Mohamad Jazeri
IAIN Tulungagung
email: abahfuad69@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran berbicara bahasa
Indonesia dengan pendekatan komunikatif-kontekstual bagi mahasiswa asing di IAIN
Tulungagung. Desain pengembangan mengunakan model R2D2 (Recursive Reflective Design
and Development) dari Willis. Produk yang telah dikembangkandiujicobakan kepada 20
mahasiswa BIPA dari Thailand, 2 instruktur BIPA, dan 1 ahli pembelajaran BIPA. Uji
efektivitas dengan rancangan pra-eksperimen, yakni dengan melakukan tes awal dan tes
akhir pada kelompok tunggal tanpa kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 87% pebelajar merasa antusias dan senang karena contoh ungkapan dan dialog
yang disajikan dalam buku ajar membantu mereka mampu berbicara bahasa Indonesia
dengan lancar. Hasil uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor tes awal
dan tes akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran keterampilan
berbicara pada mahasiswa asing di IAIN Tulungagung.
Abstract
This study aims to develop a learning package for the Indonesian language speaking
skill using the contextual communicative approach for foreign students at IAIN
Tulungagung. The developmentdesign used the R2D2 (Recursive Reflective Design and
Development) model adopted from Willis’s model (1995). The developed product was tried
out to 20 BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing = Indonesian Language for Foreign
Speakers) students from Thailand, 2 BIPA instructors, and 1 BIPA teaching expert. The
effectiveness testing employed a pre-experimental design by administering a pretest and
a posttest to a single group without a control group. The result of the study showed that
87% of the students felt enthusiastic and happy because the examples of expressions and
dialogs provided in the textbook helped them to speak the Indonesian language fluently.
The result of the t-test analysis showed a significant difference between the pretest scores
and the posttest scores. Therefore, it is concluded that the developed learning package
significantly affects the speaking skill of the foreign students at IAIN Tulungagung.
217
218
nesia. Selain itu, bahasa Indonesia selain sebagai bahasa Dunia. Menurutnya,
dipahami oleh orang Indonesia juga dipa- bahasa Melayu digunakan oleh etnis
hami oleh sebagian besar etnis Melayu di Melayu di beberapa negara ASEAN. Ia
Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, memberikan gambaran singkat perkem-
Filipina Selatan, Thailand Selatan, dan bangan Bahasa Melayu dari tempat asal-
Timor Leste. nya pada masa prasejarah di Kalimantan
Argumen di atas, menurut Susanto Barat hingga menyebar dengan cepat
dan Rofiuddin (2015) juga diperkuat ke Sumatra, Semenanjung Malaya, Jawa
dengan beberapa fakta, yaitu (1) bahasa bagian utara, Kalimantan bagian utara
Indonesia digunakan oleh mayoritas dan timur, Filipina barat serta Indonesia
penduduk ASEAN (70 persen), (2) bahasa bagian timur. Ia menemukan dokumen
Indonesia menempati urutan ke-8 bahasa- bahasa Melayu yang berkaitan dengan
bahasa yang digunakan oleh penduduk budaya India, Persia, dan Arab serta
dunia, dan (3) bahasa Indonesia menem- berhubungan dengan unsur Cina, Jawa,
pati urutan kedua bahasa yang mudah dan Khmer. Unsur-unsur ini telah meng-
dipelajari oleh orang asing berdasakan hasilkan sebuah kekuatan dan kegunaan
hasil penelitian American Councils on bahasa. Bahasa Melayu dalam hal ini
tthe Teaching of Foreign Language tahun juga termasuk bahasa Indonesia karena
2013. Maka dari itu, sangat logis jika ba- sejatinya bahasa Indonesia adalah bahasa
hasa Indonesia diusulkan menjadi bahasa Melayu yang disepakati bangsa Indonesia
ASEAN. sebagai bahasa persatuan.
Hal senada disampaikan oleh Su- Beberapa Perguruan Tinggi Agama
bangun (2014). Menurutnya, bahasa Indo- Islam (PTAI) sudah menerima mahasiswa
nesia berpeluang menjadi bahasa ASEAN asing yang belajar Islam di Indonesia (be-
karena lima alasan, yakni (1) kesederha- berapa di antaranya adalah UIN Jakarta,
naan struktur, (2) jumlah penutur, (3) luas UIN Malang, UIN Jogjakarta, UIN Riau,
penyebaran, (4) minat orang asing mem- UIN Surabaya, dan UIN Bandung. Selain
pelajarinya, dan (5) kekuatan diplomasi kampus-kampus besar tersebut baru-baru
Indonesia di kawasan ASEAN. Bahasa ini datang adalah mahasiswa Thailand di
Indonesia memiliki struktur yang seder- PTAI lain seperti STAIN Jember, STAIN
hana, yakni tidak mengenal perubahan Kediri, IAIN Tulungagung, dan STAINU
bentuk kata karena perubahan subjek Jakarta). Meskipun banyak sudah maha-
dan waktu, tidak mengenal tingkatan siswa asing yang belajar di PTAI di Indo-
bahasa seperti kasar-halus, dan tidak nesia, PTAI tersebut secara khusus belum
mengenal bacaan panjang-pendek yang merancang pembelajaran BIPA sebagai
mempengaruhi makna. Penutur bahasa jembatan untuk memahami materi kuliah
Indonesia dan yang mampu memahami yang diberikan di kelas. Hal ini berbeda
bahasa Indonesia tersebar di seluruh dengan jika mahasiswa Indonesia kuliah
negara ASEAN. Bahasa Indonesia sudah di luar negeri. Mahasiswa yang kuliah di
tersebar di 45 negara di dunia dengan luar negeri mendapatkan pembelajaran
219 lembaga penyelenggara pembelajar- bahasa Inggris yang disebut bridging pro-
an bahasa Indonesia ini menunjukkan gram selama satu atau dua semester agar
bahwa semakin banyak orang asing yang mampu mengikuti perkuliahan dengan
mempelajari bahasa Indonesia. Selain itu, baik. Di Indonesia, khususnya di PTAI
di kawasan ASEAN, Indonesia memiliki layanan seperti itu masih dilakukan se-
diplomasi yang kuat. cara spontan dan terkesan asal-asalan.
Tentang hal ini seorang linguis James Untuk itu, penelitian ini ditujukan untuk
T. Collins (2014) menulis bahasa Melayu menghasilkan bahan ajar BIPA, khusus-
nya keterampilan berbicara, yang dapat siswa sesuai kemampuan awal mereka,
digunakan sebagai bridging program sebe- menyusun tugas-tugas yang bervariasi,
lum mahasiswa mengikuti perkuliahan serta membuat alat evaluasi dan penilai-
di kelas. an.
Dalam rangka menerima mahasiswa Dalam kelas dengan pendekatan
asing di IAIN Tulungagung, peneliti komunikatif, biasanya aktivitas-aktivitas
merasa perlu menyiapkan perangkat kelas diorganisir sedemikian rupa untuk
pembelajaran keterampilan berbicara de- meningkatkan berbagai penggunaan ba-
ngan pendekatan komunikatif-kontekstu- hasa secara fungsional dalam situasi sosial
al agar mahasiswa asing tersebut dapat yang nyata. Situasi sosial tersebut antara
menguasai Bahasa Indonesia dengan ce- lain salam, perkenalan, permintaan, perin-
pat, khususnya dalam berbicara. Dengan tah, pemberian informasi, dan ungkapan
demikian mereka segera dapat mengikuti perasaan pribadi. Komunikasi yang oten-
perkuliahan, yang rata-rata disampaikan tik menuntut analisis terhadap berbagai
dalam Bahasa Indonesia, dengan baik. materi dan tugas-tugas belajar agar tujuan
Pendekatan komunikatif memiliki pembelajaran dapat tercapai.
lima prinsip yang perlu diperhatikan, Pembelajaran BIPA termasuk dalam
yakni (1) interaksi komunikatif, (2) teks pembelajaran bahasa kedua. Tentang
otentik, (3) belajar bahasa dan manajemen pembelajaran bahasa kedua, ada empat
belajar, (4) pengalaman personal, dan (5) model teori yang berkembang selama ini,
hubungan bahasa di kelas dan luar kelas yakni (1) model pengondisian-operan,
(Nunan, 1991). Sementara pembelajaran (2) model nativis LAD (Language Acquisi-
kontekstual menekankan pada peristiwa tion Devices), (3) model monitor, dan (4)
dan situasi komunikasi. Pembelajaran model konstruksi kreatif (Saryono, 1992).
ini menganggap keterampilan berbahasa Model pengondisian-operan diilhami
sebagai satu kesatuan yang harus diajar- oleh epistemologi Hume dan Locke dan
kan dan dikembangkan sesuai dengan logika Aristoteles atau logika induktif.
konteks penggunaanya, yakni peristiwa Karenanya, model ini mengutamakan
komunikasi yang otentik. Jadi, pendekat- pengalaman inderawi, perilaku nyata,
an komunikatif-kontekstual memandang dan kemekanisan. Dengan demikian, res
pembelajaran keterampilan berbicara ba- extensa dan aposteriori merupakan unsur
hasa Indonesia harus berdasarkan kondisi primer sekaligus substansi dalam model
nyata penggunaan bahasa. ini, sedangkan res cogitan dan apriori
Dalam hal pembelajaran berbicara, hanyalah unsur sekunder. Di sini pebe-
Ghazali (2010) mengemukakan bahwa lajar dipandang sebagai individu yang
tujuan pembelajaran di kelas adalah un- pasif dan reaktif. Untuk itu, pebelajar
tuk menguasai dua kompetensi, yakni dikendalikan oleh unsur lain yang lebih
(1) mampu memahami tuturan mitra penting, yaitu lingkungan atau unsur luar
tutur, dan (2) mampu memproduksi tu- pebelajar. Model ini menganggap bahwa
turan yang mudah dipahami oleh mitra keberhasilan belajar bahasa ditentukan
tutur. Di sini guru/dosen berperan untuk oleh perlakuan-perlakuan yang diterima
menciptakan kondisi agar kedua tujuan oleh pebelajar.
belajar bahasa tersebut tercapai. Untuk Model nativis LAD didasarkan pada
itu, ia menyarankan agar guru/dosen epistemologi Descartes dan logika deduk-
memiliki kompetensi untuk menentukan tif. Karenanya, model ini mementingkan
kebutuhan belajar siswa, tujuan pembela- rasionalisme, mentalisme, dan kreativis-
jaran, menyeleksi dan mengorganisasikan me. Dengan kata lain, model ini menguta-
materi pembelajaran, mengelompokkan makan ego-intelegensi, kekodratian, dan
daya cipta. Di sini pebelajar dipandang vidual pebelajar seperti lingkungan ba-
sebagai individu yang aktif dan kreatif hasa, faktor psikologis dan biologis, serta
yang dikendalikan oleh unsur yang terda- pengalaman inderawi. Hal ini menunjuk-
pat dalam dirinya sendiri, yaitu struktur kan keholistikan model konstruksi kreatif
kejiwaan pebelajar. Model ini mengang- dibanding model lainnya.
gap bahwa keberhasilan belajar bahasa Penelitian ini menghasilkan model
ditentukan oleh struktur yang ada dalam perangkat pembelajaran keterampilan
dirinya sendiri, sedang lingkungan hanya berbicara bahasa Indonesia berdasarkan
menyediakan masukan (Chomsky dalam pendekatan komunikatif-kontekstual
Saryono, 1992). yang dapat digunakan untuk mahasiswa
Kedua model belajar bahasa di atas asing di IAIN Tulungagung. Sehubungan
masih menganut pandangan dualisme, dengan itu, hasil penelitian ini memiliki
yakni memandang salah satu unsur lebih kontribusi nyata terhadap beberapa pihak
dominan dibanding unsur lain (Saryono, yang terkait dengan pembelajaran BIPA
1992). Muncullah kemudian model moni- di IAIN Tulungagung, yakni dosen BIPA,
tor. Model ini dikemukakan pertama kali mahasiswa BIPA, penyusun buku BIPA,
oleh Krashen (1981) dalam bukunya dan kurikulum BIPA.
Second Language Acquisition and Second
Language Learning. Disusul kemudian METODE
Principles and Praactice in Second Language Penelitian ini termasuk dalam peneli-
Acquisition (1982). Model ini dilandasi tian pengembangan. Desain pengembang-
oleh filsafat rasionalis dan paradigma an yang digunakan dalam penelitian ini
linguistik generatif yang dikuatkan oleh adalah model R2D2 (Recursive Reflective
temuan-temuan pembelajaran bahasa Design and Development) dari Willis (1995).
model nativis LAD. Rasionalisme diguna- Model ini terdiri atas tiga kegiatan, yakni
kan adalah rasionalisme kritis Immanuel (1) penetapan (define), (2) desain (design)
Kant. Rasionalisme Kant mencoba men- (3) pengambangan (develop), serta (4) pe-
jembatani antara rasionalisme Descartes nyebarluasan (disseminate).
dan empirisme Locke. Model ini juga ber- Produk yang telah dikembangkan,
tumpu pada epistemologi Popper dengan diujicobakan kepada 20 mahasiswa BIPA
logika deduktif-induktif. Sifat nativis dan dari Thailand, 2 instruktur BIPA, dan 1
rasionalisme kritis model monitor tampak ahli pembelajaran BIPA. Uji coba dalam
pada konstruk dan paradigma teorinya R2D2 ditujukan untuk memperoleh um-
yang tertuang dalam empat hipotesis. Em- pan balik yang dapat digunakan untuk
pat hipotesis tersebut adalah (1) hipotesis memperbaiki produk yang telah dikem-
pemerolehan dan belajar, (2) hipotesis bangkan. Umpan balik tersebut berupa
urutan alamiah, (3) hipotesis monitor, kritik, komentar, dan saran. Produk yang
dan (4) hipotesis penyaring afektif. Model telah disempurnakan kemudian didese-
ini lebih dikhususkan pada pebelajar minasikan kepada pengguna yang lebih
dewasa. besar jumlahnya.
Model konstruksi kreatif menganggap Ada dua jenis data yang dikumpulkan
pebelajar sebagai individu yang bertindak dalam penelitian ini, yakni data kualitatif
aktif dan kreatif dalam belajar bahasa. dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam
Proses belajar dipandang sebagai inter- penelitian ini berupa data lisan dan tertu-
aksi antara unsur lingkungan bahasa dan lis yang digunakan sebagai dasar untuk
proses internal dalam struktur kejiwaan merevisi produk. Data tersebut berupa
pebelajar (Huda, 1984: 8). Belajar bahasa catatan, komentar, kritik, saran, koreksi,
dipengaruhi oleh beberapa variabel indi- atau usul yang dituliskan pada produk
yang diujicobakan, khususnya pada lem- digunakan untuk menganalisis data ha-
bar catatan yang disediakan. Sementara sil angket dan uji ahli. Sementara data
data kuantitatif berupa skor hasil pem- kuantitatif yang berupa skor hasil evalu-
belajaran keterampilan berbicara bahasa asi pembelajaran BIPA dianalisis dengan
Indonesia yang digunakan sebagai acuan teknik statistik deskriptif dan uji-t. Peng-
untuk menilai efektivitas produk. gunaan teknik uji-t ini didasarkan pada
Data dalam penelitian ini dikumpul- pertimbangan bahwa terdapat sampel
kan dengan teknik wawancara, angket, berpasangan karena perlakuan ganda ter-
dan dokumentasi. Teknik wawancara di- hadap subjek yang sama. Selisih nilai (de-
gunakan untuk mendapatkan data berupa viasi) antara kemampuan awal (pre-test)
komentar langsung dari dosen dan ma- dan kemampuan akhir (post-test)dianggap
hasiswa pengguna produk pengembang- sebagai dampak implementasi model
an ini. Teknik angket digunakan untuk perangkat pembelajaran keterampilan
mendapatkan masukan berupa kritik, berbicara bahasa Indonesia.
saran, dan pendapat yang berkaitan de-
ngan produk penelitian ini. Sementara HASIL DAN PEMBAHASAN
teknik dokumentasi digunakan untuk Pendekatan komunikatif-kontekstual
mengumpulkan data berupa skor evaluasi dalam pengajaran keterampilan berbicara
yang diperoleh oleh mahasiswa. mensyaratkan adanya bahan ajar yang
Instrumen yang digunakan untuk me- bersumber dari penggunaan bahasa se-
ngumpulkan data adalah panduan wawan- cara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
cara, kisi-kisi angket, dan alat tes. Pandu- Dengan demikian, bahasa yang dipela-
an wawancara digunakan untuk menga- jari mahasiswa di kelas tidak memiliki
rahkan pertanyaan pada informasi yang kesenjangan dengan penggunaan bahasa
dibutuhkan. Kisi-kisi angket digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Untuk itu,
untuk mendapatkan informasi penting tema, topik, dan ungkapan yang diajarkan
dari mahasiswa yang belajar dengan harus bersumber dari penggunaan bahasa
buku hasil penelitian ini. Sementara alat secara nyata di masyarakat.
tes digunakan untuk mendapatkan skor Dalam rangka memenuhi kebutuhan
mahasiswa sebagai indikator keberhasilan itu, peneliti mengembangkan perangkat
dan kegagalan pembelajaran dengan buku pembelajaran BIPA dengan pendekatan
hasil penelitian ini. komunikatif-kontekstual. Sejalan dengan
Subjek uji coba penelitian ini ada tiga tujuannya, penelitian ini menghasilkan (1)
kelompok, yakni ahli pembelajaran BIPA, Rencana Program Pengajaran (RPP) Kete-
dosen BIPA, dan mahasiswa BIPA. Ahli rampilan Berbicara Bahasa Indonesia bagi
pembelajaran BIPA dipilih dari Sanggar Penutur Asing dan (2) perangkat pem-
Kampung Indonesia Tulungagung yang belajaran keterampilan berbicara Bahasa
setiap tahunnya mengelola kelas BIPA. Indonesia bagi penutur asing.
Dosen BIPA dipilih dari pengajar bahasa
Indonesia IAIN Tulungagung. Sementara Rencana Program Pengajaran (RPP)
mahasiswa BIPA adalah 20 mahasiswa Keterampilan Berbicara Bahasa Indo-
Pattani yang kuliah di IAIN Tulung- nesia bagi Penutur Asing (BIPA) dengan
agung. Pendekatan Komunikatif-Kontekstual
Data yang terkumpul segera dianali- Sebelum menyusun buku ajar, peneliti
sis. Mengingat data yang dikumpulkan perlu menyusun Rencana Program Pem-
berupa data kualitatif dan kuantitatif, belajaran (RPP). RPP yang sudah disusun
analisis data dilakukan secara kualitatif kemudian dikonsultasikan kepada pakar
dan kuantitatif. Analisis data kualitatif BIPA untuk mendapat kritik dan masukan.
Dalam penelitian ini, ada dua pakar BIPA diperhatikan adalah tujuan mahasiswa
yang dijadikan sebagai tim ahli, yaitu Dr. mempelajari bahasa Indonesia (Suyitno,
Mujianto, M.Pd dan Marista Dewi Rama- 2007; Gunawan, 2007).
yantis, M.Pd. Mereka berdua adalah ahli
pembelajaran BIPA di sanggar Kampung Buku Ajar Keterampilan Berbicara
Indonesia Tulungagung, sanggar yang BIPA dengan Pendekatan Komunikatif-
didirikan untuk melayani mahasiswa Kontekstual
asing yang ingin belajar bahasa dan buda- Berdasar RPP yang sudah diperbaiki,
ya Indonesia di Tulungagung. Sejauh ini, peneliti mengembangkan buku ajar kete-
sanggar ini telah memberikan pembelajar- rampilan berbicara bahasa Indonesia bagi
an bahasa dan budaya Indonesia kepada penutur asing. Buku ajar tersebut disusun
mahasiswa universitas Walailak Thailand dengan model Recursive, Reflective, Design
yang mengikuti program in country. and Development (R2D2) yang diadopsi
Kritik dan masukan dari para ahli dari Willis (1995). Model ini memiliki em-
kemudian dijadikan pertimbangan untuk pat prinsip, yaitu (1) recursion, (2) reflection,
memperbaiki RPP yang ada. RPP yang (3) nonlinier, dan (4) design participatory.
disusun, menurut penilaian para pakar Prinsip recursion memungkinkan pe-
BIPA dari sanggar Kampung Indonesia neliti untuk membuat keputusan se-
Tulungagung sudah memenuhi unsur- mentara dan meninjaunya kembali serta
unsur kekomunikatifan dan kekonteks- membuat perbaikan jika diperlukan. Pada
tualan. Selain itu, kompetensi dasar yang tahap ini, peneliti membuat RPP semen-
dirancang juga sesuai dengan konteks tara dan buku ajar sementara untuk
komunikasi nyata dalam kehidupan dikonsultasikan kepada pakar pembelaja-
sehari-hari. Berdasarkan RPP yang su- ran BIPA di Sanggar Kampung Indonesia
dah diperbaiki, buku ajar keterampilan Tulungagung, yakni Dr. Mujianto, M.Pd
berbicara bahasa Indonesia bagi penutur dan Marista Dwi Rahmayantis, M.Pd. Kri-
asing disusun. tik dan masukan dari mereka digunakan
Mengingat bahasa Indonesia lahir dari unruk memperbaiki draf RPP dan buku
masyarakat Indonesia yang multikultural, ajar tersebut.
maka aspek-aspek multikultural bahasa Prinsip reflection memungkinkan pe-
juga harus menjadi bahan pertimbangan neliti untuk memikirkan ulang, menemu-
dalam menyusun bahan ajar BIPA, terlebih kan umpan balik dan ide-ide dari banyak
jika yang belajar bahasa Indonesia adalah sumber selama proses pengembangan.
mahasiswa asing. Hal ini sejalan dengan Pada tahap ini, peneliti membaca ulang
beberapa hasil penelitian pengembangan RPP dan buku ajar sementara. Sambil
bahan ajar BIPA seperti yang dilakukan membaca berbagai sumber dan memper-
oleh Sugiono (1995), Hertiningsih (2007), hatikan kritik dan masukan dari pakar,
Gunawan (2007), dan Suyitno (2010). RPP dan buku ajar diperbaiki.
Dalam mempersiapkan bahan ajar Prinsip nonlinier memungkinkan pe-
BIPA, Sugiono (1995) menganjurkan neliti untuk mengembangkan buku ajar
untuk mempertimbangkan aspek komu- secara tidak urut dengan format yang
nikatif dan tematis. Bahasa yang diajarkan baku mulai awal hingga akhir. Peneliti
haruslah bersumber dari kehidupan nyata bisa memulai dengan tujuan sementara
penggunaan bahasa. Konteks komu- dan dikembangkan selama proses penyu-
nikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari sunan hingga buku ajar selesai. Dalam hal
merupakan materi bahasa otentik yang ini, peneliti memulai dari langkah-lang-
bermuatan budaya Indonesia yang plural kah yang mungkin dikerjakan terlebih
(Hertiningsih, 2007). Yang juga penting dahulu, tidak harus urut sesuai prosedur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4-6 Saryono, Djoko. 1992. “Beberapa Teori
November 2014. Pemerolehan Bahasa”. Hasil Penelitian.
Ghazali, Abdul Syukur. 2010. Pembelajaran Tidak Dipublikasikan. Malang: IKIP
Keterampilan Berbahasa dengan Pendekat- Malang.
an Komunikatif-Interaktif. Bandung: Subangun. 2014.”Peran Bahasa Indone-
Refika Aditama. sia dalam Membangun Peradaban
Gunawan, Samuel. 2007. “Merancang Bangsa-bangsa di Kawasan Asean”.
BIPA sesuai dengan Tuntutan Pelang- MakalahSeminar Internasional Bahasa
gan yang sangat Beragam dalam Pro- Melayu sebagai Pemecah Masalah
gram Pertukaran Mahasiswa”. http:// Global. Universiti Rajabhat Yala, Thai-
www.pusatbahasa.diknas.go.id/la- land.
man/nawala. Sugiono, S. 1995. “Pendekatan Komunikatif-
Hertiningsih, Anneke. 2007. “Pengem- Integratif-Tematis dalam Pengem-
bangan Bahan Ajar BIPA melalui bangan Bahan dan Metodologi Penga-
Materi Otentik yang Bermuatan Bu- jaran BIPA di Indonesia”. Makalah
daya Indonesia”. Dalam http://www. disampaikan dalam Kongres BIPA
pusatbahasa.go.id/laman/nawala. 1995 di Fakultas Sastra Universitas
Huda, Nuril. 1985. ‘Teori Monitor dan Indonesia.
Pengajaran Bahasa Asing”. Dalam Susanto, Gatut dan Rofiuddin, 2014. Peta
Linguistik Indonesia, MLI No. 5. Agus- Pembelajaran BIPA dan Peluang Bahasa
tus 1985. Indonesia sebagai Bahasa Resmi ASEAN.
Krashen, Stephen, D. 1981. Second Langu- Makalah seminar Internasional Baha-
age Acquisition and Second Language sa Melayu sebagai Pemecah Masalah
Learning. Oxford: Pergamon Press. Global. Universiti Rajabhat Yala,
Nunan, David. 1991. Language Teaching Thailand.
Methodology: a Text Book for Teachers. Suyitno, Imam. 2010. “Pengembangan
New York: Printice Hall Materi Pembelajaran BIPA Berdasar-
Sammeng, Andi Mappi. 1995. “Pengajar- kan Tujuan Belajar Pelajar Asing”.
an Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pidato Pengukuhan Guru Besar. Malang:
Asing serta Peranannya”. Makalah Universitas Negeri Malang.
disampaikan dalam Konggres BIPA Willis, J. 1995. “A Recursive, Reflective
1995 Fakultas Sastra Universitas In- Instructional Design Model Based on
donesia. Construction-Interpretative Theory”.
In Eduational Technology. 35(6),5-23.