, tapi mama nggak punya duit.
Mama : Manyo piak!
Mana piak!
Anak : Kasihan deh lu.
Mama : Kamarilah! Anak mada!
Ke sinilah! Anak nakal
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Mama meminta anak mengambilkan obat, tetapi anak tidak


memperdulikan. Bahkan, ia asyik berbicara dengan tante. Hal itu membuat mama
marah. Mama menyuruh anak mendekat dan menyatakan bahwa si anak nakal.
Kemarahan mama juga terlihat menggunakan bahasa Minangkabau.
f. Menunjukkan Identitas atau Bangga dengan Bahasa Minangkabau
Identitas memiliki makna jati diri (KBBI, 2008:517). Seseorang yang
beralih kode ke bahasa Minangkabau dapat disebabkan karena ingin
memperlihatkan jati dirinya sebagai orang Minang kepada lawan tutur. Hal itu
dapat terlihat pada contoh berikut ini.
Persitiwa tutur 8:
Tamu : Asamaulaikum.
Mama : Waalaikum salam. Nadia siapa yang datang? (sedang berada di dapur)
Anak : Tante Rina Ma.
Mama : Suruh masuk, ya.
Anak : Masuklah Te.
Mama : ERina, baa kaba?
Tamu : Kabar baik.
Mama : Dari ma ko?
Dari mana?
Tamu : Dari pasarngganggu uni boleh kan?
Mama : Nda ado doh.
Ndak ada.
Tamu : Lai sehat ni?
Uni sehat kan?
Mama : Alhamdulillah.

Pada peristiwa tutur (8) terlihat mama menggunakan bahasa Indonesia


kepada anak. Selanjutnya, datang seseorang yang juga menggunakan bahasa
Indonesia. Akan tetapi, mama menyapa orang tersebut dengan bahasa
Minangkabau. Hal itu dapat disebabkan keinginan penutur yang ingin
memperlihatkan kepada lawan tutur bahwa ia orang Minang dan bisa berbahasa
Minangkabau.
g. Menjelaskan Sesuatu atau Konsep
Penutur yang memiliki bahasa pertama bahasa Minangkabau akan
menggunakan bahasa Minangkabau untuk menjelaskan sesuatu. Hal itu dijelaskan
agar lawan tutur lebih mudah memahami apa yang dijelaskan. Alih kode karena
ingin menjelaskan dapat terlihat pada contoh berikut ini.
Persitiwa tutur 9:
Mama : Coba inilah nak!
Anak : Ini apa ma?
Mama : Namanya ini lapek.
Anak : Lapek itu apa tu ma?
Mama : Lapek tu makanan nan tabuek bisa tabuek dari pisang, di dalamnyo ado
isinyo.
Lepat itu makan yang bisa terbuat dari pisang dan ada isinya di dalam.
Anak : O.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Pada peristiwa tutur (9) terlihat mama beralih kode ke bahasa


Minangkabau kepada anak karena ingin menjelaskan lepat. Mama merasa bahwa
anaknya akan lebih mudah mengerti apa yang dimaksudkan dengan lepat. Hal itu
dapat disebabkan oleh bahasa pertama yang penutur dan lawan tutur adalah
bahasa Minangkabu.
5. Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tujuh faktor yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Ketujuh faktor tersebut adalah hadirnya orang
ketiga, merasa segan kepada orang sekampung, ingin mempersempit jarak atau
Ingin lebih akrab, terpengaruh oleh lawan bicara, pengaruh emosi, menunjukkan
identitas atau bangga dengan bahasa Minangkabau, menjelaskan sesuatu atau
konsep. Terjadinya alih kode merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, alih kode
tersebut sebaiknya tidak merusak bahasa Minangkabau.

Daftar Pustaka
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika
Aditama.
Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Chaer, Adul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hasanuddin. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.
Martis, Non dkk. 2005. Eksistensi Bahasa Minangkabau dalam Keluarga Muda di
Kota Padang. Padang: Balai Bahasa Padang
Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Orang Medan Berbahasa Indonesia:


Dulu dan KiniLisan dan Tulis
Oleh
Sahril
Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara

Pengantar
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi yang dimiliki manusia.
Bahasa cenderung mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan yang
terjadi pada masyarakat penuturnya. Sebagaimana diketahui, bahasa dijadikan
sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam kegiatan kehidupan manusia,
seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan teknologi. Secara umum, bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat.
Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Medan dikenal
cukup majemuk. Setidaknya ada tujuh sukubangsa asli Sumatera Utara, yaitu
Melayu, Batak, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, dan Mandailing yang banyak
berdomisili di Medan. Di samping itu banyak pula suku bangsa lain yang berasal
dari luar Sumatera Utara. Termasuk suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia,
seperti Tionghoa, Arab, dan India (Sing, Tamil, dan Benggali).
Setuhan dengan dunia luar juga sangat kental di kota ini. Hanya di Medan yang
kita temukan nama jalan memakai nama tokoh dunia. Misalnya Jalan Sun Yat Sen
(tokoh Tiongkok), Jalan Gandi (tokoh India), Jalan Yose Rizal (tokoh Filipina).
Begitu juga nama-nama sarana umum, seperti pasar orang Medan menyebutnya
pajak, misalnya pasar Hongkong.
Pusat Studi Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) setidaknya terdapat lebih
kurang 50 fotokopi koran lama yang terbit sekitar tahun 19181919 yang
diambil oleh serorang ahli sejarah Unimed Dr. Ichwan Azhari dari perpustakaan
Leiden, Belanda. Koran-koran lama itu, antara lain: Perempoean Bergerak,
Soeara Iboe, Pelita Andalas, Pewarta Deli, Pedoman Masyarakat, Tjermin Karo,
Asahan Moetiara, Ichtiar, Bintang Karo, dan lainnya. Semua koran tersebut
diterbitkan di Medan dengan menggunakan bahasa Melayu. Tetapi sangat
disayangkan, arsip atau dokumenatsi koran-koran tersebut tidak ada di Medan.
Bahasaku1
Karya: Mozasa
Aku menyair, aku bernalam
Mengurai kasih melimpah sayang
Berbisik sedih, bersorak girang
Dengan bahasa seri pualam

Aku bernyanyi mengayun padi


Memikul butir memberat emas
Aku menghimbau burung bebas
Dengan bahasa moyangku asli

1
DikutipdaribukuKiliranJasaSeorangGuruBahasa:sebuahbiografiSabaruddinAhmad,
ShafwanHadiUmrydanRusliA.Malem(BalaiBahasaSumateraUtara,2005),hlm.100101.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Bukan hina bahasaku kini


Tidak kaku ia tersenyum
Hebat gembira ia menderum
Tangkas cekatan ia mencari

O, saudara congkak mulia


Melonjak khidmat bahasa sana
Memuji tinggi bahasa orang

Mari sertaku ke taman indah


Membelai memupuk bahasa kita
Biar subur megah menjulang

Dulu dan KiniLisan dan Tulis


Bahasa sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat
dan bangsa. Tanpa bahasa, masyarakat manapun tidak akan mungkin tumbuh dan
berkembang maju. Demikian pula bahasa, tidak akan mungkin ada tanpa
masyarakat yang mendukung dan memilikinya.
Sejarah telah mencatat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa
Melayu. Orang Medan telah lama menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
komunikasi sehari-hari, baik dalam percakapan lisan, maupun dalam tulisan.
Dengan demikian, orang ketika lahirnya bahasa Indonesia yang disahkan melalui
kongkres II Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia tidak merasa kesulitan untuk berbahasa Indonesia.
Hal ini dikarenakan, jauh sebelum lahirnya bahasa Indonesia, orang Medan sudah
menggunakan bahasa Melayu dalam lisan dan tulisan, misalnya dalam karya
sastra yang ditulis oleh para penyair yang dimuat oleh koran terbitan Medan telah
menggunakan bahasa Melayu2.
Begitu juga Tan Malaka, setelah menamatkan studinya di Belanda, beliau bekerja
sebagai guru di Sumatera Timur dari tahun 19191921. Di saat menjadi guru,
beliau banyak menulis tentang kritikan terhadap kaum penjajah yang dimuat oleh
koran terbitan Medan. Semua tulisannya ditulis dalam bahasa Melayu3.
Dari karya sastra yang ditulis oleh penyair perempuan, pada awal abad 20, yang
dimuat oleh koran terbitan Medan terlihat bahwa para penulisnya begitu mahir
menggunakan bahasa melayu/ Indonesia dengan diksi yang cukup terjaga.
Beberapa karya penyair perempuan itu antara lain:

2
LihatPidiaAmelia(2013)MustikaKiasan:AntologiPuisiPenyairPerempuanSumateraBagian
Utara19191941.Medan:UluBrayanPublisher.Bukumemuat12puisiyangditulisolehkaum
perempuandandimuatolehkoranterbitanMedansekitartahun19191941.
3
Lihat Emnast (1941/2007) Tan Malaka di Kota Medan. Medan: Arsip Sumatra. Buku ini
merupakansebuahnovelyangditulisolehEmnastatauMuchtarNasutionterbitpertamasekali
tahun 1941 di Medan, novel ini berkisah tentang sepaak terjang tokoh Tan Malaka di Kota
Medan. Novel ini ditulis dengan bahasa Indonesia, jauh sebelum bahasa Indonesia dijadikan
sebagaibahasanegara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Organ untuk Perempuan Bergerak, karya Siti Alima dimuat oleh koran
Perempoean Bergerak, tanggal 16 Mei 1919 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 11 bait.
Berikut kutipan bait pertama;
organ perempuan sudah terbit
rembuk dan rukun itulah bibit
girangnya hati bukan sedikit
apa halangan, hendak disabit
Ajakan, karya Oepik Amin dimuat oleh koran Perempoean Bergerak, tanggal
16 Mei 1919 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 20 bait. Berikut kutipan pada bait
kedua;
Setelah dekat dia berkata
Hai Oepik Amin saudara beta
Perempuan bergerak korannya kita
Sudah terbit di Medan kota
Cumbuan, karya Potjut-potjut Chadija, Tiawah, Aseb, dan Fatimah, dimuat oleh
koran Perempoean Bergerak, tanggal 16 Mei 1919 (hlm. 4). Puisi ini terdiri atas
31 bait. Berikut kutipan pada bait ketiga;
Kalau ada salah awalnya
Diharap pembaca memaafkannya
Karena kami sangat bodohnya
Karang mengarang belum bantasnya
19241925, karya Boenga Rebi-Rebi yang dimuat oleh koran Tjermin Karo,
tanggal 13 Januari 1925 (hlm. 1). Puisi ini terdiri atas 17 bait. Berikut kutipan
pada bait keempat;
Lanjutkan ingatan, perubahan nama
Angka empat dengannya lima
Nanti mengetahui kita bersama
Rasa seram bulu dan roma
Mustika Kiasan, karya Syarikat Kaum Ibu Sumatera (SKSI) yang dimuat oleh
koran Pelita Andalas, tanggal 29 Agustus 1929 (hlm. 2). Puisi ini terdiri atas 17
bait. Berikut kutipan pada bait kelima;
Ikut kemauan, junjungan kita
Pelepas hati, penurut nafsu
Badan yang lemah, turut bicara
Jadi haluan, setiap waktu
Doenia Isteri: Ajakan, karya P. Beroe Bangoen yang dimuat oleh koran Bintang
Karo, edisi Maret 1931 (hlm. 3). Puisi ini terdiri atas 17 bait. Berikut kutipan pada
bait keenam;
Ilmu itu harta yang kekal
Tentulah ia jangan tertinggal
Walau di darat atau di kapal
Itu boleh menjadi bekal
Perci Permenungan, karya R. Moenim yang dimuat oleh koran Soeara Iboe
edisi Juli 1931 (hlm. 4). Puisi ini terdiri atas 5 bait. Berikut kutipan pada bait
kedua;
Ke daksina kupandang jelas
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Kulihat mega beriring-iring


Siapakah tidak menaruh belas
Melihat bangsanya tidur berbaring
Doa Ku, karya Anggia Murni yang dimuat oleh koran Pedoman Masyarakat
tanggal 4 Januari 1939 (hlm. 11). Puisi ini terdiri atas 7 bait. Berikut kutipan pada
bait ketiga;
Kalau orang lain memberi barang
Berupa benda, alamat girang
Pemberianku hanya sepatah doa
Bagiku lebih dari mata benda
Surya dan Tepian Mandiku karya Noersima K yang dimuat oleh koran
Bintang Oemoem tanggal 12 Juli 1941. Puisi ini terdiri atas 5 bait dan 6 bait.
Berikut kutipan pada bait ketiga puisi Surya;
Begitulah cahaya menerangi kita
Tiada membedakan hina dan mulia
Segala makhluk diteranginya
Setiap hari, kelain masa
Daan kutipan puisi Tepian Mandiku bait keempat;
Dikala daku dipelukanmu
Alangkah segar rasa diriku
Jika kuturut kehendak tubuh
Berendam lama, maulah daku
Termenung karya Boroe Marpaoeng yang dimuat oleh koran Bintang Oemoem
tanggal 12 Agustus 1941. Puisi ini terdiri atas 6 bait. Berikut kutipan bait pertama;
Di kala beta duduk termenung
Terkenang masa nan silam
Air mata membasuh di jantung
Sejak ditimpa cinta kejam
Guci Asmara karya Imah yang dimuat oleh koran Bintang Oemoem tanggal 16
Agustus 1941. Puisi ini terdiri atas 4 bait. Berikut kutipan pada bait keempat;
Kini dendangan batin remaja
Mundurkan diri sementara
Waktu mendatangkan tempat pada penjaga
Agar ceritanya tepat terpadu
Umumnya puisi-puisi yang ditulis oleh penyair perempuan ini berbentuk pantun,
tetapi dalaam bentuk gaya pujangga lama, sebagaimana yang pernah ditulis oleh
Rustam Effendi dan Amir Hamzah. Tetapi yang menarik justru para penyair
perempuan ini lebih dahulu menciptakan bentuk demikian daripada dua penyair
ternama berikutnya (Rustam Effendi dan Amir Hamzah).
Bahasa dan Penerbitan
Medan memang kota bersejarah bagi industri perbukuan Indonesia. Medan
termasuk kota bersejarah yang memulakan industri penerbitan nasional sejak
awal. Dahulu ada sejumlah penerbit di Medan yang menerbitkan karya-karya
sastra.
Tahun 1952, di Medan telah berdiri organisasi penerbit lokal bernama Gabungan
Penerbit Medan (Gapim) yang terdiri atas 40 orang anggota dan 24 di antaranya
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

adalah pedagang buku. Gapim pun diajak bergabung ke Ikatan Penerbit Indonesia
pada tahun 1953, Oktober 1953 terbentuklah Ikapi Cabang Medan4.
Tidak hanya itu, Medan menjadi kota pertama di Indonesia yang
menyelenggarakan pameran buku. Bulan April 1954, Ikapi Cabang Sumatra Utara
menggelar pameran buku pertama di lingkungan Ikapi yang dihadiri Menteri PP
dan K, Mr. Moh. Yamin.
Berhubung maraknya dunia penerbitan di Medan, berpengaruh pula terhadap
lahirnya para penulis. Para penulis ini tentunya berpengaruh pula terhadap
perkembangan bahasa Indonesia. Beberapa tokoh tersebut adalah Sutan Takdir
Alisyahbana (STA), Amir Hamzah, Armin Pane, Sanusi, Merari Siregar, Chairil
Anwar, Muhammad Zain Saidi (Mozasa), Iwan Simatupang, dan Sabaruddin
Ahmad.
Beberapa pemikiran mereka terhadap perkembangan bahasa Indonesia, misalnya
STA di samping tokoh Pujangga Baru, beliau juga tokoh pembina dan
pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. STA pertama kali menggunakan
istilah pembinaan dan pengembangan dengan Language Engineringg. Beliau
mengungkapkan bagaimana memanfaatkan penemuan-penemuan dalam bidang
linguistik (ilmu bahasa) untuk mempengaruhi pembentukan bahasa Indonesia agar
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lahir dari kehidupan modern. Tata
bahasa Indonesia yang disusunnya bukanlah semata-mata tatabahasa deskriptif,
melainkan tatabahsa normatif yang sanggup memberikan norma-norma suatu
yang modren (Kleiden, 1988: XVII-XIX).
Merari Siregar terkenal sebagai sastrawan yang mula-mula menulis secara baru
dengan novelnya yang berjudul Azab dan Sengsara. Selain sebagai pengarang
novel, Merari Siregar juga seorang penyadur yang baik. Cerita saudaranya sangat
hidup sehingga pembaca tidak merasakan cerita itu sebagai saduran dari luar
negeri. Pembaca seolah-olah membaca cerita Indonesia asli, seperti dalam cerita si
Jamin dan Si Johan. Dalam pandangan Umar Junus, Marah Rusli dan Merari
Siregar yang dianggap pemula tradisi penulisan novel dalam sastra Indonesia.
Sabaruddin Ahmad adalah tokoh pendidik, tokoh pembina, dan pengembangan
bahasa dan sastra Indonesia di Sumatera Utara. Buku Sabar dalam bidang bahasa
dan sastra Indonesia telah diajukan buku paduan dan buku pelajaran di sekolah-
sekolah dan di masyarakat Sumatera Utara, Nasional, dan negara tetangga
Malaysia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang Medan, jauh sebelum
Sumpah Pemuda 1928, sudah menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi
sehari-hari, walaupun saat itu belum bernama bahasa Indonesia tetapi bahasa
Melayu.
Hal yang paling menonjol pada penggunaan bahasa Indonesia masyarakat Medan
pada saat itu lebih pada bentuk bahasa yang mempunyai ciri-ciri bahasa yang
dibuat Van Ophuiysen (1901). Ciri itu menunjukkan adanya perubahan bunyi satu
fonem tetapi dilafalkan dengan dua buah fonem, seperti kamoe untuk
mengungkapkan kamu. Bunyi [oe] untuk mengartikan [u]. Agaknya tidak
mengherankan, bahwa untuk menguraikan dan menguasai bunyi-bunyi tiap

4
Lihat50TahunIkapi:MembangunMasyarakatCerdas.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

bahasa hanya diperlukan sebagian saja dari bunyi-bunyi bahasa di dunia yang
tidak terbilang macamnya itu.
Pembinaan Kehidupan Budaya Bangsa
Kalau dalam hubungannya dengan persatuan dan kesatuan bangsa yang perlu
diperhatikan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tetapi dalam hal
pengembangan iptek perhatian itu hendaknya dipusatkan pada bahasa Indonesia
dalam kaitannya dengan bahasa asing. Pengaitan bahasa asing itu sekaligus
menggambarkan kenyataan bahwa konsep-konsep iptek modern, pada umumnya
berasal dari dunia barat, masih tertulis dalam bahasa asing.
Dalam konteks pembinaan kehidupan budaya bangsa, interaksi yang perlu
diperhatikan tidak saja antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tetapi juga
antara bahasa Indonesia dan bahasa asing. Dalam hubungannya dengan bahasa
daerah, pemakaian bahasa Indonesia dalam bidang kebudayaan harus dapat
memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas tentang puncak-puncak
kebudayaan daerah yang didasari oleh nilai budaya daerah yang luhur.
Persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah akan mengakibatkan
dicorakinya kebudayaan nasional oleh ciri-ciri budaya daerah. Sebaliknya,
persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa asing akan membuat kebudayaan
nasional itu agak bercorak mondial.
Bahasa Indonesia yang berperan dalam pembinaan budaya bangsa harus
menampilkan diri, baik dalam sistem ketatabahasaannya maupun dalam kenyataan
pemakaian bahasanya, sebagai filter yang akan menjaga keutuhan identitas dan
sistem nilai yang bercorak nasional itu. Untuk itu, sejauh menyangkut pembinaan
dan pengembangan bahasa, bahasa daerah dan bahasa asing harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk menetapkan sistem dan pemerkayaan kosakata bahasa
Indonesia. Hal itu berarti bahwa unsur-unsur yang berasal dari bahasa daerah dan
bahasa asing itu, haruslah disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia.
Pembinaan bahasa Indonesia terus ditingkatkan sehingga penggunaannya secara
baik dan benar serta dengan penuh rasa bangga makin menjangkau seluruh
masyarakat, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta memantapkan
kepribadian bangsa. Penggunaan istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia harus dihindari. Pengembangan bahasa Indonesia juga terus
ditingkatkan melalui upaya penelitian, pembakuan peristilahan dan kaidah bahasa,
serta pemekaran perbendaharaan bahasa sehingga bahasa Indonesia lebih mampu
menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulisan karya ilmiah dan
karya sastra termasuk bacaan anak yang berakar pada budaya bangsa, serta
penerjemahan karya ilmiah dan karya sastra yang memberikan inspirasi bagi
pembangunan budaya nasional perlu digalakkan untuk memperkaya bahasa,
kesastraan, dan pustaka Indonesia.
Pembinaan bahasa daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka mengembangkan
serta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan
nasional sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Perlu
ditingkatkan penelitian, pengkajian, dan pembangunan bahasa dan sastra daerah
serta penyebarannya melalui berbagai media.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Kemampuan penguasaan bahasa asing perlu ditingkatkan dan dikembangkan


untuk memperlancar komunikasi dengan bangsa lain di segala aspek kehidupan
terutama informasi ilmu pengetaahuan dan teknologi. Di samping itu, penguasaan
bahasa asing juga memperluas cakrawala pandang bangsa sejalan dengan
kebutuhan pembangunan.

Daftar Pustaka
Ahmad, Sabaruddin. 2005. Bahasa dalam Kesusastraan dalam Shafwan Hadi
Umry, Kiliran Jasa sang Guru Bahasa Sebuah Biografi Drs. H. Sabaruddin
Ahmad. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Hasanuddin. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Kleiden, Ignes. 1988. Kebudayaan Sebagai Perjuangan, Perkenalan dengan
Pemikiran St. Takdir Alisjahbana. Jakarta: Dian Rakyat.
Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan
Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Purba, Antilan. 2007. Otonomi Budaya, Ketika Seni Budaya Dipinggirkan.
Medan: USU Press.
Selamatmulyana. 1982. Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara. Jakarta: Balai
Pustaka.
Slamet, St.Y. Perkembangan Bahasa Indonesia Sumbangannya Terhadap
Persatuan dan Jati Diri Bangsa. Makalah Seminar Nasional dalam rangka
Dies Natalis XXXIV Universitas Sebelas Maret.
Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Jakarta:
Depdikbud.
Syukri, A. 2007. Dialog Islam dan Barat, Aktualisasi Pemikiran Etika Sutan
Takdir Alisjahbana. Jakarta: Gaung Persada Press.
Umry, Shafwan Hadi. 2005. Kiliran Jasa sang Guru Bahasa Sebuah Biografi Drs.
H. Sabaruddin Ahmad. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

PEMERTAHANAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI LINGUA


FRANKA DAN BAHASA PEMERSATU DALAM MASYARAKAT
MULTILINGUAL DAN MULTIKULTURAL INDONESIA
Iskandar Syahputera
Balai Bahasa Provinsi Aceh
Jalan Panglima Nyak Makam 21, Lampineung, Banda Aceh 23125
Tel.(0651) 7551096 Pos-el: iskandar_mjm@yahoo.com

Abstract
This article tries to strengthen and describe the successfull achivements, and the efforts in
maintaining Bahasa Indonesia to perform its role and fuction as a lingua franca and a
unifying language in Indonesian multilingual and multicultural society. Starting from
1928-2015 Bahasa Indonesia has experienced its success as a lingua franca and a
language of unity. Inspite the condition of Indonesian multilingual and multicultural
society Bahasa Indonesia has proved its strenght and endurance in managing the
multilingual and multicultural society. Absolutely, it is a need design a sustainable efforts
in maintaining its status.
Keywords: lingua franca, unifying language, multilingual, multicultural

Abstrak
Artikel ini mencoba mempertegas dan menguraikan kembali capaian capaian
keberhasilan, dan upaya - upaya pemertahanan bahasa Indonesia dalam melakukan peran
dan fungsinya sebagai lingua franka dan bahasa pemersatu dalam masyarakat multilingual
dan multikultural Indonesia. Mulai dari 1928-2015 bahasa Indonesia telah mengalami
keberhasilannya sebagai lingua franka dan bahasa pemersatu. Meskipun menghadapi
kondisi masyarakat yang multilingual dan multikultural di Indonesia, bahasa Indonesia
telah membuktikan kekuatan dan daya tahannya dalam mengelola masyarakat multilingual
dan multikultural. Sungguh ini adalah suatu kebutuhan untuk merancang upaya- upaya
yang berkelanjutan dalam mempertahankan statusnya .
Kata kunci : lingua franka , bahasa persatuan , multilingual , multikultural

1. Pendahuluan
Kesuksessan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung antar suku bangasa (lingua
franca) dan bahasa persatuan telah memasuki 87 tahun apabila dihitung sejak
diikrarkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda tahun
1928 2015. Sungguh suatu prestasi yang sangat luar biasa dan harus terus tetap dijaga
dan dipertahankan keberlanjutannya.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Meurauke.
Sehingga Indonesia juga sering disebut sebagai sebuah negara kepulauan. Sebanding
dengan jumlah sebaran pulau pulau yang banyak sudah pasti Indonesia juga memiliki
banyak suku yang memiliki banyak bahasa, adat dan budaya. Indonesia sendiri memiliki
746 bahasa daerah (Sugono, 2011). Dengan banyaknya jumlah bahasa dan budaya tersebut
menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multilingual dan multikultural. Hal
ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik mempunyai tradisi dan kebudayaan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sendiri, termasuk variasi atau ragam bahasanya. Bahasa-bahasa kelompok etnik tersebut
juga disebut sebagai bahasa daerah, selain dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok
penutur yang sangat variatif, juga memiliki sebaran yang luas.
Penyebaran bahasa daerah tertentu ke wilayah lain di Indonesia tentunya memungkinkan
terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Tentu saja hal ini perlu menjadi
masalah penting yang memerlukan perhatian dari semua pihak terutama oleh para
pengambil kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah. Jika hal ini tidak diperhatikan atau
menjadi fokus utama maka di khawatirkan akan terjadi gesekan antarbahasa daerah yang
akan memicu disintegrasi bangsa. Apalagi dengan banyaknya pulau yang dimiliki oleh
Indonesia tentu juga Indonesia memiliki banyak ragam bahasa dan budaya, hal ini tentunya
akan berimplikasi terhadap masa depan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk
mempersatukan bangsa yang berbeda-beda bahasa dan budaya, salah satunya adalah
dengan memperkuat peran dan fugsi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang
sekaligus berfungsi sebagai bahasa penghubung antar suku bangsa, daerah, budaya yang
bebeda (lingua franca).
Namun ini adalah suatu anugerah Tuhan yang Maha Esa yang patut disyukuri oleh segenap
bangsa Indonesia. Bahwa perbedaan perbedaan bahasa, adat dan budaya sudah
seharusnya dapat terus ditumbuhkan, dikembangkan, dilestarikan dan dipertahankan
sehingga akan dapat memperkaya khasanah bahasa, adat dan budaya yang belum tentu
dimiliki oleh bangsa bangsa lain. Banyak usaha usaha yang telah dilakukan dalam
menumbuhkembangkan dan melestarikan bahasa, adat, dan budaya di daerah baik yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerhati bahasa, dan budayawan. Seperti yang diutarakan
oleh (Fiinnbogadottir, 2008) bahwa sesungguhnya kita tidak akan mendapatkan masa
depan dunia yang lebih baik dan lebih kuat tanpa individu individu. Akan tetapi individu
individu tersebut tidak akan dapat tumbuh didalam sebuah kekosongan. Mereka akan
tumbuh dengan lata belakang budayanya agar supaya menjadi kuat. Pernyataan ini
mengandung makna bahwa pentingnya menjaga kelestarian adat dan budaya yang juga
tidak dapat dipisahkan dari peran bahasa.

2. Capaian Keberhasilan
Keberhasilan bahasa Indonesia didalam memainkan fungsi dan perannya tentu saja tidak
terlepas dari aspek seperti; kebijakan bahasa, politik bahasa, perencanaan bahasa dan
modal bawaan (innate capital).
Segala upaya upaya tersebut tentu harus dilandasi oleh sebuah perencanaan. Dalam hal
ini tentu perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan bahasa. Halim (1976)
menguraikan ada dua hal utama dalam perencanaan bahasa di Indonesia yaitu; pembinaan
dan pengembangan bahasa. Adapun yang dimaksud dengan pembinaan adalah segala
usaha atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pengguna bahasa dengan
menjadikan penutur bahasa sebagai sasarannya, sedangkan yang dimaksud dengan
pengembangan adalah segala usaha atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
bahasa dengan menjadikan bahasa sebagai sasarannya (Sugono, 2011). Tentu saja aspek
kebijakan bahasa nasional sangat menentukan keberhasilan perencanaan bahasa tersebut.
Ada beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh kebijakan bahasa nasional Indonesia
seperti yang di ungkapkan oleh (Woolard, 2000; Bukhari,1996:19; Alisjahbana 1962:1
dalam Pauw, 2009) bahwa kebijakan nasional bahasa Indonesia bisa dikatakan telah
mencapai suatu sukses yang luar biasa, suatu pencapaian besar, dan bahkan mungkin
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

menjadi suatu- penomena kebahasaan atau linguistik yang paling spektakuler pada abad
ini.
Dari segenap capaian keberhasailan bahasa Indonesia dalam menjalankan fungsi dan
perannya ada beberapa yang dapat dilihat seperti berikut ini; (1) Lahirnya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang
Negara, Serta lagu Kebangsaan, (2) Lahirnya 6 konsep perencanaan bahasa daerah yang
dijalankan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebuayaan yang berupa: (1) penetapan kebijakan bahasa daerah, (2) penelitian bahasa
daerah, (3) pengembangan (sandi) bahasa daerah, (4) pembinaan penutur bahasa daerah,
(5) publikasi hasil penelitian bahasa daerah, (6) pendokumentasian bahasa daerah (lihat
Sugono, 2011), (3) Pengembagan kosa kata dan istilah pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)- oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (4) Pengembangan
dan penyelenggaraan test Uji Kompetensi Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) yang
juga dikembangkan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (5) Dicapainya
kesepakatan antara Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Bahasa untuk mengadakan test
UKBI bagi para pekerja asing yang ingin bekerja di Indonesia, (6) Pengembangan dan
pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing), (7) Penyuluhan bahasa bagi
para guru dan siswa . Dan masih banyak lagi capaian capaian yang telah atau sedang
dilaksanakan yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu di sini.
3. Usaha usaha yang dilakukan dalam pemertahanan Bahasa Indonesia sebagai
lingua franka dan bahasa pemersatu
Tentu saja untuk mempertahankan prestasi yang peroleh oleh bahasa Indonesi sebagai
bahasa penghubung antar etnik atau budaya (lingua franca) dan sebagai bahasa pemersatu
tersebut ada usaha usaha yang mendorong kepada keberhasilan tersebut. Diantara usaha
usaha tersebut adalah program program atau kegiatan - kegiatan pembinaan dan
pengembangan bahasa yang telah dilakukan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan
dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebahagian dari kegiatan kegiatan
tersebut telah disebutkan dalam capaian capaian di atas.
Namun pemerintah melalui Badan Bahasa sudah pasti tidak dapat bekerja sendiri, tentu
saja peran serta para budayawan, pemerhati bahasa, pengiat seni dan adat istiadat serta
peran serta seluruh masyarakat Indonesialah yang paling menentukan dalam usaha
pemertahanan Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa penghubung (lingua franca) maupun
bahasa pemersatu antar etnik, suku, adat dan budaya dalam masyarakat multilingual dan
multikultural Indonesia.

4. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu


Kata pemersatu ini dipilih atas fungsi dan kedudukannya sebagai bahasa pemersatu.
Sejak bahasa Indonesia diikrarkan dalam sumpah pemuda tahun 1928, sebagai bahasa
persatuan, bahasa Indonesia langsung menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai
bahasa pemersatu yang menyatukan bebagai ragam bahasa, adat dan budaya dari Sabang
hingga Meurauke.
Bahaya potensial dari perbedaan etnik dan konflik yang timbul dari begitu besar dan
luasnya bangsa adalah suatu hal yang sangat mendasar yang dapat dibawa dalam berbagi
rasa kebangsaan, dan bahasa Indonesia merupakan lambang dan alat bagi kesatuan tersebut
(Paauw, 2009). Selanjutnya (Alisjahbana 1962:29) dalam (Paauw, 2009) mengatakan
bahwa semakin banyak orang Indonesia belajar untuk mengekspresikan diri mereka
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

sendiri dalam bahasa Indonesia, maka mereka akan menjadi semakin sadar terhadap ikatan
yang mengikat mereka.

5. Bahasa penghubung antar etnik, suku, adat dan budaya (lingua franca)
Bahasa penghubung atar etnik, suku, adat dan budaya atau biasa di sebut dengan (Lingua
franca) telah diperankan oleh Bahasa Indonesia sejak 1928. Menarik kita simak disini
sebuah pernyataan yang dikutip pada sebuah buku yang diterbitkan oleh Komisi Uni Eropa
(European Commission, 2011: 17) berikut ini:
In Indonesia, on the other hand, Malay, in the form of bahasa Indonesia, has been
adopted by all Indonesians as the medium of communication. Bahasa Indonesia was not
the language of the elite and was spoken by only 2% of the population at the moment of
independence, but it was chosen by the nationalist movement because it did not arouse
jealousy and was not perceived as a sign of the domination of one group over the others.
Thanks to the wide acceptance of bahasa Indonesia, no European language, not even
Dutch, the language of former colonisers, has managed to impose itself. (European
Commission, 2011:17)
Adapun maksud dari pernyataan ini adalah menggambarkan keberhasilan bahasa Indonesia
menjadi alat komunikasi di Indonesia atau bahasa penghubung (lingua franca) yang dapat
diterima luas oleh segenap bangsa Indonesia tanpa menimbulkan kecemburuan atau
penolakan dan juga tidak menunjukkan adanya dominasi dari satu kelompok terhadap
kelompok lainnya. Bahkan tidak bagi bahasa Eropa atau bahasa Belanda mampu
memaksakan bahasa mereka sebagai bahasa penghubung atau (lingua franca) di Indonesia.
Sudah pasti bahwa keberhasilan ini harus terus dijaga dan dipertahankan sehingga dapat
terus diwariskan kepada generasi Indonesia mendatang.

6. Masyarakat Multilingual dan Multikultural


6.1 Masyarakat Multilingual
Pada Masyarakat multilingual seperti Indonesia, menjadi seseorang yang multilingual dan
multikultural adalah salah satu cara untuk mempromosikan perdamaian dan solidaritas,
untuk meminimalisir konflik antara kelompok etnik ( Ruspita, 2011). Lebih jauh lagi,
(King, 2003) di dalam (Ruspita, 2011) menambahkan bahwa ketika menjadi seseorang
yang multilingual, hal ini akan berdampak pada pemahaman intra-kultural atau antar-
budaya karena bahasa merefleksikan budaya dari si penutur. (King, 2011) mengatakan
bahwa UNESCO mendukung bahasa bahasa sebagai komponen dasar dari pendidikan
antar-budaya (interkultural education), untuk mendorong pemahaman antar populasi atau
kelompok kelompok yang berbeda dan memastikan penghargaan atas hak hak dasar.
Masih menurut (King, 2003) didalam (Ruspita, 2011) menambahkan bahwa pendidikan
harus meningkatkan kesadaran atau kepedulian dari nilai nilai positif budaya dan
perbedaan linguistik. Komponen budaya pada proses belajar dan pengajaran bahasa harus
di perkuat agar supaya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dari budaya
budaya tersebut.
Berikut lihat teori yang mendasari konsep multilingual: menurut (Chomsky) dalam (Pai,
2005) setiap anak lahir dengan perangkat akuisisi bahasa memiliki sifat bawaan yang
berperan dalam memperoleh pengetahuan tentang bahasa. Pembawaan sejak lahir ini
adalah anugerah biologis yang Chomsky sebut sebagai "Prinsip dan Parameter". Menurut
teori ini, ada tata bahasa universal - mana "Prinsip" adalah fitur umum, sementara
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

"parameter" yang variabel dibiarkan terbuka dalam laporan prinsip-prinsip yang


menjelaskan keragaman yang ditemukan dalam bahasa. Grammar adalah kumpulan pilihan
(misalnya pilihan antara SOV dan pola SVO kalimat). Mereka menentukan jumlah terbatas
pilihan gramatikal yang diizinkan dari menu tata bahasa universal pilihan. Ada juga fakta
leksikal. Setelah kosakata dipelajari dan pola tata bahasa yang tetap, seluruh sistem jatuh
di tempatnya dan prinsip-prinsip umum diprogram ke dalam organ umum, hanya bergolak
pergi untuk menghasilkan semua keterangan dari bahasa yang bersangkutan (Chomsky)
seperti dikutip dalam (Pai, 2005).
Dapat dikatakan bahwa, ada sistem gramatikal yang berbeda berdasarkan pada pilihan
parameter yang berbeda, ketika anak terekpos pada pilihan sistim linguistik mereka, maka
kapasitas bawaan akan diaktifkan dan memperoleh pengetahuan tentang aturan bahasa saat
menggunakannya untuk komunikasi. Ketika anak terekpos lebih dari satu sistem linguistik
yang seperti itu, dan ia memperoleh lebih dari satu bahasa maka ia disebut sebagai
multilingual. Ketika anak ini atau individu ini bergabung dengan individu individu atau
kelompok yang sama maka jadilah mereka sebagai masyarakat multiligual.

6.2. Masyarakat Multikultural


Istilah Multikultural awalnya berasal dari kata kultural atau yang berarti budaya. Ketika
dikaitkan dengan banyak budaya maka istilah tersebut dipopulerkan dalam istilah
multikultural. Sebuah definisi kultural atau budaya di definisikan oleh (UNESCO, 2011)
dalam (Fati, 2013) bahwa yang dimaksud dengan budaya adalah suatu satuan spiritual
yang unik, material, fitur intelektual dan emosional dari masyarakat; yang meliputi seni,
sastra, gaya hidup, cara hidup bersama, sistem nilai, tradisi dan kepercayaan. Selanjutnya
(Fati, 2013) menambahkan bahwa Budaya dapat dilihat juga sebagai penanda sosial yang
membuat orang unik dari satu sama lain berdasarkan negara asal mereka, ras, atau bahasa
yang mereka lahir dengan. Meskipun orang-orang yang berbeda karena budaya, bahasa,
ras, agama, dan aspek lain mereka; ada nilai-nilai universal dan norma-norma di
masyarakat manusia.
Budaya dapat menyebabkan interpretasi yang berbeda dan reaksi terhadap bahasa. Para
siswa "kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dalam bahasa asing sangat
tergantung pada latar belakang pengetahuan budaya, dan kekurangan pengetahuan budaya
merupakan sebab yang paling mungkin mengurangi kemampuan mereka dalam
penguasaan bahasa (Bao-he, 2010) dalam (Fati, 2013) .
Untuk itu memberikan pengajaran dan pemahaman latar belakang budaya adalah hal yang
sangat penting untuk membangun kepekaan budaya yang akan berimplikasi positif
terhadap peningkatan pemahaman bahasa.
Dalam mengajarkan budaya, (Seelye, 1988) dalam (Fati, 2013) menyediakan 7 kerangka
kerja untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan komunikasi lintas budaya. Dalam
kerangka tersebut ada tujuh tujuan dari instruksi budaya tersebut yaitu : (1) untuk
membantu siswa memahami bahwa semua orang menunjukkan perilaku kultural; (2) untuk
membantu siswa mengetahui bahwa variabel sosial seperti usia, jenis kelamin dan kelas
sosial mempengaruhi cara orang berbicara dan berperilaku; (3) untuk membantu siswa
menjadi lebih sadar perilaku konvensional dalam situasi umum dalam budaya sasaran; (4)
untuk membantu siswa meningkatkan kesadaran mereka tentang konotasi bahwa kata-kata
dan frase mungkin memiliki; (5) untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
untuk mengevaluasi budaya sasaran; (6) untuk membantu siswa mengembangkan
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

keterampilan yang diperlukan untuk mencari dan mengatur informasi tentang budaya
sasaran; (7) untuk merangsang siswa dalam hal "keingintahuan intelektual tentang budaya
sasaran, dan untuk mendorong empati terhadap orang orangnya.
Melalui pendekatan instruksional budaya tersebut diharapkan akan tumbuh semangat dan
pemahaman toleransi antar budaya pada masyarakat multikultural kita.

7. Simpulan
Melihat kembali diskusi diatas dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan yang telah
diraih oleh bahasa Indonesia dalam menjalan kedudukan dan fungsinya sebagai bahasa
nasional dan bahasa penghubung antar suku, daerah, adat, dan budaya (lingua franca)
harus dapat terus dijaga dan dilestarikan. Adapun usaha usaha pemertahanan dan
pelestarian bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
dalam hal ini diberikan wewenang pengelolaan, pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia kepada Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, harus dapat terus dibangun dan ditingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Tentu saja usaha usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia ini tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri, peran serta masyarakat,
pemerhati seni, adat dan budaya sangat diharapkan dalam rangka kesinambungan dan
keselarasan ide dan program.
SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBAHASAAN LEMBAGA ADAT 2015

Daftar Pustaka
European Commission .2010. Lingua Franca: Chimera or Reality?.
Luxembourg: Publications Office of the European Union. Diakses, 31 July 2015,
http://bookshop.europa.eu
Fiinnbogadottir, V. 2008. Education For All in The Language of Their Cultural
Heritage. Kertas Kerja, Konfrensis Internasional, Globalization & Languages:
Building on Our Rich Heritage. UNESCO/UNU, Tokyo, Japan, 27 28 August.
Fati, M .2013.Multiculturalism in a Multilingual Society: Could That Be Possible?,
IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), Volume 2,
Issue 2 , PP 3
Halim, Amran. 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
King, L. 2003. Education in a Multilingual world. France : UNESCO
May, S. 2008. Languages Rights: Linking The Local and The Global Konfrensi
Intenasional, Globalization & Languages: Building on Our Rich Heritage.
UNESCO/UNU, Tokyo, Japan, 27 28 August.
Pai. Pushpa 2005. Proceedings of the 4th International Symposium on Bilingualism, ed.
James Cohen, Kara T. McAlister, Kellie Rolstad, and Jeff MacSwan, 1794-1806.
Somerville, MA: Cascadilla Press.
Paauw, S. (2009). One land, one nation, one language: An analysis of Indonesias national
language policy. In H. Lehnert-LeHouillier and A.B. Fine (Eds.), University of
Rochester Working Papers in the Language Sciences, 5(1), 2-16.
Ruspita, Katharina. (2011). Maitaining Vernaculars to Promote Peace and Tolerance in
Multilingual Community in Indonesia. Kertas kerja, Seminar Internasional
Language Maintenance and Shift. UNISBANK, Semarang: July, 2011
Sugono, D. 2011. Perencanaan Bahasa Daerah di Indonesia, SALINKA Majalah Ilmiah
Bahasa dan Sastra,Volume 8 Nomor 1 Edisi Juni , 0216-1389

Anda mungkin juga menyukai