Oleh:
Gandes Sekar Putri
Email: gandes.sekarputri@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Volume
KESUSASTRAAN: AJARAN NILAI-NILAI MORAL MASA HAMENGKUBUWONO V 3
Gandes Sekar Putri
Volume
KESUSASTRAAN: AJARAN NILAI-NILAI MORAL MASA HAMENGKUBUWONO V 5
Gandes Sekar Putri
(Simuh, 1988: 9). Pada karya sastra yang gebak toran cendhana minging
terpengaruh tasawuf Islam telah tinrap ing tontro wistha
berkembang sejak zaman kerajaan Demak. prathisthaning sirtu
Pujangga-pujangga mistik Islam yang winangun miruda raras
mewarnai corak sastra Jawa yaitu Al kang winuni marasudaning narpati
Ghazali dan Ibnu Arabi. munggeng surya narendra
Pada masa Hamengkubuwono V Terjemahan:
karya sastra sangat bervariasi mulai dari
moral, suluk, kepemimpinan dan olah seni. Raja yang adil adalah benar dalam
Ajaran yang menonjol di Kasultanan berkuasa,
Yogyakarta adalah ajaran moral. Sultan tidak bersikap mendua,
Hamengkubuwono V memiliki andil tidak melebihkan maupun mengurangi,
dalam menciptakan karya sastra yang tidak berada di depan maupun di belakang,
berisi ajaran kepemimpinan. Karya sastra tidak berada di luar atau di dalam,
berisi ajaran kepemimpinan yang dikenal raja yang agung yaitu
pada masa Hamengkubuwono V salah raja yang senantiasa melihat segala sesuatu
satunya adalah Serat Jatipusaka dengan hati sehingga tahu yang benar dan
Makutharaja. Makna nilai-nilai yang salah
kepemimpinan dalam Serat Jatipusaka anugerah dari Yang Maha Kuasa
Makutharaja diharapkan dapat memberi selalu terlimpah pada sang raja
gambaran mengenai kepemimpinan (Dwiyanto, 2016: 187)
Hamengkubuwono V (Dwiyanto, 2016:
186). Kesusastraan tergantung pada
konvensi sosial budaya yang berlaku pada
Ajaran luhur yang terkandung
masyarakat tertentu (Teeuw, 1982: 9).
dalam Serat Jatipusakan Makutharaja
Adapun yang dinamakan objek
dapat menjadi tuntunan dan dilaksanakan
kesusastraan adalah objek yang
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
dinamikanya ditentukan oleh syarat-syarat
Moral memiliki makna ajaran mengenai
dan norma-norma kemasyarakatan yang
baik buruk suatu perbuatan, kelakuan,
berbeda-beda. Serat Jatipuaka
akhlak dan kewajiban. Moral juga berarti
Makutharaja pupuh Dhandhanggula pada
kesusilaan (Poerwadarminta, 1985: 654).
14 menggambarkan kewibawaan seorang
Adapun kriteria perbuatan susila antara
raja yang memiliki kebijaksanaan,
lain keputusan akal yang baik, kehendak
kemuliaan dan keindahan budi pekerti
baik dan penyesuaian dengan hakikat
yang dihormati oleh seluruh rakyat.
manusia (Fudyartanta, 1974: 18).
Adapun kutipan kalimat tersebut:
Dalam Serat Jatipusakan
Sunan Mangkurat Mas pan winuni
Makutharaja pupuh Dhandhanggula pada
sebak danu tan nawa tiksyana
1 berisi ajaran mengenai keindahan,
endra marhatin arjune
kebenaran dan kebaikan yang harus
tyas murla walu-walu
dipegang oleh seorang pemimpin. Adapun
kyat wara sapata dipati
kutipan kalimat tersebut:
wasis sumbaga kennya
Irika tata kruding pangesthi karem jupiteku
manglunturing arju ginupita patistha ngraras wanodya
taseng iradat wijile ngentha karsa pengpengan wilaya pati
pamerdiningreng masbun destun yoga sumbaga
Volume
KESUSASTRAAN: AJARAN NILAI-NILAI MORAL MASA HAMENGKUBUWONO V 9
Gandes Sekar Putri
Volume
KESUSASTRAAN: AJARAN NILAI-NILAI MORAL MASA HAMENGKUBUWONO V 11
Gandes Sekar Putri
tampak menurut versi kejawen berbentuk dan budaya Jawa. Sebagai khalifah di
perlambang pasemon. bumi, manusia tidak boleh berpangku
tangan tanpa berbuat apapun.
Pengertian mengenai ilmu Kelangsungan dan keseimbangan hidup
digambarkan dalam Serat Jatipusaka bumi akan terjadi apabila masyarakat
Makutharaja pupuh Maskumambang pada memiliki pola hidup dan sistem
2-3. Ilmu ketuhanan dalam kepustakaan bermasyarakat yang sesuai.
Islam kejawen disebut ngelmu sangkan
paran. Mengenal Tuhan berarti mengenal Para raja Jawa sejak zaman dahulu
asal kejadian manusia sekaligus tempat selalu mengutamakan ilmu pengetahuan
kembali pada hari kemudian. Dalam dalam menjalankan pemerintahan. Seiring
kejawen, ilmu mengenai Tuhan sebagai perkembangan zaman, ilmu terus
sangkan paraning dumadi disebut dengan mengalami perkembangan. Namun
ngelmu kasampurnaan (Simuh, 1988: demikian ilmu sebagai gejala yang makin
364). Ngelmu kasampurnan berarti nyata dalam kehidupan manusia terus dan
membuat hidup manusia menjadi makin dipersoalkan dan dipelajari. Ilmu
sempurna. Dalam Serat Jatipusaka merupakan pengetahuan yang tersusun
Makutharaja juga ditemukan pengertian sistematis. Ilmu pengetahuan membuat
ilmu dan manusia dalam menuntut ilmu. manusia berupaya untuk mendeskripsikan
alam dan kehidupan sebagaimana adanya
Pada filsafat Islam wejangan dengan tujuan menemukan penjelasan
mengenai ilmu kesampurnaan jiwa yang memungkinkan manusia untuk dapat
termasuk dalam ilmu kebatinan yang meramalkan dan mengontrol objek
disebut sebagai tasawuf atau sufisme, tersebut (Suriasumantri, 1986: 17).
sedangkan masyarakat Jawa menyebutnya
dengan suluk dan mistik. Ajaran kejawen Serat Jatipusaka Maktharaja
bukan termasuk dalam agama, namun menjelaskan mengenai keberadaan
merupakan suatu kepercayaan sebab di manusia secara ontologis-metafisis, yaitu
dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang dari tiada menjadi ada, selanjutnya
berdasarkan kepercayaan terhadap Tuhan melaksanakan lakon, manut dan kembali
dan sebagai falsafah hidup masyarakat menjadi tiada. Segala sesuatu telah diatur
Jawa. Dalam kepustakaan Islam kejawen, sebelum manusia dilahirkan. Dalam
Tuhan dilukiskan memiliki sifat-sifat yang menjalankan kehidupan, manusia wajib
sama dengan manusia dan manusia untuk selalu berusaha, namun segala yang
digambarkan sama dengan Tuhan (Simuh, terjadi tetap Tuhan yang menentukan.
1988: 299). Manusia diharapkan dapat berlalu dari
alam ‘nyata’ menuju alam yang sunyata,
Dalam Serat Jatipusaka dari alam realitas ke alam transendetal
Makutharaja pada 21 membahas mengenai demi mencapai perkembangan pada diri
keselarasan sosial yang kemudian menjadi sampurna. Adapun kutipan
melahirkan gelar-gelar yang dianggap kalimat yang menggambarkan kenyataan
memiliki kekuatan magis (Dwiyanto, tersebut terdapat pada Serat Jatipusaka
2016: 211). Ilmu pengetahuan yang Makutharaja, pupuh Sinom, pada 2:
diuraikan dalam bentuk ajaran moral
kepemimpinan telah dapat Iku sakwakun pusaka
menggambarkan arah ideologi rampungena kang tan mindho gaweni
kepemimpinan Hamengkubuwono V. ingkeng memet nyamut-nyamut
Ideologi kepemimpinan tersebut keng tajem dipermana
merupakan perpaduan antara agama Islam ingkeng apik keng jolo ingkang kariun