Abstrak
Tujuan dari artikel ini untuk mendalami pembelajaran BIPA dari berbagai metode yang dapat
digunakan serta menguraikan kendala dan upaya dalam pembelajaran BIPA. Metode yang
digunakan adalah studi kepustakaan, koleksi Informasi dengan mencari sumber dan
membangun sumber yang berbeda seperti buku, majalah dan penelitian yang ada. Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) adalah pola umum kegiatan
pembelajaran keterampilan Bahasa Indonesia untuk mewujudkan proses belajar mengajar
yang efektif dan efisien. Kenyataannya dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari kendala-
kendala yang dihadapi baik dari pengajar maupun bagi mahasiswa asing. Kendala yang
dihadapi selama selama proses pembelajaran antara lain faktor sarana dan prasarana, bentuk
kelas, metode pengajaran, materi pelajaran, kualifikasi pengajar, kesulitan dalam
mengucapkan huruf alphabet, dan kesulitan dalam mempelajari tata bahasa. Upaya untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran BIPA adalah pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau
materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa, dan pertimbangan
dari sudut non teknis.
Kata Kunci: metode; pembelajaran; kendala; BIPA.
Abstract
The purpose of this article is to explore BIPA learning from various methods that can be used
and to describe the obstacles and efforts in BIPA learning. The method used is literature study,
a collection of information by finding sources and building on different sources such as books,
magazines, and existing research. Indonesian Language Learning Strategy for Foreign
Speakers (BIPA) is a general pattern of Indonesian language skills learning activities to create
an effective and efficient teaching and learning process. The reality in the world of education
is inseparable from the obstacles faced by both teachers and foreign students. Obstacles
encountered during the learning process included facilities and infrastructure factors, class
forms, teaching methods, subject matter, teacher qualifications, difficulties in pronouncing the
letters of the alphabet, and difficulties in learning grammar. Efforts to overcome problems
related to BIPA learning are considerations of the goals to be achieved, considerations related
to learning materials or materials, considerations from the point of view of students or
students, and considerations from a non-technical angle.
Keywords: method; learning; constraint; BIPA.
Copyright (c) 2023 Anjas Rizky Utami, Supriyanto, Siprianus Nahak
Corresponding author :
Email Address : anjasrizky1@gmail.com
Received 3 April 2023, Accepted 25 Mei 2023, Published 29 Juni 2023.
Pendahuluan
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) berbeda dengan bidang
pembelajaran bahasa Indonesia lainnya. Pembelajar BIPA kebanyakan adalah warga negara
asing atau warga negara Indonesia yang tidak dapat berbahasa Indonesia. Mereka memelajari
bahasa Indonesia sebatas untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia bukan untuk mendapatkan keahlian dalam bidang pekerjaan.
Bahasa Indonesia bagi pembelajar BIPA merupakan bahasa kedua yang memiliki
struktur berbeda dengan bahasa pertama sehingga sulit untuk dipahami. Kesulitan
pemahaman mempelajari bahasa kedua ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah struktur bahasa, lingkungan, motivasi pembelajar, dan metode pembelajaran. Berbagai
hal tersebut seolah menjadi penghambat keberhasilan belajar bahasa kedua. Pembelajar BIPA
dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada penutur asing untuk
berbagai kepentingan. Menurut Taftiawati (2013), BIPA adalah pengajaran bahasa Indonesia
yang diberikan kepada orang-orang asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing. Pembelajaran BIPA memiliki peranan penting berkaitan dengan posisi
Indonesia yang akhir-akhir ini menjadi target kunjungan orang-orang asing. Perkembangan
dunia global dan pasar bebas memberi dampak pada meningkatnya jumlah orang asing yang
bekerja dan belajar di Indonesia. Salah satu kebutuhan adalah untuk mempelajari bahasa
Indonesia. Dengan mempelajari bahasa Indonesia, penutur asing dapat berkomunikasi
dengan baik dan efektif dalam bahasa Indonesia. Selain itu, bisa membantu penutur asing
memahami lebih dalam tentang Indonesia, baik suku, budaya, tradisi, dan berbagai macam
yang berhubungan dengan Indonesia.
Pengajaran BIPA yang telah berlangsung kadang kurang memenuhi sasaran seperti
yang diungkapkan oleh Arumdyahsari (2016) bahwa meskipun materi telah disusun
sedemikian rupa pada setiap pembelajaran, pengajar masih mengakui bahwa latihan yang
diberikan membuat pelajar asing sering bosan dan hanya bisa menguasai materi dengan satu
jenis latihan saja. Hasil analisis kebutuhan pada pelajar BIPA menurutnya, pada dasarnya
mereka mengharapkan suatu bentuk bahan ajar BIPA yang menarik baik desain maupun isi,
mudah dipahami, materi bisa dipraktikkan langsung, memuat banyak latihan, adanya gambar
ilustrasi, dan terdapat pembelajaran budaya. Hasil analisis kebutuhan ini selanjutnya dibagi
menjadi lima poin penting yaitu penyajian, isi, bahasa, tampilan, dan penerapan. Lima poin
ini nantinya akan menjadi dasar kelayakan bahan ajar. Hal tersebut dalam penelitiannya,
didukung oleh hasil angket empat pelajar BIPA yang berasal dari Amerika. Mereka
menyatakan bahwa empat keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) penting untuk disajikan pada bahan ajar dengan latihan yang cukup bervariasi.
Salah bentuk penguasaan keterampilan berbahasa Indonesia penutur asing yang dapat
diamati adalah pada aspek keterampilan berbahasa lisan. Secara alamiah, keterampilan
berbahasa lisan (berbicara) seseorang sangat dipengaruhi keterampilan berbahasa yang lain
yaitu kemampuan menyimak atau mendengar. Salah satu faktor yang sangat memengaruhi
keterampilan berbicara seseorang adalah input yang diterima atau yang muncul dari
lingkungan baik lingkungan keluarga, bermain, maupun lingkungan pendidikan yang sangat
memengaruhi perkembangan keterampilan berbicara seseorang. Bahasa didapatkan dalam
kondisi sosial yang tidak didapatkan dalam kondisi mengurung diri. Pembelajar harus
berinteraksi dengan orang lain sebagai pengguna bahasa. Dengan memahami jenis situasi dan
pola interaksi, seseorang akan mendapat pengalaman bahasa. Berdasarkan kondisi tersebut,
perkembangan keterampilan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh input bahasa
dalam bentuk lisan/verbal yang diterimanya. Keterampilan berbicara seseorang terdiri dari
berbagai macam, seperti menjawab pertanyaan, bertanya, meminta sesuatu, mengomentari,
dan bercerita.
Pendekatan yang digunakan pengajar BIPA pada pembelajar berusia remaja tentu
berbeda dengan yang setengah baya. Pendekatan ini pula harus melihat bahwa pembelajar
DOI: 10.31004/digdaya.vxix.xxx
BIPA sendiri ada beberapa tingkatan yaitu tingkat pemula (novice), menengah (intermediate)
dan mahir (advanced). Di dalamnya teridiri atas empat kompetensi kemampuan berbahasa,
yaitu: (1) membaca, (2) menyimak, (3) berbicara, dan (4) menulis. Pembelajaran pada tingkatan
satu dengan tingkatan lainnya tentunya harus dibedakan. Perbedaan pendekatan ini pun
berimbas pada metode, teknik, dan media yang digunakan. Tiawati, (2016) media permainan
dan simulasi adalah media yang digunakan untuk dimainkan atau didemonstrasikan.
Terutama digunakan untuk pembelajaran kosakata dan berbicara. Seperti kartu, pakain
tradisonal dan masakan tradisional. Media Audio adalah media yang disampaikan dengan
cara diperdengarkan bisa rekaman suara pengajar sendiri atau lagu-lagu yang pendek dan
ringan. Media digunakan terutama untuk pengajaran menyimak, kosakata, berbicara dan
menulis. Sedangkan, media Audio visual adalah media yang dapat dilihat dan dapat
diperdengarkan.
Beragam metode yang dilakukan dalam pembelajaran BIPA yaitu metode berbasis
kompetensi dan berbasis teks sebagai fokus pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan
dalam siklus pembelajaran yang saling berkaitan dan berkesinambungan dengan fokus
keempat keterampilan berbahasa yang diawali dengan keterampilan reseptif baik
mendengarkan maupun membaca dan bermuara pada kemampuan produktif baik berbicara
maupun menulis. Pengajar berperan sebagai ahli yang bisa mengajarkan materi yang cukup
dan sebagai pembimbing ketika pembelajar belum mempunyai kompetensi yang diharapkan.
Ketika pembelajar sudah mampu mencapai kompetensi yang diharapkan, pengajar bisa
berperan sebagai fasilitator.
Pelaksanaan pembelajaran berbicara menurut Abidin (2013) akan mampu berjalan
dengan baik jika pengajar memahami prinsip-prinsip pembelajaran berbicara, seperti (a)
pembelajaran berbicara harus ditujukan untuk membentuk kematangan psikologis
pembelajar dalam berbicara, (b) melibatkan pembelajar dalam berbagai konteks, (c) melalui
pola pembelajaran interaktif, (d) sekaligus dengan membekali strategi berbicara, (e) diukur
dengan mempraktikkan secara langsung, (f) dipantau oleh pengajar secara berkesinambungan
dan (g) diorientasikan pada pembentukan kemahiran dan membentuk siswa menjadi
pembicara yang kreatif.
Dengan pemahaman konsep pembelajaran tersebut di atas, diharapkan mampu
memberi sumbangsih pemikiran dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran bahasa
Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Pembelajaran yang inovatif dengan memperhatikan
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan
variasi latihan berbasis pendekatan komunikatif dan model pembelajaran integratif serta
layak dari segi isi, penerapan, penyajian, bahasa, dan tampilan.
Metodologi
Metodologi artikel ini menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu metode
pengumpulan data dengan memahami dan menggali teori-teori dari berbagai literatur terkait
penelitian. Menurut Zed (2004), ada empat langkah dalam literature review, yaitu
mempersiapkan peralatan diperlukan, folder kerja dibuat, waktu diatur dan baca dan catat
bahan penelitian. Pengumpulan data menggunakan cari dan bangun sumber dari berbagai
sumber, seperti buku, majalah, dan penelitian yang ada. Analisis isi digunakan dalam metode
analisis dan analisis deskriptif. Bahan pustaka dari berbagai sumber dianalisis secara kritis
dan menyeluruh untuk mendukung proposisi sebuah ide.
merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat
berperang, angkatan darat atau laut (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 2).
Menurut Sanjaya (2011: 125) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran salah satu unsur yang
harus dipahami oleh guru. Sedangkan Mujiono (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:
8) menyatakan strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran untuk
mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem
intruksional. Oleh karena itu, dalam sebuah proses pembelajaran pengajar diharapkan untuk
menggunakan siasat tertentu.
Hamalik (2006: 162) menyatakan strategi pembelajaran merupakan bentuk umum untuk
mewujudkan proses belajar mengajar. Secara operasional strategi pembelajaran adalah
prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi
peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 9) strategi pembelajaran bahasa adalah
tindakan pengajar dalam melaksanakan rencana mengajar bahasa Indonesia. Artinya, usaha
pengajar dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran bahasa Indonesia seperti tujuan,
bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Hal tersebut diharapkan dapat mempengaruhi para
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Strategi adalah suatu cara atau sebuah perencanaan dalam mencapai sesuatu. Strategi
dipahami sebagai keseluruhan rencana yang luas, sedangkan teknik bersifat implementatif
yang terjadi di ruang kelas (Kusmiatun, 2016: 79).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi Pembelajaran Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) adalah pola umum kegiatan pembelajaran keterampilan
Bahasa Indonesia untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh pengajar BIPA disesuaikan dengan situasi dan
keadaan peserta didiknya. Pada video tersebut, pengajar menyampaikan materi yang akan
dijelaskan dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada mahasiswa asing. Setelah itu,
pengajar menampilkan gambar buah-buahan berserta cara penulisan dalam bahasa Indonesia.
Setelah menampilkan gambar, pengajar mulai memutarkan video lagu “Papaya Cha-cha”
yaitu lagu tentang buah-buahan dan pengajar mengajak mahasiswa asing untuk menyanyikan
lagu tersebut. Pengajar juga menggunakan teknik demonstrasi yaitu penyampaian materi
pembelajaran dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa tentang sesuatu
proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan. Pada
video tersebut pengajar memainkan peran sebagai penjual buah, kemudian mahasiswa asing
diminta untuk memilih buah yang akan mereka beli. Pengajar telah menyiapkan alat
peraganya yaitu berupa papan yang terdapat gambar buah. Pada akhir pembelajaran,
pengajar meminta mahasiswa untuk menulis nama-nama buah yang telah mereka ketahui
dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar.
DOI: 10.31004/digdaya.vxix.xxx
dengan berbagai model, dapat searah guru-> siswa, dua arah (guru dengan siswa), maupun
tiga arah (guru-siswa-siswa). Teknik ini dapat melatih siswa untuk memulai suatu jawaban.
c. Teknik Demonstrasi
Teknik demonstrasi adalah cara penyampaian materi pembelajaran dengan
memperagakan atau menunjukkan kepada siswa tentang sesuatu proses, situasi, atau benda
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan. Teknik ini digunakan dengan tujuan
agar siswa dapat menerima materi yang telah disampaikan dengan jelas dan tidak verbalistis.
d. Teknik Karya Wisata
Teknik karyawisata merupakan suatu cara penyajian materi pembelajaran dengan
mengajak siswa untuk mempelajari bahan-bahan atau sumber-sumber belajar yang berada di
luar kelas. Guru memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga pengertian yang
timbul kepada siswa lebih jelas dan lengkap. Selain itu, siswa dapat membuktikan sendiri
antara pengetahuan yang diterima di kelas. .
e. Teknik pemecahan masalah
Teknik pemecahan masalah adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari
jawaban dan penyelesaian oleh siswa. Teknik ini memberikan relevansi antara kegiatan
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Teknik pemecahan masalah juga mengembangkan
inisiatif, disiplin, dan rasa tanggungjawab pada anak.
f. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan jalan guru
mengajukan sesuatu masalah dan siswa mencari pemecahannya secara bersama dengan
teman lain. Teknik diskusi merangsang siswa dalam membentuk ide dalam memecahkan
masalah. Selain itu, teknik diskusi mengembangkan sikap kerjasama, saling menghargai,
toleransi, dan demokratis.
g. Teknik Eksperimen
Teknik eksperimen adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan
menyuruh siswa membuat percobaan dan mengamati yang timbul dari percobaan tersebut.
Teknik ini melatih siswa untuk mengamati suatu proses dengan lebih teliti. Selain itu, teknik
ini juga dapat melatih siswa untuk mengembangkan pola pikir secara ilmiah.
h. Teknik Kerja Kelompok
Teknik kerja kelompok adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan cara
membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok dengan tugas tertentu. Teknik ini membina
siswa dalam bekerja sama dan tanggung jawab dalam kelompok. Persaingan yang sehat
antarsiswa ketika kerja kelompok dapat meingkatkan hasil kerja,
i. Teknik Sosiodrama
Teknik ssiodrama merupakan cara penyajian materi pembelajaran dengan jalan
mendramatisasikan suatu topik. Teknik ini merupakan alat peraga yang efektif untuk bahan
yang menyangkut hubungan antar manusia. Teknik ini dapat mengembangkan empati siswa,
yaitu belajar menghayati dan merasakan perasaan dna pikiran orang lain.
j. Teknik Penugasan
Teknik penugasan merupakan cara penyampaian materi pembelajaran dengan cara
guru memberikan tugas tertentu supaya siswa melakukan kegiatan dan melaporkan hasilnya.
Teknik ini membiasakan siswa untuk mencari dan mengolah informasi.
C. Media Pembelajaran BIPA
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin medius yang
berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata medium diartikan sebagai “antara’ atau
“sedang” (Latuheru, 1988: 14). Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14)
media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari
sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga
belajar).
DOI: 10.31004/digdaya.vxix.xxx
mengabaikan sebuah metode yang digunakan. Agar terhindar dari kejenuhan siswa,
sebaiknya digunakan metode yang beragam. Penggunaan metode juga harus disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan, sehingga proses pembelajaran tidak terasa monoton
bagi siswa.
Berdasarkan hasil pengamatani terhadap video pelaksaan pembelajaran BIPA yang
dilakukan oleh pengajar, dapat dikatakan bahwa pengajar telah menggunakan metode
pembelajaran langsung (direct method). Pada metode tersebut, bahasa dipelajari melalui
asosiasi langsung antara kata dengan aksi (gerak-gerik). Artinya pembelajar belajar
memahami suatu bahasa melalui kegiatan menyimak bahasa tersebut melalui kegiatan
berbicara. Pembelajaran bahasa bermula dari pengenalan benda-benda atau perilaku yang ada
di dalam kelas. Pembelajar juga dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan adanya
interaksi antara pengajar dan pembelajar melalui kegiatan tanya jawab.
pihak lain. Kendala penerapan pendekatan komunikatif juga bersumber pada terbatasnya
buku teks BIPA yang berdasarkan pendekatan komunikatif.
Kualifikasi pengajar mencakup 4 hal, yaitu sebagai berikut, Kemampuan berbahasa
Indonesia, Pengetahuan formal mengenai bahasa Indonesia, Kemampuan berbahasa
pengantar, Pengetahuan formal mengenai metode-metode pengajaran. Kendala yang muncul
dalam hal ini adalah bahwa pengajar yang menguasai bahasa pengantar dengan baik
umumnya tidak menguasai seluk-beluk bahasa Indonesia, sedangkan pengajar yang
menguasai bahasa Indonesia dengan baik belum tentu menguasai bahasa pengantar dengan
baik pula.
Berkaitan dengan bentuk kelas, penyelenggara BIPA dihadapkan pula pada model
penyelenggara kursus atau pembelajaran. Peminat dan jumlah siswa BIPA yang tidak sama
ketika datang ke Indonesia membuat sukar untuk menentukan jadwal masing-masing siswa.
Penyelenggara yang bersifat individual sangat menguntungkan siswa, akan tetapi tenaga
pengajarbanyak tersrap. Disamping itu pembelajaran yang bersifat individual sangat
memakan tempat pula.
Kesulitan dalam mengucapkan huruf alfabet, misalnya mahasiswa asing yang berasal
dari Korea sulit mengucapkan huruf “R” “L” dan mahasiswa asing yang berasal dari Belgia
sulit membedakan huruf M, N, dan W. Kesulitan dalam mempelajari tata bahasa, misal kata
yang berimbuhan Ber-, Meng-, -Kan. Mahasiswa asing memiliki kesulitan dalam merespon
dengan menggunakan bahasa Indonesia, tetapi mahasiswa asing mengerti apa yang
dibicarakan saat orang lain berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran BIPA di atas, baik kendala yang
muncul dari pengajar, pembelajar maupun objek yang diajarkan, menjadi sebuah
permasalahan yang memerlukan obat penawar yang setidaknya dapat menjadi alternatif
penyembuhan. Oleh karena itu kita perlu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Menurut Gunter et al (1990:67) upaya untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
pembelajaran BIPA adalah sebagai berikut:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai
a. Tujuan diarahkan pada domain kognitif, afektif atau psikomotor
b. Bagaimana kompleksitas tujuan yang ingin dicapai?
c. Apakah memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
a. Materi pembelajaran apakah berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu
b. Mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak
c. Apakah tersedia bahan atau sumber yang relevan
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik
b. Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik
c. Apakah model pembelajaran sesuai dengan gaya belajar peserta didik
4. Pertimbangan dari sudut non teknis
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model pembelajaran
b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang
dapat digunakan
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi.
Simpulan
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) adalah pola umum
kegiatan pembelajaran keterampilan Bahasa Indonesia untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien. Kemudian, teknik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran BIPA yaitu teknik Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, karya wisata,
pemecahan masalah, diskusi, eksperimen, kerja kelompok, sosiodrama, dan penugasan.
DOI: 10.31004/digdaya.vxix.xxx
Pada saat pelaksanaan pembelajaran diperlukan suatu alat atau media pembelajaran
untuk mempermudah pengajar dalam penyampaian materi pembelajaran ke peserta didik.
Selain mempermudah, juga dapat membuat peserta didik menjadi tertarik dan termotivasi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode pembalajaran bagi penutur asing adalah
cara yang digunakan oleh pengajar untuk melakukan program pembelajaran bahasa
Indonesia yang telah disusun. Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan.
Selain itu, materi yang digunakan pengajar untuk pembelajaran BIPA selain
menggunakan buku paket, pengajar juga mencari materi dari sumber lain yang materinya
sesuai atau relevan dengan topik pembelajaran yang akan di ajarkan. Materi dari sumber lain
dapat berfungsi untuk melengkapi buku paket tersebut.
Kenyataannya dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari kendala-kendala yang
dihadapi baik dari pengajar maupun bagi mahasiswa asing. Kendala yang dihadapi selama
selama proses pembelajaran antara lain faktor sarana dan prasarana, bentuk kelas, metode
pengajaran, materi pelajaran, kualifikasi pengajar, kesulitan dalam mengucapkan huruf
alphabet, dan kesulitan dalam mempelajari tata bahasa.
Upaya untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran BIPA
adalah pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan yang berhubungan
dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa,
dan pertimbangan dari sudut non teknis.
Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Arumdyahsari, Sheilla, Widodo Hs, Gatut Susanto. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Madya. Jurnal Pendidikan, Vol.1, No. 5, Bln Mei
Thn 2016 Hal 828—834.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBBP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models approach. Boston:
Allyn and Bacon.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Kusmiatun, Ari. 2016. Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan
Pembelajarannya. Yogyakarta: K-Media.
Mahmud, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adi Cita Karya
Nusa.
Sanjaya, A. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Taftiawati, Meida. 2013. Stategi Komunilasi Pembelajar Asing dalam Pembelajaran BIPA
Tingkat Dasar. Repository.UPI.Edu.
Wina, Sanjaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana Prenada.
Iskandarwassid dan Dadang S. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosda
Karya