Anda di halaman 1dari 2

Berawal dari Penjaga Malam yang kesiangan karena semalam ada maling di ujung jalan.

Para
karyawan pabrik es di sebuah jalan kecil, yakni Si Pendek, Si Tua, Si Peci, Si Kacamata, Si
Kurus yang berkumpul di warung Simbok untuk membeli sarapan sepiring pecel. Beberapa dari
mereka mengeluh karena nasi pecel yang disajikan Simbok sedikit dan harga tempe goreng yang
mahal akibat bahan pokok yang juga semakin mahal. Para karyawan pun menceritakan bahwa
istri dari mereka mengeluh dan kesal karena beras dan bahan pokok lainnya harganya
melambung sedangkan gaji mereka yang tak kunjung naik. Hingga mereka terutama Si Tua
melamun atau mengandai-andai pada saat zaman Belanda dulu, harga bahan pokok yang sangat
murah. Kemudian Si Pendek menasihati kawan-kawannya untuk tidak melihat atau melamun
pada masa lalu yang kelam. Dimana, dulu belum banyak kendaraan seperti saat ini. Mereka juga
membicarakan bahwa akan bisa mencapai keinginan dengan bekerja keras, asalkan para koruptor
lenyap dari negeri ini. Dan teman mereka sendiri, Si Pendek pernah menggerogoti uang serikat
kerja teman-temanya. Pada saat ini kita harus berhati-hati saat mempercayai orang lain dan
kejahatan semakin merajalela. Kemudian, lonceng tanda bekerja sudah berdentang para
karyawan bergegas menghitung dan menyerahkan uang kepada Simbok kemudian pergi bekerja.
Pemuda menghabiskan makannya dengan lahap sekali, setelah membuang cekodongnya ia minta
air yang biasa disediakan oleh penjual pecel itu. ia berdiri, merogoh saku celana. ia cemas, saku
baju dirogohnya. ia makin cemas, simbok memperhatikan dengan biasa. Pemuda tersebut
mengaku dompetnya ketinggalan dan ingin mengambilnya. Namun, Simbok keberatan apabila
Pemuda tersebut pergi tanpa membayar terlebih dahulu karena peristiwa seperti ini ini kerap
terjadi dan dialami Simbok. Minggu lalu, Simbok tertipu dua puluh rupiah. Tampangnya gagah
dan meyakinkan sekali, waktu itu ia bilang uangnya tertinggal di rumah. Tapi sampai hari ini
pecel yang dimakannya belum dibayar. Benar dua puluh itu tidak banyak, tetapi dua puluh kali
sepuluh adalah tidak sedikit. Sekarang Simbok sudah kapok dan cukup pengalaman. Si Kurus
ikut membantu Simbok menahan Pemuda tersebut pergi. Untuk meyakinkan Simbok dan para
karyawan Pemuda tersebut mengaku bahwa dirinya orang baru di kampung dan tinggal di dekat
warung Simbok. Ia mengaku tinggal di RT Lima Pegulen. Namun, saat ditanyai siapa nama
ketua RT lima dan dimana rumah yang ia tinggali, Pemuda tersebut tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan benar. Hal ini, membuat Si Kurus emosi dan berkata kasar kepada Pemuda.
Lalu, beberapa karyawan datang dan bertanya apa yang sedang terjadi hingga Si Kacamata
datang dan mempunyai ide menjadikan jaminan dengan menanggalkan celana Pemuda tersebut
dan disetujui oleh kawan-kawanya. Namun, Pemuda menolak untuk menanggalkan bajunya.
Kemudian, perempuan juragan batik datang menanyakan apa yang terjadi dan ingin mengganti
uang delapan puluh rupiah. Namun, para warga menolaknya. Warga terus mendesak agar
pemuda tersebut menanggalkan bajunya hingga ia menyerahkan kepada Si Peci. Si Peci
menyuruh Simbok agar menyimpan baju tersebut. Kemudian, saat warga sudah bubar pemuda
kembali mendatangi Simbok dan membohongi Simbok dengan kalimat rayuan. Sehingga
Simbok berbelas kasihan terhadapnya karena teringat dengan anaknya. Kemudian, Simbok
memberikan bajunya kembali. Saat pemuda pergi, datanglah penjaga malam yang menanyakan
kejadian yang menimpa Simbok tadi. Penjaga malam memberi tahu Simbok bahwa pemuda
tersebut juga menipu di warung lain. Simbok terkejut dan merasa menyesal.

Anda mungkin juga menyukai