Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HERI WIJAYA

PRODI : TEKNIK SIPIL

ANALISA PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI DAERAH TERPENCIL

Bahasa merupakan salah satu aspek dominan dalam proses pendidikan. Bahasa
bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk transfer pengetahuan tetapi bahasa jugasebagai
sebuah ilmu, yang bisa membentuk karakter seseorang.Menurut Dirjen Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Suyanto, Phd pada seminar nasional dan
temu alumni yang diselenggarakan dewan pengurus pusat ikatan alumni UNY, sabtu 5 mei
2012 bahwa “ bahasa ibu perlu diajarkan sejak dini kepada anak, meskipun bahasa
Indonesia juga perlu”.
Selanjutnya pada tulisan ini penulis mencoba melihat bagaimana proses pengajaran
bahasa Indonesia di daerah-daerah terpencil yang ada di Indonesia. Sebagian besar
pengajaran pada tahapan SD yang ada di daerah-daerah terpencil ini sangat di dominasi
oleh bahasa daerah. Memang benar bahasa daerah tidak bisa disampingkan. Sebagaimana
mana pengajaran bahasa daerah diakomodasi di dalam muatan lokal yang mempunyai
landasan yang kuat sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kebijakan yang
berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi
kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat
program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu,
program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik
tentang kekhususan yang ada di lingkungannya.
Secara umum pengajaran bahasa Indonesia di daerah-daerah terpencil ini
mempunyai kendala-kendala yaitu pertama: guru yang mengajar tidak memiliki kemampuan
yang mumpuni dalam pegetahuan bahasa indonesia sebagai sebuah ilmu. Sehingga lebih
kepada menggugurkan kewajiban saja, tuduhan ini bukan tanpa alasan. Pelajaran Bahasa
indonesia dijadikan pelajaran “strata dua”. Penulis merasa prihatin terhadap hal ini, Ini
tentu bukan kesalahan sekolah dan guru. Diakui atau tidak untuk mencari pengajar yang
memang menguasai ilmu bahasa khususnya Bahasa indonesia sulit untuk dilakukan oleh
sekolah. Makanya tidak mengherankan jika pelajaran bahasa indonesia ada yang diajarkan
oleh guru dari berbagai disiplin ilmu. Pertanyaan yang selanjutnya yang perlu diajukan,
apakah dalam pengajaran Bahasa indonesia yang dilakukan oleh bukan ahlinya akan berhasil
dalam proses pengajaranya? Padahal sebagai mana pengetahuan pengajaran bahasa
merupakan sesuatu yang kompleks, karena bahasa merupakan cerminan suatu budaya, dan
beragam unsur moral yang disampaikan dalam kesusateraanya. Sebagai contoh puisi dan
pantun yang memilki nilai luhur dan pesan moral yang mendalam dalam karya sastra
tersebut. Rasanya tidak mungkin berhasil dalam proses pembelajaran jika guru yang tidak
paham dalam kesusasteraan. Untuk mengajarkan pantun misalnya seorang guru Bahasa
indonesia perlu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai moral, budaya, itu
harus dikaji, dianalisis, dan jika diperlukan diberi spirit baru yang sesuai dengan jiwa zaman,
sehingga pembelajaran itu sangat bermakna bagi peserta didik. Dan pada akhirnya nilai-nilai
yang telah didapatkanya dari sebuah karya tadi bisa diimplementasikan dalam komunitas
yang lebih besaragar dapat bertunas serta hidup subur di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya.
Selanjutnya kendala yang kedua adalah kuatnya dominasi pengunaan Bahasa daerah
di sekolah. Dalam pengajaran Bahasa indonesia, bahasa pengantar yang digunakan guru
dominan bahasa daerah. Hal ini untuk membiasakan siswa dan guru dapat terbiasa dalam
mengunakan Bahasa daerah dibandingkan bahasa indonesia. Adanya dominasi Bahasa
daerah ini paling tidak bisa menyebabkan pudarnya pengunaan Bahasa indonesia. Dan yang
ketiga kebijakan pemerintah/dinas pendidikan kurang mendukung, dapat dilihat tidak atau
masih jarangnya pelatihan atau training dalam pengajaran Bahasa Indonesia untuk guru-
guru daerah terpencil khususnya guru SD. Ini tidak boleh dibiarkan bahasa indonesia adalah
sesuatu yang mempunyai nilai strategis yang wajib di pelihara. Untuk menyikapi hal ini perlu
adanya keseriusan dari seluruh rakyat dan dinas terkait untuk menjaga dan
mengembangkan bahasa Indonesia tercinta. Kita tidak boleh menyerahkan sepenuhnya
proses pengajaran bahasa indonesia berlangsung secara “alami”, Pengajaran bahasa
indonesia perlu sentuhan ahlinya.

Anda mungkin juga menyukai