Anda di halaman 1dari 17

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

DAYA LITERASI PENGAJAR BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING


PADA ERA DISRUPSI DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Park Jin Ryeo


Major of Indonesia-Malaysia, Busan University of Foreign Studies
Email: parkjr@bufs.ac.kr/jinryeo@hotmail.com

Abstrak- Permasalahan konkret yang menjadi topik utama dalam makalah ini
adalah tantangan pengajar dalam menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing yang efektif di era Revolusi Industri 4.0. Adapun konten di
dalamnya mencakup pengajaran bahasa Indonesia di Program Studi Bahasa
Indonesia-Malaysia, Busan University of Foreign Studies (BUFS), sekitar masalah
pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing, dan tantangan pengajaran
bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0 serta daya literasi pengajar bahasa
Indonesia pada Era Disrupsi.

Kata Kunci- Revolusi Industri 4.0, Disrupsi, Literasi, Bahasa Indonesia

Abstract- The concrete problems which are the main topics in this paper are the
challenges of the instructor in creating learning Indonesian as a foreign language
that is effective in the era of the Industrial Revolution 4.0. The content includes the
teaching of Indonesian in the Indonesian-Malaysian Language Study Program, the
Busan University of Foreign Studies (BUFS), about the problem of learning
Indonesian for foreign speakers, and the challenges of teaching Indonesian in the
Industrial Revolution 4.0 era as well as Indonesian literacy literacy in the Disruption
Era

Keywords- Industrial Revolution 4.0, Disruption, Literacy, Bahasa Indonesia

——————————  ——————————

PENDAHULUAN
Program BIPA (Bahasa Indonesia seperangkat aturan yang disepakati.
untuk Penutur Asing) adalah program Keempat, kita belajar bagaimana prinsip-
pembelajaran bahasa Indonesia untuk prinsip kerjasama yang diwujudkan dalam
orang asing atau yang bahasa ibunya bahasa asli seseorang melalui pembicaraan
bukan bahasa Indonesia dan berasal dari yang sifatnya santai. Hal ini dapat dilihat
luar Indonesia menganut prinsip sifat melalui interaksi dalam percakapan sehari-
interaktif dan kooperatif bahasa. Adapun hari. Kelima, kita belajar bagaimana prinsip-
prinsip yang mendasari sifat interaktif dan prinsip yang diwujudkan dalam bahasa
kooperatif bahasa menurut Richard dan kedua melalui proses partisipasi.
Rodgers (2001:193) sebagai berikut. Pengajaran bahasa Indonesia untuk
Pertama, manusia dilahirkan untuk orang asing (BIPA) semakin berkembang,
berbicara dan komunikasi. Hal ini umumnya baik di dalam maupun di luar negeri dan
dianggap sebagai tujuan utama dari merupakan salah satu program Pemerintah
bahasa. Kedua, sebagian pembicaraan Indonesia melalui Badan Pembinaan dan
diatur sebagai percakapan. Ketiga, Pengembangan Bahasa (BPPB)
percakapan beroperasi sesuai dengan Kemendiknas sebagaimana yang tertuang

12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

pada UU No. 24 tahun 2009. Sampai saat belajar bahasa Indonesia? Jawabannya
ini sudah tercatat paling tidak ada 179 karena perkembangan ekonomi Indonesia
sentra penyelenggara pengajaran bahasa begitu cepat. Rasio pertambahan Growth
Indonesia di 48 negara dan diprediksi akan Domestic Product (GDP) Indonesia per
terus berkembang (Sujana, 2012). tahun semakin meningkat. Selain itu, orang
Dewasa ini, tercatat tidak kurang dari Indonesia masih belum habis-habisnya
36 negara yang telah mengajarkan bahasa demam K-Pop, misalnya adanya halyu
Indonesia. Di negara-negara yang (Gelombang Korea/Demam Korea) yang
dimaksud, bahasa Indonesia selain digemari remaja Indonesia melalui acara
diajarkan di KBRI dan beberapa tempat televisi dan drama di media digital.
kursus, juga diajarkan di sejumlah Seiring dengan pertumbuhan
universitas. Di Amerika misalnya, terdapat 9 ekonomi, pelancong dari Indonesia yang
universitas yang mengajarkan bahasa berkunjung ke Korea pun meningkat tajam,
Indonesia. Di Jerman terdapat 10 belum lagi jumlah tenaga kerja dari
universitas, di Italia lebih dari 6 universitas, Indonesia yang mencari devisa di negeri
dan di Jepang ada 26 universitas. Bahkan, Korea. Di sisi lain, investasi Korea di
di Australia bahasa Indonesia selain Indonesia sedang meningkat juga.
diajarkan di 27 universitas, juga diajarkan di Hubungan bilateral yang terjalin antara
berbagai sekolah menengah. Hal itu belum pemerintah Korea dengan Indonesia
termasuk sejumlah universitas lain di dunia. menimbulkan rasa ingin tahu warga Korea
Contoh di Korea, bahasa Indonesia untuk belajar tentang Indonesia. Oleh
diajarkan di dua universitas, Universitas sebab itu, turut berpengaruh juga terhadap
Bahasa Asing Hankuk dan Busan University peminatan terhadap bahasa Indonesia bagi
of Foreign Studies. Antara tahun 1964 orang Korea. Untuk itu, di Republik Korea,
sampai 1991 telah meluluskan mahasiswa sebagai salah satu negara yang memiliki
sebanyak 1150 dari jurusan atau program perguruan tinggi bahasa asing dan
studi bahasa dan budaya Indonesia di dua menjadikan bahasa Indonesia sebagai
universitas di Korea, dan tiap tahun program studi adalah di Republik Korea,
menghasilkan lulusan sekitar 80 orang. yaitu Program Studi Bahasa Indonesia-
Sayangnya hanya sedikit dari mereka yang Malaysia, Busan University of Foreign
memperoleh pekerjaan sesuai dengan Studies, difokuskan pada pengembangan
kualifikasi mereka. Rupanya perusahaan- para pakar yang terspesialisasi pada politik,
perusahaan Korea di berbagai negara di ekonomi, sejarah, dan masyarakat
Asia Pasifik, khususnya di Australia tidak Indonesia-Malaysia. Lebih khusus lagi
memperkerjakan orang dari keahlian adalah bahasa dan budaya Indonesia.
bahasa (Rivai, dkk., 2010). Tujuan belajar bahasa Indonesia di
Kemudian timbul pertanyaam, Busan University of Foreign Studies adalah
mengapa saat ini banyak orang Korea ingin agar dapat menggunakan bahasa yang

13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

dipelajari untuk berkomunikasi, menerima, seperti jumlah penuturnya, penyebaran


dan menyampaikan pesan atau informasi. geografisnya, dan kedekatan geografis
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan antara Korea dan negara tempat asal.
ataupun secara tertulis. Hal yang dapat Demi tercapainya tujuan
dikomunikasikan dalam kehidupan ini boleh pembelajaran bahasa Indonesia bagi
dikatakan tidak ada batas, akan tetapi penutur bahasa asing dipengaruhi oleh tiga
kebutuhan setiap orang untuk komponen. Ketiga komponen tersebut
berkomunikasi terbatas. Kalau orang belajar adalah pembelajar, materi pembelajaran,
bahasa kedua, tentu yang dipelajari dan proses pembelajaran. 1) Pembelajar
terutama hanya bagian yang diperlukan merupakan komponen yang sangat
untuk memenuhi kebutuhan itu. Bagi menonjol keberadaanya karena karateristik
penutur asing, tujuan pengajaran bahasa dan peran pembelajar bahasa Indonesia
Indonesia tentu tidak sama dengan bagi bagi orang asing dapat dilihat dari a)
siswa Indonesia karena kedudukan bahasa motivasi, b) tujuan pembelajaran, c) bakat,
Indonesia bagi siswa Indonesia dan bagi d) ciri personal, e) cara/strategi belajar, f)
penutur asing berbeda. Sikap siswa kemampuan kognitif, g) pengetahuan/
Indonesia dan penutur asing terhadap kemampuan. 2) Penyelenggara program
bahasa Indonesia juga berbeda. pengajaran bahasa Indonesia bagi orang
Orang asing belajar bahasa Indonesia asing. Dalam hal ini penyelenggara program
tidak untuk menjadi linguist bahasa pengajaran bahasa Indonesia bagi orang
Indonesia, tetapi untuk bisa berkomunikasi asing perlu memahami karakteristik dan
untuk mencapai tujuan lain. Pembelajaran peran pembelajar karena setiap individu
bahasa Indonesia bagi penutur asing yang memiliki karakteristik yang unik dan
diselenggarakan, baik di dalam maupun berbeda. 3) Proses pembelajaran.
luar negeri hanyalah sebagai batu loncatan Hubungan ketiga komponen tersebut
untuk mencapai tujuan lain seperti sangatlah penting sehingga akan
melakukan penelitian di Indonesia, menentukan hasil pembelajaran.
mengembangkan usaha di Indonesia, dan
membantu pendidikan di Indonesia. Dengan PEMBAHASAN
demikian, program pembelajaran bahasa Pengajaran Bahasa Indonesia di
Indonesia bagi penutur asing ini sangat Program Studi Bahasa Indonesia-
potensial untuk berlanjut menjadi kerjasama Malaysia, Busan University of Foreign
luar negeri, baik untuk pemerintah, swasta Studies (BUFS)
maupun perguruan tinggi. Penelitian Busan University of Foreign Studies
terdahulu yang dilakukan Nahm-Sheik Park (BUFS) memiliki motto “Faith ( ), Truth
(1992:149-174), menyatakan bahwa ( ), Creativity ( )” yang jika diartikan
permintaan bahasa asing di Korea saat ini secara bebas Iman, Kebenaran, Kreativitas.
merupakan fungsi dari sejumlah faktor lain BUFS ditujukan untuk menciptakan para

14
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

pemimpin global yang dapat membawa dua gelar sarjana secara bersamaan di
kepemimpinannya untuk mempercepat BUFS dan universitas di luar negeri.
globalisasi Korea di dalam masyarakat Mahasiswa S1 yang telah menyelesaikan
informasi di abad ke-21. Dengan demikian, perkuliahan selama 4 semester di BUFS
BUFS memusatkan perannya dalam untuk ikut belajar di universitas negara
mendidik mahasiswa agar memperoleh tujuan guna memperluas wawasan dan
pengetahuan yang sistematis tentang pemasaran internasional. Hal ini
negara-negara asing, sekaligus memungkinkan mahasiswa memperoleh
memberikan gambaran tentang cara dua gelar sarjana secara bersamaan, gelar
berpikir yang terbuka sehingga mereka pertama dari universitas di tanah air dan
secara aktif dapat beradaptasi dengan yang kedua dari universitas di negara lain.
budaya asing. Adapun perkuliahan di Program Studi
Selanjutnya, BUFS juga menawarkan Bahasa Indonesia-Malaysia difokuskan
pendidikan yang terspesialisasi dan praktis pada pengembangan pakar yang
untuk mampu menjadi warga masyarakat terspesialisasi pada bidang politik, ekonomi,
berkualitas global melalui perolehan sejarah, dan masyarakat Indonesia-
wawasan internasional dan cara berpikir Malaysia. Tercapainya kesepakatan
kritis yang beradat lokal. Universitas ini Program Dua Gelar (Dual Degree) dengan
berusaha untuk mempertahankan tingkatan Universitas Andalas di Indonesia dan
terbaik dari pendidikan bahasa asing Universitas Pendidikan Sultan Idris di
berdasarkan pada fakultas tertentu, fasilitas Malaysia memberikan kesempatan yang
yang sesuai dengan standar, dan besar untuk belajar ke luar negeri dalam
penelitian-penelitian yang inovatif. meningkatkan keterampilan berbahasa dan
Dalam menghadapi abad ke-21 yang juga dapat memperluas wawasan mereka.
ditandai dengan bergulirnya AFTA dan yang Di universitas, mahasiswa dapat
terbaru adalah keniscayaan Era Revolusi belajar bahasa asing sebagai studi umum,
Industri 4.0, BUFS berkomitmen untuk mayor atau minor. Tujuan dan isi kelas
mengembangkan para pakar bertaraf bahasa asing di universitas tidak ditentukan
internasional yang memiliki pengetahuan dan bervariasi di seluruh kelas. Mahsiswa
dan integritas moral yang global. BUFS mendaftar di program studi bahasa asing
berusaha menjadi lembaga pendidikan tanpa memiliki tujuan yang jelas. Sebagian
yang terdepan dalam proses besar mahasiswa memilih untuk melakukan
internasionalisasi masyarakat Korea seraya double mayor atau minor. Kelas sebagian
berkontribusi pada dunia internasional. besar berpusat pada dosen dan dilakukan
Program kepakaran internasional yang dalam bahasa Korea. Buku teks khusus
ditawarkan adalah Dual Degree Programs. dalam bahasa asing dan Korea digunakan
Program Dua Gelar memberi kemungkinan sebagai bahan pengajaran (Lee, 2015:37-
kepada para mahasiswa untuk memperoleh 52). Secara umum, kuliah menekankan

15
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

penafsiran dan penerjemahan teks karena globalisasi dewasa ini. Dengan demikian,
mahasiswa tidak dapat berkomunikasi model kurikulum pada Program Studi
dalam bahasa asing. Bahkan, setelah lulus Bahasa Indonesia-Malaysia, BUFS,
dari universitas, mereka sering memilih Republik Korea perlu segera
untuk belajar bahasa di luar negeri. diimplementasikan secara masif dan
Kemudian, bahan ajar yang sistematis.
digunakan oleh Program Studi Bahasa Pengembangan kurikulum
Indonesia-Malaysia, Jurusan Kajian Budaya pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan
Timur, Busan University of Foreign Studies dengan pendekatan berbasis budaya
(BUFS) adalah bahan ajar yang disusun Indonesia terkait dengan analisis kebutuhan
oleh pengajar sendiri. Di samping itu, dan hal-hal yang berkaitan dengan
sebagian bahan ajar yang berasal dari program-program pengajaran. Pada
kepustakaan Indonesia digunakan dalam dasarnya, pengajaran bahasa asing, dalam
pembelajaran bahasa. Untuk kepentingan hal ini bahasa Indonesia, diharapkan agar
pemenuhan kebutuhan bahan ajar lembaga pelajar dapat menggunakan bahasa
ini juga mengupayakan penyediaan bahan Indonesia dengan baik dan benar. Karena
ajar yang diunduh dari internet atau dari bahasa Indonesia, berlaku juga bagi
media lain. Akan tetapi, bahan ajar dari bahasa lain, tidak dapat dipisahkan dengan
Pusat Bahasa (Badan Pembinaan dan perkembangan sosial budaya masyarakat
Pengembangan Bahasa), Kemendikbud Indonesia, penyajian aspek sosial budaya
belum digunakan. Padahal, buku itu menjadi penting. Bagaimanapun juga,
merupakan bahan ajar yang disusun pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur
dengan melibatkan pakar BIPA di asing dapat juga berfungsi sebagai
Indonesia. Bahan ajar ini merupakan bahan pemberian informasi budaya dan
ajar yang bersifat nasional. Sebenarnya, masyarakat Indonesia kepada pelajar asing.
hulu permasalahan pembelajaran bahasa Keberhasilan pengajaran bahasa Indonesia
Indonesia di BUFS adalah belum bagi penutur asing tidak akan optimal
berlakunya model kurikulum bahasa apabila pengajaran itu tidak melibatkan
Indonesia berbasis Budaya di Program aspek sosial budaya yang berlaku dalam
Studi Bahasa Indonesia-Malaysia. masyarakat bahasa tersebut.
Kurikulum yang berlaku sampai saat ini
telah diadopsi selama 30 tahun. Selama ini Sekitar Masalah Pembelajaran Bahasa
penyelenggara pendidikan memiliki Indonesia bagi Penutur Asing
kebebasan untuk menyusun kurikulumnya Dalam mencapai maksud dan tujuan
sendiri. Untuk itu, sudah menjadi suatu pembelajaran bahasa Indonesia bagi orang
keniscayaan untuk melakukan restorasi asing (BIPA) serta keterampilan yang
kurikulum secara terstruktur sesuai dengan diharapkan dimiliki oleh setiap pembelajar
tuntutan pada era modernisasi dan bahasa, pembelajaran bahasa Indonesia

16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

bagi orang asing masih banyak terkendala. per-i, dan lain sebagainya. Selain itu,
Terkait dengan hal itu, Alwasilah (2010:1-7) pembelajar pemula mengalami kesulitan
menyimpulkan bahwa secara nasional dalam mencari kosakata sulit dalam kamus.
kelemahan Indonesia dalam menangani Selain pada tingkat dasar, begitu
program pengajaran bahasa Indonesia bagi pula hasil penelitian berkenaan dengan
orang asing adalah: (1) belum tersedianya kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia
materi ajar, tes, dan fasilitas pendukungnya, para pembelajar bahasa Indonesia di
(2) kurangnya staf pengajar yang khusus tingkat menengah di Indonesian Language
menangani program tersebut, (3) promosi and Culture Intensive Course (ILCIC),
lembaga yang belum maksimal, dan (4) penellitian dalam kurun waktu 1999-2000
dana yang tidak mencukupi. Tampaknya yang dilakukan oleh Setya Try Nugraha
bagi mayoritas penyelenggara program (2000:7), didapatkan hasil di antaranya
pengajaran bahasa Indonesia bagi orang adalah ketidakefektifan kalimat, kesalahan
asing, kesimpulan itu masih benar adanya. pemilihan kata, kesalahan penggunaan
Program pengajaran bahasa Indonesia bagi afiks, tidak lengkapnya fungsi-fungsi
orang asing semestinya dianggap sebagai kalimat, kesalahan pemakaian preposisi,
modal budaya (cultural capital). pembalikan urutan kata, penggunaan
Berdasarkan temuan survei yang konstruksi pasif, kesalahan pemakaian
dilakukan oleh Alwasilah (2000:127) para konjungsi, ketidaktepatan pemakaian kata,
pengajar bahasa Indonesia di Australia dan kesalahan dalam pembentukan jamak.
melaporkan sejumlah kesulitan yang Dari beberapa kesalahan yang ada
dialaminya. Kesulitan tersebut di antaranya kesalahan mencolok terjadi pada
adalah (1) lemahnya keterampilan pembuatan kalimat yang efektif disusul
menyimak dan kesulitan menguasai afiksasi kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks,
bahasa Indonesia, (2) kendala akademis dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam
yang berkaitan dengan metodologi kalimat.
pengajaran bahasa Indonesia bagi orang Berbagai kendala lain yang
asing. Beberapa praktisi pengajar bahasa menyebabkan pembelajar asing kesulitan
Indonesia bagi orang asing, baik di dalam menguasai struktur bahasa Indonesia,
maupun di luar negeri menemukan yaitu: kandungan makna yang terdapat
berbagai permasalahan yang dimiliki oleh dalam struktur kalimat BI, masih kurang
pengajar asing dalam pembelajaran bahasa mereka pahami; pemahaman terhadap
Indonesia. Rosidi (Rosidi, 2000:392) konsep struktur kalimat Bahasa Indonesia
menemukan bahwa penutur Jepang (BI) masih samar-samar; satuan-satuan
mengalami kesulitan dengan imbuhan, linguistik yang menjadi unsur pembangun
khususnya kata yang menggunakan kalimat BI belum mereka kuasai; kerancuan
awalan, sisipan, dan akhiran seperti: ber-, terhadap pemahaman posisi fungsi,
meng-,men-, me-kan, mem-. per-kan, mem- kategori dan peran dalam sebuah kalimat;

17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

penggunaan BI masih dipengaruhi berakhiran huruf konsonan terdengar


kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya; seperti berakhiran bunyi huruf vokal di akhir
struktur pola kalimat BI berbeda dengan kata, contoh kata “belajar” /belajarə/.
struktur kalimat bahasa ibu mereka; Pada tataran sintaksis, contoh
penguasaan kosa kata dan kesalahan kalimat ‘Institusi swasta
pembentukannya belum banyak mereka mengajar…’ adalah salah karena frasa
ketahui; dan penguasaan membaca buku- ‘institusi swasta’ bukan orang sehingga
buku kebahasaan masih kurang. Dari tidak dapat dilekatkan dengan kata
beberapa contoh tersebut, secara umum ‘mengajar’. Selain itu, dalam tata bahasa
kelemahan yang dominan adalah dalam Indonesia tidak mengenal gender. Di lain
daya literasi pembelajar bahasa Indonesia pihak, kesalahan kalimat tersebut karena
bagi orang asing. subjeknya bukan orang atau kata ganti
Pada tataran linguistik, hambatan orang maka tidak bisa dibubuhi imbuhan
pembelajaran bahasa Indonesia bagi (prefiks) ‘me(N)-‘, tetapi di pihak lain
penutur orang Korea telah diteliti oleh dibenarkan karena hal demikian merupakan
Suryani dan Darmayanti (2012:2). Dari konvensi dalam bahasa Indonesia. Terakhir,
tataran fonologi, ditemukan bahwa dari segi pada tataran semantik, ditemukan kesulitan
tekanan dan temporal, penutur Korea dalam penggunaan diksi yang kurang tepat
menekan pada bagian yang tidak dengan alasan seperti disebutkan di atas,
seharusnya diucapkan, terdapat bunyi yang yaitu konsistensi makna dan bentukan kata
sulit diucapkan karena tidak ada dalam dan maknanya dalam KBBI. Selain data
bahasa Korea, seperti fonem ‘kh’ dan ‘r’. kamus, penggunaan kosakata sehari-hari
Pada tataran morfologi, yaitu kesulitan belum taat asas, yaitu berterima dan tidak
penggunaan bentukan kata berimbuhan berterima oleh penutur Indonesia yang tidak
yang tidak konsisten, seperti bentukan kata berkaidah (Park Jae Hyun, 2015:12-20).
dari imbuhan ber-, me(N), dan ke-an. Dari Dari temuan dan hasil penelitian
sudut pandang pembelajar asing Park Jae Hyun, dapat diidentifikasi bahwa
ketidakkonsistenan tersebut sangat asumsi-asumsi tersebut tidak sepenuhnya
membingungkan dan seolah tanpa kaidah. benar, yaitu tata bahasa Indonesia tidak
Lebih dari itu, tidak ada penjelasan yang konsisten, membingungkan, tanpa kaidah,
spesifik sebagai pengecualian. Contoh atau pengecualian tanpa penjelasan yang
kasus lain, diambil dari penelitian yang spesifik. Oleh karena kurangnya referensi
dilakukan oleh Ch. Permata Sari (2017:127- atau literatur yang membahas tata bahasa
135), murid dari Korea mengalami kesulitan atau linguistik secara lengkap dan
untuk melafalkan kata-kata yang berakhiran komprehensif, khususnya bagi pembelajar
dengan huruf konsonan karena kebanyakan di Korea akhirnya hambatan dalam
kata-kata dalam bahasa Korea berakhiran mempelajari bahasa Indonesia belum
dengan huruf vokal. Kata-kata yang terpecahkan. Sebenarnya, telah banyak

18
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

buku-buku yang memuat bidang ilmu BUFS.


linguistik dalam bahasa Indonesia yang Ketiga, rendahnya literasi
dapat digunakan sebagai pedoman untuk mahasiswa. Hal itu ditandai dengan minat
mendalami bahasa Indonesia. Tapi, belum membaca teks yang kurang. Mahasiswa
terjangkau bagi pembaca di luar negeri. lebih memilih menonton video dari youtube
Masalah baru yang timbul adalah buku- dibandingkan membaca buku atau
buku yang berasal dari penerbit Indonesia menelusuri sumber digital dalam belajar.
masih jarang yang menjualnya dalam Akibat lain yang tampak bahwa mahasiswa
bentuk e-book atau Pdf. atau diperjual- memiliki kecenderungan menulis dengan
belikan secara online dengan deskripsi kata-kata atau istilah dari media online dari
yang jelas. Indonesia, berupa singkatan atau istilah
Selanjutnya, berdasarkan yang sering digunakan dalam SMS,
pengamatan di Program Studi Bahasa WhatsApp, Facebook, Twitter, dan
Indonesia-Malaysia, BUFS, ditemukan sebagainya.
bahwa hambatan-hambatan yang terjadi Keempat, matakuliah "audio visual"
sangat kompleks, yaitu keterampilan sering menggunakan video dari Youtube
berbahasa, bahan ajar, literasi, dan media. sebagai materi pelajaran. Hal tersebut
Pertama, dalam perkuliahan ‘membaca’, memunculkan kendala kesenjangan bahasa
‘menulis’, dan ‘menyimak’, belum ada resmi dengan bahasa untuk komunikasi
standar penilaian yang baku yang dapat sehari-hari seperti yang ada dalam video.
digunakan untuk mengukur kemampuan Sebagai contoh, tayangan film Indonesia
berbahasa, baik reseptif maupun produktif. yang menampilkan teks (subscribe)
Hal itu diperparah dengan proporsi bidang berbeda dengan dialog aslinya.
kajian bahasa Indonesia yang tidak bisa Hambatan-hambatan yang terjadi,
dipelajari secara mendalam karena fokus baik dalam skala luas maupun sempit, yaitu
pembelajaran bahasa Indonesia tidak di terbatas pada pembelajaran bahasa
tekankan pada kemampuan berbahasa, tapi (Indonesia) bagi penutur asing dapat
difokuskan pada dunia kerja. ditekan jika pengajar atau pembelajar
Kedua, kendala dalam memilih mempunyai daya literasi yang baik. Daya
bahan ajar berdasarkan tingkat kemampuan literasi yang semestinya dimiliki oleh para
mahasiswa. Buku ajar bahasa Indonesia pembelajar bahasa dan pengajar, yaitu
untuk pembelajar asing masih belum literasi lama (konvensional: membaca,
memadai. Buku-buku yang tersedia masih menulis, dan mengarsipkan) dan literasi
sekadar buku kursus Bahasa Indonesia baru (literasi data, literasi teknologi, dan
atau program BIPA. Jadi, belum ada guide literasi manusia). Pembahasan berikut
line untuk program studi atau jurusan di menampilkan upaya dalam memaksimalkan
perguruan tinggi yang membuka program daya literasi di Era Disrupsi dan Revolusi
studi Bahasa Indonesia, khususnya di Industri 4.0.

19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

Tantangan Pengajaran Bahasa Indonesia dari: 1) kemampuan sistem yang


di Era Revolusi Industri 4.0 mendukung manusia dengan
Sejarah telah mencatat bahwa menggabungkan dan mengevaluasi
Revolusi Industri 4.0 merupakan informasi dalam menentukan keputusan
pengembangan dari Indistri 1.0, 2.0, dan secara tepat dan cermat dan kemampuan
3.0. Fase industri adalah real change suatu memecahkan masalah dalam waktu yang
keniscayaan yang tidak terhindarkan. relatif singkat; 2) kemampuan sistem yang
Industri 1.0 memiliki ciri mekanisasi membantu manusia dengan melakukan
produksi guna menunjang efektivitas dan tugas yang sulit, melelahkan, dan tidak
efisiensi aktivitas manusia. Industri 2.0 aman; 3) bantuan visual dan fisik. Keempat,
ditandai dengan penyesuaian massal dan keputusan terdesantrilisasi adalah
standardisasi mutu. Sedangkan Industri 3.0 kemampuan virtual untuk membuat
ditandai adanya penyesuaian massal serta keputusan sendiri dan menjalankan tugas
fleksibilitas manufaktur berbasis otomatisasi seefektif mungkin.
dan robotika. Terakhir, Industri 4.0 hadir Indutri 4.0 dapat juga disebut
sebagai perkembangan dari Indutri 3.0 yang sebagai Revolusi Digital dan Era Disrupsi.
menekankan pada physical cyber dan Revolusi Digital merupakan terjadinya
kolaborasi manufaktur (Herman, Pentek, otomatisasi data dan pencatatan berbasis
dan Otto, 2016). komputer terintegrasi di segala bidang
Herman et.all. (2016) menambahkan kehidupan. Disebut Era Disrupsi
bahwa ada empat desain yang menjadi dikarenakan adanya otomatisasi dan
prinsip Industri 4.0, yaitu interkoneksi, konektivitas pada suatu bidang yang akan
transparansi informasi, bantuan teknis, mengakibatkan perubahan dunia industri,
dan desentralisasi keputusan. Pertama, yaitu aplikasi kecerdasan buatan (artificial
interkoneksi. Interkoneksi adalah intelligence). Bentuk pengaplikasian artificial
kemampuan perangkat, mesin, sensor, dan intelligence adalah penggunaan robot
manusia yang saling terhubung dan sebagai pengganti manusia sehingga lebih
berkomunikasi satu dengan lainnya melalui murah, efektif, dan efisien.
Internet of Things (IoT) atau Internet of Demikian pula, pemerintah Korea
People (IoP). Secara umum, prinsip telah berinvestasi 1,4 miliar dolar AS pada
tersebut membutuhkan kolaborasi dan 2018 dalam pengembangan teknologi inti
standar keamanan. Kedua, transparansi AI, IoT, Cloud, Big Data, Mobile, sensor
informasi adalah sistem informasi yang cerdas, dan semikonduktor. Setelah
mempu menciptakan salinan virtual fisik investasi ini, 2.000 pabrik diubah menjadi
dengan memaksimalkan model digital 'pabrik pintar'. Saat ini, pabrik-pabrik Korea
dengan data sensor yang melingkupi diposisikan di tengah-tengah antara
analisis data sekaligus penyedia informasi. produksi massal melalui otomatisasi di Cina
Ketiga, bantuan teknis, di dalamnya terdiri dan produksi khusus melalui otomasi

20
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

fleksibel di Jerman. negara sesuai dengan lima spesifikasi


Tiap negara sudah seharusnya industri yang terperinci: layanan TI, layanan
memberi respon atas perubahan tersebut komunikasi, elektronik, peralatan mekanis,
secara masif dan komprehensif yang dan produk biomedis. Korea mencapai skor
melibatkan seluruh pemangku kepentingan, tertinggi 79,4 di bidang elektronik, yang
dari sektor publik, swasta, akademisi, meliputi pengembangan perangkat di
praktisi sampai masyarakat luas. Menurut semikonduktor, komponen elektronik dan
sebuah laporan oleh Hyundai Research komputer.
Institute (dalam Schanzenbach, 2017) Secara komprehensif, Heckeu (dalam
tentang perbandingan internasional status Yahya, 2018: 1-25) memaparkan tantangan
pengembangan industri berdasarkan dalam Revolusi Industri 4.0, yaitu
Industri 4.0, skor total Korea untuk evaluasi tantangan ekonomi, sosial, teknis,
teknologi industri adalah 77,4 poin dari 100. lingkungan, dan tantangan politik.
AS menempati urutan teratas dengan Kaitannya dengan bidang pendidikan,
99,8%, diikuti oleh Eropa dengan 92,3% dikerucutkan menjadi dua domain, yaitu
dan Jepang dengan 90,9%. Skor tantangan sosial dan tantangan teknis yang
didasarkan pada perkembangan suatu digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Tantangan Industri 4.0


Aspek Tantangan
Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai sosial
a. Kemampuan transfer pengetahuan
b. Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan pekerjaan
yang terkait (toleransi ambiguitas)
c. Fleksibiltas waktu dan tempat
d. Keterampilan memimpin
2. Peningkatan kerja virtual
a. Fleksibiltas waktu dan tempat
b. Keterampilan teknologi
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
3. Pertumbuhan kompleksitas proses
a. Keterampilan teknis
b. Pemahaman proses
c. Motivasi belajar
d. Toleransi ambiguitas
e. Pengambilan keputusan
f. Penyelesaian masalah
g. Keterampilan analisis
Teknis 1. Perkembangan teknologi dan penggunaan data eksponensial
a. Keterampilan teknis
b. Kemampuan analisis
c. Efisiensi bekerja dengan data
d. Keterampilan koding
e. Kemampuan memahami keamanan TI
2. Menumbuhkan kerja kolaboratif
a. Mampu bekerja dalam tim

21
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

b. Kemampuan komunikasi virtual


c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
e. Kemampuan bersikap kooperatif
Sumber: Heckeu (dalam Yahya, 2018: 1-25)

Pemetaan tantangan dan peluang lulusan atau perusahaan mengenai skill


Industri 4.0 untuk mencegah berbagai yang kurang memadai dari alumni
dampak dalam bidang pendidikan, lebih perguruan tinggi, begitu pun alumni Bahasa
khusus lagi di BUFS adalah kesempatan Indonesia-Malaysia BUFS. Di sisi lain,
dan peluang kerja. Seperti disinggung di pasar kerja membutuhkan kombinasi
awal bahwa ada beberapa negara tujuan di berbagai skills yang berbeda untuk
wilayah Asia dan Pasifik, seperti Australia menghadapi persaingan ketat di era
tidak menerima atau tidak mempekerjakan revolusi industri saat ini (Intan Ahmad,
lulusan sarjana bahasa. Ada perusahaan 2018).
yang dimiliki warga Korea di beberapa Secara garis besar, kualifikasi yang
negara yang tidak mempekerjakan tenaga dibutuhkan pasar kerja adalah sikap positif
kerja yang memiliki kemampuan berbahasa dalam bekerja, keterampilan komunikasi,
atau ahli bahasa asing dari Korea. keterampilan teknis, keterampilan menulis,
Perusahaan Korea tersebut lebih memilih berbahasa asing, keterampilan
tenaga kerja ahli sesuai bidangnya. Hal memecahkan masah, keterampilan
tersebut turut menyurutkan animo membaca situasi dan kondisi, keterampilan
masyarakat Korea dalam mempelajari komputer, dan solidaritas antartim. Oleh
bahasa asing. Terlebih lagi, masalah karena itu, dibutuhkan kebijakan yang dapat
demografi di Korea bahwa populasi warga mengakomodasi kebutuhan dunia kerja dan
Korea semakin tahun semakin berkurang kompetensi bagi mahasiswa.
jumlah penduduknya. Dengan berlakunya Industri 4.0
Selanjutnya, menurut data hasil survei sebagai bentuk kemajuan teknologi akan
World Bank, pada tahun 2017 diketahui menimbulkan otomatisasi di berbagai
sekitar 65% para lulusan perguruan tinggi bidang. Teknologi dan metode baru turut
belum menemukan profesi yang cocok menggabungkan dunia fisik, digital, dan
dalam memperoleh pekerjaannya. Hal biologi secara mendasar akan mengubah
demikian menunjukkan bahwa jumlah pola dan tata kehidupan serta interaksi
angkatan lulusan banyak yang tidak manusia. Penggunaan daya komputasi dan
matching dengan keilmuan yang diperoleh data yang tidak terbatas sebagai akibat
dalam perkuliahan sehingga memunculkan perkembangan internet dan teknologi digital
pengangguran akibat ketidakcocokan yang tersistem dan menyeluruh menjadi
bidang profesi atau kualifikasi lulusan fundamental bagi pergerakan dan
dengan bidang pekerjaannya. Ini yang konektivitas manusia dan mesin yang tanpa
kemudian menjadi keluhan pihak pemakai batas. Bidang pendidikan tak terkecuali

22
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

dikenai dampak Revolusi Industri 4.0. pembelajaran siswa harus dirancang


Sebagai fase Industri 4.0, revolusi teknologi sistematis berbasis teknologi dan dianalisis
telah mengubah aktivitas manusia dalam (Learning Analytics). Data ini menjadi
ruang, skala, kompleksitas, dan informasi pembelajaran bagi siswa dan
transformasi kehidupan. Oleh sebab itu, guru. Informasi analisis ini akan
tantangan Revolusi Industri 4.0 dapat memungkinkan Adaptive Learning dan
dimanfaatkan sebagai nilai tambah dan Stealth Assessment diterapkan tanpa harus
peluang. ujian atau penilaian.
Seirama dengan paparan di atas, Inti dari proses pembelajaran bahasa
proses pembelajaran bahasa Indonesia Indonesia bagi pembelajar asing
sebagai bahasa asing di Korea, khususnya dititikberatkan pada Blended Learning.
di BUFS dimungkinkan juga akan Sarwiji Suwandi (2018:1-20) menegaskan
terdisrupsi atau terkena imbas Education bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
4.0. Dengan terbukanya arus informasi dan yang ideal untuk menjawab tantangan
komunikasi tanpa batas pada era industri Industri 4.0 adalah pembelajaran campuran
ini, pengembangan atau inovasi sistem (Blended Learning) sebagai model alternatif
pendidikan berdasarkan Education dalam rangka memanfaatkan
Technology dan MOOC (Massive Open perkembangan teknologi dan informasi.
Online Course) mutlak dibutuhkan di Untuk dapat membelajarkan bahasa
Program Studi Bahasa Indonesia-Malaysia Indonesia dengan model Blended Learning,
BUFS. Inovasi sistem pendidikan seorang pengajar harus memiliki
berdasarkan MOOC (Massive Open Online pengetahuan teknologi (technological
Course) menawarkan tiga inovasi knowledge), yaitu pengetahuan
pendidikan dan pembelajaran, blended menggunakan hardware dan software serta
learning, space-for-time, dan learning menghubungkan keduanya. Selain itu,
analytics (Eduinnews, 2018). Pertama, pengajar harus sudah mematangkan
Blended Learning dari online dan offline content knowledge dan pedagogical
pendidikan, STEAM (Science, Technology, knowledge. Harapannya bahwa pengajar
Engineering, Art, Math) Learning bahasa dapat memberikan keterampilan
merupakan gabungan bidang studi atau yang dibutuhkan oleh Revolusi Industri 4.0,
mata pelajaran, Crossover Learning, yaitu di antaranya kemampuan teknis, kreativitas,
gabungan dari pendidikan formal dan non- dan pemecahan masalah yang inovatif.
formal (Context-based Learning). Kedua, Tantangan tersebut akan lebih lebih
siswa yg bebas space-for-time sudah tidak menarik karena tujuan mahasiswa dalam
lagi sebagai consumer. Akan tetapi, mempelajari bahasa Indonesia beraneka
pendidikan harus mengarahkan pembelajar ragam. Terlebih, generasi masa kini telah
untuk menjadi maker atau creator dengan hidup dengan dikelilingi perangkat digital,
Project Based Learning. Ketiga, kegiatan multi-media, multi-tasking yang menjadi

23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

navigasi sehari-hari. Pembelajar yang pengembangan keterampilan yang bersifat


‘kekinian’ pun belajar dengan gaya dan mental spiritual. Pengembangan model
sistem yang berbeda pula. Sejalan dengan literasi berpijak pada beberapa prinsip di
itu, pola dalam menumbuhkembangkan antaranya: 1) Keterampilan, melalui teknik
minat dan motivasi belajar serta penyediaan leadership dan siap bekerja dalam team
fasilitas belajar bagi pembelajar juga work; 2) kelincahan dan kematangan
berbeda. Pembelajar bahasa Indonesia budaya (cultural agility), memahami bahwa
membutuhkan pengajar yang terbuka, semua mahasiswa beragam dengan
adaptif dan akomodatif terhadap berbagai berbagai latar belakang mampu bekerja
kebutuhan serta penciptaan iklim belajar dalam lingkungan berbeda (di luar negeri);
yang menarik. Dengan demikian, guru dan 3) Wirausahawan, termasuk di
pembelajar yang berprinsip long life dalamnya adalah jiwa sosial wirausaha
learning and education yang dapat (social entrepreneurship) (Intan Ahmad,
mewujudkannya; adalah pengajar yang 2018). Ide pengembangan model literasi
memiliki daya “Literasi Baru” sesuai seperti yang disebut di atas merupakan
tuntutan era disrupsi. kapasitas dasar yang idealnya dimililiki oleh
Permasalahan konkret yang menjadi mahasiswa sehingga pengajar harus dapat
topik utama dalam makalah ini adalah memfasilitasinya.
tantangan pengajar dalam menciptakan Peran utama perguruan tinggi sampai
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai tingkat di bawahnya, yaitu program studi,
bahasa asing yang efektif di era Revolusi perlu menyelaraskan atau reorientasi
Industri 4.0 ini. Karena tantangan pengajar kurikulum yang bermuara pada
bahasa Indonesia bagi penutur asing pengembangan dan pembelajaran model
beragam, pada makalah ini dibatasi pada literasi baru (coding, big data, teknologi,
kemampuan pengajar dalam humanities/general education). Selanjutnya,
mengoptimalkan daya literasi, khususnya menerapkan format baru sistem pengajaran
dalam mengembangkan materi pendidikan jarak jauh berbasis
pembelajaran. Hybrid/Blended Learning/Online. Perangkat
utama yang perlu disiapkan secara teknis
Daya Literasi Pengajar Bahasa Indonesia adalah kompetensi inti yang dimiliki
pada Era Disrupsi pengajar sebagai ujung tombak yang
Dalam mewujudkan pengembangan bermental kuat dan siap bekerja secara
literasi manusia, perguruan tinggi, dalam hal profesional. Adaptasi gerakan literasi baru
ini pengajar (dosen) diharapkam mampu dapat diintegrasikan dengan penyesuaian
mencari metode khusus guna meningkatkan kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai
kapasitas kognitif mahasiswa melalui cara respon pembelajaran abad 21.
berpikir kritis dan sitemik serta

24
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

Gambar 1.
Pembelajaran Abad 21 menurut Trilling dan fadel (dalam Yahya, 2018:1-25)

Pembelajaran abad 21 berorientasi (gagap teknologi). Pengajar harus mampu


pada gaya hidup digital, alat berpikir, memaksimalkan kemajuan teknologi
penelitian pembelajaran dan cara kerja informasi dan memanfaatkannya dengan
pengetahuan. Ketiga hal tersebut dianggap sebaik mungkin dalam pembelajaran.
penting dalam pengajaran bahasa asing di Dengan bantuan teknologi, dosen dengan
Era Industri 4.0. Cara kerja pengetahuan mudah menyampaikan materi melalui
merupakan kemampuan perangkat tersebut. Dapat dengan kelas
mengkolaborasikan tim dengan lokasi online melalui teleconference. Jarak bukan
berbeda. Hal ini ditandai dengan lagi menjadi penghambat. Materi
pengimplementasian Hybrid/Blended pembelajaran pun dapat dengan mudah
Learning/Online. Pembelajaran sampai kepada pembelajar.
diberlakukan secara terbuka dan jarak jauh. Pengajar di era disrupsi harus banyak
Di Indonesia, model ini telah diterapkan membaca, memaksimalkan daya
secara masif pada pembelajaran atau literasinya. Ia harus membaca buku,
tutorial online di Universitas Terbuka (UT). informasi, jurnal, karya ilmiah.
Selanjutnya, penguatan alat berpikir adalah Pengembangan diri bagi ‘dosen disrupsi’
kemampuan menggunakan teknologi, alat harus selalu update dan up to date, jangan
digital, dan layanan. Sedangkan gaya hidup hanya sekadar update status di media
digital merupakan kemampuan sosial. Dosen disrupsi setidaknya harus
menggunakan dan menyesuaikan dengan mahir Microsoft Office, mampu mengelola
era digital. kelas, baik secara offline maupun online,
Pengajar bahasa asing di BUFS yang mampu meng-upload materi ke sistem, dan
memungkinkan melaksanakan aktid dalam pembelajaran online dengan
pembelajaran tidak secara langsung, mengaktifkan grup diskusi serta aktif
pengajar diwajibkan untuk tidak ‘gaptek’ menanggapi atas pertanyaan dan

25
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

pernyataan mahasiswa di grupnya. Selain Indonesia khsususnya, menuntut pengajar


itu, pengajar bahasa asing tentu saja wajib memahami pemahaman lintas budaya
hukumnya dapat menyusun bahan ajar (Korea – Indonesia). Pengajar perlu
sendiri, bukan kompilasi dari internet. Hal memiliki wawasan yang cukup tentang
yang utama, materi-materi tersebut sampai peghargaan atas keragaman bahasa dan
dan diterima mahasiswa serta sesuai budaya agar dapat menunjukkan sikap
dengan kebutuhan peserta didik. egaliter. Dengan wawasan lintas budaya,
Kebutuhan mahasiswa di Program pengajar akan memiliki kepekaan yang
Studi Bahasa Indonesia Malaysia BUFS tinggi terhadap masalah yang menyangkut
tentu saja beragam. Maka dari itu, diskriminasi dan segala bentuk chaufinisme
pengembangan bahan ajar menjadi sangat dan rasisme.
penting mengingat belum tersedianya Untuk mencapai hasil tersebut, Banks
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan (dalam Suwandi, 2018:1-20) mencetuskan
pembelajar bahasa asing, baik jika dilihat lima dimensi pendidikan lintas budaya,
dari segi keluasan, kedalaman, tingkat yakni pengintegrasian materi, proses
kesulitan maupun karakteristik pembelajar pengkonstruksian pengetahuan,
bahasa. Bahan ajar yang dimaksud dapat penyesuaian metode pembelajaran,
berupa video tutorial, DVD, email, Youtube, pereduksian prasangka, dan penguatan
kamus, buku tata bahasa, buku kerja atau budaya lingkungan belajar dan struktur
latihan. Bahan ajar juga dapat berupa surat sosial. Pengintegrasian materi memberikan
kabar (online atau print), foto, tuturan prasyarat bagi pengajar untuk
langsung dengan mengundang native memanfaatkan potensi budaya yang dimiliki
speaker, instruksi, tugas terstruktur atau di dalam pembelajaran. Pengkonstruksian
diskusi antarpembelajar. Oleh sebab itu, pengetahuan menugaskan pengajar untuk
sebagai pengajar yang profesional, memberikan konsep pemahaman kepada
pengembangan materi pembelajaran pembelajar tentang berbagai budaya yang
merupakan unsur penting yang harus berbeda-beda dan mengarahkan
dilaksanakan. pembelajar untuk membentuk perilaku
Selain mengembangkan materi positif terhadap perbedaan tersebut.
pembelajaran, pengajar bahasa asing pun Penguatan budaya lingkungan belajar dan
dituntut memiliki kemampuan struktur sosial dapat diterapkan dengan
mengembangkan bahan ajar. Dalam memberikan konsep-konsep yang
mengembangkan bahan ajar, banyak faktor memungkinkan pembelajar dapat
yang mempengaruhinya, di antaranya berpartisipasi secara harmonis dalam
adalah pengembangan kemampuan aktivitas serta mampu menganalisis
berbahasa dan apresiasi sastra. Di lain berbagai struktur sosial rasial yang mungkin
pihak, faktor budaya perlu mendapat terjadi.
perhatian serius. Pembelajaran bahasa

26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

SIMPULAN 2. Alwasilah, Chaedar. (2010). “Sepuluh


Revolusi Industri 4.0 banyak Tahun KIPBIPA: Refleksi atas Politik
membawa perubahan dalam kehidupan Bahasa”, Makalah Pleno KIPBIPA VII,
manusia. Industri 4.0 secara fundamental 29-31 Juli 2010 UI Depok, hal.1-7
telah mengubah cara beraktivitas manusia 3. ______. (2000). Proseding Konfrensi
dan memberikan pengaruh yang besar Internasional Pengajaran Bahasa
terhadap dunia kerja. Industri 4.0 Indonesia bagi Penutur Asing (KIP
membutuhkan tenaga kerja yang memiliki BIPA) III, Bandung: Andir.
keterampilan dalam literasi digital, literasi
4. Hyun, Park Jae. (2015). "Potensi Dan
teknologi, dan literasi manusia. Untuk itu,
Tantangan Bahasa Indonesia Menuju
dibutuhkan pengajar yang mampu
Bahasa Internasional". Artikel
memfasilitasi tujuan pembelajaran dan
Penelitian (online),
kebutuhan pembelajar bahasa Indonesia
https://media.neliti.com. Jurusan
bagi penutur asing.
Bahasa Melayu-Indonesia, Hankuk
Dengan berlakunya Industri 4.0
University of Foreign Studies, Korea
sebagai bentuk kemajuan teknologi akan
Selatan, hal. 12-20.
menimbulkan otomatisasi di berbagai
bidang, bidang pendidikan tak terkecuali 5. Hyun, Park Jae. (2015). "Potensi Dan

dikenai dampak. Proses pembelajaran Tantangan Bahasa Indonesia Menuju

bahasa Indonesia sebagai bahasa asing di Bahasa Internasional". Artikel. Jurusan

Korea, khususnya di BUFS dimungkinkan Bahasa Melayu-Indonesia, Hankuk

juga akan terdisrupsi atau terkena imbas University of Foreign Studies, Korea

Education 4.0. Guna menjawab tantangan Selatan, hal. 12-20.

tersebut, pengembangan atau inovasi 6. Lee, Kwang-Sook. (2015). “History of


sistem pendidikan berdasarkan Education foreign language education in Korea”.
Technology dan MOOC (Massive Open Foreign Language Education Research,
Online Course) mutlak dibutuhkan di BUFS. Vol. 18, hal. 37-52.
Inovasi sistem pendidikan yang sedang
7. Nahm-Sheik Park. "Foreign-Language
dikembangkan di BUFS di antaranya
Education in Korea: Past, Present and
blended learning, space-for-time, dan
Future". Artikel (online), http://s-
learning analytics.
space.snu.ac.kr., hal. 49-174, diunduh
pada 28 Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
8. Nugraha, Setya Try. (2000),
1. Ahmad, Intan. (2018). "Tantangan
“Kesalahan–kesalahan berbahasa
Pendidikan Tinggi dalam Era Revolusi
Indonesia para pembelajar BIPA di
Industri 4.0", Makalah, Kuliah Umum.
ILCIC”, P3 Bahasa, Universitas Sanata
Universitas Widyatama, 11 Maret 2018.
Darma.

27
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

9. Richard, Jack C. Dan Rodgers, 13. Soviaty Ovi; Rivai, dkk. (2010).
Theodore S. (2001). Approaches and “Pemetaan Pengajaran Bahasa
Methods in Language Teaching. Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) Di
Cambridge University Press. Asia”. Laporan Akhir Progran Insentif

10. Rosidi, A. (2000). “Makalah Pengajaran Riset bagi Peneliti dan/atau

(BIPA) Kasus di Jepang” pada Perekayasa, Jakarta: Pusat Bahasa, 25

Proseding Bahasa Indonesia bagi November 2010.

Penutur Asing (KIP BIPA) III. Bandung: 14. Sujana, I Made. (2012). Program
Andira. Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

11. Sari, Christine Permata. (2017). (BIPA): Peluang, Tantangan dan

"Proses Belajar untuk Mengajar BIPA", Solusi. Makalah disampaikan pada

Artikel, Kumpulan Esai Pengajaran “Seminar Internasional “Menimang

BIPA, Simposium Internasional Bahasa Membangun Bangsa” FKIP

Pengajaran BIPA 2017, Yogyakarta, 23 Universitas Mataram, Lombok, NTB, 5-

s.d.24 Agustus 2017, hal. 127-135 6 September 2012.

12. Schanzenbach, Wolfgang. (2017). 15. Suryani, Yani dan Nani Darmayanti.

"Industry 4.0: Numerous Projects in (2012). The Skill of Korean Speakers in

Korea”. News (Online), https://www.s- Indonesian Language: Prosody Study

ge.com/en/article/news/20174-mem- Using an Experimental Phonetics

korea-industry-40. Approach. Journal Politeknik Negeri


Bandung, 4 (2)

28

Anda mungkin juga menyukai