Anda di halaman 1dari 12

Riksa Bahasa

Volume 2, Nomor 2, November 2016

MEDIA KOMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN


KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
BAGI PENUTUR ASING (BIPA)
Randi Ramliyana
Universitas Indraprasta PGRI
Post-el: randi.ramliyana@gmail.com

ABSTRAK
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penggunaan media komik untuk
meningkatkan penguasaan kosakata peserta dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA) di Pusat Bahasa Universitas Trisakti Jakarta. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi dalam
pembelajaran BIPA ialah minimnya penguasaan kosakata peserta, khususnya peserta yang pertama
kali belajar bahasa Indonesia. Upaya meningkatkan penguasaan kosakata peserta adalah dengan
memberikan suatu hal yang luar biasa dan baru di dalam pembelajaran BIPA, terutama di antara
peserta usia remaja dan dewasa awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komik dapat digunakan
secara efisien untuk meningkatkan penguasaan kosakata peserta BIPA. Oleh karena itu, penggunaan
komik ke dalam pembelajaran memiliki dampak yang sama dengan penggunan metode permainan di
dalam pembelajaran BIPA. Hal tersebut memberikan atmosfer yang menyenangkan di dalam kelas.
Komik tidak hanya menghibur dan menarik peserta, tetapi banyak manfaat dalam pembelajaran
BIPA.
Kata Kunci: kosakata; komik; media; BIPA

ABSTRACT
Comics as a Medium to Increase Mastery Learning Vocabulary in Indonesian for Foreign Speakers
(BIPA). This study used a qualitative method with case study approach. The purpose of this study
describes the use of comics media to increase vocabulary of participants in learning Indonesian for
Foreign Speakers (BIPA) at Trisakti University Language Center. One of the biggest problems faced
in learning vocabulary BIPA is a lack of participants, especially first participants learn Indonesian.
To improve the vocabulary of participants is to give something extraordinary and new in BIPA
learning, especially among participants adolescence and early adulthood. The results showed that
comics can be used efficiently to improve the mastery of vocabulary BIPA participants. Therefore, the
use of comics into learning will have the same impact with the use of the method of learning the game
in BIPA. It provides a pleasant atmosphere in the classroom. Comics are not just entertaining and
engaging participants, but many benefits in learning BIPA.
Keywords: vocabulary; comic; media; indonesian for foreign speakers.

PENDAHULUAN BIPA, peserta didik dituntut untuk


Bahasa Indonesia bagi Penutur menguasai semua keterampilan berbahasa.
Asing (BIPA) adalah sebuah program Pembelajaran BIPA tidak seperti
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur
bahasa kedua bagi penutur asing. Pada asli sebagai bahasa pertama. Peserta didik
pembelajaran BIPA, terdapat empat dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, dalam waktu yang ditentukan. Oleh karena
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat itu, pengajar bertugas menyediakan aktivitas
keterampilan tersebut saling terkait satu dan menciptakan suasana menyenangkan
dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran selama proses pembelajaran BIPA.

207
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

Banyak cara yang dapat dilakukan sekumpulan orang dari lingkungan tertentu,
pengajar BIPA dalam menciptakan suasana (3) kata-kata yang dipakai dalam satu
yang menyenangkan dalam pembelajaran bidang ilmu pengetahuan, dan (4) daftar
BIPA. Salah satunya adalah dengan seluruh kaidah frase dari suatu bahasa yang
menggunakan media pembelajaran yang disusun secara alfabetis dari batasan dan
disukai peserta didik, terutama anak-anak, keterangan.”
yaitu komik. Anak-anak menyukai komik Kosakata dapat bertambah seiring
karena sangat menyenangkan. Selain anak- dengan perkembangan ilmu pengetahuan
anak, orang dewasa pun menyukainya dan usia. Bahasa berkembang seiring
karena komik juga memberikan beragam dengan perkembangan bangsa sebagai hasil
informasi di dalamnya. Oleh karena itu, buah pikiran dan perbuatan. Kosakata
komik dapat menjadi media pembelajaran bahasa Indonesia merupakan satuan
yang efektif. kebudayaan bangsa Indonesia yang
Komik sebagai media pembelajaran, keberadaaannya harus dilestarikan dan
sudah lama diterapkan yang dapat memberi dikembangkan. Kosakata dasar itu berupa
dampak positif selama proses pembelajaran. nama-nama benda, nama-nama perbuatan,
Selain menyenangkan, media komik juga atau tindakan yang bersifat umum yang ada
digunakan sebagai langkah awal untuk di lingkungan atau kehidupan masyarakat
membangkitkan minat membaca peserta, bahasa.
terutama yang tidak suka membaca. Selain Soedjito dalam Annisa (2008)
karena komik menghibur, menyenangkan, menjelaskan bahwa “Kosakata merupakan
dan edukatif, komik juga merupakan perbendaharaan kata, dapat diartikan
jembatan untuk membaca buku yang lebih sebagai (1) semua kata yang terdapat dalam
serius. suatu bahasa, (2) kekayaan kata yang
Jadi, jika media komik dapat dimiliki oleh seseorang pembicara atau
berpengaruh penting dalam peningkatan minat penulis, (3) kata yang dipakai dalam suatu
membaca peserta, secara otomatis bidang ilmu pengetahuan, dan (4) daftar
kemampuan peserta dalam menulis pun akan kata yang disusun seperti kamus disertai
meningkat. Oleh sebab itu, penelitian ini penjelasan secara singkat dan praktis.”
bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan Dapat diungkapkan bahwa kosakata
media komik sebagai media peningkatan merupakan komponen bahasa yang memuat
penguasaan kosakata pada pembelajaran daftar kata-kata beserta batasannya yang
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) penggunaannya disesuaikan dengan makna
di Pusat Bahasa Universitas Trisakti Jakarta. dan fungsinya. Kosakata berarti semua kata
Peneliti berharap penelitian ini berguna bagi yang terdapat dalam suatu bahasa yang
dunia pendidikan bahasa, terutama BIPA. dimiliki seorang pembicara atau penulis,
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dipakai dalam suatu ilmu pengetahuan,
memberi solusi baru dengan menggunakan daftar kata disusun seperti kamus disertai
komik sebagai media pembelajaran yang penjelasan singkat dan praktis. Kosakata
menyenangkan dan tepat bagi semua peserta. juga berarti jumlah kata yang dimiliki
Banyak pendapat yang memberikan seseorang dari kegiatan berbahasa yaitu
batasan mengenai pengertian kosakata, membaca, menulis, berbicara, dan
tetapi pada dasarnya semua saling menyimak untuk menambah pengetahuan
melengkapi. Adiwimarta dalam Usman dkk. dan wawasan.
(1979) mendefinisikan “Kosakata, yaitu (1) Dalam bidang psikolinguistik,
semua kata yang dipakai dalam suatu aktivitas pemerolehan kecakapan kosakata
bahasa, (2) kata-kata yang dipakai oleh diartikan sebagai akuisisi bahasa atau
seseorang atau kata-kata yang digunakan pemerolehan bahasa. Dalam hal ini ada

208
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 2, November 2016

beberapa pendapat yang menjelaskan Ekawati (2002) mengungkapkan bahwa,


mengenai pemerolehan dan penguasan “Ada tiga proses penguasaan kalimat oleh
bahasa, khususnya kosakata. Masing-masing anak-anak, yaitu (1) peniruan dan
individu memiliki perbedaan dalam penyusutan, (2) peniruan dan perluasan, dan
memperoleh maupun menguasai kosakata. (3) pengaruh struktur laten. Ia juga
Watts dalam Purwo (1990) melaporkan bahwa perkembangan lingual
memperkirakan, “Jumlah kosakata yang anak-anak mengikuti perkembangan
dikuasai oleh seorang penutur bahasa yaitu usianya.” Dilaporkan oleh peneliti ini
(1) umur 5 tahun menguasai 2000 kata, (2) bahwa anak-anak pada usia 4–5 tahun telah
umur 7 tahun menguasai 7000 kata, (3) dapat berbahasa dengan kalimat-kalimat
umur 14 tahun menguasai 14.000 kata, (4) kompleks dan pada umur 6 tahun telah dapat
umur 17 tahun menguasai 150.000 kata, dan berbicara dengan gramatika dan
(5) umur 19 tahun menguasai 600.000 kata.” pembentukan kata yang benar.
Perkembangan kosakata pada anak Nurdin dan Roekhan dalam Chaer
lebih jauh dijelaskan oleh Benedict dalam (2003) yang menegaskan bahwa,
Purwo bahwa, “Anak sudah menguasai “Pemerolehan bahasa tidak hanya untuk
secara reseptif 50 kata pada usia sekitar 13 bahasa pertama, tetapi juga untuk bahasa
bulan, tetapi baru pada usia sekitar 19 bulan kedua.”. Ia menambahkan lebih lanjut
anak dapat secara produktif mengeluarkan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi
50 kata.” Lebih lanjut Smith dalam Purwo bahasa adalah proses yang berlangsung di
(1990) menjelaskan bahwa, “Usia antara 2,5 dalam otak anak-anak ketika ia memperoleh
dan 4,5 tahun merupakan masa pesatnya bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
pengembangan kosakata, 200-400 kata Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa
dikuasai pada masa itu.” Anak cenderung adalah proses yang berlangsung di dalam
menciptakan kata-kata baru untuk mengisi otak kanak-kanak ketika dia memperoleh
kekosongan apabila lupa atau belum tahu bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
kata yang semestinya dipakai. Pada saat Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan
masuk taman kanak-kanak, anak sudah dengan pemelajaran bahasa. Pemelajaran
menguasai kosakata sekitar 8.000 kata, dan bahasa berkaitan dengan proses-proses yang
hampir seluruh kaidah dasar tata bahasa terjadi pada waktu seorang kanak-kanak
dikuasai. mempelajari bahasa kedua setelah dia
Anak dapat membuat kalimat tanya, memperoleh bahasa pertamanya.
kalimat negatif, kalimat majemuk, dan Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan
konstruksi lain. Namun, pada masa dengan bahasa pertama, sedangkan
prasekolah anak mengalami kesulitan pembelajaran bahasa berkenaan dengan
mengenai kalimat pasif. Harwood dalam bahasa kedua. Seseorang yang ingin
Purwo (1990) menjelaskan bahwa, “Hingga mempelajari bahasa, ia berusaha mengerti
usia 5,5 tahun, anak belum sepenuhnya dahulu hal yang akan dikatakannya sebelum
memahami konstruksi pasif: ia tidak ia berujar. Seorang anak tentu lebih banyak
menemukan kalimat pasif sewaktu diam dan memperhatikan masalah yang
mengamati sekitar 12.000 kalimat spontan sedang dibicarakan. Anak kemudian
yang diucapkan oleh anak usia 5 tahun.” mengasosiasikan kosakata yang ia dengar,
Baldie dalam Purwo juga dengan apa yang terjadi setelah pembicara
menambahkan bahwa, “Sekitar 80% dari selesai mengujarkan sesuatu.
anak yang berusia antara 7,5 dan 8 tahun Chomsky dalam Chaer (2003)
dapat menghasilkan konstruksi pasif.” menyebutkan bahwa, “Ada dua proses yang
Penelitian bahasa anak telah banyak terjadi ketika seorang kanak-kanak
dilakukan. Brown dan Bellugi dalam memperoleh bahasa pertamanya.” Proses

209
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

yang dimaksud adalah proses kompetensi Media pembelajaran perlu disiapkan


dan proses performansi. Kedua proses ini oleh para pengajar dalam upaya
merupakan dua proses yang berlainan. menciptakan suasana pembelajaran yang
Kompetensi adalah proses penguasaan menarik, menyenangkan, menggairahkan,
tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan menggugah. Dengan menggunakan
dan semantik) secara tidak disadari. media pembelajaran, interaksi antara
Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak pengajar dan peserta akan lebih efektif
sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, karena mereka bisa berkomunikasi satu
kompetensi memerlukan pembinaan sama lain dan yang terpenting mampu
sehingga anak-anak memiliki performansi berperan secara aktif memanfaatkan media
dalam berbahasa. pembelajaran dalam setiap kegiatan belajar
Performansi adalah kemampuan anak mengajar.
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Media pembelajaran sebaiknya
Performansi terdiri atas dua proses, yaitu diciptakan sesuai dengan kebutuhan peserta.
proses pemahaman dan proses penerbitan Kesempurnaan media pembelajaran akan
kalimat-kalimat. Proses pemahaman tercipta apabila pengajar mampu membuat
melibatkan kemampuan mengamati atau dalam bentuk manual dan dalam bentuk
mempersepsi kalimat-kalimat yang elektronik. Media pembelajaran manual
didengar, sedangkan proses penerbitan dapat dibuat mulai dari bahan yang
melibatkan kemampuan menghasilkan sederhana hingga bahan yang rumit. Hal
kalimat-kalimat sendiri. Pemakai bahasa tersebut bergantung pada kemampuan
mengerti struktur dari bahasanya yang pengajar untuk menyiapkan bahan dan
membuat dia dapat mengreasi kalimat- mengemasnya secara baik. Hal tersebut
kalimat baru yang tidak terhitung jumlahnya sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
dan membuat dia mengerti kalimat-kalimat Edgar Dale dalam Daryanto (2002),
tersebut. Jadi, kompetensi adalah “Penggunaan media pembelajaran seringkali
pengetahuan intuitif yang dipunyai seorang menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman
individu mengenai bahasa ibunya (native yang membutuhkan media, seperti buku
languange). Intuisi linguistik ini tidak begitu teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru,
saja ada, tetapi dikembangkan pada anak dan audio-visual.”
sejalan dengan pertumbuhannya, sedangkan
performansi adalah sesuatu yang dihasilkan METODE PENELITIAN
oleh kompetensi. Penelitian ini merupakan penelitian
Istilah pemerolehan digunakan sebagai kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
padanan istilah Inggris acquisition, yaitu Subjek penelitian ini adalah peserta Program
proses penguasaan bahasa yang dilakukan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
oleh anak-anak secara natural pada waktu ia (BIPA) Universitas Trisakti Jakarta tingkat
belajar bahasa ibunya. Istilah pemerolehan pemula. BIPA Universitas Trisakti dipilih
bahasa tidak hanya digunakan untuk karena satu-satunya program BIPA
pemerolehan bahasa pertama saja, tetapi Universitas di Jakarta yang mandiri bukan
juga digunakan untuk pemerolehan bahasa karena adanya pertukaran mahasiswa. Objek
kedua. Pemerolehan bahasa merupakan penelitian adalah penerapan media komik
bagian yang tidak terpisahkan dari dalam pembelajaran BIPA.
perkembangan kognitif secara keseluruhan, Sumber data untuk mengetahui
dengan kata lain bahasa merupakan hasil perencanaan pembelajaran BIPA adalah
dari perkembangan intelek secara pengajar BIPA pada tingkat pemula dan
keseluruhan dan sebagai lanjutan pola-pola dokumen lesson plan yang disusun pengajar,
perilaku yang sederhana. sedangkan untuk proses pembelajaran dan

210
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 2, November 2016

penilaian hasil belajar adalah lambang-lambang lain yang tersusun dalam


proses/kegiatan pembelajaran BIPA pada tuturan tertentu, bertujuan untuk
tingkat pemula. memberikan informasi dan mencapai
Pengumpulan data dilakukan dengan tanggapan estetis dari pembaca.” Berkenan
wawancara mendalam, pengamatan, dan dengan pengertian tersebut, Harvey
studi dokumentasi. Wawancara dan menyarankan, “Pernyataan kombinasi
pengamatan dilakukan untuk memperoleh berseni dari kata dan gambar harus terliput
informasi yang nyata berkaitan dengan dalam semua definisi tentang komik”.
kegiatan pengajar dalam merencanakan, McCloud (2008) menambahkan bahwa
melaksanakan, dan menilai hasil belajar kekuatan kata adalah bagian tak terpisahkan
BIPA. Kegiatan studi dokumentasi dari pesona karya seni yang disebut komik.
dilakukan untuk mempelajari dokumen yang Pendapat lain dikemukanan Sudjana dan
dimiliki oleh pengajar, yang berupa catatan Rivai (2001), “Komik dapat didefinisikan
materi, silabus, dan lesson plan BIPA. sebagai suatu bentuk kartun yang
Keabsahan data diperoleh dengan mengungkapkan karakter dan memerankan
dua cara, yaitu pengamatan secara terus suatu cerita dalam urutan yang erat
menerus dan triangulasi. Teknik triangulasi dihubungkan dengan gambar dan dirancang
yang dilakukan, yaitu triangulasi sumber untuk memberikan hiburan kepada para
data. Triangulasi sumber data digunakan pembaca.” Selanjutnya Masdiono (2001: 9)
untuk mengumpulkan informasi dari menjelaskan, “Komik adalah gamcer atau
pengajar BIPA dan peserta BIPA pada gambar bercerita atau sebuah dunia tutur
tingkat pemula. Selanjutnya, peneliti gambar, suatu rentetan gambar yang bertutur
melakukan pengecekan, pengecekan ulang, menceritakan suatu kisah.”
dan pengecekan silang. Eisner (1986: 123) mendefinisikan
Data dalam penelitian ini dianalisis teknis dan struktur komik sebagai sequential
dengan cara analisis kualitatif, yaitu cara art, “Susunan gambar dan kata-kata untuk
interaktif yang terdiri atas tiga tahap menceritakan sesuatu atau mendramatisasi
analisis, yaitu: reduksi data, pemaparan suatu ide.” Berdasarkan uraian di atas,
data/penyajian data, dan penyimpulan. dapat dikatakan bahwa para ahli masih
Kegiatan pereduksian data ini dilaksanakan belum sependapat mengenai definisi komik,
secara langsung dan terus menerus. sebagian di antaranya berpendapat bahwa
Penyajian data disampaikan secara naratif bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain
dan terpilah. Penyimpulan dilakukan lebih mementingkan kesinambungan
berdasarkan analisis dan hasil diskusi antara gambar dan kata, dan sebagian lain lebih
peneliti dan pengajar. menekankan sifat kesinambungannya
(sequential).
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan beberapa definisi
Peneliti memilih komik sebagai media tentang komik di atas, peneliti
pada pembelajaran BIPA karena merupakan menyimpulkan bahwa komik adalah salah
media yang menyenangkan dan dapat satu karya sastra bernilai estetis yang terdiri
menjadi media edukatif selama proses atas perpaduan antara gambar dan kata yang
pembelajaran berlangsung. Meskipun membentuk sebuah cerita.
masyarakat masih beranggapan bahwa Selain itu, komik bertujuan untuk
komik hanya cerita bergambar yang ringan memberikan informasi dan hiburan kepada
dan menyenangkan. Banyak orang yang pembaca. Daya tarik berbagai jenis komik
belum tahu definisi tentang komik. mengikuti pola yang dapat diprediksikan.
McCloud (2001) menjelaskan, Hurlock (2000: 338) berpendapat bahwa
“Komik adalah gambar-gambar dan

211
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

anak-anak usia sekolah menyukai komik terputus, frase diatur secara acak. Kosakata
karena beberapa hal di antaranya: dan bahasa dapat dipelajari dalam konteks.
1. melalui identifikasi dengan karakter di Namun, Oller selangkah lebih maju dan
dalam komik, anak memperoleh menyatakan bahwa konteks itu sendiri tidak
kesempatan yang baik untuk mendapat cukup. Hal yang terpenting adalah dialog
wawasan mengenal masalah pribadi dan atau teks harus memiliki struktur logis dan
sosialnya. Hal ini akan membantu simpulan yang logis. Dengan cara ini,
memecahkan masalahnya, peserta dapat mengikuti alur cerita
2. komik menarik imajinasi anak dan rasa selangkah demi selangkah dan dapat
ingin tahu tentang masalah mengingat struktur lebih mudah karena
supranatural, logika membantu mereka.
3. komik memberi anak pelarian Teori Oller dapat diterapkan pada
sementara hirup-pikuk hidup sehari- penggunaan komik dalam pengajaran
hari, bahasa. Komik memiliki alur cerita yang
4. komik mudah dibaca, bahkan anak yang mampu membawa peserta pada simpulan
kurang mampu membaca dapat dari materi yang dibawakan. Dengan cara
memahami arti dari gambarnya, itu, peserta termotivasi melanjutkan untuk
5. karena komik tidak mahal dan juga membaca dan kembali lebih terlibat ke
ditayangkan di televisi sehingga semua dalam isi daripada bahasa. Konsekuensinya,
anak mengenalnya, peserta akan lebih asyik mengetahui apa
6. karena banyak komik yang yang akan terjadi, bagaimana akhir dari
menggairahkan, misterius, dan lucu, cerita (rasa pensaran mereka muncul), dan
komik mendorong anak untuk membaca akan mengingat bentuk kata, ekspresi, dan
yang tidak banyak diberikan buku lain, gramatikal lebih mudah. Komik juga dapat
7. bila berbentuk serial, komik memberi digunakan sebagai fasilitas pengajaran
sesuatu yang diharapkan, kosakata.
8. dalam komik, tokoh sering melakukan Brown (1994: 365) menunjukkan
atau mengatakan hal-hal yang tidak bahwa, “Internalisasi terbaik dari kosakata
berani mereka lakukan sendiri, berasal dari pertemuan (komprehensi dan
walaupun mereka ingin melakukannya, produksi) kata dalam konteks sekitarnya.”
ini memberikan kegembiraan, Dengan cara ini, peserta akan
9. tokoh dalam komik sering kuat, berani, mengasosiasikan kata dengan konteks
dan berwajah tampan, jadi memberikan sebenarnya dan mereka dapat mengingat
tokoh pahlawan bagi anak untuk dan menggunakannya lebih baik daripada
mengidentifikasikannya, hanya mempelajari setah kata dan maknanya
10. gambar dalam komik berwarna-warni secara korespondensinya. Selain kosakata,
dan cukup sederhana untuk dimengerti kompetensi tata bahasa dapat ditingkatkan
anak-anak. dengan baik. Dengan bantuan komik, tata
Oller (1983 : 44) mengatakan, “Teks bahasa baru dapat diperkenalkan dan
(bentuk ujaran dan tulis dalam wacana) yang dipraktikan, dan sejak materi tata bahasa
lebih tidak sengaja tersusun dapat disimpan ditanamkan di dalam cerita dengan struktur
dan diingat kembali lebih mudah daripada yang logis, peserta akan mampu mengingat
bahan yang kurang tersusun secara tidak lebih baik selanjutnya.
sengaja.” Karakteristik komik juga mampu
Dengan kata lain, hal itu lebih mudah meningkatkan motivasi (khususnya komik
bagi peserta belajar bahasa jika mereka yang berwarna). Hal yang lebih penting jika
diberikan kalimat terhubung yang memiliki kata, ekspresi, atau konsep disertai oleh
struktur logis dan alur cerita, bukannya gambar (visual gambar dalam satu pikiran),

212
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 2, November 2016

selanjutnya peserta akan lebih mudah mempengaruhi sehingga membentuk satu


menghafal dan mengingat lebih mudah. kesatuan.
Fakta bahwa visual komik juga Tujuan pembelajaran BIPA adalah
berkontribusi untuk meningkatkan agar peserta terampil menggunakan bahasa
kompetensi komunikasi. Di dalam komik, Indonesia secara komunikatif dan pragmatis
kehidupan seperti situasi dan ekspresi yang Badan Bahasa (2012). Tujuan umum
digunakan dalam percakapan, bahasa tersebut diterjemahkan pengajar melalui
sehari-hari, sebagai contoh, idiom, kompetensi dasar yang dijabarkan menjadi
pengurangan bentuk, bahasa slang, dan indikator-indikator pada setiap pertemuan.
ekspresi yang membutuhkan berbagai Selanjutnya, pengajar merumuskan tujuan
pengetahuan budaya. Konsekuensinya, pembelajaran tiap pertemuan berdasarkan
komik membantu peserta menangani indikator tersebut.
percakapan bahkan dalam situasi informal. Sebelum mengajar BIPA, pengajar
Keuntungan lainnya dari visual komik BIPA pada tingkat pemula telah
adalah gestur dan bahasa tubuh dari para merencanakan tujuan pembelajaran yang
tokoh. Kontribuasi ini untuk membangun akan dicapai pada hari itu yang dituliskan
kompetensi komunikasi, yang artinya dalam lessson plan. Perencanaan tujuan
termasuk ke dalam komunikasi nonverbal. pembelajaran tersebut merupakan target atau
Pengajar di kelas BIPA pada tingkat hasil yang akan dicapai. Keberadaan target
pemula harus menyiapkan dan menyusun tersebut akan mengawal arah pembelajaran
lesson plan sebelum melaksanakan sehingga dalam proses pembelajaran yang
pembelajaran di dalam kelas. Lesson plan dilaksanakan tidak menyimpang.
untuk setiap mata kuliah BIPA dibuat setiap Berdasarkan tujuan yang tertulis
pertemuan. Hal ini diketahui berdasarkan dalam lesson plan, nampak bahwa pengajar
hasil wawancara dengan pengajar BIPA di BIPA di Program BIPA Universitas Trisakti
pada tingkat pemula. Lesson plan disusun Jakarta tidak hanya menekankan pada aspek
untuk setiap kompetensi dasar. Isi lesson kebahasaannya, tetapi juga pada aspek
plan tersebut terdiri dari beberapa kebudayaannya. Hal ini sesuai dengan
komponen, yaitu identitas, standar tujuan pembelajaran BIPA yang dirumuskan
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, oleh Badan Bahasa.
tujuan pembelajaran, materi, metode, Penentuan materi dan pemilihan
langkah-langkah pembelajaran, alat dan strategi pembelajaran merupakan dua aspek
sumber belajar, serta penilaian. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Penyusunan rencana pembelajaran dalam proses pembelajaran. Materi
secara umum perlu memperhatikan beberapa pembelajaran harus diajarkan dan dipelajari
hal. Dalam merencanakan pembelajaran, peserta sebagai sarana pencapaian standar
pengajar harus mengatur, kompetensi dan kompetensi dasar yang akan
mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur- dinilai dengan menggunakan instrumen
unsur atau komponen-komponen penilaian yang disusun berdasarkan
pembelajaran yang berupa tujuan indikator pencapaian hasil belajar.
pembelajaran (kompetensi), isi atau materi Berkaitan dengan hal tersebut,
yang harus diberikan untuk mencapai penyampaian informasi untuk mencapai
kompetensi, strategi pelaksanaan, dan kompetensi erat kaitannya dengan strategi
penilaian yang digunakan untuk mengukur pembelajaran yang dipilih. Banyak strategi
tingkat keberhasilan pembelajaran. belajar yang dapat digunakan dalam proses
Komponen tersebut tidaklah berdiri sendiri, belajar di kelas BIPA.
tetapi saling berinteraksi, saling Pengajar BIPA pada tingkat pemula
telah merencanakan pemilihan strategi atau

213
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

metode mengajar sebelum proses membaca dan tata bahasa. Mereka belajar
pembelajaran BIPA dilaksanakan. Metode setiap harinya dari pukul 09.00 sampai
yang direncanakan pengajar ialah metode dengan pukul 12.30 WIB. Berdasarkan
pembelajaran kooperatif yang menggunakan pengamatan pada Senin, 11 Januari 2016,
model pembelajaran picture and picture. dan Selasa, 12 Januari 2016, proses
Metode pembelajaran kooperatif merupakan pelaksanaan pembelajaran BIPA pada
suatu model pembelajaran yang tingkat pemula diuraikan berikut ini.
mengutamakan adanya kelompok- Pembelajaran BIPA pada tingkat
kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pemula sesuai dengan jadwal pembelajaran
pembelajaran yang secara sadar dan yang sudah dituliskan di atas, dilaksanakan
sistematis mengembangkan interaksi yang dari Senin hingga Kamis dari pukul 09.00
saling asah, silih asih, dan silih asuh. s.d. 12.30 WIB. Sebelum membuka
Model pembelajaran picture and pelajaran pengajar menyapa dan
picture adalah suatu metode belajar yang memperkenalkan diri kepada peserta
menggunakan gambar yang diurutkan secara terlebih dahulu. Seperti biasa, pengajar
logis. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, langsung membuka pembelajaran dengan
inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model mengucapkan salam, “Selamat Pagi!” Salam
apapun yang digunakan selalu menekankan tersebut kemudian dijawab dengan antusias
aktifnya peserta didik dalam setiap proses oleh para peserta BIPA “Selamat Pagi,
pembelajaran. Model pembelajaran ini Pak!”
mengandalkan gambar sebagai media dalam Pengajar kemudian menanyakan
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini kabar kepada peserta, “Apa kabarnya?”
menjadi faktor utama dalam proses Sebagian peserta akan menjawab dan
pembelajaran, salah satunya adalah media sebagian lagi mencoba untuk menjawab
komik. meskipun malu. Hari ini adalah hari pertama
Penilaian hasil belajar perlu pada semester awal Program BIPA di Pusat
dilakukan untuk mengetahui perkembangan Bahasa Universitas Trisakti Jakarta. Para
dan kemajuan belajar peserta. Dalam lesson peserta semua berasal dari Korea Selatan.
plan yang disusun pengajar, juga dituliskan Jumlah peserta di kelas pemula ini adalah
rencana penilaian yang akan dilakukan. lima orang. Mereka memiliki latar belakang
Penilaian dilakukan secara tertulis dan lisan. yang berbeda dan pengalaman berbeda
Penilaian tertulis dilakukan dalam bentuk dengan bahasa Indonesia. Setelah menyapa
mengisi kalimat rumpang, sedangkan dan menanyakan kabar, pengajar kemudian
penilaian lisan dilakukan dalam bentuk memperkenalkan diri dalam bahasa
berbicara. Penilaian direncanakan dilakukan Indonesia, “Kenalkan nama saya Bari
pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pratama.” Pengajar lalu mengecek presensi
Jadi, jika satu kompetensi dasar peserta BIPA dan mencoba mengenal lebih
disampaikan dalam dua kali tatap muka, dekat dengan para peserta. Pengajar
penilaian pun dilakukan guru sebanyak dua memanggil nama mereka dan mencoba
kali. berinteraksi dalam bahasa Indonesia. Hal
Pembelajaran BIPA pada tingkat tersebut bertujuan untuk mengukur sejauh
pemula dilaksanakan dari Senin hingga mana keterampilan mereka berbahasa
Kamis. Dalam seminggu, para peserta Indonesia.
mendapatkan waktu selama 16 jam dalam Setelah mengenal latar belakang para
belajar BIPA. Pada Senin dan Rabu, peserta peserta, pengajar mulai menyampaikan
mempelajari mata kuliah berbicara dan tujuan pembelajaran hari itu. Pada saat
menyimak. Sementara pada Selasa dan observasi tanggal 11 Januari 2016 dan 12
Kamis, peserta mempelajari mata kuliah Januari 2016, para peserta BIPA pada

214
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 2, November 2016

tingkat pemula sedang mempelajari bahasa akan dipelajari, yaitu tentang mengenal
Indonesia dengan kompetensi dasar huruf dan memperkanalkan diri. Media yang
“Mengenal huruf” Berdasarkan lesson plan, digunakan untuk materi ini adalah komik.
tujuan pembelajaran mata kuliah berbicara Komik ini digunakan untuk membantu
dan menyimak yang dilaksanakan pada peserta menyimak kosakata yang mereka
Senin, 11 Januari 2016 adalah melalui dengar dari rekaman. Di dalam komik, balon
metode picture and picture dengan komik, kata yang kosong dapat mereka isi sesuai
peserta dapat menyebutkan huruf dalam dengan kata-kata yang mereka dengar dari
bahasa Indonesia dan memperkenalkan diri rekaman. Namun, sebelum memulainya,
mereka dalam bahasa Indonesia. pengajar harus mengajarkan terlebih dahulu
Pada 12 Januari 2016, para peserta huruf-huruf dalam bahasa Indonesia dan
BIPA mempelajari mata kuliah membaca mengucapkannya bersama-sama dengan
dan tata bahasa. Kompetensi dasarnya sudah para peserta.
berganti, yaitu “Mengenal pronomina Pada Senin, 11 Januari 2016,
bahasa Indonesia” Tujuan pembelajarannya Pengajar harus mengajarkan peserta
adalah peserta dapat menggunakan kata membaca huruf dikarenakan seluruh peserta
pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga berasal dari Korea Selatan. Mereka tidak
dengan baik. menggunakan tulisan Latin dalam tulisan
Uraian kegiatan awal dalam mereka, tetapi menggunakan tulisan
pembelajaran BIPA yang dilakukan Hangeul (aksara dalam bahasa Korea
pengajar tersebut sesuai dengan pendapat Selatan). Para peserta pun tidak mahir
Darmadi (2009), “Bahwa kegiatan awal berbahasa Inggris dengan baik. Oleh karena
pembelajaran dilaksanakan untuk itu, penting sekali pengajar memulai dengan
membangkitkan motivasi dan perhatian pengenalan huruf-huruf bahasa Indonesia.
peserta didik dalam mengikuti Setelah peserta selesai belajar
pembelajaran, memberikan gambaran yang mengenai huruf-huruf, pada mata kuliah
jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan menyimak dan berbicara, peserta diharuskan
yang akan dilaksanakan, dan menunjukkan mengisi setiap balon kata yang kosong
hubungan antara pengalaman peserta dengan tersebut. Adapun tampilan dari komik
materi yang akan dipelajari.” tersebut adalah sebagai berikut.
Pengajar melanjutkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan materi yang

Gambar 1. Komik Mata Kuliah Menyimak dan Berbicara

215
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

Pengajar membagikan komik Aktivitas 3


tersebut. Setelah mendapatkan komiknya, Pada aktivitas 3, pengajar dan
peserta melihat-lihat komiknya dan bersiap peserta membahas apa isi balon kata yang
untuk mendengarkan rekaman yang akan kosong tersebut. Setiap peserta mendapat
diputar pengajar. giliran untuk menjawab setiap balon kata
yang ada.
Aktivitas 1
Pengajar memutar rekaman yang Aktivitas 4
berisi dialog di dalam komik. Kecepatan Peserta kemudian melakukan
rekaman disesuaikan dengan kemampuan simulasi berperan dalam kelompok. Dalam
para peserta di tingkat pemula, yaitu tidak hal ini, peserta mengikuti apa yang sudah
terlalu cepat. mereka pelajari di kelas menyimak
sebelumnya. Mereka mengikuti balon kata
Aktivitas 2 yang ada di komik.
Peserta mulai mengisi balon kata
dengan yang mereka dengar dari rekaman. Pada Selasa, 12 Januari 2016,
Biasanya pada rekaman pertama, peserta peserta mempelajari mata kuliah membaca
belum mampu mengisi dengan lengkap dan tata bahasa menggunakan media komik
balon kata yang ada di komik tersebut. Oleh juga. Penggunaan media komik ini saling
karena itu, pengajar harus mengulang 2-3 terkait dan terintegrasi satu dengan lainnya.
kali lagi. Sebelum membaca teks bahasa Indonesia
yang serius, peserta dapat menggunakan
komik sebagai jembatan dalam membaca.

Gambar 2. Komik Mata Kuliah Membaca dan Tata Bahasa

Pengajar meminta peserta untuk tata bahasa yang ada di dalam komik
membuka kembali komik yang kemarin tersebut. Adapun langkah-langkah dari
sudah diterima mereka. Peserta diminta penerapan komik pada mata kuliah
membaca setiap kata dan kalimat yang ada membaca dan tata bahasa adalah sebagai
di dalam balon kata komik tersebut. berikut.
Pembelajaran ini menyenangkan bagi para
peserta yang baru pertama kali belajar Aktivitas 1
bahasa Indonesia. Setelah membaca, peserta Pengajar membagi peran setiap
mengerjakan soal yang berkaitan dengan peserta sesuai dengan tokoh yang ada di

216
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 2, November 2016

dalam komik. Pengajar mengulangi instruksi pemahaman. Hal ini tampak dari teknik
hingga peserta memahami apa yang harus yang digunakan berupa tes dan
dilakukan mereka. instrumennya berupa soal serta praktik.
Hasil belajar peserta pada hakikatnya
Aktivitas 2 adalah perubahan tingkah laku. Tingkah
Setelah memahami instruksi, peserta laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
dapat membaca setiap dialog bagian mereka yang luas mencakup aspek kognitif, afektif,
masing-masing. Aktivitas ini dapat dan psikomotor. Salah satu fungsi penilaian
dilakukan berulang-ulang hingga peserta menurut Sudjana (2006) “Sebagai alat
terbiasa dengan kata-kata dan kalimat di untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
dalamnya. Agar tidak membosankan, pembelajaran. Dengan fungsi ini, penilaian
pengajar dapat membuat peserta berganti harus mengacu pada rumusan-rumusan
peran di dalam komik tersebut. tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari
kompetensi mata kuliah.”
Aktivitas 3 Berdasarkan hasil pengamatan dan
Selesai dari aktivitas 2, pengajar lesson plan, pengajar hanya melakukan
dapat menanyakan atau menjelaskan penilaian hasil belajar pada aspek
kosakata yang tidak dipahami mereka. keterampilan dan pemahaman saja. Hal
tersebut nampak dari instrumen penilaian.
Aktivitas 4
Pada aktivitas ini, pengajar dapat SIMPULAN
menjelaskan mengenai budaya Berdasarkan hasil penelitian yang
memperkenalkan diri di depan kelas telah dilakukan di Pusat Bahasa Universitas
merupakan suatu budaya yang melekat di Trisakti Jakarta, disimpulkan bahwa cara
Indonesia, speerti kata pepatah, “Tak kenal, pengajar BIPA dalam merencanakan
maka tak sayang”. program pembelajaran adalah dengan
menyiapkan materi pelajaran untuk tiap-tiap
Aktivitas 5 pertemuan sesuai dengan standar
Pada aktivitas 5, pengajar sudah kompetensi dan kompetensi dasar yang
yakin bahwa kosakata yang ada di dalam harus dikuasai peserta. Materi BIPA
komik sudah dipahami mereka. Pengajar bersumber dari buku BIPA Dahsyat terbitan
mulai memberikan latihan tata bahasa yang GSA Press. Perencanaan yang dibuat
ada pada akhir buku komik. Pengajar pengajar secara tertulis tersebut dituangkan
membimbing peserta ketika menjawab dalam bentuk lesson plan. Selain materi,
pertanyaan yang ada di akhir buku komik. lesson plan juga berisi tentang tujuan
Pada akhir pembelajaran, pengajar pembelajaran, metode pembelajaran, dan
tidak lupa menyimpulkan pembelajaran, penilaian hasil belajar.
memberikan evaluasi, dan budaya kepada Proses pembelajaran BIPA di Pusat
para peserta BIPA. Pengajar kemudian Bahasa Universitas Trisakti Jakarta dimulai
menutup pembelajaran dengan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut.
menyampaikan salam. Pengajar juga Kegiatan mengawali pembelajaran dengan
menuliskan laporan harian pembelajaran di menyampaikan salam, mengecek kehadiran
kelas. peserta, menyampaikan tujuan
Cara yang dilakukan oleh pengajar pembelajaran, dan melakukan apersepsi.
untuk mengetahui kemampuan peserta Pengajar BIPA pada tingkat pemula
dalam penguasaan materi adalah melalui mengelola proses belajar mengajar dengan
penilaian. Kriteria penilaian yang dilakukan cara menyampaikan materi kepada peserta
pengajar ialah aspek keterampilan dan dengan menggunakan metode pembelajaran

217
Randi Ramliyana
Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata

kooperatif dengan menggunakan model to Language Pedagogy. Upper Saddle


picture and picture. Pengajar dan peserta River. NJ: Prentice Hall Regents.
BIPA melakukan beragam aktivitas Chaer, Abdul. 2003. Dasar-dasar Linguistik
menggunakan media komik di dalam kelas. Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Pengajar mengakhiri pembelajaran dengan Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa:
menyimpulkan materi, memberikan evaluasi Kisah Pemerolehan Bahasa Anak
dan pesan budaya kepada para peserta Indonesia. Jakarta: Grasindo.
BIPA. Penilaian hasil belajar BIPA Darmadi, H. 2009. Kemampuan Dasar
dilakukan dengan teknik tes, baik tes tertulis Mengajar. Bandung: Alfabeta.
maupun tes lisan. Daryanto. 2002. Media Pembelajaran.
Komik tidak hanya bacaan lucu, Yogyakarta: Gava Media.
tetapi juga sebagai metode logis yang Eisner, W. 1986. Comics and Sequential
digunakan. Dengan menggunakan komik, Art. Florida: Poorhouse Press.
pengajar dapat melatih hampir semua Ekawati. 2002. Peningkatan Kemampuan
kompentensi. Banyak lagi keuntungan Menguasai Kosakata dengan Media
penggunaan komik. Peserta telah Sandikata pada Siswa Kelas II D SMU
memberikan masukan yang baik setelah N Weleri. Skripsi. Universitas Negeri
menggunakan komik dalam pembelajaran Semarang.
BIPA. Penerapan media komik di kelas Hurlock, E. B. 2000. Child Development.
BIPA ini menjadi nilai tambah yang ada di Jakarta: Erlangga.
Program BIPA Universitas Trisakti Jakarta Masdiono, T. 2001. 14 Jurus Membuat
sendiri dibandingkan tempat lain. Peserta Komik. Jakarta: Creativ Media.
merasa nyaman dengan suasana kelas BIPA McCloud, S. 2001. Understanding Comic.
seperti itu. Peserta merasa tidak bosan Jakarta: Kepustakaan Populer
karena aktivitas yang dilakukan di dalam Gramedia.
kelas bersama pengajar lain. Oleh karena McCloud, S. 2008. Membuat Komik.
itu, saran bagi praktisi untuk terus Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
mengembangkan dan mengintegrasikan Oller, J. W. 1983. Story Writing Principles
media komik ke dalam materi pembelajaran and ESL Teaching. TESOL Quarterly.
BIPA. Semoga penelitian ini dapat Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus
menginspirasi para peneliti lainnya untuk Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
melanjutkan penelitian serupa di bidang Balai Pustaka.
lainnya. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. PELLBA
3: Pertemuan Linguistik Lembaga
PUSTAKA RUJUKAN Bahasa Atmajaya Ketiga. Jakarta:
Annisa. 2008. Peningkatan Penguasaan Kanisius.
Kosakata dengan Media Wall Chart Sudjana, N. dan Ahmad Rivai. 2001. Media
pada Siswa Kelas 1 SD N 05 Bangsri Pengajaran. Bandung : CV Sinar Baru
Kabupaten Jepara. Skripsi. Bandung.
Universitas Negeri Semarang. Sudjana, N. 2006.Penilaian Hasil Proses
Badan Bahasa. 2012. Pengenalan Program Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
BIPA. http://www.badanbahasa Rosdakarya.
Brown, H. D. 1994. Teaching by Usman, dkk. 1979. Ilmu Kosakata. Padang:
Principles: An Interactive Approach FKSS IKIP Padang.

218

Anda mungkin juga menyukai