Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MELIZAWATI

PRODI : EKONOMI SYARIAH 1/A

MATKUL: BAHASA INDONESIA

ABSEN : 23

SOAL :

1. Jelaskan mengapa kegiatan atau proses pembelajaran Bahasa Indonesia (B1) sebagai bahasa
kedua (B2) yang berlangsung selama ini belum berjalan lancar!

02. Jelaskan hambatan-hambatan yang mengganggu lancarnya pembelajaran Bahasa Indonesia


(B1) sebagai bahasa kedua (B2) pada dasarnya dapat dibedakan ada 2 yaitu,

a. bersifat linguistik

b. bersifat non linguistik !

03. Jelaskan hambatan-hambatan non linguistik yang mengganggu lancarnya pembelajaran


Bahasa Indonesia (B1) sebagai Bahasa kedua (B2) dapat ditemukan pada konteks siswa belajar
Bahasa Indonesia dan guru yang mengajar Bahasa Indonesia!

04. Jelaskan sumbangan linguistik dalam pengajaran Bahasa Indonesia!

05. Jelaskan tujuan pengembangan Bahasa Indonesia!

JAWAB

1. Pengajaran bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua. Ini membuktikan bahwa Indonesia kaya akan
budaya. Salah satu unsur budaya yang dicetuskan oleh Koentjaraningrat yaitu bahasa.
Indonesia memilki banyak bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Dari dasar ini, posisi bahasa Indonesia yang secara politis merupakan bahasa negara dan
bahasa pemersatu bangsa memilki peran yang sangat startegis di samping
mempertahankan bahasa-bahasa daerah.Dalam bahasa pertama, seringkali terdapat di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dll. Sedangkan pada daerah-daerah lain masih
bisa mempertahan bahasa daerahnya. Setidaknya terdapat beberapa pendekatan yang
menunjang pemerolehan bahasa pertama. Sedangkan, untuk pengajaran bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua terdapat faktor-faktor penentunya.
Proses belajar-mengajar bahasa, baik bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
maupun bahasa kedua, perlu diperhatikan beberapa variabel, seperti yang bersifat
linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik yang dapat menentukan keberhasilan dalam
proses mempelajari bahasa. Kedua variabel tersebut bukan merupakan hal yang terpisah
atau berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan,
berkaitan, serta berpengaruh.Bahasa Indonesia dipandang ke dalam dua perspektif. Yang
pertama, bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama,dan yang kedua, bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Tantangan muncul ketika pengajaran atau pemerolehan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua di tengah-tengah upaya harus melestarikan bahasa
pertama atau biasa disebut dengan bahasa ibu. Konon, jumlah bahasa ibu di negara kita
ini paling banyak di seluruh dunia, artinya bahasa ibu yang terdapat di Indonesia jauh
lebih banyak daripada yang terdapat di negara-negara lain, yaitu lebih dari 700 macam
bahasa.Inilah yang membuat kita sebagai pemakai bahasa Indonesia dapat menempatkan
diri, sehingga bahasa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya tanpa melupakan
bahasa daerah setiap daerah atau bahasa ibu. Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai
bentuk upaya mempersatukan bangsa. Meskipun berbeda-beda dalam berbahasa daerah,
namun semua itu dapat bersatu dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhinya antara lain:
1. Kurikulum yang tidak sesuai: Kurikulum yang digunakan mungkin tidak memadai atau
tidak sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua. Kurikulum yang tidak relevan atau terlalu padat dapat membuat siswa kesulitan
dalam memahami materi dan menguasai bahasa dengan baik.
2. Metode pengajaran yang kurang efektif: Metode pengajaran yang digunakan mungkin
tidak efektif dalam membantu siswa belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
Metode yang monoton atau tidak interaktif dapat membuat siswa kehilangan minat dan
motivasi untuk belajar.
3. Keterbatasan sumber daya: Sekolah atau institusi pendidikan mungkin menghadapi
keterbatasan sumber daya, seperti buku teks yang kurang memadai, kurangnya fasilitas
pendukung, atau kurangnya guru yang berkualitas. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi
kualitas pembelajaran dan menyulitkan siswa dalam mempelajari bahasa dengan baik.
4. Kurangnya latihan dan praktik: Siswa mungkin tidak memiliki cukup kesempatan
untuk berlatih dan menggunakan Bahasa Indonesia dalam situasi nyata. Kurangnya
latihan berbicara, menulis, dan mendengar dapat menghambat kemajuan siswa dalam
menguasai bahasa.
5. Tidak adanya dukungan lingkungan: Lingkungan di sekitar siswa mungkin tidak
mendukung dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Jika siswa tidak memiliki kesempatan
untuk menggunakan bahasa secara aktif di luar kelas, mereka mungkin kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik.

2. Hambatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dapat


dikelompokkan menjadi dua kategori utama: hambatan linguistik dan hambatan non-
linguistik. Hambatan linguistik mencakup aspek-aspek seperti tata bahasa, kosa kata, dan
pemahaman makna. Keterbatasan dalam hal ini dapat menyulitkan siswa untuk
menguasai struktur bahasa dengan lancar, terutama jika ada perbedaan besar antara
bahasa ibu mereka dan Bahasa Indonesia.
Selain itu, hambatan non-linguistik juga memainkan peran penting dalam pembelajaran
bahasa kedua. Faktor ini melibatkan aspek-aspek seperti motivasi, kepercayaan diri, dan
faktor psikososial. Kurangnya motivasi atau kepercayaan diri dalam menggunakan
bahasa baru dapat menghambat kemajuan siswa, bahkan jika mereka memiliki
pemahaman yang baik tentang tata bahasa dan kosakata.

Ketidaksesuaian konteks atau kurangnya kesempatan praktik dalam kehidupan sehari-


hari juga dapat menjadi hambatan non-linguistik. Misalnya, jika siswa tidak memiliki
banyak kesempatan untuk berbicara atau menggunakan Bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan berbicara
mereka.

Dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, pendekatan yang holistik yang mencakup


aspek linguistik dan non-linguistik menjadi kunci. Guru dapat merancang strategi
pembelajaran yang mencakup keberagaman kegiatan berbasis bahasa dan menciptakan
lingkungan yang mendukung penggunaan aktif Bahasa Indonesia dalam berbagai
konteks. Selain itu, memotivasi siswa dan membangun kepercayaan diri mereka juga
perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa kedua.

3. Hambatan non linguistik dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
dapat ditemui baik pada siswa maupun guru. Pertama-tama, faktor budaya menjadi salah
satu hambatan utama. Siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda
mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami konteks budaya Indonesia yang
tercermin dalam bahasa. Misalnya, perbedaan norma sosial atau ekspresi budaya dalam
bahasa Indonesia dapat menjadi tantangan bagi siswa untuk menguasai pemahaman
kontekstual bahasa tersebut.

Selanjutnya, perbedaan penggunaan teknologi dan media dalam proses pembelajaran


juga dapat menjadi hambatan. Jika guru tidak memanfaatkan teknologi dengan baik atau
siswa tidak memiliki akses yang memadai, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua dapat menjadi kurang interaktif dan kurang menarik. Penggunaan media
yang terbatas juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk mengembangkan
keterampilan bahasa secara efektif.

Selain itu, perbedaan gaya belajar antara siswa juga merupakan hambatan non
linguistik yang signifikan. Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, dan
pendekatan pengajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar individu dapat menghambat
pemahaman dan perkembangan bahasa mereka. Guru perlu memahami variasi ini dan
menciptakan strategi pembelajaran yang beragam untuk memenuhi kebutuhan beragam
siswa.
Dalam menghadapi hambatan-hambatan ini, penting bagi guru bahasa Indonesia untuk
merancang kurikulum yang inklusif, memanfaatkan teknologi secara efektif, dan
mengadopsi metode pengajaran yang mendukung berbagai gaya belajar siswa. Sementara
itu, siswa dapat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, membuka diri terhadap
pengalaman budaya, dan berkomunikasi dengan guru untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang mungkin muncul.

4. Linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam pemahaman, pengembangan, dan
pemeliharaan Bahasa Indonesia. Pertama-tama, linguistik membantu dalam menganalisis
struktur bahasa, termasuk tata bahasa, morfologi, dan sintaksis. Dengan pemahaman yang
mendalam terhadap struktur bahasa, para ahli linguistik dapat memberikan kontribusi
signifikan dalam merinci aturan penggunaan yang benar dan memperkuat landasan
normatif Bahasa Indonesia.

Selain itu, linguistik terlibat dalam studi variasi bahasa, yang dapat membantu
memahami perbedaan dialek, ragam sosial, dan variasi geografis dalam Bahasa
Indonesia. Pemahaman terhadap variasi ini penting untuk memastikan Bahasa Indonesia
tetap inklusif dan mampu mencerminkan keragaman budaya di Indonesia. Linguistik
mampu merinci perubahan bahasa seiring waktu dan interaksi antarbudaya, membantu
dalam menciptakan basis yang dinamis untuk pengembangan Bahasa Indonesia yang
responsive terhadap perkembangan masyarakat.

Selanjutnya, kontribusi linguistik tercermin dalam pemeliharaan dan pengembangan


kosakata. Studi leksikologi dan leksikografi melibatkan analisis makna, asosiasi, dan
penggunaan kata-kata dalam konteks tertentu. Ini penting untuk mengikuti perubahan
zaman, teknologi, dan kebutuhan komunikasi yang berkembang pesat. Dengan bantuan
linguistik, Bahasa Indonesia dapat terus berkembang dan mengakomodasi perubahan
dinamika sosial, ekonomi, dan budaya.

Secara keseluruhan, linguistik memberikan fondasi ilmiah yang kuat untuk


pemeliharaan, pengembangan, dan pembaruan Bahasa Indonesia. Dengan pemahaman
mendalam tentang struktur, variasi, dan kosakata bahasa, para ahli linguistik dapat
memberikan sumbangan berharga untuk menjaga kelestarian dan relevansi Bahasa
Indonesia dalam konteks yang terus berubah.

5. Pengembangan bahasa Indonesia memiliki beberapa tujuan yang mendasari upaya


untuk memperkaya dan memperluas kemampuan bahasa tersebut. Pertama-tama, salah
satu tujuan utama adalah untuk menjaga dan melestarikan identitas budaya bangsa
Indonesia. Bahasa adalah salah satu elemen kunci dalam mempertahankan keberlanjutan
warisan budaya, dan pengembangan bahasa Indonesia bertujuan untuk merawat kekayaan
linguistik yang menjadi cerminan dari sejarah, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat
Indonesia.

Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap
relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman dan perkembangan teknologi.
Pengembangan bahasa tidak hanya mencakup pelestarian, tetapi juga penyesuaian
terhadap kebutuhan komunikasi yang berkembang. Dengan cara ini, bahasa Indonesia
dapat tetap menjadi alat komunikasi yang efektif dan efisien di berbagai konteks,
termasuk dalam dunia bisnis, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Terakhir, pengembangan bahasa Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan daya


saing global. Dengan mengembangkan dan memperkaya kosakata serta konsep dalam
bahasa, masyarakat Indonesia dapat lebih mudah berpartisipasi dalam dialog
internasional, memperkuat konektivitas antarbudaya, dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan demikian, pengembangan bahasa Indonesia
bukan hanya untuk kepentingan internal, tetapi juga sebagai langkah menuju integrasi
yang lebih baik dalam skala global.

081276445387

Anda mungkin juga menyukai