Anda di halaman 1dari 13

e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA BIPA


SISWA KELAS IX DI GANDHI MEMORIAL
INTERCONTINENTAL SCHOOL BALI
Yuniarti Rahmalia Hapsari, I Made Sutama, I Wayan Wendra
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: yuniarti.rahmalia@gmail.com, imadesutamaubd@gmail.com,


wayan_wendra@yahoo.com
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan perencanaan


pembelajaran berbicara BIPA siswa kelas IX di Gandhi Memorial Intercontinental
School Bali, (2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran berbicara BIPA
siswa kelas IX di Gandhi Memorial Intercontinental School Bali, dan (3)
mendeskripsikan evaluasi pembelajaran berbicara BIPA siswa kelas IX di Gandhi
Memorial Intercontinental School Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah pengajar BIPA
siswa kelas IX di Gandhi Memorial Intercontinental School Bali dan objek
penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
berbicara BIPA siswa kelas IX di Gandhi Memorial Intercontinental School Bali.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
perencanaan pembelajaran berbicara BIPA yang disusun oleh pengajar yang
berhubungan dengan perangkat pembelajaran hanya berupa silabus,(2)
pelaksanaan pembelajaran BIPA yang dilaksanakan pengajar sudah mengarah
pada kemampuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia siswa
khususnya dalam hal berbicara, (3) evaluasi pembelajaran BIPA yang
dilaksanakan pengajar berupa tes dan non tes.
Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran, berbicara, bahasa Indonesia, BIPA

ABSTRACT

This research aimed at (1) describing BIPA speaking lesson plan in the IX grade
students of Gandhi Memorial Intercontinental School Bali, (2) describing the
implementation of BIPA speaking lesson in the IX grade students of Gandhi
Memorial Intercontinental School Bali, and (3) describing the evaluation of BIPA
speaking lesson in the IX grade students of Gandhi Memorial School
Intercontinental Bali. This research used descriptive qualitative research design.
Subjects of this study were BIPA teachers in class IX of Gandhi Memorial
School Intercontinental Bali and the objects of this research are the planning,
implementation, and evaluation of BIPA speaking lesson in the IX grade
students of Gandhi Memorial School Intercontinental Bali. The methods used to
collect data were observation, documentation, and interview. The results of this
study indicated that (1) the BIPA speaking lesson plan which was compiled by
the teacher was just a syllabus, (2) the implementation of BIPA speaking lesson
which was conducted by the teacher had led to develop the ability of Indonesian
students, especially in terms of speaking, (3) the evaluation of BIPA speaking
lesson which was conducted by the teacher was test and non-test.
key words: the implementation of lesson, speaking, Indonesian, BIPA

1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

PENDAHULUAN sebagian orang yang mampu menguasai


Saat ini perkembangan dunia global semua keterampilan ini. Tarigan (1994: 2)
dan pasar bebas memberi dampak pada menyebutkan bahwa dari empat
meningkatnya jumlah orang asing yang keterampilan berbahasa, berbicara
bekerja dan belajar di Indonesia. Pada 2009 merupakan satu kegiatan berbahasa yang
lalu, bahasa Indonesia secara resmi cukup mendasar dalam aktivitas
ditempatkan sebagai bahasa asing kedua komunikasi.
oleh pemerintah daerah Ho Chi Minh City, Berbicara adalah salah satu
Vietnam. Kemudian, berdasarkan data keterampilan produktif. Dengan demikian,
Kementerian Luar Negeri pada 2012, berbicara tidak hanya sekadar pengucapan
bahasa Indonesia memiliki penutur asli bunyi-bunyi atau kata-kata melainkan suatu
terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak alat untuk mengomunikasikan gagasan-
4.463.950 orang yang tersebar di luar gagasan yang disusun serta dikembangkan
negeri. Bahkan, Ketua DPR RI dalam sesuai dengan kebutuhan sang pendengar
sidang ASEAN Inter-Parliamentary atau penyimak (Tarigan dalam Wendra,
assembly (AIPA) ke-32 pada 2011 2012). Dari keterampilan berbicara inilah
mengusulkan bahasa Indonesia sebagai seseorang dapat dilihat bagaimana
salah satu bahasa kerja (working language) kemampuan berbahasanya. Namun, ketika
dalam sidang-sidang AIPA (Kompas, 2013). berbicara, pembelajar BIPA akan
Fakta-fakta tersebut mendukung usaha mengalami hambatan seperti pengucapan
peningkatan fungsi bahasa Indonesia fonem, morfologi, maupun sintaksis
menjadi bahasa Internasional yang sedang sehingga tuturan yang dihasilkan kurang
digalang Kementerian Pendidikan dan sempurna (Saddhono, 2012). Seperti yang
Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Program disampaikan oleh Hidayat (2001) bahwa
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur kendala yang menyebabkan peserta didik
Asing). Hal tersebut terbukti dengan asing kurang menguasai struktur kalimat
dibukanya kursus-kursus BIPA di Indonesia. bahasa Indonesia, yaitu kandungan makna
Saat ini program BIPA sedang gencar- yang terdapat dalam struktur kalimat
gencarnya dibuka di mana-mana. Kondisi bahasa Indonesia masih kurang mereka
seperti ini seharusnya menjadi peluang baru pahami, pemahaman terhadap konsep
bagi calon pengajar Bahasa Indonesia struktur kalimat bahasa Indonesia masih
ataupun pengajar Bahasa Indonesia. samar-samar, satuan-satuan linguistik yang
Sebenarnya banyak orang yang berminat menjadi unsur pembangun kalimat bahasa
menjadi pengajar BIPA, tetapi mereka Indonesia belum mereka kuasai, kerancuan
merasa tidak memiliki kapasitas mengajar. pemahaman terhadap posisi fungsi,
Karena BIPA ini adalah isu baru, maka kategori, dan peran dalam sebuah kalimat,
sangat sedikit adanya panduan praktis yang penggunaan bahasa Indonesia masih
dapat dijadikan patokan oleh orang-orang dipengaruhi kebiasaan penggunaan
yang berminat mengajar BIPA. Oleh karena berbahasa ibunya, struktur pola kalimat
itu, penelitian tentang pelaksanaan bahasa Indonesia berbeda dengan struktur
pembelajaran BIPA adalah salah satu kalimat bahasa ibu mereka, penguasaan
jawaban atas masalah tersebut. kosakata dan proses pembentukannnya
Dalam belajar bahasa, ada beberapa belum banyak mereka ketahui, dan
aspek keterampilan yang harus dikuasai penguasaan membaca buku-buku
oleh siswa. Keterampilan itu terdiri atas kebahasaan masih kurang.
empat aspek, yaitu (1) menyimak, (2) Seperti yang disampaikan oleh
berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Saddhono (2012) bahwa pemakaian
Setiap orang memerlukan keterampilan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
berbahasa, walaupun kenyataannya hanya bagi mahasiswa penutur bahasa asing pun

2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

tidak lepas dari kesalahan. Makin tinggi Taftiawati (2013) mengemukakan


jumlah kesalahan, makin rendah tingkat BIPA adalah pengajaran bahasa Indonesia
pencapaian tujuan pembelajaran yang diberikan kepada orang-orang asing
bahasanya. Oleh karena itu, harus ada yang ingin mempelajari bahasa Indonesia
upaya menekan sekecil-kecilnya kesalahan sebagai bahasa asing. Pebelajar BIPA
berbahasa yang dilakukan. Kesalahan dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan,
berbahasa bisa terjadi karena adanya yaitu tingkat pemula (novice), menengah
banyak hal, misalnya pengaruh bahasa ibu, (intermediate), dan mahir (advanced). Pada
kekurangpahaman pemakaian bahasa masing-masing tingkat ada kompetensi
terhadap bahasa yang dipakainya dan yang dikembangkan. Di dalam tiga
pengajaran bahasa yang kurang sempurna tingkatan tersebut terdiri atas empat
(Setyawati, 2010:15-16). kompetensi kemampuan berbahasa, yaitu:
Selain itu, kesulitan berbicara bisa (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca,
juga terjadi karena adanya kontak bahasa. dan (4) menulis.
Hal ini disebabkan, semua mahasiswa Kedudukan BIPA bagi pebelajar asing
penutur bahasa asing tersebut termasuk adalah sebagai bahasa kedua sehingga
dwibahasawan. Seperti yang diungkapkan pembelajarannya dilakukan setelah
oleh Kushartanti (2005: 58) bahwa menguasai bahasa pertamanya. Para pakar
terjadinya kontak bahasa disebabkan pembelajaran bahasa kedua pada
adanya kedwibahasaan atau keaneka- umumnya percaya bahwa bahasa pertama
bahasaan. Kesalahan berbahasa tersebut (bahasa ibu) mempunyai pengaruh
bisa terjadi disemua aspek keterampilan terhadap proses penguasaan bahasa kedua
berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, pebelajar (Ellis dalam Taftiawati, 2013).
berbicara, membaca, dan menulis, baik dari Pengaruh itu bisa menjadi pengaruh buruk
segi linguistik, seperti fonologi, morfologi, atau bahkan membantu dalam proses
serta sintaksis, maupun dari segi pembelajaran bahasa kedua. Pembelajaran
nonlinguistik, yaitu makna dan isi. Maka dari bahasa kedua akan menjadi mudah jika
itu, penting halnya dilakukan penelitan pembelajar telah menguasai bahasa
mengenai keterampilan berbicara, pertamanya dengan baik karena
khususnya bagi pembelajar BIPA. kemampuan bahasa pertamanya bisa
Dalam masyarakat multilingual tentu digunakan dalam proses pembelajaran
akan ada pengajaran bahasa kedua. bahasa kedua.
Bahasa kedua itu bisa bahasa nasional, Gandhi Memorial Intercontinental
bahasa resmi kenegaraan, bahasa resmi School (GMIS) merupakan salah satu
kedaerahan, atau juga bahasa asing (bukan sekolah internasional di Bali yang membuka
bahasa penduduk asli). Iskandarwassid dan program BIPA. Gandhi Memorial
Sunendar (2013: 89) menyatakan bahwa Intercontinental School (GMIS)
pengajaran bahasa kedua mungkin tidak menyelenggarakan kelas BIPA yang
terlalu berat kalau kebetulan bahasa kedua dikombinasikan dengan pembelajaran
yang dipelajari itu masih tergolong bahasa sastra, pengenalan budaya Indonesia, dan
serumpun; tetapi akan merupakan masalah belajar mengenai bahasa Indonesia.
besar kalau bahasa kedua itu tidak Seluruh pengajar BIPA merupakan tamatan
serumpun dengan bahasa pertama. Lebih pendidikan bahasa di UNDIKSHA. Sekolah
berat lagi kalau bahasa kedua itu memiliki Gandhi menggunakan sistem pendidikan
struktur fonetis, morfologis, dan sintaksis IGCSE (Intercontinental General Certificate
yang sangat berbeda dengan bahasa of Secondary Education) yang diadakan
pertama. Oleh karena itu masalah yang oleh UCLES (University of Cambridge Local
muncul dalam pengajaran bahasa kedua Examination Syndicate). Sistem IGCSE ini
akan meliputi semua tataran bahasa. diterapkan di lebih dari 100 negara dan

3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

telah diakui oleh institusi akademi di seluruh telah ditetapkan, sangat perlu untuk
Indonesia. Gandhi Memorial Intercontinental menetapkan standar penilaian yang menjadi
School (GMIS) menggunakan dua dasar dan acuan bagi guru dan praktisi
kurikulum, yaitu Cambridge dan IB pendidikan dalam melakukan kegiatan
(Intercontinental Baccalaureate). penilaian. Mengacu pada konsep
Khusus jenjang SMP, GMIS manajemen, proses evaluasi pendidikan
menerapkan kurikulum IB sebagai dasar dapat dibagi menjadi tiga bagian utama,
pendidikan. Kurikulum IB berasal dari yaitu perencanaan, implementasi, dan
Jenewa, Swiss. Kurikulum IB berpusat pada evaluasi. Jadi dalam proses ini guru
concept based learning yang menekankan memulainya dengan merencanakan
proses pembelajaran dengan keterampilan evaluasi, mengimplementasi evaluasi, dan
analitis dan pengembangan karakter mengevaluasi evaluasi. Pengajar perlu
peserta didik. Kurikulum IB tidak merencanakan dan melaksanakan evaluasi
menentukan bahan ajar, maka dari itu guru secara sistematis dengan cara (a)
dan siswa dibebaskan untuk mencari bahan mengidentifikasi kebutuhan, (b) memilih
ajar. strategi yang tepat dari berbagai alternatif,
Pembelajaran Bahasa Indonesia di (c) memonitor perubahan yang muncul, dan
GMIS terbagi menjadi dua pembelajaran, (d) mengukur dampak dari perubahan
yaitu pembelajaran bahasa dan tersebut. Mengevaluasi evaluasi berarti
pembelajaran sastra. Pembelajaran Bahasa bahwa evaluasi itu hendaknya memang
Indonesia terbagi menjadi dua kategori, harus dievaluasi.
yaitu Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Jelas bahwa proses perencanaan
dan Bahasa Indonesia bagi Penutur Lokal. evaluasi merupakan bagian yang paling
Menurut informasi yang didapatkan, Bahasa penting dalam proses evaluasi secara
Indonesia menjadi mata pelajaran wajib keseluruhan. Pengajar harus memiliki
bagi seluruh siswa GMIS, baik itu bagi perencanaan evaluasi yang baik sebelum
siswa lokal maupun siswa asing. Hal ini hal tersebut diimplementasikan. Dengan
disebabkan oleh beberapa siswa asing perencanaan yang baik, diharapkan bahwa
akan menjadi penduduk tetap di Indonesia. implementasi evaluasi akan berjalan lancar
Oleh karena itu, setidaknya seluruh siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
asing bisa berbahasa Indonesia. Maka dari Karena pembelajaran bahasa kedua
itu, peneliti memilih Gandhi Memorial itu harus direncanakan dengan matang,
Intercontinental School Bali sebagai tempat pengajar bahasa kedua harus menyiapkan
penelitian. Sementara itu, penelitian ini lebih metodologi pengajaran dengan baik agar
spesifik dilakukan di kelas IX. Peneliti tujuan pembelajaran bisa tercapai. Jika
memilih kelas IX, karena kelas IX dilihat dari latar belakang pengajar BIPA
merupakan siswa BIPA yang berada di level yang merupakan guru tamatan pendidikan,
standar dan berada pada tahap Middle tentu ia dapat menyusun metodologi
Years Programme (MYP). Kelas IX di GMIS pengajaran secara matang. Jadi, pengajar
hanya ada dua kelas. Namun, ketika BIPA di GMIS ini layak dijadikan subjek
pembelajaran BIPA seluruh kelas IX penelitian.
digabung menjadi satu kelas. Maka dari itu, Penelitian mengenai BIPA sudah
kelas IX ketika pembelajaran BIPA hanya pernah dilakukan. Namun, peneliti belum
ada satu kelas yang terdiri atas 9 orang menemukan penelitian yang meneliti
siswa. tentang pelaksanaan pembelajaran
Untuk menuju kualitas pembelajaran berbicara BIPA. Penelitian sejenis dilakukan
yang baik, diperlukan sistem penilaian yang oleh Rini Agustina, dkk pada tahun 2013
baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran
dengan baik, sesuai dengan tujuan yang Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing di

4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

UPT P2B Universitas Sebelas Maret yang tepat/valid sesuai dengan karakteristik
Surakarta”. variabel dan tujuan penelitian.
Penelitian sejenis kedua yang peneliti Penelitian deskriptif kualitatif
temukan yaitu “Kajian Sosiolinguistik memusatkan perhatian kepada masalah-
Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing masalah aktual adanya saat penelitian
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Rancangan penelitian
untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas deskriptif kualitatif ini digunakan untuk
Sebelas Maret” yang dilakukan oleh menggambarkan tahapan yang dilakukan
Kundharu Saddhono pada tahun 2012. oleh guru dalam perencanaan pembelajaran
Penelitian sejenis ketiga yang peneliti berbicara BIPA siswa kelas IX Gandhi
temukan yaitu “Pembelajaran Bahasa Memorial Intercontinental School Bali,
Indonesia Bagi Penutur Asing (Bipa) di pelaksanaan pembelajaran berbicara BIPA
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali” yang siswa kelas IX Gandhi Memorial
dilakukan oleh Ni Putu Apita Widya Sari Intercontinental School Bali, dan evaluasi
pada tahun 2016. pembelajaran berbicara BIPA siswa kelas
Ketiga penelitian di atas memiliki IX Gandhi Memorial Intercontinental School
persamaan dengan penelitian yang Bali.
dilakukan peneliti. Persamaan tersebut Subjek dalam penelitian ini adalah
adalah sama-sama mengkaji pemakaian guru BIPA yang mengajar kelas IX di
bahasa mahasiswa asing. Walaupun ada Gandhi Memorial Intercontinental School
persamaan antara penelitian di atas dan Bali. Hal ini sesuai dengan pandangan yang
penelitian yang dilakukan peneliti, mengatakan bawa subjek penelitian adalah
tampaknya lebih banyak perbedaannya. benda, hal, atau orang tempat melekat dan
Perbedaannya adalah penelitian di atas yang dipermasalahkan dalam penelitian
hanya membahas pemakaian bahasa (Suandi, 2008: 31). Objek penelitian ini
mahasiswa asing saja dan tidak membahas adalah perencanaan pembelajaran
bagaimana pembelajaran di kelas. berbicara BIPA siswa kelas IX di Gandhi
Perbedaannya juga terlihat dari subjek Memorial Intercontinental School Bali,
penelitian, lokasi penelitian, dan tentunya pelaksanaan pembelajaran berbicara BIPA
rumusan masalah penelitian. Subjek siswa kelas IX di Gandhi Memorial
penelitian adalah pengajar BIPA siswa Intercontinental School Bali, dan evaluasi
kelas IX di Gandhi Memorial Intercontinental pembelajaran berbicara BIPA siswa kelas
School Bali. Penelitian yang peneliti lakukan IX di Gandhi Memorial Intercontinental
berfokus pada perencanaan pembelajaran, School Bali.
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi Untuk mendapatkan data yang akurat,
pembelajaran berbicara. Penelitian maka digunakan metode pengumpulan data
mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian meliputi: (1) metode
berbicara BIPA ini berbeda dan belum observasi, yang digunakan untuk
diteliti. Dengan demikian, penelitian ini memperoleh data mengenai perencanaan,
penting dilakukan untuk inovasi di dalam pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
dunia pendidikan. berbicara BIPA siswa kelas IX di Gandhi
Memorial Intercontinental School Bali, (2)
METODE PENELITIAN metode wawancara, digunakan untuk
Rancangan penelitian yang digunakan memperoleh data mengenai klarifikasi guru
dalam penelitian ini adalah rancangan terhadap pembelajaran berbicara BIPA
deskriptif kualitatif. Wendra (2014: 32) siswa kelas IX di Gandhi Memorial
menyatakan bahwa Rancangan penelitian Intercontinental School Bali, dan (3) metode
merupakan strategi mengatur latar (setting) dokumentasi, yang digunakan secara
penelitian agar peneliti memperoleh data bersamaan dengan metode observasi dan

5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

wawancara, yaitu mendokumentasikan hasil akan dicapai empat tujuan. Masing-


observasi siswa di dalam kelas. masing tujuan terdapat tingkatan yang
Dalam penelitian ini, peneliti harus ditempuh siswa. Tingkatan
menggunakan metode deskriptif kualitatif tersebut dari mudah ke sulit. Kata kerja
sebagai metode analisis data. Teknik yang digunakan dalam tiap fase sesuai
analisis data deskriptif kualitatif dapat dibagi dengan Taksonomi Bloom. Selain itu,
menjadi empat langkah: identifikasi data, dalam silabus juga terdapat sebuah
klasifikasi data, penyajian data, dan tabel konteks pembicaraan. Konteks
penarikan simpulan. Pertama, Reduksi data tersebut menyiratkan kemampuan yang
adalah memilih data yang diperlukan dan mesti dicapai oleh siswa pada setiap
menyisihkan data yang tidak diperlukan. fase. Silabus ini sangat mempermudah
Kegiatan reduksi data dilakukan dengan guru dalam merencanakan
memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan pembelajaran. Dengan hanya melihat
fokus penelitian. Kedua, data yang relevan silabus saja guru sudah tau apa yang
diklasifikasikan berdasarkan rumusan harus didapat ketika pembelajaran.
masalah. Data digolong-golongkan Tapi, alangkah baiknya bila guru
berdasarkan sub-sub masalah tersebut membuat RPP. Hal ini juga telah
kemudian dilakukan pengkodaan. Data dari disampaikan oleh Sanjaya (2008: 25)
hasil wawancara disajikan dalam bentuk bahwa suatu perencanaan bukan
yang baik, dilanjutkan dengan harapan yang ada dalam angan-angan
mengklasifikasikan atau mengelompokkan yang bersifat khayalan dan tersimpan
data-data tersebut berdasarkan kategori- dalam benak seseorang, akan tetapi
kategori tertentu sesuai dengan tujuan harapan dan angan-angan serta
penelitian. Ketiga adalah penyajian data bagaimana langkah-langkah yang harus
dan keempat pengambilan simpulan yakni dilaksanakan untuk mencapainya
peneliti merumuskan simpulan berdasarkan dideskripsikan secara jelas dalam suatu
data yang diperoleh dan menyajikan secara dokumen tertulis, sehingga dokumen itu
deskriptif kualitatif yakni menyajikan temuan dapat dijadikan pedoman oleh setiap
di lapangan dengan kata-kata. orang yang memerlukan.
Peneliti menemukan hal yang sama
seperti penelitian yang dilakukan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Rini Agustina, dkk mengenai guru yang
1. Perencanaan Pembelajaran Berbicara tidak membuat RPP. Menurut hasil
BIPA penelitian yang ditulis oleh Agustina,
Berdasarkan pencatatan dokumen dkk (2013) pelaksanaan pembelajaran
yang penulis lakukan di GMIS Bali BIPA pada umumnya berjalan dengan
ditemukan bahwa guru tidak membuat baik walaupun para pengajar tidak
RPP. Guru hanya berpatokan pada mempersiapkan RPP sebelum
silabus yang telah diberikan oleh pembelajaran dimulai. Sebenarnya
sekolah. Kurikulum yang digunakan dalam RPP terdapat banyak hal yang
adalah International Baccalaureate (IB). dapat menjadi acuan dalam
Berdasarkan hasil wawancara yang pelaksanaan pembelajaran, seperti
peneliti lakukan dengan guru, alasan tujuan, materi, media, sumber bahan,
guru tidak membuat Rencana dan lain sebagainya. Dengan adanya
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP maka pembelajaran dapat terarah
dikarenakan sekolah tidak mewajibkan dan mencapai tujuan yang telah
guru membuat RPP. ditetapkan.
Dalam silabus tersebut, Berdasarkan data dilapangan
pembelajaran berbicara dilaksanakan mengenai perangkat pembelajaran yang
melalui enam fase. Dalam setiap fase

6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

digunakan pengajar berbicara BIPA, kesan tersebut, hendaknya guru


dapat dikatakan bahwa pengajar sudah memperhatikan dan melengkapi
merencanakan kegiatan pembelajaran, komponen dalam RPP yang masih
namun perencanaan pembelajaran yang kurang lengkap. Oleh karena itu,
dibuat belum sepenuhnya tepat hanya komponen yang dicantumkan pada RPP
terdapat indikator dan tujuan masih perlu diperbaiki dan
pembelajaran saja. Perencanaan disempurnakan.
pembelajaran yang telah dibuat 2. Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara
dikatakan belum sepenuhnya tepat BIPA
dikarenakan dalam perencanaan tidak Berdasarkan hasil temuan di
terdapat komponen-komponen yang lapangan, dapat diketahui bahwa
ada pada RPP. Komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran berbicara
tersebut meliputi: identitas sekolah, BIPA yang dilaksanakan oleh guru
alokasi waktu, indikator pembelajaran, sudah baik. Pola kegiatan pembelajaran
tujuan pembelajaran, materi berbicara BIPA ini berjalan dua arah,
pembelajaran, metode, langkah-langkah jadi kegiatan pembelajaran tidak hanya
pembelajaran, sumber belajar, dan didominasi oleh pengajar tetapi peserta
penilaian. Hal ini seharusnya sejalan didik juga berperan aktif pada saat
dengan apa yang diungkapkan oleh proses pembelajaran. Kegiatan
Masnur, (2008: 53) yang menyatakan pembelajaran ini sudah mencakup
bahwa rencana pelaksanaan beberapa komponen pembelajaran,
pembelajaran meliputi beberapa yaitu materi pembelajaran, metode
komponen, yaitu identitas, alokasi pembelajaran, media pembelajaran, dan
waktu, indikator, tujuan, materi ajar, strategi pembelajaran.
metode pembelajaran, langkah-langkah, Dilihat dari sisi materi pembelajaran,
sumber belajar serta evaluasi materi pembelajaran yang diterapkan
pembelajaran. pengajar sudah sesuai dengan indikator
Oleh karena itu, perencanaan yang hendak dicapai. Guru membuat
pembelajaran itu sangatlah penting materi sendiri karena kurikulum IB tidak
karena suatu pembelajaran merupakan memberikan buku ajar. Guru dan siswa
kegiatan yang sangat kompleks, dibebaskan untuk mencari materi
sehingga harus ada perencanaan sendiri. Topik yang dibahas pun sudah
pembelajaran yang matang. Hal ini runtut dan menggunakan sistematika
sesuai dengan pendapat (Indriani dalam tatabahasa. Hal ini sesuai dengan apa
Sari, 2016) bahwa suatu perencanaan yang dikemukakan oleh Maryanto
pembelajaran sangatlah dibutuhkan (2001: 1) bahwa keruntutan topik dan
karena pembelajaran adalah proses sistematika tatabahasa sekaligus dalam
yang bertujuan, kerjasama, kompleks, suatu bahan ajar amat diperlukan untuk
dan akan efektif manakala mempermudah dan mempercepat
memanfaatkan berbagai sarana dan penguasaan Bahasa Indonesia bagi
prasaran yang tersedia termasuk peserta didik BIPA. Hal ini mengingat
memanfaatkan berbagai sumber belajar. keterbatasan waktu belajar mereka.
Sependapat dengan yang disampaikan Dari sisi metode pembelajaran, guru
Sari (2016) bahwa RPP yang menggunakan metode yang bervariasi.
sebenarnya bertujuan mempermudah Berdasarkan hasil observasi di kelas,
dan memperlancar pembelajaran, tetapi peneliti dapat melaporkan bahwa ketika
RPP terkesan hanya sebagai pembelajaran berbicara BIPA guru
kepentingan administrasi sekolah menggunakan beberapa metode.
(formalitas). Untuk menghilangkan Beberapa metode yang digunakan, yaitu

7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

metode ceramah, metode tanya jawab, pembelajaran, dan mengurangi rasa


metode diskusi, metode penugasan, jenuh atau menghindarkan kebosanan
dan metode demonstrasi. Guru pada siswa.
memaparkan bahwa alasannya memilih Dari segi strategi pembelajaran,
metode ceramah karena jika siswa strategi pembelajaran yang guru
memang betul-betul tidak mengerti gunakan bervariasi. Guru menggunakan
dengan materi pembelajaran, tentunya strategi drilling, chants, dan milling
guru membantu siswa dalam activities berdasarkan improvisasi
menjelaskan materi. Sementara itu, pengajar itu sendiri dan menggunakan
metode diskusi dan tanya jawab metode audiolingual dan metode
digunakan guru karena ingin melatih komunikatif. Maka dari itu, strategi yang
siswa dalam menemukan dan guru gunakan dapat dikatakan sudah
memecahkan permasalahan dengan baik. Karena menurut Thornbury (2005)
bekerjasama dan saling bertukar aktivitas yang baik untuk belajar
pikiran. Hal ini sesuai dengan yang berbicara adalah menggunakan strategi
dinyatakan oleh Ismawati (2010). bahwa drilling, chants, dan milling activities.
secara umum diskusi adalah proses Selain menggunakan strategi drilling,
interaksi antara dua individu atau lebih chants, dan milling activities, guru juga
yang berinteraksi secara verbal dan melakukan tahapan pada indikator
saling berhadapan muka, mengenai secara urut. Maka dari itu, guru juga
tujuan atau sasaran yang sudah tentu melaksanakan pembelajaran sudah
mulai dari tukar-menukar informasi mengikuti progression of continuum
(information sharing), pengelolaan yang ada pada silabus.
sendiri (self maintenance) atau Secara keseluruhan, siswa tampak
pemecahan masalah (problem Solfing). nyaman di dalam kelas. Ketika
Sementara itu, metode penugasan guru pembelajaran berlangsung siswa terlihat
gunakan untuk mengukur tingkat tidak percaya diri ketika berbicara dalam
pemahaman siswa terhadap materi. bahasa Indonesia. Sehingga hal ini
Dilihat dari segi media menyebabkan siswa masih
pembelajaran, guru telah memanfaatkan menggunakan bahasa asing ketika
beberapa media pembelajaran yang berbicara. Guru juga terkadang
efektif untuk mendukung pembelajaran menggunakan bahasa asing ketika
berbicara BIPA. Media yang digunakan mengajar. Ketika mengajar guru
guru untuk mendukung kegiatan terkadang berbicara dengan tempo
pembelajaran antara lain media gambar, yang terlalu cepat. Penjelasan atau cara
internet, maupun power point. bicara guru yang terlalu cepat ini akan
Penggunaan media dapat memberikan mengakibatkan siswa kesulitan dalam
pengaruh positif bagi siswa untuk menerima atau memahami penjelasan
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini atau materi yang disampaikan oleh
sesuai dengan apa yang dikemukakan pengajar.
oleh Agustina, dkk (2013) bahwa Berdasarkan hasil wawancara
pengaruh postif tersebut antara lain dengan guru, guru terkadang
media dapat digunakan sebagai alat menggunakan bahasa asing
bantu yang digunakan pengajar untuk dikarenakan siswa terkadang tidak
memotivasi belajar peserta didik, mengerti maksud yang diucapkan oleh
memperjelas informasi atau pesan guru. Maka dari itu, sesekali guru masih
pelajaran, memberikan tekanan pada menggunakan bahasa asing ketika
bagian-bagian yang penting, menjelaskan materi agar siswa
memberikan variasi pada proses memahami penjelasan yang dipaparkan

8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

oleh guru. Guru juga tidak terlalu Dalam pelaksanaan pembelajaran


memaksakan siswa untuk berbicara pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
menggunakan bahasa Indonesia karena guru menggunakan metode langsung
secara keseluruhan siswa belum terlalu dan tata bahasa terjemahan. Metode ini
bisa berbicara dengan menggunakan dipilih guru karena melihat kebutuhan
bahasa Indonesia. Cara yang digunakan siswa-siswa pada kelas ini dalam
guru agar siswa mau berbicara dengan belajar bahasa Indonesia. Menurut guru
menggunakan bahasa Indonesia, guru metode langsung dipilih dengan alasan
harus merangsang siswa agar mau proses belajar bahasa Indonesia bagi
berbicara dengan menggunakan bahasa siswa sama dengan belajar bahasa ibu
Indonesia dengan tidak terlalu khawatir atau bahasa pertama yaitu dengan
ketika siswa melakukan kesalahan penggunaan bahasa secara langsung
dalam menggunakan bahasa Indonesia. dalam berkomunikasi. Dengan
Guru mengatakan bahwa banyak siswa menggunakan metode langsung
yang pintar berbahasa Indonesia, tetapi pemberian materi akan lebih mudah
siswa tersebut terlihat tidak percaya diri dipelajari jika digunakan dalam kalimat-
dan malas untuk berbicara dalam kalimat secara langsung baik berbicara
bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan maupun menulis. Seperti yang
oleh lingkungan siswa yang sebagian disampaikan (Fachrurrozi dan Erta
besar berbahasa asing dan kurangnya dalam Sari, 2016) yang menyatakan
motivasi siswa. Maka dari itu, (Gallowy kosakata lebih mudah dipelajari jika
dan Labarca dalam Ghazali, 2010) digunakan dalam kalimat-kalimat
mengatakan bahwa agar guru dapat daripada hanya hafalan saja. Hal itu
membimbing siswa untuk dilakukan guru dengan memberikan
mengembangkan strategi-strategi yang contoh-contoh kalimat kepada siswa
lebih efektif untuk belajar bahasa, guru berulang kali dalam beberapa konteks
mungkin akan perlu melakukan yang berbeda dan dengan
perubahan-perubahan tertentu terhadap menghadirkan situasi-situasi yang bisa
rencana pengajarannya. Siswa memancing para siswa untuk
memerlukan lebih banyak waktu untuk menggunakan kata-kata tersebut dalam
memantau diri sendiri, berlatih dalam membuat kalimat.
menggunakan berbagai macam strategi, Selain itu, guru juga mengatakan
dan melakukan tugas-tugas pemecahan dalam mengajar bahasa, kita tidak bisa
masalah. Guru perlu memusatkan memposisikan diri hanya sebagai guru
perhatiannya pada tingkat kompleksitas yang mengajari siswa, tapi kita juga bisa
dari tugas pembelajaran dan bukan mengambil sebuah peran sebagai
hanya memperhatikan teknik-teknik seorang mitra bagi para siswa dalam
pengajaran dalam kelas saja. kegiatan komunikasi. Hal ini senada
Pada pelaksanaan pembelajaran dengan yang disampaikan (Fachrurrozi
pertemuan kedua dan ketiga guru dan Erta dalam Sari, 2016) mengatakan
terlambat memasuki kelas selama 10 interaksi antara guru dengan siswa
menit. Keterlambatan guru ini bukan hanya interaksi dalam
menyebabkan guru tergesa-gesa ketika menjelaskan materi pelajaran, tapi juga
mengajar.Karena waktu pertemuan mengajak siswa berbicara aktivitasnya
pembelajaran hanya 30 menit, untuk menjalin keakraban dalam
sebaiknya guru harus bisa pembelajaran. Kemudian, guru
memanfaatkan waktu dengan baik agar menggunakan metode ini juga
tujuan pembelajaran bisa tercapai berkeyakinan bahwa siswa perlu
dengan baik. menghubungkan makna dan bahasa

9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

sasaran secara langsung. Untuk menulis maupun berbicara dalam


melakukan hal tersebut, guru bahasa Indonesia.
memperkenalkan suatu kata atau 3. Evaluasi Pembelajaran Berbicara
kalimat, guru mendemontrasikan BIPA
maknanya melalui pemakaian realita Evaluasi pencapaian belajar peserta
dalam berkomunikasi sehari-hari. didik merupakan salah satu kegiatan
Selain itu, dalam observasi kelas yang wajib dilakukan oleh guru. Dari sisi
yang penulis lakukan dalam penilaian, dalam proses pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran berbicara tentu adanya suatu penilaian. Penilaian
BIPA, guru juga menggunakan metode dalam konteks pendidikan dimaksudkan
tata bahasa terjemahan. Metode tata sebagai suatu kegiatan untuk
bahasa terjemahan guru gunakan pada mengetahui perkembangan dan
pembelajaran ketika menjelaskan materi kemajuan hasil belajar siswa selama
pada pertemuan pertama, kedua, dan kegiatan pembelajaran.
ketiga. Hal ini dilakukan guru karena Evaluasi yang dilakukan oleh guru
siswa terkadang tidak mengerti maksud adalah adalah penilaian tes lisan. Tes
tuturan guru. ini dilakukan guru sesuai dengan
Oleh karena itu, guru dalam kebutuhan siswa belajar bahasa
menjelaskan materi maupun bertanya Indonesia yaitu agar siswa mampu
kepada siswa masih menyelipkan berbicara bahasa Indonesia dan bisa
bahasa Inggris siswa sehingga siswa menggunakan kosakata-kosakata
lebih mudah memahami penjelasan bahasa Indonesia yang sudah dipelajari
guru dan dapat memberi hasil yang ketika berkomunikasi sehari-hari. Tes
jelas. lisan dilakukan dalam bentuk
Di samping itu, dengan bahasa percakapan (tanya jawab) mengenai
Inggris, guru dapat menciptakan kota kelahiran dan lingkungan tempat
perasaan aman sehingga dengan tinggal siswa serta dalam bentuk lisan
kondisi tersebut siswa bisa yang ditulis kembali mengenai
mengungkapkan sesuatu dengan perbedaan swalayan dengan pasar
menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini tradisional. Guru langsung mengoreksi
sesuai dengan asumsi yang dinyatakan jawaban siswa baik ketika siswa
oleh (Fachrurrozi dan Erta dalam Sari, berbicara maupun menulis jawaban
2016) bahwa pengajaran bahasa asing mereka. Dalam hal ini guru tidak hanya
membutuhkan perasaan aman dan menilai kemampuan berbicara siswa
kondisi tersebut akan terpenuhi saja, tetapi guru sekaligus menilai
manakala para siswa mengetahui kemampuan menulis siswa.
bagaiamana cara mengungkapkan Evaluasi yang diberikan sudah
sesuatu dalam bahasa sasaran. Metode sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal
ini diterapkan oleh guru karena melihat yang sesuai dengan tujuan
situasi kondisi belajar siswa pada saat pembelajaran terkait evaluasi, yaitu alat
itu, yaitu siswa perlu mempelajari aturan ukur yang digunakan sudah jelas karena
tata bahasa dan kosakata dalam semua siswa sudah mampu
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mempraktikan materi yang diberikan
harapan guru dengan menggunakan oleh guru dan semua siswa sudah
metode ini tujuan pokok mengajarkan mampu menjawab pertanyaan yang
bahasa Indonesia adalah untuk diberikan oleh guru. Hal itu terlihat dari
mengembangkan kemampuan antusias siswa dalam menjawab
penggunaan kalimat siswa, baik dalam pertanyaan guru dan banyaknya pujian
yang diberikan guru.

10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

Berdasarkan hasil wawancara silabus. Untuk RPP guru tidak membuat


dengan guru, penilaian pembelajaran secara tertulis. RPP pengembangannya
berbicara BIPA selain dilaksanakan atau pelaksanaannya langsung
setelah proses pembelajaran juga dikembangkan di kelas, karena guru tidak
dilaksanakan sebelum atau saat diwajibkan untuk membuat RPP. Kedua,
pelajaran berlangsung. Penilaian proses Pelaksanaan pembelajaran berbicara BIPA
dilakukan melalui pengamatan terhadap yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa dengan indikator dan fase yang ada pada
selama proses pembelajaran dan silabus. Pembelajaran yang dilaksanakan
penilaian hasil dilakukan pada saat guru sudah mengarah untuk
pengajar memberikan latihan atau tes mengembangkan kemampuan bahasa
pada siswa. Sehingga penilaian ini Indonesia siswa khususnya dalam hal
dilakukan dengan tes maupun non tes. berbicara. Pada kegiatan awal
Pada penilaian tes, guru melakukan pembelajaran, guru memulai dengan
penilaian ketika proses pembelajaran mengucapkan salam dan menanyakan
(diagnostik). Penilaian ini berupa tes kabar siswa, kemudian guru menyiapkan
lisan dan tes tulis. Penilaian tes, perlengkapan belajar dan dilanjutkan
dilakukan secara individu. Hal ini wajib dengan guru memberikan apersepsi. Pada
dilakukan untuk mengukur kemampuan kegiatan ini pembelajaran secara
hasil belajar siswa pada tiap individu keseluruhan, guru menggunakan beberapa
siswa. Sedangkan, pada penilaian non komponen pembelajaran, yaitu 1) materi
tes guru melakukan penilaian dengan pelajaran yang disampaikan sudah sesuai
memperhatikan sikap dan keterampilan dengan tujuan yang ingin dicapai dan topik
siswa ketika pembelajaran. Penilaian yang dibahas sedah runtut dan
keterampilan yang dilakukan oleh guru menggunakan sistematika tatabahasa; 2)
berupa nilai unjuk kerja dan nilai proyek, metode pembelajaran yang digunakan
dan penilaian sikap siswa berupa sudah variatif, guru telah
pengamatan sikap ketika proses mengkombinasikan beberapa macam
pembelajaran. Namun, rambu-rambu metode yaitu metode ceramah, metode
penilaian non tes yang dilakukan guru tanya jawab, metode diskusi, metode
tidak jelas. Mengapa demikian? Karena penugasan, dan metode demonstrasi; 3)
rambu-rambu penilaian non tes tidak media pembelajaran yang digunakan sudah
tercantum dalam silabus maupun RPP efektif , guru menggunakan beberapa media
dan tidak ada panduan pokok yang yaitu gambar, internet, dan power point; 4)
digunakan guru. Sehingga, dapat strategi pembelajaran yang digunakan oleh
dikatakan penilaian non tes yang guru sudah sesuai dengan materi yang
dilakukan oleh guru hanya bersifat disampaikan, guru menggunakan strategi
holistik saja tanpa melakukan yang bervariasi serta disesuaikan dengan
pengamatan secara individual. materi dan keadaan siswa di kelas; 5) guru
menggunakan metode langsung dan
PENUTUP metode tata bahasa terjemahan ketika
Simpulan pembelajaran berlangsung pada tiap
Ada tiga simpulan yang dapat peneliti pertemuan; 6) penilaian pembelajaran yang
ambil berdasarkan hasil dan pembahasan dilaksanakan guru sudah meliputi penilaian
penelitian. Simpulan tersebut adalah proses dan penilaian hasil. Pada kegiatan
sebagai berikut. Pertama, perencanaan penutup, guru menanyakan kepada seluruh
pembelajaran berbicara BIPA yang disusun siswa apakah siswa memiliki pertanyaan
oleh pengajar yang berhubungan dengan atau tidak, kemudian guru mengakhiri
perangkat pembelajaran hanya berupa pelajaran dengan mengucapkan salam.

11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

Ketiga, Evaluasi yang dilakukan oleh hanya terbatas pada kajian perencanaan,
guru sudah sistematis dan terstruktur sesuai pelaksanaan, dan evaluasi dalam
dengan kebutuhan siswa belajar bahasa pelaksaan pembelajaran berbicara BIPA.
Indonesia khususnya belajar berbicara. Oleh sebab itu, disarankan bagi peneliti lain
Penilaian yang diberikan guru dalam untuk melakukan kajian yang lebih
pembelajaran berupa tes dan non tes. mendalam mengenai perencanaan guru
Berdasarkan paparan mengenai hasil dalam melaksanakan pembelajaran
penelitian dan simpulan, adapun saran- berbicara BIPA.
saran yang dapat disampaikan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut. DAFTAR PUSTAKA
Pertama, berdasarkan hasil mengenai Agustina, Rini. 2013. “Implementasi
perencanaan pembelajaran berbicara BIPA Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi
Siswa Kelas IX di Gandhi Memorial Penutur Asing di UPT P2B Universitas
Intercontinental School Bali, guru Sebelas Maret Surakarta”. e-journal.
diharapkan membuat RPP yang bisa Surakarta: FKIP UNS.
dijadikan acuan dalam proses pembelajaran Buletin Pengajaran BIPA. 1999. Jurnal
sehingga pembelajaran menjadi lebih [online]. Tersedia: http: www. ialf. edu/
terarah, walaupun dalam silabus sudah bipa/ july1999/ july99index. html
diberikan arahan yang lengkap. Kedua, Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran
berdasarkan pelaksanaan pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
BIPA yang terdapat dalam simpulan Pendekatan Komunikatif-Interaktif.
tersebut, guru disarankan lebih Bandung: PT. Refika Aditama.
meningkatakan keterampilannya dalam Hidayat, Kosadi. 2001. “Kendala-Kendala
mengajarkan bahasa Indonesia bagi Penguasaan Struktur Kalimat Bahasa
penutur asing. Dengan kata lain, guru Indonesia bagi Mahasiswa Didik Asing
diharapkan terus berusaha menciptakan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan
berbagai metode, media, dan strategi Sastra Indonesia di FPBS UPI
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi Bandung”. e-journal. Tersedia: http://
siswa dan mencapai keberhasilan dalam www. ialf. edu/ kipbipa/ papers/
proses pembelajaran. Disamping itu, alokasi kosadihidayat. htm
waktu pelaksanaan pembelajaran juga Iskandarwasid dan Sunendar. 2013.
harus diperhatikan guru. Guru sebaiknya Strategi Pembelajaran Bahasa.
memberikan alokasi waktu lebih banyak Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa
siswa benar-benar paham dengan materi Langkah Awal Memahami Linguistik.
yang diajarkan. Ketiga, beradasarkan hasil Jakarta: PT. Sun Printing.
evaluasi pembelajaran berbicara BIPA, guru Kompas. 2013. BIPA, Tingkatkan Fungsi
disarankan lebih kreatif dalam Bahasa Indonsia Menjadi Bahasa
melaksanakan evaluasi pembelajaran Internasional. [online]. Tersedia:
berbicara BIPA yang terdapat dalam http://edukasi.kompas.com/read/2013/1
pelaksanaan pembelajaran, yaitu pada 0/23/1253102/BIPA.Tingkatkan.Fungsi.
kegiatan penutup. Bahasa.Indonesia.Menjadi.Bahasa.Inter
Kepada pihak lembaga Gandhi nasional
Memorial Intercontinental School Bali, Maryanto. 2001. “Tes UKBI dan Pengajaran
diharapkan bisa menyediakan buku BIPA”. e-journal. Tersedia: www. ialf.
pelajaran yang dijadikan pegangan siswa. edu/ kipbipa/ papers/ Maryanto. doc
Peneliti lain disarankan untuk melakukan Masnur, Muslich. 2008. Pembelajaran
penelitian yang sejenis terkait dengan Bahasa Kompetensi dan Kontekstual.
pembelajaran berbicara BIPA. Penelitian ini Jakarta: Bumi Aksara.

12
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Undiksha, Volume : Vol: 6 No: 1 Tahun:2017

Saddhono, Kundharu. 2012. “Kajian


Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa
Mahasiswa Asing dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) di Universitas Sebelas Maret”. e-
journal. Surakarta: FKIP UNS.
Sari, Apita Widya. 2016. “Pembelajaran
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA) di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud,
Bali”. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Setyawati, Nanik. 2010. Teori dan Praktik
Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suandi, I Nengah. 2008. Buku Ajar
Penelitian Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Taftiawati, Meida. 2013. “Strategi
Komunikasi Pembelajar BIPA UPI Asal
Korea Selatan dalam Pembelajaran
BIPA Tingkat Dasar”. e-journal.
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Bandung.
Thornbury, Scott. 2005. How to Teach
Speaking. New York: Pearson
Education Limited.
Wendra, I Wayan. 2012. Buku Ajar
Keterampilan Berbicara. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
-------, I Wayan. 2014. Buku Ajar Penulisan
Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha.

13

Anda mungkin juga menyukai