Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR PERENCANAAN BAHASA

(SELEKSI DAN KODIFIKASI)

A. Kebijaksanaan dan Perencanaan Bahasa


Di negara-negara yang multilingual, multirasial, dan multikultural, untuk
menjamin kelangsungan komunikasi kebangsaan perlu dilakukan suatu perencanaan
bahasa yang tentunya terlebih dahulu harus dimulai dengan kebijaksanaan bahasa.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang multilingual, multirasial, dan
multikultural, yang memerlukan adanya kebijaksanaan bahasa, agar masalah pemilihan
atau penentuan bahasa tertentu sebagai alat komunikasi di dalam negara itu tidak
menimbulkan gejolak politik yang pada gilirannya akan dapat menggoyahkan
kehidupan bangsa di negara tersebut.
Dalam seminar politik bahasa nasional yang diadakan di Jakarta tahun 1975,
kebijaksanaan bahasa itu dapat diartikan sebagai pertimbangan konseptual dan politis
yang dimaksudkan untuk dapat memberi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengelolaan keseluruhan kebahasaan
yang dihadapi oleh suatu bangsa secara nasional (lihat Halim1976). A. Chaer dan L.
Agustina menyimpulkan bahwa kebijaksanaan bahasa merupakan satu pegangan yang
bersifat nasional, untuk kemudian membuat perencanaan bagaimana cara membina dan
mengembangkan satu bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang dapat digunakan
secara tepat diseluruh negara, dan dapat diterima oleh segenap warga yang secara
lingual, etnis, dan kultur berbeda.
Indonesia merupakan negara yang agak beruntung sebab masalah-masalah
kebahasaan yang bisa terjadi di negara lain, secara historis telah agak diselesaikan sejak
agak lama. Namun, yang menjadi masalah sekarang ini adalah bagaimana mengaktifkan
pembinaan dan peningkatan penggunaan bahasa Indonesia dari para warga bangsa
Indonesia, sebab hingga kini penguasaan mereka akan bahasa Indonesia masih jauh dari
yang diharapkan (lihat Chaer 1993).
Tujuan kebijaksanaan bahasa sendiri adalah dapat berlangsungnya komunikasi
kenegaraan dan komunikasi intrabangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak sosial

1
dan emosional yang dapat mengganggu stabilitas bangsa. Seperti yang telah dilakukan
oleh beberapa negara termasuk Indonesia yang sudah menetapkan bahasa nasional dan
bahasa negara. Selain memberi keputusan mengenai status, kedudukan, dan fungsi suatu
bahasa, kebijaksanaan bahasa harus pula memberi pengarahan terhadap pengolahan
materi bahasa (korpus bahasa).
Setelah melakukan kebijaksanaan bahasa barulah dilakukan perencanaan bahasa
atau dengan kata lain, perencanaan bahasa itu disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan dalam kebijaksanaan bahasa. Perencanaan bahasa adalah usaha
untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam satu negara di masa
depan dengan lebih baik dan lebih terarah. Adapun yang melakukan perencanaan bahasa
biasanya lembaga kebahasaan, baik instansi pemerintahan ataupun bukan. Di Indonesia
sejak 1 April 1975 lembaga yang bernama Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
yang diberi tugas dan wewenang dalam perencanaan, pembinaan, dan pengembangan
bahasa di Indonesia.
Sasaran dalam perencanaan bahasa antara lain (1) pembinaan dan
pengembangan bahasa yang direncanakan; (2) khalayak di dalam masyarakat yang
diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan dan ditetapkan.
Suatu perencanaan bahasa tentunya harus diikuti dengan langkah-langkah pelaksanaan
apa yang akan direncanakan. Kendati demikian, dalam pelaksanaan perencanaan ini
kemungkinan besar juga akan mengalami berbagai hambatan, baik dari perencanaan
yang kurang tepat; dari pemegang tampuk kebijakan; kelompok sosial tertentu; sikap
bahasa para penutur; serta dari dana dan ketenagaan. Dan masalah berhasil atau
tidaknya usaha perencanaan bahasa ini adalah masalah evaluasi.

B. Pembakuan Bahasa Indonesia


Syamsyir dalam situsnya http://syamsirsmom.blogspot.co.id/2016/12/bahasa-
indonesia-baku.html mengungkapkan bahwa usaha pembakuan bahasa Indonesia
termasuk ke dalam kegiatan pembinaan penngembangan bahasa Indonesia. Dalam
laporan seminar politik bahasa nasional (1957) dikemukakan bahwa tujuan pembakuan
bahasa ialah agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, tepat, dan efisien dalam

2
berkomunikasi, dalam hubungan ini perlu ditetapkan kaidah yang berupa aturan dan
pegangan yang tepat dibidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan (Politik
Bahasa Indonesia, 1957, 1977). Bahasa yang akan dicapai oleh usaha pembakuan adalah
bahasa baku atau bahasa standar.
Sebenarnya, bahasa Indonesia baku adalah salah satu dari variasi bahasa
Indonesia yang ada. Mengenai variasi-variasi bahasa Indonesia ini, Harimurti
Kridalaksana mengemukakan bahwa “bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hidup
mempunyai variasi-variasi yang masing-masing ada fungsinya sendiri dalam proses
komunikasi”. Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam arti tidak ada yang lebih baik dari
yang lain. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam usaha pembakuan ini
ialah seleksi, kodifikasi, elaborasi, dan implementasi. Namun, dalam makalah ini hanya
akan membahas dua langkah saja yaitu seleksi dan kodifikasi.

1. Pemilihan (seleksi): melalui penelitian, metode pengkajian bahasa.


Jati dalam situsnya http://jatisarwoedy.blogspot.co.id/2010/09/pembakuan-
bahasastandarisasi.html mengungkapkan bahwa satu variasi atau dialek tertentu akan
dipilih dalam tahap ini kemudian dikembangkan menjadi bahasa baku. Ragam atau
variasi tersebut bisa berupa satu ragam yang telah ada, misalnya yang dipakai dalam
kegiatan-kegiatan politik, sosial atau perdagangan, dan bisa merupakan campuran dari
berbagai ragam yang ada. Bisa saja yang dipilih itu adalah ragam yang belum
merupakan bahasa pertama bagi masyarakat ujaran di daerah negeri itu (Alwasilah,
1986:119).
Pada dasarnya pembakuan bahasa itu mengodifikasi kecenderungan masyarakat
pengguna bahasa dalam menggunakan bahasanya. Untuk itu, diperlukan tahap seleksi
serta identifikasi komponen kebahasaan yang digunakan masyarakat tersebut. Pada
tahap ini yang diseleksi dan diidentifikasi adalah bahasa sumber pembakuan dan gejala
penggunaan bahasa yang mencakup kosakata, tata bahasa, dan ejaan.

3
2. Kodifikasi
Kodifikasi yaitu hal yang memberlakuakan suatu kode atau aturan kebahasaan
untuk dijadikan norma dalam berbahasa oleh masyarakat. Kodifikasi ini meliputi (1)
otografi, (2) penerapan atau lafal, (3) tata bahasa, dan (4) peristilahan. Badan atau
lembaga tertentu biasanya ditunjuk untuk terlaksananya kodifikasi ini. Lembaga ini
menyusun kamus, buku tata bahasa dengan berpedoman pada kode atau variasi yang
akan dimasyarakatkan, dalam hal ini di Indonesia lembaga yang ditunjuk tersebut yaitu
Badan Bahasa yang berpusat di Jakarta, sehingga setiap orang mempunyai acuan aturan
bahasa yang benar. Setelah kodifikasi ini dibentuk, maka warga negara yang
berpendidikan akan mempelajari atau ingin mempelajari bentuk bahasa yang benar dan
menghindari yang tidak benar, walaupun yang tidak benar ragam bahasanya sendiri
(Alwasilah, 1986:121).
Firman dalam situsnya http://firmanfrinzky.blogspot.co.id/2016/02/bahasa-
indonesia-baku.html mengungkapkan bahwa kodifikasi ialah himpunan dari hasil
pemilikan mana yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya. Jadi, yang mula-mula
dilakukan ialah inventarisasi bahan dari sejumlah bidang yang diperlukan. Selanjutnya,
hasil pemilihan itu dihimpun menjadi satu kesatuan.
Ada lima macam dasar yang dapat kita pakai untuk penyusunan bahasa
Indonesia baku, yaitu: (1) otoritas; (2) bahasa penulis-penulis terkenal; (3) demokrasi;
(4) logika; dan (5) bahasa orang-orang yang dianggap terkemuka oleh masyarakat.
Penggabungan antara dasar otoritas dan dasar bahasa orang-orang terkemuka
merupakan jalan yang tebaik untuk dipakai sebagai pedoman dalam pembakuan bahasa
Indonesia. Otoritas sekarang ini di tangan pusat pembinaan dan pegembangan bahasa.
Kewajiban lembaga ini mencari data, menganalisis, membuat atuarn-aturan, kemudian
menyebarkan aturan-aturan itu kepada masyarakat. Dalam pengodifikasian bahasa
Indonesia akan menyangkut dua aspek yang penting, yaitu: (1) bahasa menurut situasi
pemakai dan pemakainya, (2) bahasa menurut strukturnya sebagai suatu sistem
komunikasi.
Kodifikasi yang pertama menghasilkan sejumlah ragam bahasa dan gaya
bahasa. Perbedaan ragam dan gaya tampak dalam pemakain bahasa lisan dan bahasa

4
tulisan dengan masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakainnya di
dalam pergaulan keluarga dan sahabat; di dalam hubungan formal seperti administrasi
pemerintah, perundang-undangan, dan peradilan; dan lingkungan pengajaran, sarana
komunikasi massa, dan ilmu pengetahuan.
Kodifikasi yang kedua mengahasilkan tata bahasa dan kosa kata yang baku.
Pada umumnya yang layak dianggap baku adalah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh
golongan masyarakat yang luas pengaruhnya dan paling besar kewibawaannya.
Termasuk di dalamnya para pejabat negara, para guru, warga media massa, alim ulama,
dan kaum cendikiawan. Oleh karena golongan ini dapat disebut gologan pembina
bahasa, maka mereka jugalah yang sebaiknya jadi sasaran usaha pembinaan. Dengan
demikian, bahasa Indonesia digunakan oloh orang-orang yang beraneka ragam daerah
dan bahasanya, yang masing-masing mempengaruhi sikap orang berbahasa, maka
bahasa yang baku, yang berdasar pada faktor kewibawaan dan pada kenyataan
keanekaan warga masyarakat kita, akan tumbuh di tempat yang jadi pusat pertemuan
berbagai ragam bidang kehidupan.
Dhita dalam situsnya https://dhitafm.wordpress.com/2013/06/13/cerdas-bahasa-
cerdas-komunikasi/ mengungkapkan bahwa pada tahap ini hasil studi di tahap seleksi
dan identifikasi dicatat atau dirumuskan secara tertulis. Yang dirumuskan pada tahap ini
adalah kebijakan tata bahasa yang meliputi fungsi serta kedudukannya dan komponen
bahasa yang mencakup tata bahasa, kosakata, serta ejaan. Contoh hasil dari tahap ini
dalam sistem tata bahasa adalah berupa buku. Sedangkan contoh hasil kodifikasi dalam
sistem ejaan dapat berupa selebaran atau brosur.

5
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Budaya. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Dhita. 2016. “Cerdas Bahasa Cerdas Komunikasi”.


https://dhitafm.wordpress.com/2013/06/13/cerdas-bahasa-cerdas-komunikasi/
(online). Di akses tanggal 10 Februari 2018.

Firman. 2016. “Bahasa Indonesia Baku”.


http://firmanfrinzky.blogspot.co.id/2016/02/bahasa-indonesia-baku.html
(online). Di akses tanggal 10 Februari 2018.

Jati Sarwoedy. 2010. “Pembakuan Bahasa (Standarisasi)”.


http://jatisarwoedy.blogspot.co.id/2010/09/pembakuan-bahasastandarisasi.html
(online). Di akses tanggal 10 Februari 2018.

Syamsir. 2016. “Bahasa Indonesia Baku”.


http://syamsirsmom.blogspot.co.id/2016/12/bahasa-indonesia-baku.html
(online). Di akses tanggal 10 Februari 2018.

6
MAKALAH PROSEDUR PERENCANAAN BAHASA

(SELEKSI DAN KODIFIKASI)

MATA KULIAH PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA

OLEH:

KELOMPOK 3

1. Fitriani (06021181621011)
2. Shintiya Dewi (06021181621068)
3. Bhramastya Sandy Hargita (06021281621018)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Agus Saripudin, M.Ed.

Armilia Sari, M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2018

Anda mungkin juga menyukai