id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran dan posisi Indonesia di kancah dunia sangat diperhitungkan. Pada
bidang ekonomi, Indonesia ada pada kelompok 16 besar kekuatan ekonomi dunia
dan masuk dalam kelompok G-20. Dikutip dari antaranews.com, pada tahun 2030
mendatang Indonesia diperkirakan menempati tujuh besar kekuatan ekonomi
dunia. Maka dari itu peran sosial, politik, dan budaya termasuk bahasa Indonesia
juga akan semakin berpengaruh secara global (Antaranews, 2018).
Pada lingkup lokal Asia Tenggara, diketahui bahwa Indonesia masuk ke
dalam kelompok Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak tahun 2015. Tujuan
adanya MEA adalah mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk
sistem perdagangan bebas (free trade) antar anggota ASEAN. Adanya MEA tidak
hanya berpusat pada bidang ekonomi, dan salah satu hal strategis yang perlu
dipersiapkan dalam berkiprah dalam MEA adalah menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa utama untuk sarana berkomunikasi dan membelajarkannya secara
kontinyu bagi para Penutur Asing (Sari, 2017). Pada tahun 2011, berdasarkan
hasil kajian empiris mengenai bahasa Indonesia bagi orang asing ditemukan
bahwa bahasa Indonesia yang dipelajari memiliki tujuan tertentu, antara lain
untuk kepentingan diplomasi, menambah pengetahuan tentang bahasa Indonesia,
dan sekaligus menambah pemahaman tentang budaya Indonesia (Andayani,
2015).
Dibandingkan dengan bahasa lain, Hyun (2015) menyebutkan bahasa
Indonesia mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah penggunaan
aksara latin dalam bahasa tulis, dan penggunaan tata bahasa yang sederhana dalam
bahasa lisan. Penggunaan aksara latin merupakan keunggulan yang luar biasa
karena sangat efisien. Misalnya dari segi pembelajaran bahasa, jika orang mampu
menguasai bahasa Inggris, dia langsung dapat membaca tulisan bahasa Indonesia
karena sama-sama menggunakan aksara latin. Berbeda jika dibandingkan dengan
bahasa lain yang mempunyai aksara sendiri seperti bahasa Thailand, Laos atau
1
library.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Vietnam, akses terhadap bahasa Indonesia boleh dikatakan lebih mudah. Tata
bahasa Indonesia terasa mudah karena tidak mengenal jenis kelamin, jumlah,
kasus, waktu, dan tingkatan tutur (speech level). Penggunaan bahasa yang lebih
sederhana ini menjadikan nilai lebih bagi para penutur asing agar bisa
mempelajari bahasa indonesia jika dibandingkan bahasa lain di dunia global
seperti sekarang.
Era globalisasi telah menjadikan kualitas sumber daya manusia menjadi
kunci daya saing antar negara. Kehidupan dunia yang terglobalisasi ditandai oleh
saling terhubungannya sistem ekonomi, politik, lingkungan sosial, dinamisasi
inovasi teknologi, kompleksitas konflik, kesenjangan, dan perubahan yang terus
meningkat. Globalisasi, bersamaan dengan teknologi informasi baru dan proses-
proses inovasi yang ditimbulkan mendorong terjadinya revolusi dalam organisasi
kerja, produk barang dan jasa, hubungan antar negara, bahkan sampai dengan
budaya lokal yang saling berlomba untuk mendapatkan pengaruh dunia
internasional (Scholte, 2000).
Internasionalisasi merupakan salah satu fenomena global yang mengubah
sistem pendidikan dengan memperhatikan layanan pendidikan agar lebih
kompetitif dan dapat memenuhi tuntutan dunia global. Internasionalisasi
dipandang pula sebagai proses mengintegrasi dimensi internasional, interkultural,
atau global ke dalam tujuan, fungsi dan layanan pendidikan (Engelke, 2008;
Knight, 2003). Begitu pula dengan tujuan diselenggarakannya program BIPA.
Program pembelajaran BIPA telah diselenggarakan sekitar 46 negara di
seluruh dunia, baik lembaga perguruan tinggi maupun Kedutaan Besar dan
Konsulat Jenderal RI di berbagai negara (Badan Bahasa, 2012). Hadianto (2015)
menjelaskan kepentingan pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia
berbeda-beda, mulai dari kepentingan pariwisata, pendidikan, pekerjaan, dan
bisnis. Terlepas dari banyaknya kepentingan pembelajar asing, tujuan utama
pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia adalah dapat
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BIPA tidak hanya banyak diminati di kawasan Asean, namun di wilayah
benua asia lain dan benua australia juga mulai mengenal program BIPA. Salah
library.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
satu bukti nyata adalah dengan adanya informasi tentang minat pelajar asing
dalam berbahasa Indonesia yang semakin tinggi. Selain di Asean, benua Asia,
atau benua Australia, program pembelajaran BIPA juga diminati di negara-negara
Eropa, termasuk di dalamnya Finlandia yang merupakan salah satu negara dengan
tingkat pendidikan terbaik di dunia (Arumdyahsari, 2016). Fenomena tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk menjadikan bahasa Indonesia
menuju dunia internasional melalui program BIPA.
Terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di
Luar Indonesia, manurut Rafiek (2014) dan Andayani (2015) menjelaskan
peluang bahasa Indonesia untuk dikembangkan menjadi bahasa Internasional
paling tidak mulai di Asia dan Asia Tenggara memiliki titik terang. Banyaknya
bahasa Indonesia yang telah diajarkan di beberapa universitas luar negeri, seperti
Rusia, Jepang, Amerika Serikat, Cina, dan Jerman menjadikan bahasa Indonesia
lambat dapat bersaing dengan bahasa-bahasa lain sebagai bahasa internasional.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Ngelu (2015) dan Ningrum (2017)
di luar negeri tedapat sebanyak lebih dari 500 institusi yang mengajarkan bahasa
Indonesia. Melihat terdapatnya banyak peminat warga penutur asing yang ingin
mempelajari bahasa Indonesia disertai dengan tersedianya berbagai lembaga yang
tersedia untuk mengajarkan bahasa Indonesia di dalam dan luar negeri tentunya
dapat mempercepat proses internasionalisasi tersebut. Harapan ini akan terwujud
jika penanganannya dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu dilakukan
penelitian evaluasi penerapan program yang sudah dijalankan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) adalah salah
satu program yang diselenggarakan di bawah naungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Adanya BIPA dimaksudkan untuk
membelajarkan bahasa Indonesia yang ditujukan pada pelajar asing, sekaligus
sebagai sarana mempromosikan dan menentukan posisi bahasa Indonesia di
kancah dunia.
Seiring dengan semakin banyak dan meningkatnya minat para penutur
asing dalam mempelajari bahasa Indonesia, lembaga-lembaga penyelenggara
pembelajaran BIPA di dalam maupun di luar negeri pun semakin meningkat.
library.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pendahuluan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan program pembelajaran BIPA di UPT Pelayanan dan
Pengembangan Bahasa (P2B) Universitas Sebelas Maret Surakarta?
2. Bagaimana penerapan visi-misi program pembelajaran BIPA di UPT
Pelayanan dan Pengembangan Bahasa (P2B) Universitas Sebelas Maret
Surakarta?
3. Bagaimana hambatan penerapan visi-misi dan pemecahan masalah yang ada
di UPT Pelayanan dan Pengembangan Bahasa (P2B) Universitas Sebelas
Maret Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah di atas, tujuan evaluasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari temuan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang evaluasi
penerapan visi-misi suatu program yang sudah diterapkan, serta tindak lanjut dari
program tersebut.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembuat program, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada para pembuat kebijakan untuk menentukan apakah program yang
sudah diterapkan perlu dilakukan perubahan atau tetap dilanjutkan,
sehingga tujuan dan harapan pada program yang disusun dapat tercapai
dengan baik.
b. Bagi sasaran program yang dievaluasi, hasil penelitian ini dapat
menentukan apakah program yang dijalankan, dapat terus dilaksanakan
atau dihentikan dan dilakukan evaluasi secara menyeluruh.
c. Bagi pelaksana program, diharapkan dapat meningkatkan kepabilitas
untuk menjalankan program yang diterapkan dengan baik.