Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KAJIAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

“Perkembangan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)”

Dosen Pengampu :

Dr. Drs. Sulis Triyono M.Pd.

Oleh :

Kelompok 9
Ani Latifah 18706251033
Khairani Ade Guswita 18706251016

PRODI LINGUISTIK TERAPAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. PENDAHULUAN

Pembelajaran BIPA telah berkembang dengan sangat signifikan. Perkembangan ini


dapat dilihat dari banyaknya lembaga yang menyelenggarakan BIPA sebagai program
pembelajaran. Pembelajar BIPA kini dapat dengan mudah belajar bahasa Indonesia tanpa
harus belajar di Indonesia. Hal ini dikarenakan sudah banyak lembaga yang membuka
program BIPA di luar Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2013 bahasa
Indonesia telah dipelajari oleh sedikitnya 72 negara di dunia, dan 48 negara yang menjadi
peserta BIPA.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia, sejak tahun 2000
telah menyelenggarakan kegiatan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing.
Penyelenggaraan kegiatan pengajaran BIPA dilandasi oleh pertimbangan bahwa di dalam era
global, posisi bahasa Indonesia dalam hubungan dengan dunia internasional semakin penting
dan potensial. Dengan demikian, besar harapan Bahasa Indonesia untuk menjadi jembatan
dalam berbagai hubungan kenegaraan, karena bagaimanapun juga bahasa merupakan alat
yang penting, terutama sebagai alat berkomunikasi.
Banyaknya lembaga penyelenggara BIPA, mengindikasikan meningkatnya minat
pembelajar asing untuk mempelajari bahasa Indonesia. Bertambahnya pembelajar asing
menjadi salah satu faktor dalam perkembangan bahasa Indonesia. Di Indonesia, berdasarkan
data yang diperoleh dari Badan Bahasa Kemendikbud pada tahun 2011 tercatat sekitar
92 lembaga yang menyediakan program BIPA. Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas
universitas, lembaga kursus, sekolah, maupun perusahan asing yang ada di Indonesia.

B. PEMBAHASAN

1. Definisi Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)

BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) adalah program pembelajaran bahasa
Indonesia untuk orang-orang yang bahasa ibunya bukan bahasa Indonesia dan yang berasal
dari luar Indonesia. Program ini semakin berkembang baik di dalam maupun di luar negeri
dan merupakan salah satu program Pemerintah Indonesia melalui Badan Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (BPPB) Kemendiknas sebagaimana yang tertuang pada PP No. 24
tahun 2009. Sampai saat ini sudah tercatat paling tidak ada 179 sentra penyelenggara BIPA di
48 negara dan diprediksi akan terus berkembang (Maryani, 2011). BIPA adalah program
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan
mendengarkan) bagi penutur asing. BIPA diselenggarakan dalam upaya untuk mendukung
usaha peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional yang sedang
digalang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

2. Perkembangan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat di
dunia. Hal ini pulalah yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang penting bagi negara-
negara di dunia, baik dari segi ekonomi, perdagangan, politik, pendidikan, maupun
budayanya. Seiring dengan pentingnya keberadaan Indonesia di mata dunia, bahasa Indonesia
pun terkena imbas, yakni semakin banyak dipelajari oleh para penutur asing. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu bahasa di dunia yang berkembang pesat pesat pada abad 20-
an. Pengajaran Bahasa Indonesia terus mengalami peningkatan, baik di luar maupun dalam
negeri. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia, sejak tahun
2000 telah menyelenggarakan kegiatan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing.
Sementara perintisan BIPA itu sendiri ada sejak 1990-an. Kemudian, pada tahun 1999-an
dibentuk tim khusus untuk menangani BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).
Pada Kongres Bahasa Indonesia VI (1993), perkembangan BIPA di luar negeri sangat
terlihat adanya keragaman motivasi sosial dan politik seperti yang sering kita lihat dalam
keterlibatan pemerintah, lembaga swasta, universitas, kerja sama internasional, orientasi
pengajaran, penyediaan materi ajar, dan manajemen pelatihan. Perkembangan BIPA di luar
negeri ini khususnya di Korea, Australia, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia. Akan tetapi,
sebagian besar pemelajar BIPA adalah dari Korea. Sifat pembelajaran BIPA yang melibatkan
penutur asing ini membuat kebanyakan kegiatan pembelajaran BIPA berlangsung di luar
Indonesia. Minat penutur asing untuk mempelajari Bahasa Indonesia memang semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya orang asing yang ingin mempelajari
Bahasa Indonesia dengan berbagai tujuan, seperti tujuan politik, ekonomi, perdagangan, seni-
budaya, wisata, maupun pendidikan.
Secara umum, tidak kurang dari 36 negara telah mengajarkan Bahasa Indonesia kepada
para penutur asing, seperti Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang, Korea, Cina, dan Autralia.
Contohnya, di Cina juga telah menyelenggarakan pengajaran Bahasa Indonesia sejak tahun
1950-an. Pengajaran BIPA di Cina pertama kali diselenggarakan di akademi Bahasa Asing
Nanjing, tahun 1940-an. Awal tahun 1960-an, seiring dengan perkembangan hubungan
persahabatan Cina-Indonesia, Institut Bahasa Asing Beijing membuka jurusan Bahasa
Indonesia. Selain Cina dan Amerika Serikat, di Jerman juga ada 10 universitas dan di Italia
ada lebih dari enam universitas yang mengajarkan Bahasa Indonesia.
Jepang merupakan negara kedua terbesar di luar negeri setelah Australia dengan 27
universitas yang mengajarkan Bahasa Indonesia kepada orang asing. Di Jepang ada sekitar 26
universitas yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di Jepang diajarkan di
enam universitas sebagai matakuliah wajib pada jurusan Bahasa Indonesia, yakni di Tokyo
University of Foreign Studies, Tenri University, Lembaga Ilmu-ilmu Bahasa Asia-Afrika, dan
Kyoto Career College of Foreign Languages, serta di tujuh belas universitas lainnya dijadikan
matakuliah pilihan. Selain itu, sejumlah universitas lain yang mengajarkan Bahasa Indonesia
pada kelas malam yang disebut open college.
Jaringan lembaga penyelenggara program BIPA tersebar di seluruh dunia di antaranya
tersebar di Benua Asia, Australia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Beberapa negara-negara yang
ikut dalam jaringan lembaga penyelenggara program BIPA adalah Indonesia sebanyak 62
lembaga, Thailand sebanyak 30 lembaga, Filipina sebanyak 17 lembaga, Timor Leste
sebanyak 13 lembaga, Papua Nugini sebanyak 8 lembaga, Rusia sebanyak 7 lembaga,
Australia sebanyak 6 lembaga, Prancis sebanyak 6 lembaga, Kamboja sebanyak 6 lembaga,
Amerika Serikat sebanyak 5 lembaga, Mesir sebanyak 5 lembaga, Uzbekistan sebanyak 3
lembaga, Tunisia sebanyak 3 lembaga, Inggris sebanyak 3 lembaga, Vietnam sebanyak 3
lembaga, Malaysia sebanyak 3 lembaga, Bulgaria sebanyak 2 lembaga, Jepang sebanyak 2
lembaga, Jerman sebanyak 2 lembaga, Finlandia sebanyak 2 lembaga, Singapura sebanyak 2
lembaga, Austria sebanyak 2 lembaga, Laos sebanyak 1 lembaga, Myanmar sebanyak 1
lembaga, Italia sebanyak 1 lembaga, Suriname sebanyak 1 lembaga, Cina sebanyak 1
lembaga, India 1 lembaga.

3. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)

Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) pada hakekatnya


merupakan proses pemulaan prilaku belajar yang didasarkan pada pengembangan kondisi
belajar tertentu, sehingga pembelajar asing benar-benar berkemauan dan berkemampuan
memadai dalam menguasai bahasa/budaya Indonesia. Upaya ini memerlukan suatu model
atau sistem pengelolaan pembelajaran khusus yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan
pembelajar melalui mekanisme belajar yang efektif, kondusif, dan akomodatif. Perencanaan
dan proses pembelajarannya pun dikembangkan secara sistematis yang dijangkaukan untuk
menumbuhkembangkan motivasi dan kesadaran pembelajaran pada target pembelajaran yang
jelas.
Tujuan adanya program pengajaran BIPA adalah untuk meningkatkan citra Indonesia
yang positif di dunia internasional dalam rangka menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
perhubungan luas pada tingkat antarbangsa. Program BIPA yang dikembangkan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tidak hanya menangani masalah pengajaran bahasa,
tetapi juga menangani penelitian ke-BIPA-an dan pengembangan bidang studi umum dalam
bingkai kajian Indonesia (Indonesia studies).Secara khusus, BIPA Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa merupakan program yang menangani penyelenggaraan kegiatan ke-BIPA-
an dalam bentuk perencanaan, pengelolaan, penelitian
Dardjowidjojo (dalam Siroj, 2015) menyatakan terdapat dua tujuan pembelajaran BIPA,
tujuan yang bersifat akademis dan praktis. Tujuan pembelajaran BIPA yang bersifat akademis
mengarahkan untuk peningkatan pengetahuan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia,
sedangkan tujuan pembelajaran BIPA yang bersifat praktis mengarahkan untuk keperluan
pertukaran budaya, peluang kerja, dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia. Tujuan tersebut melatarbelakangi peningkatan jumlah orang asing yang berniat
untuk bekerja dan belajar Bahasa Indonesia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyadari bahwa Pengajaran bahasa
Indonesia bagi penutur asing atau Pengajaran BIPA mempunyai peran yang amat penting dan
strategis dalam memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat internasional. Hal itu karena
Pengajaran BIPA di samping merupakan media untuk menyebarluaskan bahasa Indonesia,
juga merupakan media untuk menyampaikan berbagai informasi tentang Indonesia, termasuk
memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia. Dengan demikian, orang asing yang
mempelajari bahasa Indonesia akan semakin memahami masyarakat dan budaya Indonesia
secara lebih komprehensif. Pemahaman itu pada gilirannya dapat meningkatkan rasa saling
pengertian dan saling menghargai sehingga makin meningkatkan pula persahabatan dan kerja
sama antarbangsa.
Sejalan dengan hal tersebut, dengan makin meningkatnya persahabatan dan kerja sama
antarbangsa, pengajaran BIPA dapat pula berperan sebagai penunjang keberhasilan diplomasi
budaya Indonesia di dunia internasional. Oleh karena itu, Pengajaran BIPA sebenarnya layak
dipandang sebagai bagian dari strategi diplomasi kebudayaan. Strategi diplomasi budaya
melalui pengajaran bahasa kepada penutur asing seperti itu sebenarnya juga telah diterapkan
pula oleh beberapa negara lain, seperti Prancis, Inggris, Jerman, dan Jepang.
Metode pembelajaran yang tepat digunakan adalah Metode Praktik Langsung. Haury
dan Rillero menyatakan kelebihan metode praktik adalah sebagai berikut: a) dapat
meningkatkan keterampilan dan keahlian dalam berkomunikasi, b) meningkatkan motivasi
untuk belajar, c) mendapat kesenangan dalam belajar, d) Dapat meningkatkan cara berpikir
sendiri berdasarkan penemuan langsung dan eksperimen, dan e) Dapat meningkatkan
kreativitas dan daya tangkap/persepsi (dalam Pertiwi, dkk, 2013).. Metode praktik langsung
dengan mengajak pebelajar BIPA berkomunikasi langsung dengan penutur asli bahasa
Indonesia sudah diterapkan di Cinta Bahasa Indonesian Language School.
Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran BIPA selama ini adalah a) ketersedian
bahan ajar yang selaras dengan keinginan penutur asing dalam belajar bahasa Indonesia, b)
langkanya buku-buku tentang pengajaran BIPA yang beredar di toko buku, c) pengajar juga
kesulitan memilih bahan ajar yang sesuai digunakan untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan (Siroj, 2015). Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek kebahasaan yang
harus dikuasi oleh siswa. Keterampilan itu terdiri dari (1) menyimak, (2) berbicara, (3)
membaca, dan (4) menulis. Keempat aspek kebahasaan tersebut sangat perlu dikuasi oleh
siswa atau peserta didik, tetapi kenyataan hanya sebagian yang dapat menguasai keempat
keterampilan ini Tarigan (1994). Dari keempat keterampilan kebahasaan, berbicara
merupakan kompetensi yang ingin dicapai pada umumnya oleh pebelajar BIPA. Sesuai
dengan tujuan praktis pembelajaran BIPA menurut Dardjowidjojo (dalam Siroj, 2015) tujuan
praktis pembelajaran BIPA adalah mampu berbicara atau berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia. Bagi siswa BIPA, praktik dalam kegiatan berbahasa, dalam beraneka
situasi, dan tujuan berbicara merupakan hal yang penting dilakukan dalam menguasai bahasa
Indonesia.
REFERENSI

Subyakto N, Sri Utari. 1988. “Metodologi Pengajaran Bahasa”. Jakarta: PT PPLPTK.


Alwasilah, Chaedar A. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Asing”.
Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII. Jakarta.
Widodo Hs. 1994. “Meningkatkan Motivasi dan Pajanan Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing”. Makalah KIPBIPA I (TISOL). Salatiga: UKSW.

Anda mungkin juga menyukai