e-mail: gedeyoga.hermawan@gmail.com1,
lpp-mahadewi@undiksha.ac.id2, ndarta12345@gmail.com
Abstrak
Permasalahan yang terdapat pada kelas V semester II di SD Negeri 4 Tejakula yaitu
masih kurangnya keterampilan berbicara siswa. Oleh karena itu dilaksanakan penelitian
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa
Indonesia siswa kelas V semester II SD Negeri 4 Tejakula Kabupaten Buleleng setelah
penerapan model pembelajaran paired storytelling tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V di SD Negeri 4 Tejakula sebanyak 17 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus. Hasil penelitian pada
siklus I menunjukkan bahwa rata-rata klasikal keterampilan berbicara siswa mencapai
78,5 serta ketuntasan klasikal mencapai 64,7%. Pada siklus II rata-rata klasikal
keterampilan berbicara mencapai 87,2 serta ketuntasan klasikal mencapai 82,4%. Data
yang telah diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berbicara
siswa kelas V di SD Negeri 4 Tejakula setelah diterapkan model pembelajaran paired
storytelling. Berdasarkan data hasil observasi dalam penelitian yang telah dilaksanakan
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran paired storytelling dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas
V semester II SD Negeri 4 Tejakula Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini disarankan kepada siswa, guru, sekolah serta peneliti lain.
Abstract
In the application of the second semester in class V SD Negeri 4 Tejakula is still a lack of
students' speaking skills. Therefore conducted research that aims to improve speaking
skills on the subjects of Indonesian students second semester class V SD Negeri 4
Tejakula Buleleng after application of learning models paired storytelling in the academic
year 2015/2016. This research is a classroom action research. The subjects were all
students in grade V in SD Negeri 4 Tejakula many as 17 people. Data collection
techniques using observation. This study was conducted over two cycles. The results of
the study in the first cycle showed that the average classical students' speaking skills
reached 78.5 and reached 64.7% classical completeness. In the second cycle the
average reached 87.2 classically speaking skills as well as classical completeness
reached 82.4%. Data have been obtained showing that an increase in students' speaking
skills in primary school class V 4 Tejakula after learning model paired applied storytelling.
Based on data from observations in studies that have been conducted, it can be
concluded that the application of learning models paired storytelling can improve
speaking skills on the subjects of Indonesian students second semester class V SD
Negeri 4 Tejakula Buleleng in the academic year 2015/2016. This study is recommended
to students, teachers, schools and other researchers.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
wawancara; (7) pertunjukan drama; (8) sehingga siswa merasa bosan untuk
bermain peran; (9) pertunjukan boneka; mengikuti pelajaran. Cara lain yang
dan (10) berbicara serempak. pernah dilakukan, yakni dengan teknik
Saat dilakukan observasi di SD penugasan melalui contoh yang diberikan
Negeri 4 Tejakula yaitu pada kelas V oleh guru. Cara itu juga tidak dapat
semester I tahun pelajaran 2015/2016, memotivasi siswa untuk aktif dalam
realitas pengajaran bahasa di kelas proses pembelajaran. Disamping itu, guru
khususnya dalam aspek keterampilan hanya memberikan sedikit porsi untuk
berbicara kurang maksimal. Kenyataan praktik langsung yang sifatnya menantang
itu, dapat dilihat ketika pelaksanaan perhatian dan kemampuan siswa.
pembelajaran di kelas tersebut. Guru Jika kondisi pembelajaran seperti
meminta siswa untuk menyampaikan itu dibiarkan, maka keterampilan berbicara
cerita dengan urutan yang baik. Pada saat siswa kelas V semester II SD Negeri 4
bercerita, siswa terlihat sulit memulai Tejakula akan terus berada pada tingkat
cerita, mengurutkan jalan cerita dan rendah. Disinilah peran guru dituntut
mengakhiri cerita yang disampaikan, mampu untuk mencari cara agar kondisi
selain itu siswa tidak fokus dalam pembelajaran bahasa Indonesia menjadi
bercerita sehingga cerita yang lebih aktif, terutama dalam upaya
disampaikan tidak sistematis. Hal lain meningkatkan dan mengembangkan
yang terjadi adalah siswa bosan keterampilan berbicara siswa.
mendengarkan cerita yang disampaikan Model pembelajaran paired
oleh temannya terlebih lagi cerita itu tidak storytelling merupakan model
dapat menarik perhatian mereka. pembelajaran yang tepat untuk mengatasi
Perbendaharaan kata bahasa Indonesia masalah-masalah tersebut apalagi dalam
siswa juga masih sangat minim, sehingga pembelajaran berbahasa. Model
membuat guru harus mengajar dengan pembelajaran paired storytelling
bantuan terjemahan bahasa daerah. merupakan salah satu model
Beberapa istilah bahasa Indonesia, harus pembelajaran kooperatif yang dilandasi
diterjemahkan guru dengan bahasa oleh teori belajar kostruktivisme. Hal ini
daerah. Hal ini membuktikan bahwa tampak dari model pembelajaran paired
banyak siswa yang belum terampil dalam storytelling yang mengutamakan peran
berbicara khususnya menyampaikan individu atau siswa dalam belajar. Siswa
cerita. dituntut untuk belajar dengan
Masih minimnya keterampilan menggunakan semua indera dan juga
berbicara siswa juga sangat berpengaruh siswa diberikan kesempatan untuk
terhadap hasil belajar yang diperoleh mengembangkan pengetahuannya
siswa dalam mata pelajaran bahasa sendiri. Peran guru dalam model
Indonesia. Dari 17 Jumlah siswa, ada 10 pembelajaran ini hanya menyediakan
siswa yang nilainya masih dibawah KKM sumber-sumber belajar, memberi motivasi
dan 7 siswa yang nilainya sudah di atas (support) kepada siswa untuk belajar dan
KKM. KKM pada mata pelajaran bahasa membimbing siswa. Dalam penerapan
Indonesia di kelas V SD Negeri 4 Tejakula model pembelajaran paired storytelling,
sebesar 65. Nilai keterampilan berbicara siswa akan bekerja secara berpasangan
siswa juga mempengaruhi hasil belajar dalam suasana gotong royong dan
bahasa Indonesia secara klasikal yang mempunyai banyak kesempatan untuk
dapat dilihat dari rata-rata kelas sebesar mengolah informasi dan berkomunikasi
63,4. Berdasarkan hal tersebut, dapat sehingga keterampilan berbicara siswa
disimpulkan bahwa nilai keterampilan pun akan meningkat. Dalam
berbicara siswa kelas V di SD Negeri 4 menyelesaikan tugas kelompok, masing-
Tejakula masih rendah. masing siswa memiliki tanggung jawab
Rendahnya nilai keterampilan untuk menyelesaikan bagian dari tugas
berbicara siswa kelas V SD Negeri 4 kelompok yang diberikan. Kemudian
Tejakula disebabkan oleh cara mengajar siswa harus bekerja sama dengan
guru yang kurang inovatif. Guru lebih pasangannya untuk menyatukan bagian
banyak menggunakan metode ceramah tugas yang diberikan dengan cara saling
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bercerita satu sama lain. Lie (2010) tidak, masalah itu akan dapat
menyatakan, guru memperhatikan menyurutkan motivasi siswa terhadap
skemata atau latar belakang pengalaman pelajaran yang diajarkan. Misalnya hasil
siswa dan membantu siswa mengaktifkan belajar siswa rendah, dan siswa kurang
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi aktif dalam pembelajaran di kelas.
lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
dirangsang untuk mengembangkan memperbaiki pembelajaran. Perbaikan
kemampuan berpikir dan berimajinasi. dilakukan secara bertahap dan terus
Dengan diterapkannya model menerus, selama kegiatan penelitian
pembelajaran paired storytelling, maka dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK
permasalahan yang ada pada kelas V dikenal adanya siklus pelaksanaan. Ini
semester II SD Negeri 4 Tejakula, yakni tentu berbeda dengan penelitian biasa,
keterampilan berbicara siswa yang masih yang biasanya tidak disertai dengan
rendah dapat ditingkatkan. Model perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini
pembelajaran paired storytelling juga merupakan ciri khas penelitian tindakan,
dapat melatih siswa untuk membiasakan yaitu adanya tindakan yang berulang-
diri menggunakan bahasa Indonesia yang ulang sampai didapat hasil yang terbaik.
baik dan menambah koleksi kata-kata Penelitian ini dilaksanakan di SD
bahasa Indonesia siswa. Semua Negeri 4 Tejakula, kabupaten Buleleng
permasalahan itu dapat diatasi melalui pada rentang waktu semester II tahun
diskusi antar siswa sehingga dapat pelajaran 2015/2016. Subjek dalam
meningkatkan keterampilan berbicara penelitian ini adalah siswa kelas V di SD
siswa. Negeri 4 Tejakula dengan 9 orang siswa
Berdasarkan paparan di atas maka perempuan, 8 orang siswa laki-laki yang
dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) berjumlah 17 orang. Dipilihnya siswa V
dengan judul “Penerapan Model sebagai subjek penelitian karena dasar
Pembelajaran Paired Storytelling Untuk yang berkaitan dengan permasalahan
Meningkatkan Keterampilan Berbicara yang diteliti terdapat di kelas V dan di
Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 4 kelas tersebut kemampuan siswa dalam
Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun berbicara belum maksimal. Kemudian
Pelajaran 2015/2016”. objek dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini bertujuan untuk keterampilan berbicara siswa.
mengetahui peningkatkan keterampilan Untuk melaksanakan penelitian
berbicara pada mata pelajaran bahasa tindakan kelas (PTK), dibutuhkan
Indonesia siswa kelas V semester II SD beberapa tahapan yang disebut siklus
Negeri 4 Tejakula Kabupaten Buleleng PTK yang dimulai dari merasakan
setelah penerapan model pembelajaran masalah, menyusun perencanaan,
paired storytelling tahun pelajaran melaksanakan tindakan, melakukan
2015/2016. observasi/evaluasi dan melakukan
refleksi. Penelitian ini dilaksanakan
METODE sebanyak dua siklus. Sebelum melakukan
Jenis penelitian yang telah penelitian, dilakukan observasi awal untuk
dilakukan adalah penelitian tindakan kelas mengetahui penyebab permasalahan
(classroom action research). “Penelitian yang dialami oleh siswa dan guru pada
tindakan kelas adalah penelitian yang mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya kelas V di SD Negeri 4 Tejakula. Pada
sediri melalui refleksi diri, dengan tujuan saat observasi awal ditemukan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai permasalahan yang terkait dengan
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi keterampilan berbicara siswa. Sebelum
meningkat” (Wardhani, dkk, 2007: 1.4). peneliti dan guru melakukan tindakan,
Hal ini berarti apabila seorang guru perlu disusun rencana berupa langkah-
dihadapkan pada suatu permasalahan langkah yang akan dilakukan sehingga
dalam pembelajaran, guru harus segera komponen yang diperlukan dapat dikelola
mengambil suatu tindakan untuk dengan baik. Tanpa rencana, kegiatan
memecahkan masalah tersebut. Jika yang kita lakukan tidak akan terarah
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dengan baik (Wardhani, dkk, 2007). berjalan lebih lancar daripada yang
Rencana akan menjadi acuan dalam sebelumnya. Dengan demikian refleksi
melaksanakan tindakan. Berdasarkan dapat ditentukan sesudah adanya
refleksi awal yang telah dilakukan, implementasi tindakan dan hasil
beberapa hal yang perlu disiapkan dalam observasi. Berdasarkan refleksi ini pula
penelitian adalah sebagai berikut: peneliti suatu perbaikan tindakan selanjutnya
dan guru menyiapkan fasilitas dan sarana dilakukan. Jika keterampilan berbicara
pendukung pembelajaran, seperti siswa belum dapat memenuhi kriteria
menyiapkan silabus, membuat rencana keberhasilan penelitian yang telah
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di ditetapkan maka akan dilakukan siklus
dalamnya terdapat prosedur pelaksanaan berikutnya. Dalam penelitian ini,
model pembelajaran paired storytelling; menggunakan dua siklus karena pada
peneliti dan guru menyiapkan alat siklus I kriteria keberhasilan yang telah
evaluasi untuk menilai keterampilan ditentukan belum dapat dipenuhi. Kriteria
berbicara siswa yang berupa kisi-kisi keberhasilan yang telah ditentukan dapat
penilaian keterampilan berbicara, cerita, dicapai pada siklus II. Oleh karena itu,
kolom skor dan nilai keterampilan penelitian tindakan kelas tidak dilanjutkan
berbicara serta rubrik penilaian; peneliti ke siklus berikutnya.
dan guru mendiskusikan jadwal penelitian. Pengumpulan data dalam
Dalam tahap pelaksanaan, pembelajaran penelitian ini dilaksanakan dengan
yang dilakukan sesuai dengan RPP yang metode observasi. Observasi adalah
telah dibuat pada tahap perencanaan. suatu cara untuk mengadakan penilaian
Peneliti sebagai instrument kunci, selalu dengan jalan mengadakan pengamatan
melakukan pencatatan terhadap secara langsung dan sistematis
perubahan belajar yang terjadi pada siswa (Nurkancana dalam Agung, 2014).
saat pembelajaran dengan menggunakan Metode observasi digunakan untuk
model pembelajaran paired storytelling mengumpulkan data tentang
berlangsung. Perubahan belajar yang perkembangan keterampilan berbicara
dimaksud adalah perubahan yang siswa setelah diterapkan model
berpengaruh pada keterampilan berbicara pembelajaran paired storytelling.
siswa. Selain itu, peneliti juga mencatat Analisis data dalam penelitian ini
segala kekurangan, hambatan dan adalah menggunakan analisis data
masalah baru yang terjadi pada saat deskriptif kuantitatif. “Metode analisis data
pembelajaran agar bisa digunakan deskriptif kuantitatif adalah suatu cara
sebagai bahan refleksi. Setelah dilakukan pengolahan data yang dilakukan dengan
observasi/evaluasi, dilanjutkan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam
refleksi. Pada prinsipnya yang dimaksud bentuk angka-angka dan atau presentase,
dengan istilah refleksi adalah perbuatan mengenai suatu objek yang diteliti,
merenung atau memikirkan sesuatu atau sehingga diperoleh kesimpulan umum”
upaya evaluasi yang dilakukan oleh para (Agung, 2014: 110). Metode analisis
kolaborator atau partisipan yang terkait deskriptif kuantitatif digunakan untuk
dengan suatu PTK yang dilaksanakan menentukan keterampilan berbicara siswa
(Kusumah dan Dedi, 2010). Hasil yang dikonversikan ke dalam penilaian
observasi yang telah dilakukan kemudian acuan patokan (PAP) skala lima. Adapun
direfleksikan ketercapaiannya dalam langkah-langkah analisis data
proses maupun hasil tindakan. Refleksi keterampilan berbicara adalah sebagai
bertujuan untuk memformulasikan berikut. Menentukan nilai keterampilan
kekuatan, kelemahan dan hambatan yang berbicara siswa secara individu. Setelah
mengganjal dalam pelaksanaan PTK didapat nilai keterampilan berbicara siswa
tersebut. Dari hasil refleksi ini digunakan maka akan dimasukkan ke dalam tabel
untuk menentukan tindakan siklus nilai keterampilan berbicara siswa.
selanjutnya. Kekuatan-kekuatan dapat Setelah dimasukkan ke dalam tabel nilai
dipertahankan sedangkan kelemahan keterampilan berbicara, maka akan
dapat kemudian direvisi agar pelaksanaan diketahui nilai rata-rata kelas. Setelah itu,
pembelajaran pada siklus kedua dapat menghitung presentase ketuntasan
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016