Abstrak
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program yang memfasilitasi orang
asing guna belajar bahasa Indonesia. Program BIPA tidak hanya mencakup pembelajaran
bahasa Indonesia, tetapi juga pengenalan dan pembelajaran budaya Indonesia. Kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing dilaksanakan baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Program BIPA di luar negeri bertujuan mengembangkan misi peningkatan fungsi
bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Kamboja merupakan salah satu negara yang
bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang pendidikan. Program Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing (BIPA) didukung, baik oleh masyarakat Kamboja maupun militer Kamboja.
Pembelajaran BIPA memiliki standardisasi yang ditinjau berdasarkan empat kemampuan
berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Setiap pemelajar BIPA
memiliki kemampuan berbahasa yang menunjukkan adanya kompetensi yang berbeda
sehingga terjadi fenomena kekhasan artikulasi dalam pengucapan kosakata pada tiap
pemelajar. Tujuan penelitian ini mengetahui dan memahami kekhasan artikulasi kosakata
pemelajar BIPA tingkat pemula (A1) dalam pembelajaran membaca di Pusbudi Nusantara
KBRI Phnom Penh, Kamboja. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode simak dan teknik catat. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
padan. Jenis penentu metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah organ wicara
yang menimbulkan kekhasan artikulasi.
Kata kunci: artikulasi, pelafalan, kosakata, membaca, teks
A. PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang diminati oleh bangsa asing
(penutur asing). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan semakin banyak penyelenggara
pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing baik di Indonesia maupun di negara-
negara lainnya. Pada dasarnya, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA) menjadikan orang yang belajar bahasa Indonesia mampu berkomunikasi dengan
penutur asli Indonesia tanpa kesulitan yang berarti. Hal ini senada dengan penyataan
Savignon (1983) dalam Language Learning Quotes bahwa belajar berbicara bahasa lain
berarti mengambil peran dalam komunitas yang melampaui batas lintas budaya dan
linguistik.
Kegiatan proses belajar-mengajarkan bahasa Indonesia oleh pengajar bahasa
Indonesia perlu memberikan model pembelajaran yang tidak membosankan atau bersifat
inovatif. Oleh sebab itu, pengajar BIPA dituntut untuk kreatif dalam menentukan model
pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing.
Pemelajar BIPA merupakan pemelajar bahasa Indonesia yang bukan penutur asli.
Oleh karena itu, para pemelajar tersebut memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang
berbeda. Pada pembelajaran BIPA, pemelajar BIPA tidak hanya belajar bahasa Indonesia,
tetapi juga belajar budaya Indonesia. Menurut Adji (2017), bahasa dan budaya merupakan
dua entitas yang saling berhubungan. Bahasa merupakan ekspresi kebudayaan. Di dalam
bahasa Indonesia terepresentasi budaya masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
pembelajaran BIPA tidak terlepas dari materi tentang budaya Indonesia.
Dalam praktiknya, program pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing
telah dilakukan oleh lembaga-lembaga formal, seperti di perguruan tinggi dan lembaga
nonformal, seperti lembaga kursus, dan sebagainya. Fenomena lingual tersebut tidak
hanya terjadi di Indonesia, tetapi di luar negeri pun telah banyak berdiri lembaga yang
menyelenggarakan pengajaran, pelatihan, dan kursus bahasa Indonesia. Selain itu, banyak
penutur asing yang menuntut ilmu bahasa dan budaya Indonesia baik di Indonesia maupun
di negaranya.
Salah satu lembaga yang memfasilitasi program pembelajaran BIPA di Phnom
Penh, Kamboja adalah Pusat Budaya Indonesia (Pusbudi) Nusantara. Pusbudi Nusantara
diprakarsai oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja. Dengan
demikian, Pusbudi Nusantara berada dalam naungan KBRI Phnom Penh, Kamboja. Para
pemelajar BIPA di Pusbudi Nusantara KBRI Phnom Penh umumnya memiliki pelafalan
yang khas ketika melafalkan kosakata dalam bahasa Indonesia sehingga tercipta kekhasan
artikulasi, khususnya pada pemelajar tingkat pemula (A1) dalam keterampilan membaca.
Sumber data penelitian ini adalah pemelajar BIPA di Pusbudi Nusantara KBRI
Kamboja yang belajar bahasa Indonesia pada periode Juli – Desember 2019. Bagi penutur
asing, mengemukakan pikiran dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah
perihal mudah. Ketidakmudahan itu hampir terjadi pada setiap aspek ketatabahasaan,
seperti fonem, morfem, dan sintaksis. Membaca merupakan salah satu dari empat aspek
keterampilan berbahasa. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian mengenai kekhasan
artikulasi dari dua pemelajar BIPA tingkat pemula di Pusbudi Nusantara KBRI Kamboja
bernama Phong Panharith dan Chin Sopanha. Kedua pemelajar tersebut merupakan
penutur asli Kamboja. Phong Panharith merupakan mahasiswa di Royal University of Law
and Economics (RULE) Phnom Penh, Kamboja. Sementara itu, Chin Sopanha merupakan
mahasiswa di Institute of Foreign Languages (IFL) Phnom Penh, Kamboja.
B. METODE PENELITIAN
Metode adalah cara yang teratur dan ilmiah untuk memperoleh ilmu atau cara
mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena yang harus
menggunakan landasan teori. Metode menyangkut cara yang operasional dalam penelitian,
sedangkan penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian
data yang dilakukan secara sistematis serta objektif untuk memecahkan suatu persoalan.
Metode penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau
cara penelitian dilaksanakan. Tarigan (2009: 3) mengutip pendapat Anthony tentang
perbedaan antara pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah seperangkat asumsi
korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan
memberikan pokok bahasan yang diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode
merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan secara rapi dan tertib, tidak ada
bagian-bagian yang kontradiktif dan didasarkan pada pendekatan tertentu. Metode bersifat
prosedural. Teknik bersifat implementatif di dalam kelas. Teknik merupakan suatu cara
yang dipakai untuk menyelesaikan dan menyempurnakan suatu tujuan. Teknik harus
konsisten dengan metode dan selaras juga dengan pendekatan.
Metode dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori yang telah
dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar (Percival & Ellington dalam Riyanto,
2006: 6). Batasan yang sama mengenai metode dalam pembelajaran juga disampaikan oleh
Tardif dalam Muhibbin Syah (dalam Riyanto, 2006: 6), “Metode diartikan sebagai cara
yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada
peserta didik.”
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar agar tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Metode pembelajaran dirancang
oleh pengajar sebagai penyampai materi ajar kepada pemelajar. Pemilihan metode
pembelajaran tentu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kebutuhan pemelajar
BIPA.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh kebenaran atau membuktikan
kebenaran terhadap suatu objek permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif yang menganalisis data secara deskriptif. Oleh karena itu,
penulis menggunakan metode kualitatif untuk memaparkan pengklasifikasian data.
1) Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak dan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
pelafalan kosakata. Metode simak dalam penelitian ini menggunakan teknik Simak
Bebas Libat Cakap (SBLC), yaitu penelitian tidak terlibat dalam proses penuturan.
Teknik yang digunakan untuk melaksanakan metode ini adalah teknik catat, yakni
dengan mencatat data-data objek penelitian.
2) Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan.
Menurut Sudaryanto (2015: 15), metode padan adalah metode atau cara yang
digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat
penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang
bersangkutan. Alat penentu metode padan ada lima, yaitu referen bahasa, organ
wicara, bahasa lain, bahasa tulis, dan mitra wicara. Jenis penentu metode padan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah organ wicara.
PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data dilakukan dengan cara merekam aktivitas pemelajar tingkat
pemula di Pusbudi KBRI Kamboja periode Juli-November 2019 bernama Phong
Panharith (Panharith) dan Chin Sopanha (Panha) ketika sedang membaca teks bahasa
Indonesia berdurasi selama kurang lebih lima menit. Teks atau wacana yang dibaca
berjudul “Religi”. Penulis memberikan teks yang sama kepada kedua pemelajar untuk
dibaca sesuai dengan keterampilannya dalam berbahasa Indonesia. Saat Panharith dan
Panha membaca teks atau wacana, penulis merekam aktivitas membaca mereka dengan
menggunakan gawai milik penulis. Setelah pengumpulan data, data ditulis dengan
tulisan fonetis. Tahap akhir, penulis membuat laporan analisis.
HASIL ANALISIS
1) Kekhasan Artikulasi Pembentukan Vokal:
a. Responden: Phong Panharith → Kamboja
Bahasa Indonesia Pelafalan Responden
ialah iØlah
diawali diØwali
biasaña biØsaña
gǝmpa gεmpa
bǝnda bεnda
animismǝ animismi
dinamismǝ dinamismi
mǝŋgǝrak?an mǝŋgarak?an
bǝntuk bantuk
kǝhidupan kǝhidapan
sǝriŋ sǝraŋ
roh ruhs
biasaña biØsaña
jaŋkauan jaŋkØuan
azimat Øismat
india indiǝ
supaya sǝpuya
makhluk makaluk
tǝrbǝnam tǝbanam
objεk objak
hidup hidap
kǝyakinan kiyakinan
animismǝ animismε
dinamismǝ
dinamismε
mǝŋhadapi
mεŋhadapi
mǝŋgǝrak?an
kǝlompok mεŋgǝrak?a-an
diaŋgap kolompok
dεŋangap
dasar dasat
kǝtǝrtiban
kǝØtiban
tǝratur
tǝratuØ
luar
luaØ
tǝrlihat
tǝØlihat
mǝlaŋgar
mǝlaŋgaØ
bǝrcampur
bǝrcampuØ
timur
timuØ
kurban
kǝØban
tǝrbenam
tǝØbanam
mǝŋatur
mǝŋatuØ
adikodrati
adikodrari
pǝmujaan
pǝrmujaan
tǝrtib
tǝrØib
kǝmarau
kǝnarau
mǝnambah
mǝnaØbah
mǝnimbulkan
mǝniØbuØkan
munculña
muØculña
kǝpǝrcayaan
pǝñimpanan kǝpǝrsayaan
yaŋ pǝnimpanan
gunuŋ jaŋ
misalña guñuŋ
diaŋgap misaØña
gǝmpa dεŋaŋap
suŋai jǝmpa
sǝbagai sunjai
bǝrbagai sǝbajai
kǝkuatan bǝrbajai
lain kǝku-atan
mǝŋgǝrak?an la-in
mεŋgǝrak?a-an
Berdasarkan klasifikasi data kekhasan artikulasi pembentukan konsonan,
responden (Chin Sopanha) sebagai berikut.
a) Penghilangan fonem /r/
→ dasat; kǝØtiban; tǝratuØ; luaØ; tǝØlihat; mǝlaŋgaØ; bǝrcampuØ; timuØ;
kǝØban; tǝØbanam; mǝŋatuØ
b) Pemunculan fonem /r/
→ adikodrari; pǝrmujaan
c) Penghilangan fonem /m/
→ kǝnarau; mǝnaØbah; mǝniØbuØkan
d) Penghilangan fonem /n/ → muØculña
e) Penghilangan fonem /L/
→ misaØña; mǝniØbuØkan
f) Penghilangan fonem /c/ → kǝpǝrsayaan
g) Penghilangan fonem /y/ → pǝnimpanan; jaŋ
h) Pemunculan fonem /y/ → guñuŋ
i) Penghilangan fonem /t/
→ adikodrari; tǝrØib; kǝØtiban
j) Penghilangan fonem /g/
→ jǝmpa; sunjai; sǝbajai; bǝrbajai
k) Pemunculan gabungan fonem /ŋ/ → dεŋaŋap
l) Penjedaan di tengah morfem
→ kǝku-atan; la-in; mεŋgǝrak?a-an
3) Metatesis:
Metatesis adalah pergantian letak bunyi atau huruf dalam sebuah kata.
Kekeliruan terkait dengan metatesis terjadi terhadap kedua responden. Responden
(Phong Panharith) keliru dalam pelafalan kata gunung → gungun; lambat laun →
lambut luan, sedangkan responden (Chin Sopanha) keliru dalam pelafalan kata
kelahiran → keliharan; disebut → desibut; upacara → aperaca.
D. PENUTUP
1. Kekhasan Artikulasi Pembentukan Vokal:
a. Responden bernama Phong Panharith cenderung memunculkan fonem /a/
dibandingkan dengan meluluhkan fonem /a/. Selain itu, responden cenderung
melafalkan fonem /ǝ/ menjadi /ε/ serta fonem /o/ menjadi /u/.
b. Responden bernama Chin Sopanha cenderung meluluhkan fonem /a/
dibandingkan dengan memunculkan fonem /a/. Selain itu, responden cenderung
melafalkan fonem /ǝ/ menjadi /ε/ serta fonem /i/ menjadi / ε /.
Dengan demikian, kedua responden cenderung memunculkan dan meluluhkan vokal
/a/ dan meluluhkan vokal /ǝ/.
2. Kekhasan Artikulasi Pembentukan Konsonan:
a. Responden bernama Phong Panharith cenderung meluluhkan fonem /r/, /m/, dan
gabungan fonem /ŋ/ serta memunculkan fonem /n/ untuk menggantikan fonem
/m/.
b. Responden bernama Chin Sopanha cenderung meluluhkan fonem /r/, /g/, /m/ dan
/t/ serta memunculkan gabungan fonem /ŋ/ untuk menggantikan fonem /g/.
Dengan demikian, kedua responden cenderung meluluhkan fonem /r/ dan /m/.
3. Metatesis:
Kekeliruan terkait dengan metatesis terjadi terhadap kedua responden.
Responden (Phong Panharith) keliru dalam pelafalan kata gunung → gungun; lambat
laun → lambut luan, sedangkan responden (Chin Sopanha) keliru dalam pelafalan kata
kelahiran → keliharan; disebut → desibut; upacara → aperaca.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Muhamad, Tatang Suparman, dan Taufik Ampera. 2017. “Upaya Penguatan Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Internasional melalui Strategi Kebudayaan” dalam Prosiding
Konferensi Internasional dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing,
Malang.
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Hamid, Abdul dkk. 2017. Mahir Berbahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (Jilid 4). Bandung:
BIPA Pusat Bahasa FIB Unpad (imprin Penerbit Balatin Pratama).
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika: Edisi Revisi.
Bandung: Refika Aditama.
Riyanto, Milan. 2006. “Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran”. Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. (Tersedia di http://ejournal.upi.edu).
Savignon, S.J. (1983). Communicative Competence: Theory and Classroom ractice. p. 187
diunduh dari http://www.anacleta.com/languagelearningquotes.html pada tanggal 25
Oktobet 2019.
Soedjito dan Djoko Saryono. 2011. Seri Terampil Menulis: Kosakata Bahasa Indonesia.
Malang: Aditya Media Publishing.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: USD.
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
________. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.