Anda di halaman 1dari 8

1.

Historiografi Fase Tradisional

Historiogrfi adalah karya sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dibuat oleh para pujangga-
pujangga kerajaan pada masa itu. Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional, sebagai berikut.

a. Istana sentries atau raja sentris

Penulisan sejarah hanya terpusat pada raja, punggawa raja, patih, dan atau keluarga kerajaan.
Sedangkan rakyat yang berada dalam kekuasaannya tidak digambarkan keadaannya.

b. Relegio-magis

Penulisan sejarah yang bersifat relegio-magis menggambarkan tentang upacara keagamaan yang
dilakukan oleh keluarga raja dalam mentaati perintah agama yang dianut oleh kalangan kerajaan. Hal itu
dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang berupa benda seperti punden berundak, yupa, atau
prasasti-prasasti.

c. Kultus dewa raja (raja adalah manusia setengah dewa)

Raja dianggap sebagai titisan dewa yang harus dipatuhi dan ditaati oleh rakyatnya. Bahkan, seringkali
raja atau kalangan kerajaan digambarkan mempunyai kesaktian yang tiada tandingannya. Pengkultusan
terhadap raja sampai sekarang ini masih diterapkan oleh sebagian masyarakat.

d. Subyektif yang sangat tinggi

Pujangga-pujangga yang menulis sejarah tradisional tidak akan luput dari tekanan dan empati terhadap
penguasa di masanya. Sehingga penulisannya hanya menganggap bahwa penguasa merupakan orang
yang paling baik.

e. Kurang kronologis

Karena hanya membahas tentang raja dan kalangan kerajaan, penulisan sejarah hanya menulis
peristiwa-peristiwa penting yang dialami oleh kalangan kerajaan. Hal itu menyebabkan, sebab-sebab
peristiwa itu terjadi terabaikan.

f. Berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan raja

Raja digambarkan sebagai manusia setengah dewa yang mampu membawa kemakmuran kepada
rakyatnya sehingga rakyat akan senantiasa mendukung semua kehendak raja.

Pada awalnya, penulisan sejarah pada masa ini bukan untuk merekam suatu peristiwa sejarah,
melainkan hanya untuk mengekspresikan kebudayaan seperti tempat upacara, agama yang dianut. Pada
masa ini, penulisan sejarah ditulis bukan dikertas melainkan ditulis di atas batu, daun-daun, keramik,
dan logam. Dalam historiografi tradisional, terjalin erat unsur-unsur sastra sebagai karya yang imajinatif
dan mitologi. Contoh dari historiografi tradisional adalah babad, silsilah, tambo, dan hikayat.
Historiografi tradisional memiliki arti dan fungsinya sendiri. Pertama, dengan corak sejarah tradisional
yang bersifat istana sentries maka ada upaya untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis dan
memberikan legitimasi yang kuat terhadap penguasa, sebagai contoh didalam kitab Pararaton, Ken Arok
dituliskan sebagai titisan dewa Wisnu sedangkan anaknya yang bernama Ken Endok dituliskan sebagai
titisan dewa Brahma. Kedua, berbagai legenda dan mitos yang terkait dengan tokoh-tokoh sejarah lokal
yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat. Ketika proses
penyatuan telah berhasil dilakukan, maka kekuasaan pusat membutuhkan untuk mengukuhkannya.
Ketiga, penyusunan sejarah tradisional juga dimaksudkan untuk membuat simbol Identitas baru. Bagi
rakyat di daerah, menjadi bagian dari sebuah kerajaan berarti berbagi identitas dan gengsi baru. Bagi
rakyat yang datang ke ibu kota merupakan sesuatu yang luar biasa. Kharisma seorang raja, seperti yang
dilukiskan dalam babad tanah Jawi, dipercaya karena adanya pulung. Dengan memiliki kharisma itu,
panembahan Senopati berhasil menakklukkan Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul sehingga mampu
mengamankan kekuasaannya di sepanjang pantai selatan Jawa, tempat sang ratu berada sebagai
penguasa dengan berbagai terornya.

2. Historiografi Fase Kolonial

Historiografi kolonial adalah historiografi Indonesia yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial.
Penulis sejarah pada masa ini adalah para peneliti dari pihak kolonial. Oleh sebab itu, penulisan sejarah
pada masa ini mempunyai ciri-ciri sebagal berikut.

Kehidupan manusia akan selalu mengalami perkembangan. Pertama kali manusia ada yakni.sejak
manusia purba yang masih primitif sampai manusia masa kini yang sudah modem akan selalu
mengalami perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada manusia bukan hanya dalam bentuk
fisiknya saja namun juga dalam hal pikiran atau pemahaman. Oleh karena itu, penulisan sejarah juga
akan selalu mengalami perkembangan sejajar lurus dengan perkembangan pemikiran manusia. Kita
sebagai makhluk Tuhan, harus pandai bersyukur karena kita diberikan kenikmatan berupa waktu.

Di Indonesia sendiri, historiografi sejarah Indonesia sudah mengalami tiga tahapan, yakni tahap
penulisan sejarah secara tradisional, tahap penulisan sejarah secara kolonial, dan tahap penulisan
sejarah secara modern. Pada setiap tahapan dalam penulisan sejarah Indonesia, dibarengi dengan cara
berpikir manusia dan pemegang kekuasaan di Indonesia sendiri.

1. Historiografi Fase Tradisional

Historiogrfi adalah karya sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dibuat oleh para pujangga-
pujangga kerajaan pada masa itu. Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional, sebagai berikut.
a. Istana sentries atau raja sentris

Penulisan sejarah hanya terpusat pada raja, punggawa raja, patih, dan atau keluarga kerajaan.
Sedangkan rakyat yang berada dalam kekuasaannya tidak digambarkan keadaannya.

b. Relegio-magis

Penulisan sejarah yang bersifat relegio-magis menggambarkan tentang upacara keagamaan yang
dilakukan oleh keluarga raja dalam mentaati perintah agama yang dianut oleh kalangan kerajaan. Hal itu
dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang berupa benda seperti punden berundak, yupa, atau
prasasti-prasasti.

c. Kultus dewa raja (raja adalah manusia setengah dewa)

Raja dianggap sebagai titisan dewa yang harus dipatuhi dan ditaati oleh rakyatnya. Bahkan, seringkali
raja atau kalangan kerajaan digambarkan mempunyai kesaktian yang tiada tandingannya. Pengkultusan
terhadap raja sampai sekarang ini masih diterapkan oleh sebagian masyarakat.

d. Subyektif yang sangat tinggi

Pujangga-pujangga yang menulis sejarah tradisional tidak akan luput dari tekanan dan empati terhadap
penguasa di masanya. Sehingga penulisannya hanya menganggap bahwa penguasa merupakan orang
yang paling baik.

e. Kurang kronologis

Karena hanya membahas tentang raja dan kalangan kerajaan, penulisan sejarah hanya menulis
peristiwa-peristiwa penting yang dialami oleh kalangan kerajaan. Hal itu menyebabkan, sebab-sebab
peristiwa itu terjadi terabaikan.

f. Berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan raja

Raja digambarkan sebagai manusia setengah dewa yang mampu membawa kemakmuran kepada
rakyatnya sehingga rakyat akan senantiasa mendukung semua kehendak raja.

Pada awalnya, penulisan sejarah pada masa ini bukan untuk merekam suatu peristiwa sejarah,
melainkan hanya untuk mengekspresikan kebudayaan seperti tempat upacara, agama yang dianut. Pada
masa ini, penulisan sejarah ditulis bukan dikertas melainkan ditulis di atas batu, daun-daun, keramik,
dan logam. Dalam historiografi tradisional, terjalin erat unsur-unsur sastra sebagai karya yang imajinatif
dan mitologi. Contoh dari historiografi tradisional adalah babad, silsilah, tambo, dan hikayat.

Historiografi tradisional memiliki arti dan fungsinya sendiri. Pertama, dengan corak sejarah tradisional
yang bersifat istana sentries maka ada upaya untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis dan
memberikan legitimasi yang kuat terhadap penguasa, sebagai contoh didalam kitab Pararaton, Ken Arok
dituliskan sebagai titisan dewa Wisnu sedangkan anaknya yang bernama Ken Endok dituliskan sebagai
titisan dewa Brahma. Kedua, berbagai legenda dan mitos yang terkait dengan tokoh-tokoh sejarah lokal
yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat. Ketika proses
penyatuan telah berhasil dilakukan, maka kekuasaan pusat membutuhkan untuk mengukuhkannya.
Ketiga, penyusunan sejarah tradisional juga dimaksudkan untuk membuat simbol Identitas baru. Bagi
rakyat di daerah, menjadi bagian dari sebuah kerajaan berarti berbagi identitas dan gengsi baru. Bagi
rakyat yang datang ke ibu kota merupakan sesuatu yang luar biasa. Kharisma seorang raja, seperti yang
dilukiskan dalam babad tanah Jawi, dipercaya karena adanya pulung. Dengan memiliki kharisma itu,
panembahan Senopati berhasil menakklukkan Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul sehingga mampu
mengamankan kekuasaannya di sepanjang pantai selatan Jawa, tempat sang ratu berada sebagai
penguasa dengan berbagai terornya.

2. Historiografi Fase Kolonial

Historiografi kolonial adalah historiografi Indonesia yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial.
Penulis sejarah pada masa ini adalah para peneliti dari pihak kolonial. Oleh sebab itu, penulisan sejarah
pada masa ini mempunyai ciri-ciri sebagal berikut.

a. Sudat pandang Eropasentris atau Nerlandosentris, yang menganggap bahwa kebudayaan barat
yang paling maju.

b. Berorientasi pada fakta.

c. Periodisasi dan uraiannya sudah kronologis.

Dengan demikian, penulisan sejarah pada masa ini hanya bertujuan untuk dapat melanggengkan
kekuasaan penjajahan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan penulis hanya memandang dari sudut
pandang pemerintahan bukan dari sudut pandang orang pribumi. Hal sebaliknya bagi bangsa Indonesia,
dapat berperan dalam membangkitkan perasaan nasionalisme untuk melawan penjajah. Hal itu
memberikan corak tersendiri dalam penulisan sejarah Indonesia masa pergerakan. Tidak dapat disangkal
bahwa historiografi kolonial turut memperkuat proses historiografi Indonesia. Historiografi kolonial
menonjolkan peranan bangsa Belanda dan memberikan tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Hal ini
merupakan perkembangan logis dari situasi kolonial, ketika penulisan sejarah bertujuan utama
mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya.

Historiografi pada masa kolonial tidak boleh diabaikan sama sekali. Tidak dipungkiri bahwa historiografi
pada masa kolonial membantu mengembangkan historiografi Indonesia lokal. Hal itu dapat dilihat pada
masa awal pergerakan Indonesia tahun 1900. Banyak para pemuda Indonesia yang mengembangkan
cara penulisan sejarah Indonesia sebagai alat propaganda untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.
Penulisan sejarah kolonial, tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa kolonial. Kepentingan itu
mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya berbeda dengan
penafsiran dari penulisan sejarah nasional Indonesia. Sebagai contoh : perlawanan pangeran
Diponegoro. Dalam pandangan pemerintahan, kolonial dianggap sebagai tindakan ekstrimis yang
mengganggu jalannya roda pemerintahan. Di sisi lain, bagi penulis sejarah nasional perlawanan tersebut
dianggap sebagai perjuangan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan cinta tanah air. Jika dalam
sejarah Belanda sentris menonjolkan peran VOC sebagai (pemersatu) dalam menuliskan sejarah-sejarah
Hindia Belanda (Indonesia), dalam pandangan Indonesia sentries hal itu berbeda. Kehadiran bangsa
barat pada umumnya, Belanda pada khususnya, sengaja atau tidak sengaja mendorong ke arah
integrasi. Perlawanan terhadap penetrasi dan kekuasaan bangsa barat, membantu pembentukan
wilayah kesatuan yang kemudian disebut dengan Indonesia. Demikian halnya pandangan bangsa
Belanda yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 melalui penyerahan
kedaulatan sebagai kelanjutan dari Konferensi Meja Bundar, bangsa Indonesia mangakui bahwa
kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangannya sendiri kemudian diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945.

3. Historiografi Fase Modern

Historiografi modern ini dimulai sejak tahun 1970-an, saat diadakan seminar sejarah nasional kedua.
Pada saat itu, Sartono Kartodirdjo melakukan disertasi tentang karyanya yang berjudul (pemberontakan
Petani Banten tahun 1888) di mana sudut pandang yang dipakai dari sudut pandang Indonesia sentris
dan membahas tentang masalah sosial untuk pertama kalinya. Sejak seminar itu, banyak sejarawan
Indonesia mulai mengunakan penulisan buku sejarah Indonesia. Buku standar itu bukan hanya akan
membawa ketegasan yang Indonesia sentris tetapi juga membawa kemajuan yang dicapai dalam
Seminar Sejarah Indonesia Kedua dengan cita-cita sejarah yang struktural dan analitik. Buku yang
pertama dibuat setelah seminar itu adalah buku yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia yang
berjumlah enam jilid, yang tidak saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga sejarah yang sinkronik-
struktural.

Tuntutan akan ketepatan teknik dalam usaha mendapatkan fakta sejarah, secermat mungkin dan
mengadakan rekontruksi sebaik mungkin-serta menerangkannya setepat mungkin mendorong
tumbuhnya historiografi modern. Di samping mempergunakan metode yang kritis, historiografi modern
juga menerapkan penghalusan teknik penelitian dan memakai Ilmu-Ilmu bantu baru yang bermunculan.
Oleh karena Itu, secara bertahap berbagai Ilmu bantu dalam pengerjaan sejarah berkembang mulai dari
penguasaan bahasa serta keterampilan membaca tulisan kuno (epigrafi) sampai dengan numismatic
yang mempelajari mata uang kuno permasalahan arsip-arsip. Ciri-ciri historiografi modem antara lain.

a. Sudut pandang Indonesiasentris.

b. Bersifat kritis analistis dengan menggunakan pendekatan multidimensional.


c. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.

d. Mengungkapkan micro history sehingga menghasilkan sejarah populis bukan elistis.

Dengan demikian, bukan saja ketetapan pengujian bahan sutnber harus selalu diperhalus, metode-
metode baru dalam pengumpulan sumber (heuristik) harus pula dikembangkan. Misalnya kalau bahan-
bahan tertulis mulai habis, sedangkan usaha untuk mendapatkan rekontruksi sejarah yang relatif utuh
belum tercapai, teknik wawancara terhadap para pelaku atau saksi sejarah dan sistem klasifikasi dalam
penyimpanannya perlu pula selalu disempurnakan, sedangkan bila untuk dipertimbangkan sebagai
bahan penulisan sejarah maka diperlukan metodologi dan alat analisa disertai dengan ilmu bantu
sejarah yang memadai.

MACAM MACAM ILMU BANTU SEJARAH

Ilmu Bantu Sejarah

Dalam aktivitas penelitian sejarah, para sejarawan akan melakukan rekonstruksi terhadap sumber-
sumber sejarah yang ada. Rekonstruksi dilakukan melalui kajian terhadap sumber sejarah dengan
menggunakan berbagai cabang ilmu bantu sejarah. Dalam hal ini, ilmu bantu sejarah berfungsi sebagai
alat untuk menganalisis secara kritis dan ilmiah terhadap sumber-sumber sejarah yang ada.

Ilmu Bantu Sejarah

1. Paleontologi

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil. Disiplin ilmu ini mengkasi mengenai sejarah
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan purba lewat fosil-fosil yang ditemukan. Fosil adalah bagian
tubuh mahluk hidup yang membatu dan tidak mengalami pelapukan. Fosil-fosil manusia purba diteliti
menggunakan ilmu bantu sejarah ini.

2. Paleoantropologi

Paleoantropologi adalah gabungan dari 2 disiplin ilmu, yakni paleontologi dan antropologi. Bisa pula
dikatakan bahwa paleoantropologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang khusus mengurasi sejarah
hidup manusia purba, mulai dari cara mengumpulkan makanan, cara bertahan hidup, dan lain
sebagainya.

3. Arkeologi

Arkeologi adalah cabang ilmu yang mempelajari sejarah kehidupan manusia lewat penggalian dan
pengkajian artefak atau ekofak yang masih ditemukan. Artefak dan ekofak adalah kumpulan benda-
benda kuno yang dahulunya digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup oleh manusia purba. Misalnya
kapak genggam, punden berundak, waruga, dan lain sebagainya.
4. Paleografi

Paleografi adalah ilmu bantu sejarah yang digunakan untuk mengkaji manuskrip atau tulisan-tulisan
kuno sebagai salah satu sumber sejarah primer. Manuskrip yang tercatat dalam prasasti atau dinding
piramida Mesir, mulai dari tanggal penulisan, orang yang menulis, tempat asal, hingga bahasa yang
digunakan dikaji menggunakan cabang ilmu ini.

5. Epigrafi

Epigrafi adalah cabang ilmu yang mempelajari materi yang digunakan untuk menulis manuskrip. Artinya
jika paleografi mempelajari tulisan, maka epigrafi mempelajari bahan yang digunakan untuk menulis,
seperti batu, logam, gading, daun lontar.

6. Ikonografi

Ikonografi adalah ilmu bantu sejarah yang mempelajari bentuk, fungsi, dan pembuatan patung-patung
kuno dari zaman pra sejarah. Bisa dikatakan bahwa ikonografi adalah cabang arkeologi yang khusus
mempelajari patung.

7. Numismatik

Numismatik adalah disiplin ilmu yang mempelajari mata uang. Disiplin ini sangat penting untuk
mengungkap sejarah dari sisi ekonomi. Perdagangan yang terjadi di masa silam merupakan bentuk
peradaban manusia yang dapat membuka tabir dan missing link.

8. Ilmu Keramik

Sesuai namanya, ilmu keramik memang mempelajari keramik, khususnya tahun pembuatan, bahan, cara
pembuatan, dan keasliannya. Dalam pengungkapan kebudayaan lembah sungai Yangtze, cabang ilmu
bantu sejarah ini sangat sering digunakan.

9. Genealogi

Genealogi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang asal usul nenek moyang suatu bangsa. Dalam
prakteknya, genealogi merupakan sebuah kajian tentang penelusuran jalur keturunan lewat identitas
biologis beserta sejarahnya. Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yang disebut berasal dari Yunan,
China Selatan juga diketahui dari cabang ilmu ini.

10. Filologi

Filologi adalah ilmu bantu sejarah yang khusus mempelajari berbagai naskah kuno. Kajian bahasa yang
meliputi kritik sastra, sejarah, dan linguistik dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, seperti
manuskrip dan prasasti, dipelajari dengan cabang ilmu ini.

Anda mungkin juga menyukai