Anda di halaman 1dari 11

Nama : Bobi Adam

NIM : A1M118055
PT Asal : Universitas Halu Oleo

Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai Media


Pengenalan Negara Indonesia di Kancah Internasional

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan bidang yang banyak diminati saat
ini. Hal tersebut sesuai dengan jumlah pemelajar maupun pengajar BIPA yang tersebar di seluruh
dunia. Berdasarkan data dari “Peta Lembaga BIPA”, sebanyak 29 negara dan 420 lembaga di
dalam dan luar Indonesia tercatat sebagai lembaga penyelenggara program BIPA, seperti sekolah,
perguruan tinggi, lembaga kursus, lembaga pemerintah atau swasta, dan komunitas yang
menyelenggarakan pengajaran BIPA (https://bipa.kemdikbud.go.id). Tingginya angka peminat
tersebut didukung oleh beberapa program pemerintah yakni internasionalisasi bahasa Indonesia.
Pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 44 tentang
peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Jadi, sudah saatnya dunia ke-
BIPA-an dipandang sebagai dunia industri yang bergerak di bidang jasa/pelayanan, baik untuk
menunjang aktivitas industri yang lain maupun secara langsung untuk memberikan jasa kepada
konsumen. Untuk itu, diperlukan program pendidikan dan pelatihan vokasi industri ke-BIPA-an
guna menyiapkan generasi muda agar lebih berjati diri dan berdaya saing memanfaatkan peluang
dan tantangan perdagangan bebas dengan cara revitalisasi pembelajaran BIPA.
Pembelajaran BIPA adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia yang berkedudukan
sebagai bahasa asing secara sistematis dan terencana. Pembelajaran BIPA mempunyai target
tertentu dan dituangkan dalam sebuah perencanaan pembelajaran atau program pembelajaran BIPA
(Kusmiatun, 2018: 37). Proses dan materi pembelajaran bahasa dikhususkan pada objektivitas dan
kebutuhan pemelajar asing dan bertujuan untuk memungkinkan pemelajar BIPA untuk berbicara
bahasa Indonesia dan mengenal kebudayaan-kebudayaan Indonesia. Pembelajaran BIPA dan
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan pada umumnya sangat berbeda. Perbedaan tersebut
dikarenakan pemelajarnya yang berbeda. Oleh karena itu, penyusunan program BIPA juga
digunakan metode yang khusus.
Penyusunan program pembelajaran BIPA dapat dilakukan setelah melakukan analisis
kebutuhan pada pemelajarnya. Suyitno (2005: 19) menyebutkan terdapat empat aspek yang
menjadi indikator kebutuhan pemelajar. Pertama, aspek sosiologis yang meliputi data personal,
tujuan belajar, dan hasil yang diinginkan. Kedua, aspek linguis terkait dengan bahasa Indonesia
yang mana dan seperti apa yang akan diajarkan. Ketiga, aspek psikologis terkait dengan sikap dan
karakter pembelajar serta kemampuannya dalam belajar. Keempat, aspek pedagosis terkait
kecakapan untuk menentukan langkah pengajarannya.
Keberhasilan penyusunan program pembelajaran BIPA dapat dilihat sesuai ketercapaian
kompetensi berbahasa pemelajar. Ketercapaian dapat dipenuhi dengan revitalisasi gaya pengajar
dan pemahaman lintas budaya yang dimiliki oleh pengajar. Kedua kompetensi tersebut merupakan
tantangan sekaligus prospek baik yang senantiasa harus ditingkatkan oleh pengajar dalam dunia ke-
BIPA-an.
BIPA dipandang sebagai sesuatu yang menjanjikan bagi berbagai pihak. Pada waktu
mendatang akan bergelora gerakan diplomasi total dengan semakin banyak warga masyarakat yang
terlibat, terutama generasi muda milenial dalam penginternasionalan bahasa Indonesia. Berkaitan
dengan hal tersebut, program pedagogis ke-BIPA-an harus memberikan jaminan kemampuan daya
sintas bagi warga negara asing yang hendak mencelupkan diri di lingkungan kerja industri. Jika
dikaji lebih mendalam pengajar memiliki peranan yang cukup signifikan dalam keberhasilan
revitalisasi dunia ke-BIPA-an berkaitan dengan vokasi industri.
Sejak diikrarkan sebagai bahasa Nasional pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, dan
ditetapkan sebagai bahasa negara dalam Pasal 36 UUD 1945, bahasa Indonesia hingga saat ini telah
mengalami perkembangan sangat pesat. Seiring kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia di
era global saat ini, peran Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa
Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia.
Pada 2009 lalu, bahasa Indonesia secara resmi ditempatkan sebagai bahasa asing kedua oleh
pemerintah daerah Ho Chi Minh City, Vietnam. Kemudian, berdasarkan data Kementerian Luar
Negeri pada 2012, bahasa Indonesia memiliki penutur asli terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak
4.463.950 orang yang tersebar di luar negeri. Bahkan, Ketua DPR RI dalam sidang ASEAN Inter-
Parliamentary assembly (AIPA) ke-32 pada 2011 mengusulkan bahasa Indonesia sebagai salah satu
bahasa kerja (working language) dalam sidang-sidang AIPA.
Fakta-fakta tersebut mendukung usaha peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional yang sedang digalang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
melalui Program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). BIPA adalah program
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan
mendengarkan) bagi penutur asing. saat ini setidaknya ada 45 negara yang menjadi peserta BIPA,
dengan 174 tempat pelaksanaan BIPA yang tersebar di negara-negara tersebut. Paling banyak di
Australia. Antusiasme warga negara lain, terutama mahasiswa asing, terhadap bahasa Indonesia
sangat tinggi. Hal tersebut diakui Ketua Satgas Program Darmasiswa Republik Indonesia (DRI),
Pangesti Wiedarti. Pangesti mengatakan, dalam Program DRI, bahasa Indonesia menjadi jurusan
favorit para peserta (survei tahun 2012: 65% bahasa Indonesia; 30% seni-budaya, culinary &
tourism 3%, lain-lain 2%). Program DRI adalah program beasiswa bagi mahasiswa asing yang
negaranya memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, untuk belajar di Indonesia.
Pengajar BIPA tentu tidak boleh sembarang orang. Mahasiswa maupun dosen bisa menjadi
pengajar/tutor BIPA setelah memenuhi persyaratan tertentu.
Scheme for Academic Mobility and Exchange (SAME) khusus bidang Pengajaran BIPA yang
ditawarkan Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud mensyaratkan dosen yang menjadi calon
pengajar BIPA harus menguasai metode dan teknik dan strategi pengajaran serta pembelajaran
BIPA. Hal ini menjadi kewajiban, sebab mengajar BIPA berbeda sekali dengan mengajar bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama/kedua. Selain itu, dosen juga harus mempunyai pengalaman
mengajar mata kuliah BIPA setidaknya dua tahun.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia. Bahasa


Indonesia mengalami berbagai penyerapan dan adaptasi dari bahasa lain sehingga memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri. Bahasa Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke
masa. Saat ini bahasa Indonesia tidak hanya digunakan oleh bangsa Indonesia sepenuhnya
karena bahasa Indonesia telah dipelajari dan digunakan oleh bangsa lain sebagai penutur asing.
Perkembangan bahasa Indonesia di luar negeri sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya lembaga maupun pusat pendidikan yang mengajarkan bahasa Indonesia baik di dalam
maupun di luar negeri.
Sementara untuk mahasiswa yang disiapkan menjadi pengajar/tutor BIPA, mereka harus
mempunyai pengetahuan kebahasaan dan keterampilan mengajar. Dalam mata kuliah BIPA,
mahasiswa belajar Pemahaman Lintas Budaya di mana mahasiswa harus aktif mencari informasi
tentang negara-negara tetangga dalam hal budaya dan bahasanya, yang pada umumnya merujuk
ke negara-negara yang bekerjasama dengan RI dalam Program Darmasiswa RI. Mahasiswa juga
harus mempelajari kurikulum, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran BIPA serta
Praktik Mengajar yang disebut Micro Teaching BIPA.
Penutur asing yang sudah mengikuti Program BIPA akan diuji kompetensinya. Jika
evaluasi bagi penutur asli bahasa Indonesia adalah melalui Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
(UKBI), maka untuk menguji penutur asing diperlukan piranti tes tersendiri, umumnya bisa
disebut Uji Kompetensi BIPA (UKBIPA). UKBIPA dapat ditempuh mahasiswa asing setelah
mahir berbahasa Indonesia, setidaknya setelah satu semester belajar BIPA. Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Mahsun, mengatakan, saat ini Kemdikbud tengah
menyiapkan bentuk evaluasi untuk penutur asing yang mengikuti Program BIPA.
Indonesia adalah salah satu bahasa dengan penutur terbanyak di dunia. Dilansir dari Babbel
Magazine, diestimasikan terdapat 198 juta penutur bahasa Indonesia dengan angka yang terus
bertambah tiap harinya. Kendati demikian, bahasa ini tidak banyak digunakan di luar Asia
Tenggara, tempat bahasa ini lahir dari rumpun Austronesianya. Meskipun telah menjadi salah
satu bahasa yang diajarkan di Australia sejak tahun 1950, bahasa Indonesia belum banyak dikenal
oleh dunia. Hal ini menjadikan misi untuk mengenalkan bahasa Indonesia di kancah internasional
menjadi hal yang penting. Salah satu cara untuk membawa bahasa Indonesia ke masyarakat dunia
adalah melalui program BIPA yang diinisiasi oleh Kemendikbud. Kini, BIPA rutin menerima
pengajar bahasa Indonesia untuk didelegasikan ke negara lain.
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing, disingkat BIPA, adalah suatu program pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia bagi penutur asing. Berada di bawah naungan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
kegiatan ini merupakan ruang belajar untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan
bahasa Indonesia. Dilansir dari laman Kemendikbud, kini terdapat sekitar 420 lembaga pengajar
BIPA yang tersebar di 29 negara, dengan Australia sebagai negara dengan jumlah lembaga BIPA
terbanyak. Terhitung sejak Desember 2020, terdapat sekitar 72.746 pembelajar yang
berpartisipasi dalam program BIPA. Adanya BIPA diharapkan dapat meningkatkan eksistensi
bahasa Indonesia di kancah internasional. Selain itu, mengenalkan bahasa Indonesia ke dunia
juga dimanfaatkan sebagai instrumen soft power diplomacy yang mampu mengukuhkan posisi,
peran, dan pengaruh Indonesia dalam pergaulan dan persaingan internasional. Pemilihan pengajar
BIPA sekaligus duta bahasa diadakan secara rutin tiap tahunnya. Kegiatan pengiriman pengajar
BIPA ini telah diselenggarakan sejak tahun 2015.
Adanya tenaga pengajar yang didelegasikan oleh Indonesia ke berbagai negara di dunia
merupakan hasil koordinasi dua kementerian Indonesia, yaitu Kemendikbud dan Kemenlu.
Dilansir dari Kompas, sebanyak 793 penugasan pengajar bahasa Indonesia telah dikirim dalam
kurun waktu lima tahun BIPA berdiri.
Di dalam negeri bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib mulai dari Sekolah
Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Di luar negeri, ada beberapa institusi pendidikan
yang mengajarkan bahasa Indonesia, seperti di Eropa dan Amerika, Universita Degli Studi di
Napolo ‘I’ Orientale Italia, Universitat Hamburg Jerman, Universitas Leiden Holland, Ecole
Francaise d’Extreme-Orient, dan Ohio University USA. Sedangkan di wilayah Australia dan
Asia ada Indonesia Australia Language Foundation, Universitas Asing Kanda Jepang, Deakian
University, Ateneo De Manila University Filipina, Nanyang Technology University Singapore,
KBRI Dili Timor Leste dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang menarik tentang perkembangan bahasa Indonesia, seperti
di Vietnam. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kedua di Vietnam, setara dengan bahasa
Inggris pada tahun 2008. Bahkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie
mengatakan, Majelis Antarparlemen ASEAN (AIPA) kemungkinan akan mencantumkan
ketentuan dalam Statuta AIPA yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai

bahasa resmi ASEAN. Perkembangan bahasa Indonesia yang begitu pesat ini dimulai pada
tahun 1928 ketika bahasa Indonesia dijadikan bahasa pemersatu untuk wilayah nusantara dan
kini, bahasa Indonesia akan dijadikan bahasa resmi ASEAN. Kedudukan bahasa Indonesia di
mata internasional mempunyai peran penting. Oleh karena itu, bahasa Indonesia bagi penutur
asing (BIPA) memerlukan perhatian khusus, guna memperkenalkan bahasa Indonesia di kancah
dunia.
Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) adalah program pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia, mulai dari keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis, bagi penutur asing. Pembelajaran BIPA memerlukan kurikulum, bahan ajar
(termasuk buku ajar dan kamus dwibahasa), metode pembelajaran yang tepat, dan media belajar
audio-visual yang dirancang secara khusus. Selama pandemi, kegiatan BIPA tetap dilaksanakan
secara daring. Salah satunya ialah penyelenggaraan BIPA jarak jauh yang dihadiri oleh sekitar
291 siswa Amerika. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kemendikbud bersama KBRI Washington
dengan pembukaan kelas virtual pada Sabtu. Bahan pengajaran program BIPA telah disusun oleh
Kemendikbud, baik secara cetak maupun daring. Pedoman ini kemudian dikirimkan ke penutur
asing setiap tahunnya. Selain itu, Kemendikbud juga akan mengirimkan bahan ini ke duta besar
dan negara-negara yang memiliki Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud). Kurikulum
BIPA memungkinkan penyamarataan persepsi dan pemahaman yang mendorong pembelajaran
agar berjalan secara sistematis dan terencana.
Tidak hanya bergerak secara offline, BIPA dalam jaringan (daring) juga dibentuk sebagai
solusi untuk mengatasi keterbatasan ruang dan menjembatani informasi secara lebih mudah.
Aplikasi portal yang dinamai BIPA Daring ini dikembangkan untuk menyediakan akses produk
dan layanan, bagi stakeholders dan penerima manfaat program BIPA. Aplikasi BIPA Daring
menyediakan tiga modul, yaitu modul layanan berbagai pembelajaran BIPA, modul
penyelenggara program BIPA, dan modul layanan berbagi informasi kiprah dan karya pemerhati
BIPA.
Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan di universitas-
universitas di Vietnam seperti Universitas Hong Bang, Universitas Nasional HCMC, dan
Universitas Sosial dan Humaniora. Jumlah peminat studi bahasa Indonesia di universitas-
universitas tersebut cenderung meningkat. Di Korea Selatan, negara yang kini menjadi pusat
perhatian para remaja di Indonesia dan seluruh dunia karena budaya K-Pop dan serial dramanya,
minat warganya terhadap bahasa Indonesia juga menjadi bukti bahwa bahasa ini telah diterima di
sana. Setiap tahun, pihak KBRI Seoul Korea Selatan menyelenggarakan lomba pidato
menggunakan bahasa Indonesia khusus bagi masyarakat Korea Selatan. Antusiasme mereka
untuk mengikuti lomba tersebut cukup tinggi. Studi bahasa Indonesia juga diselenggarakan di
negara tetangga Korea Selatan, yaitu Jepang. Di sana ada lebih dari 20 perguruan tinggi yang
mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan. Di samping itu, ada pula universitas
yang membuka jurusan bahasa Indonesia seperti Universitas Kajian Asing Tokyo, Universitas
Tenri, Universitas Kajian Asing Osaka, Universitas Sango Kyoto, dan Universitas Setsunan.
Bahasa Indonesia tidak hanya dikenal di negara-negara Asia dan Australia saja, di Afrika
pun bahasa Indonesia cukup dikenal. Hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika memang
telah terjalin sejak lama, yaitu sejak terselenggaranya Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun
1955. Seperti yang kita tahu, peristiwa tersebut telah mendorong negara-negara yang masih
dijajah pada saat itu, khususnya di Afrika, untuk berusaha mencapai kemerdekaannya. Jadi, tidak
heran jika hubungan antara Indonesia dengan negara-negara tersebut berjalan dengan baik dalam
segala bidang termasuk budaya dan bahasa. Di Mesir misalnya, banyak penduduk setempat yang
mengenal bahasa Indonesia dan mampu mengucapkannya hanya karena mereka terbiasa bergaul
dengan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Al-Azhar. Minat masyarakat Mesir untuk belajar
bahasa Indonesia juga cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta kursus bahasa
Indonesia yang diselenggarakan pihak KBRI Kairo. Peserta kursus ini terdiri dari berbagai
kalangan, seperti praktisi wisata, pelaku ekonomi dan yang paling banyak adalah kalangan
mahasiswa. Di Maroko, pengajaran bahasa Indonesia telah diresmikan, yaitu di Universitas
Mohammed V. Di universitas tersebut, Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata kuliah pilihan
dengan 4 SKS di samping bahasa lainnya seperti bahasa China, Jepang, Korea, Urdu, dan Turki.
Pengajaran bahasa Indonesia di Universitas Mohammed V Maroko merupakan salah satu upaya
peningkatan hubungan bilateral kedua negara tersebut, khususnya di bidang pendidikan.
Di antara kelompok yang secara tidak langsung turut membantu penyebaran bahasa
Indonesia adalah para pelajar atau mahasiswa yang belajar di luar negeri. Selain itu, para pekerja
dan seniman Indonesia yang berkiprah di sana juga memiliki peranan yang sama dalam hal
tersebut. Para musisi asal Indonesia yang mengadakan konser di luar negeri dengan
membawakan lagu-lagu mereka dalam bahasa Indonesia mampu membangkitkan rasa ingin tahu
bagi masyarakat lokal untuk mengetahui artinya sehingga mereka tertarik untuk mempelajari
bahasa Indonesia. Contohnya, Anggun Cipta Sasmi, salah satu penyanyi Indonesia yang telah
mendunia. Meski telah menjadi warga negara Perancis, tidak jarang ia membawakan lagu-lagu
ciptaannya yang berbahasa Indonesia dalam setiap penampilannya di negara-negara Eropa dan
Amerika.
Perkembangan Bahasa Indonesia di beberapa negara di dunia merupakan peluang yang
besar bagi bahasa ini untuk menjadi bahasa internasional. Usaha untuk menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional harus diawali dari bangsa Indonesia sendiri dengan
mencintai bahasanya. Namun kenyataannya, saat ini masyarakat Indonesia lebih terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang kurang baik, seperti bahasa prokem, bahasa plesetan, dan
bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di
samping itu, mereka juga biasanya lebih bangga menggunakan bahasa asing seperti Bahasa
Inggris daripada Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia, kita harus menjaga identitas bangsa kita, yaitu
bahasa Indonesia. Salah satu langkah untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah mengutamakan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita tidak perlu malu untuk menggunakan
bahasa Indonesia, karena saat ini bahasa Indonesia telah mendapat perhatian khusus di tengah
bangsa lain. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia tetap mampu untuk menunjukkan
eksistensinya di era globalisasi ini.
Kegiatan pengajaran bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Pusat Bahasa sudah
dirintis sejak tahun 1990-an. Kemudian, sejak tahun 1999 telah dibentuk tim khusus yang
menangani kegiatan BIPA. Penyelenggaraan kegiatan pengajaran BIPA dilandasi oleh
pertimbangan bahwa di dalam era global, posisi bahasa Indonesia di dalam percaturan dunia
internasional semakin penting dan potensial. Potensi bahasa Indonesia itu didukung oleh posisi
geografis Indonesia yang terletak dalam lintas laut yang sangat strategis, sumber daya alam
yang potensial, dan keragaman budaya Indonesia yang unik. Dengan demikian, bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi sarana bagi bangsa lain yang ingin meningkatkan
pemahamannya terhadap bangsa dan budaya Indonesia. Kenyataan itu telah menyebabkan
banyak orang asing yang tertarik dan berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia sebagai
sarana untuk mencapai berbagai tujuan, seperti politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, seni-
budaya, dan wisata.
Seperti pembelajaran bahasa Inggris bagi penutur asing yang dilengkapi dengan
standar pengujian kemampuan atau Test of English as a Foreign Language (TOEFL),
pembelajaran BIPA dilengkapi pula dengan instrumen yang sama. Instrumen ini digunakan
untuk mengetahui tingkat kemahiran berbahasa. Untuk kepentingan itu Badan Bahasa
menyediakan sarana pengujiannya yang diberi nama Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
disingkat UKBI.
Sasaran utama pembelajaran BIPA ialah pembelajar mampu berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar secara lisan dan tertulis. Kemampuan berbahasa lisan diberikan kepada mereka
yang belajar untuk kepentingan jangka pendek, seperti turis atau tingkat pemula. Sedangkan
kemampuan tertulis diberikan kepada mereka yang belajar untuk tujuan jangka lama,
seperti peneliti, pelajar, pengusaha, pegawai, atau untuk tingkat lanjut. Kemampuan
berbahasa lisan berkaitan dengan kemampuan menyimak dan berbicara. Kemampuan
berbahasa tertulis berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan di
atas sangat bergantung kepada penguasaan aspek-aspek kebahasaan, seperti fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, dan kosa kata.
Pembelajaran BIPA ini dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada
pada penutur asing untuk berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis.
Selain itu, pembelajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing, termasuk di dalamnya bahasa
Indonesia, bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar
(penutur asing). Dengan demikian, para penutur asing bahasa Indonesia yang menjadi
pembelajar bahasa Indonesia diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia baik lisan
maupun tulisan dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang dipergunakan penutur
aslinya. Sasaran akhir pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (selanjutnya
PBIPA) adalah terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Keterampilan
tersebut tentu saja diimbangi dengan pengetahuan (ilmu) bahasa Indonesia. Artinya,
pembelajar tidak hanya sekadar mahir berbahasa Indonesia, tetapi juga tahu tentang bahasa
Indonesia tersebut.
Terdapat berbagai permasalahan yang berkaitan dengan PBIPA di berbagai negara.
Di Australia, seperti yang dituturkan Sarumpaet (1988), hambatan khas terhadap perkembangan
BIPA adalah “kurangnya lowongan pekerjaan atau jabatan untuk mereka yang mempunyai
kemahiran dalam bahasa Indonesia ” Di Korea menurut Young-Rhim (1988), “hambatan
lain yang kami rasakan hanyalah mengena materi pelajaran” Di Amerika Serikat persoalan
mutu pelajaran masih harus diupayakan pemecahannya, sebagaimana diutarakan
oleh Sumarmo (1988). Di Jerman, karena minat mempelajari bahasa dan kebudayaan
Indonesia terus meningkat maka perlu dilakukan upaya yaitu, “me alui peningkatan penulisan
dan penerbitan buku tentang Indonesia baik dalam bahasa asing maupun dalam bahasa
Indonesia” (Soedijarto 1988) Di Jepang guru BIPA “membutuhkan kamus yang lengkap
terutama kamus yang lengkap dengan contoh pemakaian kata yang cukup banyak”
(Shigeru, 1988).

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia bagi penutur asing tidak
serta-merta dapat tercapai karena dalam proses pembelajaran banyak dijumpai kendala atau
permasalahan. Permasalahan tersebut adalah fenomena pembelajaran bahasa Indonesia bagi
penutur asing. Namun skripsi ini difokuskan pada satu permasalahan. Permasalahan
berbahasa Indonesia tulis merupakan permasalahan yang rumit bagi penutur asing. Mereka
cenderung membahasatuliskan bahasa tulis.
Di dalam bahasa Indonesia, bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Perbedaannya
adalah sebagai berikut.
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua (komunikan) di depan pembicara
(komunikator), sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya komunikan.
2. Di dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan
objek tidak selalu dinyatakan secara lengkap (kalimat minor). Bahkan terkadang
sama sekali tidak dinyatakan karena dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan,
anggukan, atau intonasi. Berbeda dengan ragam lisan, fungsi-fungsi gramatikal harus
jelas di dalam ragam tulis Hal ini dimaksudkan agar orang yang “diajak bicara”
mengerti isi tulisan itu.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Begitu juga
sebaliknya, ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, dan huruf miring.
Sebagai keterampilan berbahasa terakhir yang dipelajari manusia, ragam tulis lebih sulit
dipelajari daripada ragam lisan karena banyak aturan ragam tulis yang berlaku. Begitu juga
penutur asing yang sedang belajar bahasa Indonesia, mengalami kesulitan dalam mempelajari
keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia.
REFERENSI

Ruskhan, Abdul Gaffar. 2007. Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia Dalam


Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). http://www.i-kentei.com/, 12
Januari 2022.

Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana. vol. 9 no. 1, hh. 62—78

https://pssat.ugm.ac.id/id/revitalisasi-gaya-belajar-pembelajaran-bipa-dengan-pemahaman-lintas-
budaya-pada-vokasi-industri/

https://pusatbahasa.uinjkt.ac.id/bipa-tingkatkan-fungsi-bahasa-indonesia-menjadi-bahasa-
internasional/

Anda mungkin juga menyukai