Anda di halaman 1dari 2

Ternyata, CEFR tidak hanya diterapkan di Eropa tetapi juga di negara bagian lain di luar Eropa.

Alasannya adalah CEFR memiliki beberapa keunggulan. Pertama, CEFR dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur tingkat profisiensi pernelajar bahasa asing. Kedua, CEFR dapat digunakan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran bahasa asing menjadi lebih transparan dalam tataran
internasional. Ketiga dan yang paling penting, CEFR

Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing: Acuan Teori dan Pendekatan Pengajaran keterampilan berbahasa
siswa secara terpadu. Karena itu, materi BIPA yang dikembangkan berbasis CEFR tersebut harus
menyajikan empat keterampilan berbahasa, tata bahasa, dan budaya Indonesia. Berbagai kendala yang
muncul dalam pengajaran BIPA secara umum tentu bukan menjadi penghalang bagi para pengajar untuk
terus berusaha memberikan yang terbaik. Memang banyak faktor yang harus menjadi perhatian, di
antaranya adalah kurikulum, bahan ajar/buku teks, tenaga pengajar, sarana, dan faktor kesenjangan
bahasa pada siswa. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan, mengingat pengajaran BIPA tidak hanya
sekadar mengajarkan bahasa Indonesia. Mengajar BIPA juga memiliki implikasi luas pada pembangunan.
citra Indonesia. Melalui pengajaran BIPA, para pengajar mengemban misi untuk menjadi duta bahasa
dan duta bangsa. Mereka bertugas meluruskan kesalahpahaman warga negara asing tentang Indonesia.
Unsur budaya dan informasi tentang Indonesia dapat termuat dalam pengajaran dan menjadi promosi
bagi Indonesia. Pada bahasan-bahasan selanjutnya, penulis akan membicarakan berbagai hal yang
terkait dengan pengembangan model pembelajaran BIPA berbasis CEFR. Pembahasan bersumber pada
pengembangan model materi ajar bagi siswa BIPA tingkat dasar yang mencakup empat kompetensi
berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat materi tersebut dipadukan secara
terintegrasi dengan menggunakan pendekatan integratif. Penyusunan materi ajar juga mencakup materi
tata bahasa dan budaya Indonesia.

Liliana Muliastuti Pengembangan materi ajar BIPA yang sesuai dengan kondisi bahasa dan budaya
Indonesia yang multi bahasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional. Salah satu tujuan yang dapat diadopsi adalah CEFR mengingat
kepraktisannya dan cocok untuk diterapkan dalam BIPA. Pada 24-27 November 2014, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan para pegiat BIPA telah bersama-sama
menyelaraskan kurikulum yang tersedia sebelumnya dengan menggunakan CEFR. Jika standar ini
digunakan bersama, transfer para siswa BIPA antarlembaga dapat dilakukan dengan mudah karena
kompetensi setiap jenjang kemampuan (A1-C2) menjadi relatif standar. Rujukan pada CEFR juga
berdampak pada pengembangan materi dan evaluasi yang akan relatif sama untuk semua lembaga
penyelenggaraan persetujuan BIPA. Dengan demikian, standardisasi pembelajaran BIPA diharapkan
dapat membantu dan memfasilitasi pelaksanaannya, baik di dalam maupun luar negeri. Di samping itu,
ada yang lain yang diperoleh dalam pergaulan internasional. Mengingat saat ini CEFR juga digunakan
sebagai rujukan untuk membahas bahasa di kawasan Eropa dan bahasa lain (Mandarin, Jepang,
Thailand, Vietnam), maka deskriptor yang dikemukakan dalam CEFR telah "tersosialisasi" secara luas
untuk calon pemelajar BIPA. Lalu, mencari apa yang bisa digunakan untuk pengembangan materi ajar
berbasis CEFR untuk siswa BIPA? Berdasarkan pengalaman penulis baik sebagai pengajar BIPA atau
peneliti masalah bahasa, mencari integratif dapat menjadi alternatif yang tepat dalam pembelajaran
BIPA. Dukungan integratif yang menekankan pada fleksibilitas yang dibawa siswa yang membawa
pelaksanaan pada kegiatan pengajar yang harus melatih 56

dapat digunakan untuk belajar bahasa di masyarakat multibahasa, syerti di kawasan Asia Tenggara,
CEFR. dapat digunakan untuk pemselajaran bahasa di kawasan asia tenggara karena belerapa hal.
Pertama, kawasan Asia Tengeara merupakan bahasa multibahasa Negaranegara di kawasan Asia
Tenggara memiliki berbagai bahasa yang berbeda dengan bahasa nasional, bahasa lokal, dan bahasa
asing. Sebagai contoh, penutur asli Indonesia menguasai bahasa minimal, bahasa ibu dan bahaAsa
Indonesia. Tidak tertutup karena bagaimanapun juga, sebuah penutur dapat memiliki lebih dari satu
bahasa lokal karena faktor keluarga atau lingkungan sekitar. Selain itu, seorang penutur biasanya
menguasai minimal satu bahasa Jadi, tidak aneh jika sebugian orang Indonesia menguasai tiga bahasa.
Pedoman CEFR menggariskan balwa bahasa asing di masyarakat multibahasa harus disesuaikan dengan
konsep plurilingualisme. Plurilingualisme berbeda dengan multibahasaisme. Plurilingualisme adalah
pengalaman bahasa masing-masing individu dalam konteks budaya yang terus meluas sementara itu
multibahasaisme adalah pengetahuan seseorang tentang beberapa bahasa atau yang terkait dengan
beberapa bahasa dalam masyarakat. Konsep plurilingualisme sesuai dengan fakta yang ada pada
individu yang tinggal di masyarakat multibahasa akan berbicara dengan individu-individu yang lain
dalam beragam diskusi. Hal tersebut menyebabkan individu tersebut tidak dapat hanya menggunakan
bahasa tertentu untuk perubahan tertentu saja. Oleh karena itu, masing-masing harus menggunakan
bahasa, sebagian besar dalam konteks dan pembaharuan yang mungkin dilakukan dalam kehilupan
sehari-hari. Kelua, CEFR dapat diadopsi dan diterapkan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di
kawasan Asia Tenggara dalam beberapa aspek, yaitu (1) pembentukan sistem validasi kemampuan
bahasa dan standar Profesi Bahasa per individu, (2) penyediaan alat praktis untuk menghubungkan.

Anda mungkin juga menyukai