Besse Darmawati
Abstrak: Karya sastra yang baik mampu memberi nilai positif terhadap manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur, makna, dan nilai budaya dalam
puisi yang bernilai positif bagi kehidupan manusia. Penulis menerapkan metode penelitian
deskriptif kualitatif melalui pendekatan objektif dan intuitif. Makna dan nilai budaya
dalam puisi secara intuitif diperoleh dari hasil analisis secara objektif. Data adalah puisi
“Kata Cinta Usia 51,” “Jabatan Yang Hilang,” dan “Kita Adalah Pemilik Sah Republik
Ini.” Secara objektif, puisi tersebut bertemakan keyakinan terhadap kehidupan duniawi,
kekeliruan yang berlebihan, dan kebangkitan hidup. Secara intuitif, makna ketiga puisi
tersebut menyadarkan manusia bahwa hidup hanya sementara sehingga tidak terlepas dari
rasa syukur, jangan putus asa menghadapi cobaan, jangan keliru dengan keindahan dunia,
dan berjuang mencapai kehidupan yang berkualitas. Adapun nilai budaya dari puisi
tersebut adalah kesyukuran, ketabahan, keyakinan, kesabaran, keberanian, keteguhan, dan
bertanggung jawab. Hal demikian mencerminkan karakter dan identitas anak bangsa
sebagai jati diri mereka, sehingga berbeda dengan bangsa lain, dalam rangka menggungah
identitas sebagai bangsa Indonesia yang bermartabat.
Kata Kunci: Identitas bangsa, puisi, unsur, makna, dan nilai budaya.
Abstract: A good literary works are able to give positive values to human being. This
research aims to describe the elements, meaning, and cultural values in the poems that
contain positive values for human life. The researcher applies qualitative method through
objective and intuitive approaches. The meaning and cultural values of the poems are
intuitively gained from the result of the analysis objectively. The data are “Kata Cinta
Usia 51”, “Jabatan Yang Hilang” and “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini.”
Objectively, these poems have the themes of belief in worldly life, the excessive mistaken,
and the resurrection of life. Intuitively, the meaning of these three poems makes people
aware that life is only temporary, so they cannot escape from gratitude, must not feel
despair in facing hardships, are not mistaken by the beauty of the world, and strive to
achieve a good quality of life. The cultural values of these poems are gratitude, fortitude,
faithful, patience, bravery, firmness, and responsibility. These reflect the characters and
identities of young generations as their identities, so they are different from other nations,
in order to awaken their identity as a dignified Indonesian nation.
42
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
43
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
44
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
45
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
46
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
47
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
48
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
49
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
50
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
51
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
52
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
53
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
54
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
55
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
56
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
57
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
58
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
untuk terus maju. Penegasan ini puisi “Kita Adalah Pemilik Sah
tidak pernah menyurutkan Republik Ini,” diperoleh sebuah
semangat sang Demonstran makna yang menyadarkan
karena itulah jalan terbaik menuju kepada umat manusia bahwa
kebenaran dan keadilan. Bahkan, dalam kehidupan ini, manusia
langkah maju sang Demonstran harus bangkit, berjuang, dan
menjadi sebuah kewajiban dan penuh semangat untuk mencapai
pantang untuk mengingkarinya. kehidupan yang lebih baik.
Paparan alur tersebut Jangan pernah sesekali putus asa
menunjukkan bahwa puisi “Kita dan berpangku tangan dengan
Adalah Pemilik Sah Republik Ini” keadaan tanpa dibarengi dengan
mengarah pada kebangkitan atas usaha untuk mengubah hidup ke
suasana jenuh yang diciptakan arah positif dan berkualitas.
oleh para penguasa, ditambah Berbagai nilai budaya
lagi dengan kebohongan publik, dapat pula diperoleh dari puisi
sehingga kebenaran dan keadilan “Kita Adalah Pemilik Sah
semakin sulit tercapai. Akan Republik Ini”. Oleh karena puisi
tetapi, kejenuhan itu dapat ini adalah puisi kebangkitan,
teratasi dengan adanya kekuatan tentu saja nilai budaya yang
untuk bangkit dan melepaskan dikandungnya bersifat
diri dari kehidupan yang serba perjuangan dan semangat
terpuruk. Sejalan dengan hal membahana. Adapun nilai
tersebut, puisi ini bertemakan budaya yang terkandung dalam
tentang semangat dan puisi ini secara detail dijelaskan
kebangkitan hidup. Dengan sebagai berikut.
demikian, puisi ini
mengamanatkan beberapa hal 1) Keberanian
penting, yaitu (1) pentingnya Keberanian pada dasarnya
perjuangan menuju kehidupan mengandung arti tidak pernah
yang lebih baik, (2) semangat takut; memiliki hati yang
harus selalu eksis dalam diri mantap dan rasa percaya diri
manusia, dan (3) tidak boleh yang besar dalam menghadapi
putus asa dengan keadaan, bahaya atau kesulitan.
melainkan bangkit dan terus Keberanian merupakan syarat
berusaha. mutlak yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam rangka
b. Makna dan Nilai Budaya membela kebenaran dan
Berdasarkan unsur keadilan. Dengan keberanian,
intrinsik yang terkandung dalam seseorang dapat dikategorikan
59
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
60
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
61
Menggugah Identitas Kebangsaan Melalui Puisi (Besse Darmawati)
dan rasa syukur yang tinggi, (3) budaya tersebut menjadi jati diri
menyadarkan kepada umat yang melekat pada bangsa
manusia bahwa dalam kehidupan Indonesia yang menandakannya
ini, manusia harus bangkit, sebagai sebuah bangsa sekaligus
berjuang, dan penuh semangat yang membedakannya dengan
untuk mencapai kehidupan yang bangsa-bangsa lain menju bangsa
lebih baik, jangan sesekali putus Indonesia yang bermartabat.
asa dengan keadaan tanpa usaha Kajian terhadap ketiga
untuk mengubahnya ke arah puisi tersebut secara global masih
positif dan berkualitas. Adapun sederhana mengingat
nilai-nilai budaya yang keterbatasan ruang yang tersedia.
terkandung dalam puisi-puisi Oleh sebab itu, masih diperlukan
tersebut secara keseluruhan penelitian lanjutan mengenai
adalah (1) kesyukuran, (2) puisi-puisi tersebut dari berbagai
ketabahan, (3) keyakinan, (4) sudut telaah yang berbeda.
kesabaran, (5) keberanian, (6) Penulis meyakini bahwa di balik
keteguhan, dan (7) bertanggung puisi-puisi tersebut tersimpan
jawab. sejuta makna yang memesona
Makna dan nilai budaya untuk ditelaah dalam rangka
tersebut mencerminkan karakter memelihara dan mengembangkan
anak bangsa sekaligus identitas sastra, serta memperkukuh nilai-
kebangsaan. Dalam rangka nilai kehidupan, baik dalam
menggungah identitas masyarakat, bangsa, maupun
kebangsaan, makna dan nilai tanah air Indonesia
62
Jentera, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017
Daftar Pustaka
Amir, Badaruddin, dkk. 2013. “Kata Cinta Usia 51.” Wasiat Cinta: Mimbar
Penyair Makassar. Makassar: Nala Cipta Litera.
Darmawati, Besse. 2013. “Aktualisasi Nilai Budaya dalam Sastra Bugis
Klasik.” Telaga Bahasa: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan,
Vol. 1 No. 2, Desember 2013.
Hakim, Zainuddin. 2013. “Aktualisasi Ajaran Moral Sastra Bugis dalam
Perwujudan Insan yang Berkarakter Mulia.” Bunga Rampai: Hasil
Penelitian Bahasa dan Sastra No. 27, Desember 2013. Makassar:
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Misnadin. 2012. “Nilai-Nilai Luhur Budaya dalam Pepatah-Pepatah
Madura.” Atavisme: Jurnal Ilmiah Kajian Sastra, Vol. 15 No. 15,
Juni 2012.
Mustafa. 2016. “Nilai Budaya yang terkandung dalam Silasa I.” Bunga
Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra No. 32, Juni 2016.
Makassar: Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
.......................................... 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Sopu, Suparman, dkk. 2010. “Jabatan Yang Hilang.” Di Mandar Bulan
Menenun Layar: Kumpulan Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Frame
Publishing bekerja sama dengan Sandeq Production, DKM SB, dan
MAMMESA.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Taufiq Ismail. 1993. “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini.” Tirani dan
Benteng: Dua Kumpulan Puisi Taufiq Ismail. Jakarta: Yayasan
Ananda.
Tim UKBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V. Daring:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
63