Anda di halaman 1dari 38

Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No.

ANALISIS UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH MADURA, BABAD GIRI KEDHATON, DAN
SERAT PARARATON

Putut Handoko
Cahyaningsih Pujimahanani
Fakultas Sastra Universitas DR.Soetomo
E-mail:puh_andaka@yahoo.co.id

Abstract
This research is useful to enrich and increase Indonesian culture. This research focuses on the
analysis of literary element of Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat
Pararaton. This research employs the concept of babad as a historical literary work. The research
data are the translation works of the manuscripts of Babad Sejarah Madura, Babad Giri
Kedhaton and Serat Pararaton. The technique of collecting data is a documentation study.The
technique data analysis is content and descriptive analysis. The finding shows that the literary
element seen in Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat Pararaton covers
mythology, legend, extraordinariness, symbolism and suggestion.

Keawords: babad, literary element

PENDAHULUAN berbahasa daerah di Indonesia mempunyai

Sastra Daerah di Indonesia sangat potensi besar sekali di dalam usaha

luas dan beragam. Setiap kelompok etnis meningkatkan kesanggupan rohania untuk

memiliki sastra daerah. Kekayaan bangsa menghayati segala segi kehidupan dan tata

Indonesia yang berupa khasanah sastra nilai yang berlaku di dalam masyarakat

daerah seharusnya tidak sekedar menjadi untuk mencapai kebahagian hidup yang

kekayaan budaya tersimpan dalam lingkup sebesar-besarnya.

etnis tertentu, tetapi hendaknya dapat Salah satu sastra berbahasa daerah

menjadi kekayaan budaya yang dapat adalah babad. Babad merupakan sastra tulis

dipahami, baik mengenai isi, kandungan lama yang berbentuk manuskrip.Selain

nilai, maupun manfaatnya bagi setiap babad digunakan kata lain sebagai kata

individu, masyarakat pendukungnya, serta pertama judul karya sastra jenis ini adalah

anggota masyarakat lainya. Menurut sejarah, pustakaraja, serat dan serat

Hutomo (dalam Sudikan dkk, 1993:5) sastra salasilah


Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Penelitian mengenai sastra berbahasa unsur estetik dan aspek fiktif, misalnya
daerah berupa babad atau serat belum mitologi, lagenda, hagiografi, simbolisme,
banyak dilakukan baik oleh peneliti asing sugesti dan pamali.
maupun oleh peneliti Indonesia karena
Perumusan Masalah
bahan-bahan yang diajadikan objek
penelitian sulit didapatkan. Mengenai sastra Penelitian unsur sastra Babad
Madura, Sudikan dkk (1993:2) mengatakan Sejarah Madura,Babad Giri Kedhaton dan
bahwa sastra madura merupakan ‘hutan Serat Pararaton merupakan usaha untuk
rimba dan sekaligus ‘harta karun’ warisan melestarikan dan menyebarluaskan sastra
nenek moyang yang perlu penanganan tulis lama sehingga keberadaan babad atau
secara khusus. serat tetap eksis dan semakin dinikmati
Berdasar fenomena-fenomena di atas, sebagai wacana pembangunan dan
babad atau serat sebagai salah satu sastra pengembangan kebudayaan bangsa.
berbahasa daerah merupakan tambang emas
Peneiliti selanjutnya merumuskan
bagi peneliti guna memperkaya dan
beberapa permasalahan yaitu:
mengembangkan kebudayaan nasional.
Ditinjau dari strukturnya Babad 1. Bagaimana unsur sastra Babad
Sebagai karya sastra sejarah dapat Sejarah Madura ?
dipisahkan menjadi dua persoalan yaitu 1) 2. Bagaimana unsur sastra Babad Giri
tentang struktur sastranya dan (2) tentang Kedhaton ?
struktur isinya (Darusuprapto, 3. Bagaimana unsur sastra Serat
1975:6).Struktur sastra terdiri dari mitologi, Pararaton ?
legenda, hagiografi, simbolisme, sugesti, dan
pamali.Sedangkan struktur isi terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA
fakta sejarah yang aktual.
Berdasar baik struktur sastra maupun Konsep babad

struktur isinya, peneliti mencoba Kata babad, berarti cerita sejarah,


manganalisa unsur sastra Babad Sejarah hikayat, silsilah riwayat kuno (Tim, 1988:
Madura,Babad Giri Kedhaton dan Serat Sudjiman, 1986:11).Kata babad digunakan
Pararaton.Analisa unsur sastra mencangkup sebagai judul cerita prosa lama yang berupa
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

karya sastra sejarah atau historiografi Ambami, istri Pangeran Cakraningrat I


tradisional (Kasdi, 1997: x; Kuntowijoyo, adalah keturunan Sunan Giri yang ke 6.
1999: 128).
Konsep Legenda
Babad juga berarti melukiskan atau
Legenda adalah kisah-kisah
mengungkapkan cerita pembukaan suatu
mengenai kepribadian atau keunggulan
daerah atau hutan untuk kemudian didirikan
dalam pribadi tokoh-tokoh manusia tertentu,
suatu ibukota kerajaan atau pusat
tokoh-tokoh yang kemungkinan besar hidup
pemerintahan di atasnya (Darusuprapto,
dalam sejarah (Ibrahim, 1986:16).
1975:3; Ekadjati, 1978:1).Babad Sejarah
Keunggulan seseorang sering dikaitkan
Madura, misalnya melukiskan pembukaan
dengan watak istimewa dan supernatural.
daerah di Madura, dalam hal ini Madura
barat, untuk selanjutnya didirikan ibukota Legenda juga merupakan cerita prosa
atau pusat pemerintahan.Kota baru di rakyat, yang dianggap oleh empunya cerita
Arosbaya (Bangkalan) didirikan Ki Pratanu sebagai suatu kejadian yang sungguh-
atau Panembahan Lemah Duwur. sungguh terjadi (Dananjaya, 1986:66).
Babad berdasarkan strukturnya Misalnya legenda Ki Minak Sunaya putra
terdiri dari aspek estetik atau unsur Arya Damar dari Palembang yang
keindahan dan aspek fiktif atau unsur mengembara ke Madura dengan menaiki
khayalan yang merupakan unsur-unsur yang Kaluyuh Putih.
harus dipenuhi dalam karya sastra pada
Konsep Hagiografi
umumnya misalnya unsur mitologi, legenda,
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Hagiografi adalah unsur-unsur sastra
yang menggambarkan kemukjizatan,
Konsep mitologi
keluarbiasaan sesorang (Kasdi, 1965: 6).
Unsur mitologi dikaitkan dengan Biasanya hagiografi menyangkut kehidupan
geneologi atau asal usul keturunan (Kasdi, orang-orang suci, misalnya keluarbiasaan
1965). Dalam Babad Giri Kedhaton, Sunan makam Sunan Giri yang mengeluarkan
Giri adalah keturunan ke-9 Nabi beribu-ribu lebah dan menyengat pasukan
Muhammad S.A.W. Babad Sejarah Madura Adipati Sengguruh.
menyebutkan bahwa Ratu Ibu atau Syarifah
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Konsep simbolisme Newman (1991:418) menambahkan bahwa


data kualitatif adalah dalam bentuk teks, kata
Simbolisme dalam sastra sejarah
tertulis, frase, atau simbol yang
berupa lambang-lambang, misalnya
menggambarkan orang, tindakan, dan
berwujud sinar cahaya berkelerat di angkasa
kejadian dalam kehidupan sosial. Secara
disebut dengan nama wahyu dari atau
singkat dapat dikatakan bahwa penelitian
pulung/ada lagi tanda-tanda berupa pusaka
kualitatif mengacu pada prosedur penelitian
keramat, serta berupa kata- kata kiasan
yang berupa kata tertulis, frase atau simbol.
(Darusuprapto, 1925:9). Dalam Babad Giri
Kedhaton, misalnya simbolisme sinar cahaya Data Penelitian
berkelarat muncul pada Sunan Giri pada
Data penelitian pertama dari
waktu masih bayi.
penilitian ini adalah naskah Babad Sejarah
Konsep Sugesti Madura.Naskah Babad Sejarah Madura
merupakan koleksi Pigeaud yang waktu
Unsur-unsur sugesti yang terdapat di
penulisannya ditandai dengan \sengkalan
dalam sastra sejarah, misalnya berupa
‘putra adil septaning ratu’
ramalan atau firasat, suara gaib, tabir mimpi,
(1761=Jawa=1839 M).Naskah asli
dan pamali (Darusuprapto, 1975:11) Dalam
menggunakan kertas ‘dluwang’ yaitu kertas
Serat Pararaton, misalnya sugesti berupa
Jawa dari kulit kayu, dan isinya terdiri dari
suara gaib terjadi pada Ken Arok yang
75 lembar.
mendapat suara gaib untuk pergi ke Rabut
Pada penelitian kedua adalah naskah
Gunung Lejan.
babad Giri Kedhaton.Naskah Babad Giri
METODE PENELITIAN Kedhaton terdiri dari 24 lembar.Setiap
lembar berisi dua halaman tulisan bolak
Pendekatan Penelitian
balik, sehingga jumlah halamanya sebanyak
Penelitian ini menggunakan
47 halaman ditambah satu bagian tidak
pendekatan kualitatif. Strauss (1987:2)
bertuliskan halamannya yaitu lembar
menyatakan bahwa penelitian kualitatif
pertama bagian depan.
menjauhkan dari atau menggunakan
Data penelitian ketiga adalah naskah
seminim mungkin teknik-teknik matematika.
Serat Pararaton.Naskah Serat Pararaton
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

berupa kropak yang tersusun sebagai 1. mengumpulkan naskah Babad Sejarah


berikut: Madura, Babad Giri Kedhaton dan Serat
Pararaton
1. Kropak no.37, sejumlah 17 halaman
2. memetakkan data-data yang terkumpul
dengan lontar 52 cm.
sesuai dengan perumusan masalah
2. Kropak no.550, sejumlah 47 halaman, 3. melakukan analisis data untuk menjawab
panjang lontar 47 cm perumusan masalah
4. mendeskripsikan hasil penelitian dalam
3. Kropak no.600, sejumalh 58 halaman,
laporan penelitian
panjang lontar 59 cm, masingmasing
terdapat 3 baris. Analisis Data

Ketiga naskah tersebut sudah Tahap berikutnya setalah data selesai


diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan dikumpulkan adalah analisis data.Teknik
Bahasa Indonesia.Dengan demikian bahan analisis data yang dipakai dalam penelitian
penelitian ini menggunakan terjemahan ini adalah analisis isi (content analysis)dan
naskah Babad Sejarah Madura,Babad Giri analisis deskriptif (descriptive
Kedhaton, dan Serat Pararaton. analysis).Teknik analisis isi digunakan
karena pengolahan data dalam penelitian
Teknik pengumpulan data
menekankan pada kajian isi sesuai dengan
Teknik pengumpulan data dalam perumusan masalah dan teknik analisis
penelitian ini adalah studi dokumentasi. deskriptif digunakan dengan tujuan untuk
Rahman (1999: 96) mengartikan teknik studi menggambarkan suatu keadaan secara
dokumentasi sebagai cara mengumpulkan objektif.
data melalui peninggalan arsip-arsip dan
Menurut Newman (1991: 272)
termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
analisis isi merupakan teknik pengumpulan
teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-
dan analisis isi teks. Isi menunjuk pada kata,
lain berhubungan dengan masalah penelitian.
arti, gambar, simbol, ide, tema atau pesan
Langkah-langkah dalam studi dokumentasi
yang dapat dikomunikasikan.Sedang teks
disusun sebagai berikut:
menunjuk pada sesuatu yang tertulis, visual
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

atau diucapkan yang dipakai sebagai media Mitologi


komunikasi, berupa buku, dokumen atau
Mitologi atau asal usul keturuan para
surat kabar dan lain-lain. Langkah-langkah
raden di Madura dari jalur kanan termasuk
dalam analisis data disusun sebagai berikut:
keturunan Kanjeng Sunan Giri seperti dalam
1. pengurutan data sesuai dengan perumusan kutipan bertikut:
masalah
Yen dening tedak datheng madunten
2. klasifikasi data dalam setiap urutan sesuai Kanjeng Susushunan Ratu ing Giri
dengan kemungkinan hubungan dan ciri Kedhaton aputra Nyai Ayu Gedhe
Sawo, Nyai Ayu Gedhe Sawo aputra
kategori Waringin Pitu, Pangeran Waringin
3. interprestasi nilai data sesuai dengan Pitu Aputra Mas Panganten,
Pangeran Mas Panganten aputra
perumusan masalah Pangeran Rangga, Pangeran Rangga
4. Evaluasi tingkat kelayakan dan aputra Ratu Agung kali Raja Arya
Jengpati sening Ratu Agung kagarwo
kelengkapan data penyimpulan sebagai dening panembahan sideng Magiri
hasil revisi terakhir secara keseluruhan. (BSM, 52)
Artinya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalau diturunkan untuk Madura
Bagian ini membahas unsur sastra Kanjeng Sunan Ratu di Giri
Kedhaton berputra Nyai Ayu Gedhe
Babad Sejarah Madura (BSM), Babad Giri Sawo, Ratu Ayu Gedhe Sawo
Kedhaton (BGK) dan Serat Pararaton (SP). berputra Waringin Pitu, Pangeran
Waringin Pitu berputra Mas
Unsur sastra meliputi mitologi, legenda, Panganten, Pangeran Mas Panganten
hagiografi, simbolisme dan sugesti. berputra Pangeran Rangga, Pangeran
Rangga berputra Ratu Agung dan
Ratu Arya Jengpati.Sedang Ratu
Agung diperistri Panembahan Sideng
Magiri (BSM,52)
UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH
Kutipan di atas menggambarkan
MADURA
bahwa Para Raden di Madura masih
Unsur sastra dalam Babad Sejarah keturunan Wali Allah Kanjeng Sunan Giri
Madura adalah mitologi, legenda, yeng berkuasa di Giri Kedhaton.Kanjeng
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Sunan Giri keturunan trah Muhammad
S.A.W yang ke 9.
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Legenda karma kula saha dipun erih-erih


nunten Ki Bok Ni Tunjung Biruwulan
Legenda yang terdapat dalam Babad amirsa ing sabda manis sarta amikir
ing sajroning galih jenawit kaya
Sejarah Madura adalah legenda Ki Minak mangkana kaya paran wekasane
Sunaya dan Peri Ni Tunjung Biruwulan awak mami dados angicase Ni
Tunjung Biruwulan kabekta dhateng
seperti tergambar dalam kutipan berikut: parupuh (BSM,1)
Wondenten Haryo Damar wus
jumeneng in panagri Palimbang, Artinya
apeputra Ki Arya Minak
Sunaya.Denten Minak Sunaya punika Sedangkan Ki Arya Damar
kesah anglelana dhateng bang wetan berkedudukan di Negara Palembang
anumpak kaluyu pethak.sapadumugi mempunyai anak Ki Arya Minak
ing pulo Madunten.Minggah lajeng Sunaya.Sedangkan Minak Sunaya itu
dhumateng ing dhusun Parupuh ing pergi berkelana ke arah timur
Pamelingan.Ingkang punika tiyang menaiki kaluyuh putih. Sesampainya
padhusunan wau sakalangkung di pulai Madura lalu menuju desa
genipun anggumusti-gusti.saha Parupuh di Pamekasan. Saat itu
purmatanipun ingkang dhumateng Ki orang pedesaan sangat menjunjung
Minak Sunaya ingkang mawi dados dan sangat menghomati kepada Ki
sami urmat.sarehne aningali ing Minak Sunaya karena mereka melihat
kaluwiiyanipun anumpak kaluyu kelebihannya menaiki kaluyu
pethak. Boten antawis lami kesah putih.Tidak lama kemudian pergi ke
mangilen. Sapadamugi in dhusun arah barat.Sesampainya di desa
Sarasidya Sampang, ing nalika Sarasidya Sampang. Ki Minak
tengah dalu amirsani swara gumuruh Sunaya saat tengah malam
anunten dipun purugi aningali perika mendengar suara gemuruh.
sami siram ing taman Sarasidya Selanjutnya dia mendekati melihat
lajeng mendheki lon-lon lampahe peri sedang mandi di taman
kados pandung. Sapadamugi ing Sarasidya, selanjutnya dia mendekati
taman lejeng amendet rasukan dengan berjalan pelan pelan seperti
satunggil.Anglepas sing rasukanipun pencuri. Sesampainya di taman
wata Ni Peri Tunjung selanjutnya mengambil baju satu
Biruwulan.Tumunten angila peri kebetulan tepat pada bajunya peri
kang sami adus kaget sami lajeng Tunjung Biruwulan.Karena melihat
mabur-kantun satunggil ingkang peri yang sedang mandi terkejut
gadhahi rasukan wau adhempok selanjutnya terbang, tinggal satu yang
sami nangis, saklangkung genipun punya baju tadi mendekam dan
amelasasih sesambate nunten menangis sambil merintih meminta
angandika Ki Minak Sunaya eh,gusti belas kasihan, selanjutnya berkata Ki
sampan nular mapan kang amendhet Minak Sunaya, eh Dewi jangan
rasukan ndika kula sarta jang ndika menangis sebab yang mengambil
sampun pinasthi yen dados jatu bajumu itu saya, serta kamu sudah
dititahkan untuk menjadi jodoh saya
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

dan dirayu-rayu.Selanjutnya Ni dari Palembang ke Madura dengan menaiki


Tunjung Biruwulan memperhatikan
Kaluyuh Putih.
nasehat serta merenung dalam hati,
karena dengan cara seperti itu
akhirnya Ni Tunjung Biruwulan
Simbolisme
dibawah ke Parupuh (BSM,1)
Simbolisme dalam Babad Sejarah
Legenda ini menceritakan Ki Minak
Madura adalah pusaka keramat yaitu keris
Sunaya mencuri baju peri yang sedang
pusaka Setan Kober seperti dalam kutipan
mandi.Di Kemudian hari peri yang bernama
berikut:
Ni Tunjung Biruwulan sudah menjadi istri
Pangeran Arya Ratu kamapah
Ki Minak Sunaya nunten angunus dhuhung wastapun
Setan ober dipun lerehake dhateng
Hagiografi Pangeran Cakraningrat (BSM,14)
Artinya
Unsur hagiografi dalam Babad Pangeran Arya tidak marah,
Sejarah Madura menggambarkan selanjutnya mencabut keris yang
bernama Setan Kober, ditusuklah
keluarbiasaan Ki Minak Sunaya. Kehebatan Pangeran Cakraningrat (BSM,14)
dan keluarbiasaan Ki Minak Sunaya
Sugesti
tergambar dalam kutipan berikut:
Sugesti dalam Babad Sejarah
Wondenten Haryo Damar wus
Madura berupa tabir mimpi yang dialami Ki
jumeneng in panagri Palimbang,
apeputra Ki Arya Minak Demung Palakaran seperti dalam kutipan
Sunaya.Denten Minak Sunaya punika
berikut:
kesah anglelana dhateng bang wetan
anumpak kaluyu p ethak (BSM,1)
Dunten Ki Demung wau
Artinya sakalangkung sanget genipun
aprapta angira ngira arsanipun
Sedangkan Ki Arya Damar malah asring kesah dhateng wana
berkedudukan di Negari Palembang kangasepun.Kala wonten ing wana
mempunyai anak Ki Arya Minak atilem sakedhap nunten asupena ing
Sunaya.Sedangkan Minak Sunaya itu sawunginipun asaring enget
pergi berkelana ke arah timur supenanipun yen dipun kersakake
menaiki kaluyuh putih. (BSM,1) kesah dhumaten ler kilen (BSM,3)
Kutipan di atas menggambarakan Artinya
keluarbiasaan Ki Minak Sunaya yang pergi
Sedangkan Ki Demung sangat
senang bertapa dan sering pergi ke
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

hutan yang sepi ketika di hutan tidur Legenda


sebentar lalu bermimpi, setelah
bangun di ingat impiannya kalau Unsur legenda bekaitan erat dengan
disuruh pergi ke arah barat laut
(BSM,3) air, api atau cahaya. Legenda dalam Babad
Giri Kedhaton yang berkaitan dengan air
Kutipan di atas menggambarkan Ki
adalah legenda Raden Samudra seperti
Demung Palakaran yang mendapat tabir
dalam kutipan berikut:
mimpi sewaktu tidur dan diminta pergi ke
arah barat laut. Kocapa subandar sang nata ing
mahospahit ingkang awasta Nyai
UNSUR SASTRA BABAD GIRI Gedhe Pinasih ing Gresik ing
KEDHATON nalika punika utusan kang awasta
juragan kemboja kinen abekta
Unsur sastra dalam Babad Giri bahita ejung kesah layar gerami
Kedhaton meliputi mitologi, legenda, dhateng sukadara ing negeri tanah
wangsul sigra juragan kesah layar
hagiografi, simbolisme dan sugesti wonten ing lahutan nuju dalem.
Mangka tumingal apadhang sarta
gumeremeng kadi bahita kapal
utawi ngardi. Mangka dupi pedhek-
Mitologi pedhek kang tumingal saya alit.
Nunten injingipun sampun was
Geneologi atau asal usul Sunan Giri padha yen punika cahyane pethi
gumawang lir siang iku. Ingeriku
dari jalur kanan adalah Sunan Giri keturunan sampun taqdire Pangeran Kang
Nabi Muhammad S.A.W.Kutipan berikut Maha Suci.Bahita punika lajeng
boten angsal siliran. Dados pethi
menggambarkan asal usul Sunan Giri: punika wahu anotok dhateng
bahita.Ananging Ki Juragan tuwin
Punika pertelan sejarahipun Kanjeng pandhega sedaya sami ajrih
Nabi Muhammad Shallallabualahi angentas. Nunten bahita punika
Wassalam ingkang tumedhak kedhatengan siliran.Tunten layar
dhateng Kanjeng Sinuhun Prabu ngantos layar kaping tiga taksih ugi
Satmata ing Giri Kedhaton wangsul dhateng panggenan waahu
(BGK.A.1) malih sarta amedhaki dhateng pethi
wahu.Dados juragan asung
Artinya prembak dhateng pandhiga. Sedaya
Inilah petikan sejarah Kanjeng Nabi sami rembak angentas lanju entase
Muhammad Shallallahuaalaihi engal kahinggahaken dhateng
Wassalam yang berurutan sampai bahita. Nuli kabuki tumingal yen isi
pada kanjeng Sinuhun Prabu Satmata jabang bayi jalu bagus tur mocar
di Giri Kedhaton (BGK,A.1)
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

cahya …nuli pinaringan nama Raden Samudra pada kutipan diatas


Raden Samudra (BGK,C.10-11)
adalah Sunan Giri yang dibuang oleh
Artinya kakeknya sendiri Raja Blambangan. Bayi
Sunan Giri Tampak bersinar terang dan
Diceritakan tentang adanya
syahbandar sang raja Majapahit sangat mengagumkan. Pada episode
yang bernama Nyai Gedhe Pinatih
berikutnya sinar itu muncul lagi, tatkala peti
di Gresik. Kala itu ada utusan
seorang majikan dari Kamboja yang berisi bayi Sunan Giri dibuka tampak
menyuru membawa perahu layar
bayi yang berparas bagus serta
hendak berlabuh ke Sukadana di
suatu negeri, lantas segera kembali memancarkan cahaya.
memenuhi majikan untuk berlayar
di lautan malam itu.Maka
terlihatlah sinar terang-benderang Hagiografi
seperti sebuah sebuah kapal atau
Unsur hagriografi dalam Babad Giri
gunung di tengah samudra.Maka
ketika makin mendekat yang Kedathon dijumpai dalam bentuk cerita
nampak adalah sebuah benda kecil.
kemukjizatan makam Sunan Giri atau Raden
Esoknya sudah terlihat bahwa
cahaya tersebut adalah cahaya Samudra atau Raden Paku seperti dalam
sebuah peti yang memancar seperti
kutipan:
waktu siang. Rupanya sudah
menjadi takdir Tuhan Yang Maha Wonten setengahing riwayat punika
Suci. Perahu tersebut tiba-tiba tidak Kyahi Adipati Sengguruh putranipun
dapat melaju sehingga peti tersebut Arya Damar ing Palembang diwek
menempel pada perahu itu.Tetapi asuwita ing Mahospahit kaparingan
juragan dan awak kapal semuanya nama pecat Tandha Terung.Dupi
takut untuk mengangkatnya.Lalu suwita dhateng Pangiran Bintoro ing
kapal tersebut diterpa angin.Lantas Demak keparingan nama Adipati
kembali berlayar sampai berlayar Senggurh ing nalika punika akersa
tiga kali tetapi masih kembali lagi angluruk dhateng ing Giri.Nujane
ke tempat semula, serta mendekat ing malam Jumu’ah Suhunan Dalem
pada tepi tadi. Hal itu menjadikan asupena pinanggih dhateng kang
sang majikan berembuk dengan rama saka adhawuh yen estu Adipati
anak buahnya semua untuk Sengguruh arep anekani ing Giri
mengangkat peti itu. Peti akhirnya becik pakenira sumingkira lan putra
dinaikan ke atas kapal. Lalu dibuka sentana nira kabeh.Mangka
dan nampak jika berisi jabang bayi sedhatenge Adipati Senggurh nunten
yang berparas bagus serta Suhunan Dalem lorat dhateng ing
memancarkan cahaya terang…lalu dhusun Gumena.Enggal Adiati
diberikan nama Raden Samudra Sengguruh perintah dhateng bala
(BGK, C:10-11) nira sami kinen angedhuk
kuburanipun Kanjeng Suhunan Ratu
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Ainul Yaqin.Saderenge kahasta wahu dalam makam keluar lebah (tawonn endas)
perintah angentupi dhateng Adipati
yang beribu-ribu jumlahnya dan menyengat
Sengguruh saha sebalanira Agung
sami apuyengan wong Demak katha seluruh pasukan Adipati Sengguruh.
lumajeng yen tumingal awangsul
dhateng negaranipun maleh (BGK, Simbolisme
E:12)
Artinya Simbolisme dalam Babad Giri
Kedhaton berupa simbolisme dalam bentuk
Dalam sebagian riwayat Kyai Adipati
Sengguruh itu putra Arya Damar di cahaya dan simbolisme dalam bentuk benda
Palembang.Ia diperintahkan menjadi
keramat atau pusaka.
abdi di kerajaan Majapahit diberi
nama Pecat Tandha Terung hingga
menjadi abdi pada Pangeran Bintoro 1. Simbolisme dalamk bentuk cahaya
di Demak diberi nama Adipati
Sengguruh. Ketika itu hendak Dalam hal simbolisme, Sunan Giri
menggempur Giri. Di malam Jum’ah
mengeluarkan sinar sewaktu masih bayi
Sunan Dalem bermimpi bertemu
ayahandahnya serta dikatakan bahwa seperti dalam kutipan:
jika Adipati Sengguruh hendak
mendatangi Giri, sebaiknya …Nunten injingipun sampun was
menyingkirlah kamu beserta keluarga padha yen punika cahyane pethi
dan pengawalmu semua, maka gumawang lir siang iku. Ingeriku
sesampainya Adipati Sengguruh, lalu sampun taqdire Pangeiran Kang
Sunan Dalem mengungsi ke dusun Maha Suci…Saya geng kang jabang
Gemeno, segera Adipati Sengguruh bayi sangsaya gumawang chayane
memerintahkan pasukannya untuk Nyai Gedhe sangasaya remen
bersama-sama membongkar kubur manahe.Nuli pinaringan name Raden
Kanjeng Sunan Ratu Ainul Samudra (BGK,C.:10)
Yaqin.Sebelum terlaksana perintah
tadi segera berdatangan ‘tawon Artinya
endas’ yang tak terhitung
jumlahnya.Lalu menyengat Adipati Esoknya sudah terlihat bahwa cahaya
Sengguruh beserta pasukannya. tersebut adalah cahaya sebuah peti
Semua terpontang-panting hingga yang memancar seperti siang.
orang Demak semua lari terbirit-birit Rupanya sudah menjadi takdir Tuhan
pulang kembali ke negaranya Yang Maha Suci…selanjutnya bayi
(BGK,E:20) tersebut sudah mulai tampak bersinar
serta berkilau cahayahnya.Nyai
Pada episode ini digambarkan bahwa Gedhe pun semakin senang hatinya,
Sunan Giri memiliki kesaktian yang luar lalu diberikan nama Raden Samudra.
(BGK C :10)
biasa walaupun hanya makamnya.Dari
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Dalam episode ini Raden Samudra Sugesti


atau Sunan Giri tampak sebagai sosok yang Unsur sugesti dalam Babad Giri
bersinar dan berkilauan yang menandakan Kedhaton berupa ramalan, wisik, dan mimpi.
dia akan menjadi orang besar Sugesti berupa ramalan terdapat pada tokoh
2. Simbolisme dalam bentuk benda-benda Sunan Giri seperti dalam kutipan berikut:
keramat atau pusaka
Nunten dipun cahosaken dhateng
Simbolisme dalam bentuk pusaka kanjeng Suhunan Ngampel Denta
dalam Babad Giri Kedhaton adalah Keris supados den wulanga
Sura Angun-angun dan Kyai Mahisa Sundari ngahos.Kanjeng Suhunan tumingal
lajeng kadugi ing galih. Nuli
seperti dalam kutipan: cinandhal, astanepun sabab sampun
…sampun ingaturaken Jeng Suhunan wikam yen punika tunggil bangsa
Perapen sanget anggene seneng. sami tedhaki Nabi Ismail kang saking
Nalika punika keparingan nama Kyai Rosululloh. Nunten penaringan nama
Sura Sngun-angun saha kesesrah
Raden Paku saha den sedi rekaken
kencana wangunan sekar
kemajongan. Dumugi ing mangke kalayan ingkang putra ingkang wasta
punika dhuwung kekaleh maksih Makdum Ibrahim, Suhunan Bonang.
tetep kasimpen ing dalem Nunten Nyahi Gedhe matur punapa
astananipun kanjeng Suhunan Ainul rehipun tuan paring name Raden
Yaqin.Dinten dhuwung sanunggal Paku. Mangka angendika Kanjeng
maleh nalika boten mawi pamor saha Suhunan lah wus sira menenga sun
boten ngagngge serasa kang marta
Kyai Mahisa Sundari ( BGK,19) tedha maring Allah putra nira besok
dadiya pepakune bumi nusa Jawa.

Artinya ( BGK, C:12-13).


…Sesudah diberikan Kanjeng Sunan
Artinya
Perapen merasa girang hatinya
seketika itu diberikan nama Kyai Lalu diserahkan pada kanjeng Sunan
Suro Angun-angun diberi sarung
Ampel supaya diajar mengaji.
emas berukir sekar kamajongan.
Sampai akhirnya kedua keris tersebut Kanjeng Sunan Ampel melihatnya
masih tetap tersimpan di dalam lalu tertarik hatinya. Lantas
makam Kanjeng Sunan Ainul dipeganglah tangan Raden Samudra,
Yaqin.Sedangkan keris satunya sebab sudah tahu jika Raden itu
malah tak memakai pamor serta tak satu bangsa sama keturunan dari
bersarung (wareng) yang bernama Nabi Ismail hingga dari Rasulullah.
Kyai Mahisa Sundari (BGK, 19)
Raden Samudra kemudian diberi
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

nama Raden Paku dijadikan saudara asanggamaha lawan lakimu, lakimu


angkat dengan anaknya yang mati muwah kacacampuran mena
bernama Maqdum Ibrahim, sunan yugamami iku; arane yugamami iku
Ken Angrok, iku tembe kana mute
Bonang, lalu Nyai Gedhe bertanya
bhumi Jawa”. Muksah sira bhatara
‘kenapa diberi nama Raden Paku? Brahma. (SP,2).
Maka menjawab kanjeng Sunan,
“Tenanglah kamu, saya mohon pada Artinya
Allah putramu besok menjadi
pepakune (Raja) di bumi nusa Jawa”. Dewa Brahma turun kesitu, bertemu
(BGK, C:12-13). dengan Ken Endok, pertemuan
mereka kedua ini terjadi di ladang
Kutipan di atas menggambarkan Lalateng; Dewa Brahma mengenakan
perjanjian kepada istri itu : “ Jangan
Sunan Ampel meramalkan bahwa Raden
kamu bertemu dengan Lakimu lagi,
Samudera akan menjadi penguasa atau raja kalau kamu bertemu dengan
di tanah Jawa. suamimu ia akan mati, lagi pula akan
tercampur anakku itu, nama anakku
UNSUR SASTRA SERAT PARARATON itu Ken Angrok, dialah kelak yang
akan memerintah tanah Jawa: Dewa
Unsur sastra dalam Serat Pararaton Brahma lalu menghilang. (SP,2).
terdiri dari mitologi, legenda, hagiografi, Kutipan di atas menggambarkan Ken
simbolisme, dan sugesti. Angrok sebagai putra Dewa Brahma dan

Mitologi nama Ken Angrok sendiri adalah nama


pemberian dewa Brahma. Disamping Ken
Unsur mitologi dalam Serat
Angrok Putra Dewa Brahma, Ken Angrok
Pararaton berkaitan dengan geneologi atau
juga titisan Dewa Wisnu seperti tergambar
asal-usul keturunan Ken Angrok sebagai
dalam kutipan berikut:
tokoh utama dalam Serat Pararaton.Ken
Lingira Danghyang Lohgawe : “
Angrok adalah keturunan dewa. Kutipan Ilana rare adawa tangane, aliwat in
dekunge, tulise tangane tengen cakra,
berikut menggambarkan asal usul Ken
kang kiwa sangka, aran Ken Angrok
Angrok. katon ing jumami, kadadi nira
bhatara wisnu, parawarahira
Tumurun sira arika bathara Brahma nguniduk ing jambudwipa (SP, 11)
asanggama lawan Ken Endog,
Artinya
enggene rayuga ring tegal lalateng,
angenakaken strisamaya sira bathara
Brahma : “ Hayo kita asanggama Kata danghyang Lohgawe : :ada
lawan lakinta muwah, yan ko seorang anak panjang tangannya,
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

melampaui lutut, tulis tangan Artinya


kanannya cakra dan yang kiri sangka,
bernama Ken Angrok, ia tampak Akhirnya sesudah genap bulannya,
pada waktu itu memuja, ia adalah lahirlah seorang anak laki-laki
penjelmaan dewa Wisnu, dibuang dikuburan anak-anak oleh
pemberitahuannya dahulu di Ken Endok. Selanjutnya ada seorang
jambudwipa (SP, 11). perampok bernama Lembong,
tersesat di kuburan anak-anak itu,
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa
melihat benda menyala, didatangi
Ken Angrok adalah penjelmaan Dewa oleh Lembong, mendengar anak
menangis, setelah didekati oleh
Wisnu dengan tanda tertulis di tangan kanan
Lembong itu, nyatalah yang menyala
cakra dan tangan kiri sangka. itu anak yang menangis tadi, diambil
dan di bawa pulang, diaku anak oleh
Lembong. Ken Endok mendengar,
bahwa Lembong memungut seorang
anak, teman Lembonglah yang
Legenda
memberitahukan itu dengan
menyebut anak, yang didapatinya
Unsur legenda dalam Serat dikuburan anak-anak, tampak
Pararaton berkaitan dengan api atau cahaya. bernyala pada waktu malam hari.
(SP,2).
Legenda yang berkaitan dengan cahaya
Kutipan tersebut menceritakan bahwa
terdapat pada tokoh Ken Angrok seperti
Ken Endok membuang anak laki-lakinya
dalam kutipan berikut:
yang bernama Ken Angrok ke
Wekasan huwus genep leking rare kuburan.Seorang perampok bernama
metu rare lanang, binuncal ing
pabajangan denira Ken Endok.. Dadi Lembong melihat benda bernyala.Sesudah
hama wong amamaling, aran, sira dilewati ternyata yang menyala itu adalah
Lembong, kasasar ing pabajangan
tumingkal ing murub, pinaran denira seorang anak.Lalu Lembong mengambil dan
Lembong, amiresep rare anangis, di bawa pulang.Jadi nyatalah Ken Angrok
pinarekan denira Lembong, singgih
kang murub rare anangis ika, adalah sosok yang bersinar menyala yang
sinambut ing emban binaktha menunjukkan dia bukan orang biasa.
mantuk, denaku, weka dera
Lembong. Angrungu sira ken Endok
yen sira Lembong, angkuaku weka, Hagiografi
ring rowange ki Lembong kang
Awerta, anengguh rare antuke Unsur hagiografi dalam Serat
amanggih ring pabajangan, katon Pararaton berkaitan dengan keluarbiasaan
murub ing ratri (SP, 2).
seseorang tokoh seperti danghyang Lohgawe
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

dan Ken Angrok. Keluarbiasaan Danghyang saking wunwunarira ken Angrok


adulurdulur tanpa pegatan, sawengi
Lohgawe tergambar dalam kutipan berikut:
amangan wohing jamnbunira
Janggan. (SP,4).
Wudhyan sira Ken Angrok
angangkena bapa ring sang Artinya
brahmana makanama sira
danghyang Lohgawe, wahu tekoa Setelah malam tiba, waktu orang
saking Jambudwipa kinen apanggiha tidur sedang nyenyak-nyenyaknya,
ring Taloka; samang kana mulaning Ken Angrok tidur, keluarlah
brahmana hama ring wetaning kawi. kelelawar dari ubun-ubun ken
Duk maring Jawa Tampahawan Angrok, berbondong-bondong tak
parahu atampakan roning kakatang ada putusnya, semalam malaman
telung tugel, mentas sira anuju makan buah jambu sang guru. (SP,
pradeca ring Taloka. (SP, 2). 4).
Artinya Kutipan diatas menggambarkan
kemukjizatan Angrok yaitu keluarnya ribuan
Diberi petunjuklah Ken Angrok agar
mengaku ayah kepada seorang kelelawar dari ubun-ubun ken Angrok.
Brahmana yang benama Danghyang
Ceritanya guru di Sagenggeng memiliki
Lohgawe, ia baru saja datang dari
Jambudwipa, disuruh menemuinya di pohon jambu yang buahnya telah ranum
Taloka, itulah asal mulanya ada
buah jambu itu baru boleh dipetik setelah
Brahmana di sebelah timur hari pada
waktu ia menuju ke Jawa, tidak semuanya masak. Akan tetapi keinginan Ken
berperahu hanya menginjak rumput
Angrok tidak tertahankan pada malam
kekatang tiga pohon, setelah
mendarat dari air, lalu menuju ke harinya keluarlah ribuan kelelawar dari
daerah Taloka (SP,2).
ubun-ubunnya memakan buah jambu sang
Kutipan diatas menggambarkan guru.
keluarbiasaan Danghyang Lohgawe yang
telah melakukan perjalanan dari Jambudwipa
(India) ke Jawadwipa (Jawa) hanya dengan Simbolisme
menginjakkan kakinya diatas daun kekatang
Simbolisme dalam Serat Pararaton
tiga potong. Keluarbiasaan Ken Angrok
yaitu simbolisme dalam bentuk benda
tergambar dalam kutipan berikut:
keramat berupa pusaka keramat yang
Tekaning saratri, masa sireping bernama keris Mpu Gandring seperti dalam
wong aturu, sira ken angrok sira
aturu, mangke tang lalawah metu kutipan:
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Apanas twasira ken angrok, dadi Sugesti


sinudukaken ing sira gandring keris
Unsur sugesti dalam serat pararaton
antukira gandring agawe ika. Annuli
pinerangaken ing lumping berupa suara gaib dan ramalan, Suara gaib
celapambebekan gurinda, belah
terdapat pada tokoh Danghyang Lohgawe
aparo; pinerangaken ing pironira
Gandring, belah apalih. Samangka dan Ken Angrok seperti dalam kutipan
sira Gandring ngucap : “Ki Angrok
berikut :
kang amateni. Ring tembe keris iku,
anak-putunira mati dene keris iku, … parawahira nguni du king
oleh ratu pipitu tembe keris iku Jambudwipa : eh danghyang
amateni”. Wusira Gandring angucap Lohgawe wasmono denta muja ring
mangkana, mati sira Gandring. wisnu arecha mami tan hana ring
(SP,13). kene, ngong angjama manusa maring
Jawa … (SP,10).
Artinya
Artinya
Menjadi panas hati ken Angrok,
akhirnya ditusukkan kepada … pemberitahuannya dahulu di
Gandring keris buatan Gandring itu. Jambudwipa demikian wahai
Lalu diletakkan pada lumping batu Danghyang Lohgawe, menentukan
tempat air asahan lumping berbelah memuja arca Wisnu, aku telah tak
menjadi dua, diletakkan pada ada disini, aku telah menjelma pada
landasan penempa, juga ini berbelah orang Jawa … (SP,10).
menjadi dua. Kini Gandring berkata :
“Buyung Angrok, kelak kamu akan
Kutipan di atas mengisahkan
mati oleh keris itu, anak cucumu
akan mati karena keris itu juga, tujuh dahyang Lohgawe mendapat suara gaib dari
orang raja akan mati karena keris
Dewa Wisnu. Unsur ramalan dikenalkan
itu”. Sesudah Gandring berkata
demikian, lalu meninggal (SP, 13). pada Ken Angrok seperti tampak pada
kutipan berikut:
Episode di atas menggambarkan keris
Mpu Gandring. Ken Angrok menusuk Mpu Mangkata uja sanga wasek dewata
kabeh sama asalonggapan ujar :
Gandring dengan keris buatannya sendiri
“Ndi kang yogya prabhua ring nusa
yang belum selesai. Mpu Gandring jawa “, pitakone wasek hyang kabeh.
Sumahur hyang Guru : “ wruhanta
mengutuk Ken Angrok bahwa kelak keris itu
kabeh wasek dewa, hana si
akan membunuhnya bahkan tujuh orang raja. yugamami, manusa wiji wong
pangeran (SP,8)
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Artinya SIMPULAN
Demikianlah kata para dewata, saling
mengemukakan pembicaraan. Unsur sastra dalam Babad Sejarah
siapakah yang pastinya menjadi raja Madura, Babad Giri Kedhaton dan Serat
di pulau Jawa “demikianlah
pertanyaan para dewa semua. Pararaton meliputi mitologi, legenda,
Menjawablah dewa Guru : “ hagiografi, simbolisme dan sugesti.
ketahuilah dewa-dewa semua adalah
anakku seorang manusia yang lahir Berdasarkan mitologi dalam Babad Sejarah
dari orang pangeran. (SP,8) Madura, para Raden di Madura menurut
jalur kanan merupakan keturunan waliullah
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
Kanjeng Sunan Giri.Legenda dalam Babad
dewa Guru telah meramalkan bahwa Ken
Sejarah Madura adalah tentang legenda
Angroklah yang akan menjadi raja di pulau
Minak Sunaya dan Peri Tunjung
Jawa. Danghyang Lohgawe memberi
Biruwulan.Sedang hagiografi dalam Babad
ramalan tentang wanita nariswara.
Sejarah Madura tentang keluarbiasaan
Lingira mangkata, kauli, elu stri
nareswari arane, adimune yangin Minak Sunaya.Simbolisme dalam Babad
istri iku, kaki, yadyan wong papa Sejarah Madura berupa pusaka Setan
angalapa ring mukyaning istri iku,
dadi ratu anakrawarta (SP,13). Kober.Dan Unsur sugesti dalam Babad
Sejarah Madura berupa tabir mimpi yang
Artinya dialami Ki Demung Palakaran.
Kata Danghyang Lohgawe : “Jika ada Mitologi dalam Babad Giri Kedhaton
perempuan yang demikian, perempuan
itu namanya nariswara, ia adalah menceritakan bahwa Sunan Giri merupakan
perempuan yang paling utama, keturunan Nabi Muhammad SAW. Legenda
buyung, meskipun orang berdosa, jika
memperistri perempuan itu, akan dalam Babad Giri Kedathon berkaitan erat
menjadi maharaja (SP,13). dengan unsur air yaitu Sunan Giri pada
waktu bayi di buang ke samudra oleh
Kutipan tersebut menunjukkan
kakeknya Raja Blambangan. Hagiografi
ramalan Danghyang Lohgawe bahwa siapa
dalam Babad Giri Kedhaton
saja yang dapat memperistri wanita
menggambarkan keluarbiasaan makam
nariswara akan menjadi maharaja.
Sunan Giri. Simbolisme dalam Babad Giri
Kedathon berupa cahaya dimana Sunan Giri
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

pada waktu bayi sebagai sosok yang


bercahaya dan berupa benda keramat Keris
Suro Angun-angun serta Kyai Mahisa
Sundari. Dan Sugesti dalam Babad Giri
Kedhaton berupa ramalan Sunan Ampel.
Mitologi dalam Serat Pararaton
berkenaan dengan Ken Angrok putra Dewa
Brahma dan penjelmaan dewa Wisnu.
Legenda dalam Serat Pararaton berkaitan

erat dengan dengan cahaya yaitu Ken


Angrok sebagai sosok yang bercahaya.
Hagiografi dalam Serat Pararaton
menggambarkan keluarbiasaan Dahyang
Lohgawe Ken Angrok. Simbolisme dalam
Serat Pararoton berupa benda keramat Keris
Mpu Gandring. Dan Sugesti dalam Serat
Pararaton berupa ramalan dan suara gaib.
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

DAFTARPUSTAKA

Dananjaya, James. 1984. Foklor Indonesia:Ilmu gaib, dongeng dan lain-lain.Jakarta: Grafiti
Press.
Darusuprapto, 1975.Penulisan Sastra Sejarah di indoensia; Tinjauan Percobaan Tentang
Struktur, Tema dan Fungsi.Leiden : Morsweg
Ekadjati,E.S.1978.Babad (karya Sastra Sejarah) sebagai objek studi lapangan, sastra, sejarah
dan antropologi. Bandung: Lembaga kebudayaan Universitas Padjajaran.
Handoko, Putut.2004.Babad Sejarah Madura (kajian struktur, fungsi, nilai sejarah dan
budaya).Thesis Universitas Negeri Surabaya.
Kasdi, Aminudin.1965.Mengenal sumber sejarah-serat pararaton (posisinya) sebagai karya
sastra dan karya sejarah.Surabaya: Universitas Press.IKIP Surabaya
Mudhofar, M.2002.Babad Giri Kedhaton. Suntingan Naskah dan Telaah struktur.hesis
Universitas Negeri Surabaya.
Newman,W. Lawrence. 1991. SocialResearch Method.Qualitative and quantitative Approach.
Boston: Allyn and Bacon
Strauss, Anselon L.1987.Qualitative Analysis for Social Statistic.New York;Cambridge
University Press.
Sudikan, Setya Yuwono dkk.1993. Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara di Madura. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
…………………… 2001.Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: UNESA

ANALISIS UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH MADURA, BABAD GIRI KEDHATON, DAN
SERAT PARARATON

Putut Handoko
Cahyaningsih Pujimahanani
Fakultas Sastra Universitas DR.Soetomo
E-mail:puh_andaka@yahoo.co.id

Abstract
This research is useful to enrich and increase Indonesian culture. This research focuses on the
analysis of literary element of Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat
Pararaton. This research employs the concept of babad as a historical literary work. The research
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

data are the translation works of the manuscripts of Babad Sejarah Madura, Babad Giri
Kedhaton and Serat Pararaton. The technique of collecting data is a documentation study.The
technique data analysis is content and descriptive analysis. The finding shows that the literary
element seen in Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat Pararaton covers
mythology, legend, extraordinariness, symbolism and suggestion.

Keawords: babad, literary element

PENDAHULUAN lama yang berbentuk manuskrip.Selain

Sastra Daerah di Indonesia sangat babad digunakan kata lain sebagai kata

luas dan beragam. Setiap kelompok etnis pertama judul karya sastra jenis ini adalah

memiliki sastra daerah. Kekayaan bangsa sejarah, pustakaraja, serat dan serat

Indonesia yang berupa khasanah sastra salasilah

daerah seharusnya tidak sekedar menjadi Penelitian mengenai sastra berbahasa

kekayaan budaya tersimpan dalam lingkup daerah berupa babad atau serat belum

etnis tertentu, tetapi hendaknya dapat banyak dilakukan baik oleh peneliti asing

menjadi kekayaan budaya yang dapat maupun oleh peneliti Indonesia karena

dipahami, baik mengenai isi, kandungan bahan-bahan yang diajadikan objek

nilai, maupun manfaatnya bagi setiap penelitian sulit didapatkan. Mengenai sastra

individu, masyarakat pendukungnya, serta Madura, Sudikan dkk (1993:2) mengatakan

anggota masyarakat lainya. Menurut bahwa sastra madura merupakan ‘hutan

Hutomo (dalam Sudikan dkk, 1993:5) sastra rimba dan sekaligus ‘harta karun’ warisan

berbahasa daerah di Indonesia mempunyai nenek moyang yang perlu penanganan

potensi besar sekali di dalam usaha secara khusus.

meningkatkan kesanggupan rohania untuk Berdasar fenomena-fenomena di atas,

menghayati segala segi kehidupan dan tata babad atau serat sebagai salah satu sastra

nilai yang berlaku di dalam masyarakat berbahasa daerah merupakan tambang emas

untuk mencapai kebahagian hidup yang bagi peneliti guna memperkaya dan

sebesar-besarnya. mengembangkan kebudayaan nasional.

Salah satu sastra berbahasa daerah Ditinjau dari strukturnya Babad

adalah babad. Babad merupakan sastra tulis Sebagai karya sastra sejarah dapat
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

dipisahkan menjadi dua persoalan yaitu 1) 5. Bagaimana unsur sastra Babad Giri
tentang struktur sastranya dan (2) tentang Kedhaton ?
struktur isinya (Darusuprapto, 6. Bagaimana unsur sastra Serat
1975:6).Struktur sastra terdiri dari mitologi, Pararaton ?
legenda, hagiografi, simbolisme, sugesti, dan
pamali.Sedangkan struktur isi terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA
fakta sejarah yang aktual.
Berdasar baik struktur sastra maupun Konsep babad

struktur isinya, peneliti mencoba Kata babad, berarti cerita sejarah,


manganalisa unsur sastra Babad Sejarah hikayat, silsilah riwayat kuno (Tim, 1988:
Madura,Babad Giri Kedhaton dan Serat Sudjiman, 1986:11).Kata babad digunakan
Pararaton.Analisa unsur sastra mencangkup sebagai judul cerita prosa lama yang berupa
unsur estetik dan aspek fiktif, misalnya karya sastra sejarah atau historiografi
mitologi, lagenda, hagiografi, simbolisme, tradisional (Kasdi, 1997: x; Kuntowijoyo,
sugesti dan pamali. 1999: 128).

Perumusan Masalah Babad juga berarti melukiskan atau

Penelitian unsur sastra Babad mengungkapkan cerita pembukaan suatu

Sejarah Madura,Babad Giri Kedhaton dan daerah atau hutan untuk kemudian didirikan

Serat Pararaton merupakan usaha untuk suatu ibukota kerajaan atau pusat

melestarikan dan menyebarluaskan sastra pemerintahan di atasnya (Darusuprapto,

tulis lama sehingga keberadaan babad atau 1975:3; Ekadjati, 1978:1).Babad Sejarah

serat tetap eksis dan semakin dinikmati Madura, misalnya melukiskan pembukaan

sebagai wacana pembangunan dan daerah di Madura, dalam hal ini Madura

pengembangan kebudayaan bangsa. barat, untuk selanjutnya didirikan ibukota


atau pusat pemerintahan.Kota baru di
Peneiliti selanjutnya merumuskan
Arosbaya (Bangkalan) didirikan Ki Pratanu
beberapa permasalahan yaitu:
atau Panembahan Lemah Duwur.

4. Bagaimana unsur sastra Babad Babad berdasarkan strukturnya

Sejarah Madura ? terdiri dari aspek estetik atau unsur


Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

keindahan dan aspek fiktif atau unsur mengembara ke Madura dengan menaiki
khayalan yang merupakan unsur-unsur yang Kaluyuh Putih.
harus dipenuhi dalam karya sastra pada
Konsep Hagiografi
umumnya misalnya unsur mitologi, legenda,
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Hagiografi adalah unsur-unsur sastra
yang menggambarkan kemukjizatan,
Konsep mitologi
keluarbiasaan sesorang (Kasdi, 1965: 6).
Unsur mitologi dikaitkan dengan Biasanya hagiografi menyangkut kehidupan
geneologi atau asal usul keturunan (Kasdi, orang-orang suci, misalnya keluarbiasaan
1965). Dalam Babad Giri Kedhaton, Sunan makam Sunan Giri yang mengeluarkan
Giri adalah keturunan ke-9 Nabi beribu-ribu lebah dan menyengat pasukan
Muhammad S.A.W. Babad Sejarah Madura Adipati Sengguruh.
menyebutkan bahwa Ratu Ibu atau Syarifah
Konsep simbolisme
Ambami, istri Pangeran Cakraningrat I
adalah keturunan Sunan Giri yang ke 6. Simbolisme dalam sastra sejarah
berupa lambang-lambang, misalnya
Konsep Legenda
berwujud sinar cahaya berkelerat di angkasa
Legenda adalah kisah-kisah disebut dengan nama wahyu dari atau
mengenai kepribadian atau keunggulan pulung/ada lagi tanda-tanda berupa pusaka
dalam pribadi tokoh-tokoh manusia tertentu, keramat, serta berupa kata- kata kiasan
tokoh-tokoh yang kemungkinan besar hidup (Darusuprapto, 1925:9). Dalam Babad Giri
dalam sejarah (Ibrahim, 1986:16). Kedhaton, misalnya simbolisme sinar cahaya
Keunggulan seseorang sering dikaitkan berkelarat muncul pada Sunan Giri pada
dengan watak istimewa dan supernatural. waktu masih bayi.

Legenda juga merupakan cerita prosa Konsep Sugesti


rakyat, yang dianggap oleh empunya cerita
Unsur-unsur sugesti yang terdapat di
sebagai suatu kejadian yang sungguh-
dalam sastra sejarah, misalnya berupa
sungguh terjadi (Dananjaya, 1986:66).
ramalan atau firasat, suara gaib, tabir mimpi,
Misalnya legenda Ki Minak Sunaya putra
dan pamali (Darusuprapto, 1975:11) Dalam
Arya Damar dari Palembang yang
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Serat Pararaton, misalnya sugesti berupa Jawa dari kulit kayu, dan isinya terdiri dari
suara gaib terjadi pada Ken Arok yang 75 lembar.
mendapat suara gaib untuk pergi ke Rabut Pada penelitian kedua adalah naskah
Gunung Lejan. babad Giri Kedhaton.Naskah Babad Giri
Kedhaton terdiri dari 24 lembar.Setiap
METODE PENELITIAN
lembar berisi dua halaman tulisan bolak
Pendekatan Penelitian balik, sehingga jumlah halamanya sebanyak
Penelitian ini menggunakan 47 halaman ditambah satu bagian tidak
pendekatan kualitatif. Strauss (1987:2) bertuliskan halamannya yaitu lembar
menyatakan bahwa penelitian kualitatif pertama bagian depan.
menjauhkan dari atau menggunakan Data penelitian ketiga adalah naskah
seminim mungkin teknik-teknik matematika. Serat Pararaton.Naskah Serat Pararaton
Newman (1991:418) menambahkan bahwa berupa kropak yang tersusun sebagai
data kualitatif adalah dalam bentuk teks, kata berikut:
tertulis, frase, atau simbol yang
1. Kropak no.37, sejumlah 17 halaman
menggambarkan orang, tindakan, dan
dengan lontar 52 cm.
kejadian dalam kehidupan sosial. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa penelitian 2. Kropak no.550, sejumlah 47 halaman,
kualitatif mengacu pada prosedur penelitian panjang lontar 47 cm
yang berupa kata tertulis, frase atau simbol.
3. Kropak no.600, sejumalh 58 halaman,
Data Penelitian panjang lontar 59 cm, masingmasing
terdapat 3 baris.
Data penelitian pertama dari
penilitian ini adalah naskah Babad Sejarah Ketiga naskah tersebut sudah
Madura.Naskah Babad Sejarah Madura diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan
merupakan koleksi Pigeaud yang waktu Bahasa Indonesia.Dengan demikian bahan
penulisannya ditandai dengan \sengkalan penelitian ini menggunakan terjemahan
‘putra adil septaning ratu’ naskah Babad Sejarah Madura,Babad Giri
(1761=Jawa=1839 M).Naskah asli Kedhaton, dan Serat Pararaton.
menggunakan kertas ‘dluwang’ yaitu kertas
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Teknik pengumpulan data menekankan pada kajian isi sesuai dengan


perumusan masalah dan teknik analisis
Teknik pengumpulan data dalam
deskriptif digunakan dengan tujuan untuk
penelitian ini adalah studi dokumentasi.
menggambarkan suatu keadaan secara
Rahman (1999: 96) mengartikan teknik studi
objektif.
dokumentasi sebagai cara mengumpulkan
data melalui peninggalan arsip-arsip dan Menurut Newman (1991: 272)
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, analisis isi merupakan teknik pengumpulan
teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain- dan analisis isi teks. Isi menunjuk pada kata,
lain berhubungan dengan masalah penelitian. arti, gambar, simbol, ide, tema atau pesan
Langkah-langkah dalam studi dokumentasi yang dapat dikomunikasikan.Sedang teks
disusun sebagai berikut: menunjuk pada sesuatu yang tertulis, visual
atau diucapkan yang dipakai sebagai media
5. mengumpulkan naskah Babad Sejarah
komunikasi, berupa buku, dokumen atau
Madura, Babad Giri Kedhaton dan Serat
surat kabar dan lain-lain. Langkah-langkah
Pararaton
dalam analisis data disusun sebagai berikut:
6. memetakkan data-data yang terkumpul
sesuai dengan perumusan masalah 5. pengurutan data sesuai dengan perumusan
7. melakukan analisis data untuk menjawab masalah
perumusan masalah 6. klasifikasi data dalam setiap urutan sesuai
8. mendeskripsikan hasil penelitian dalam dengan kemungkinan hubungan dan ciri
laporan penelitian kategori
7. interprestasi nilai data sesuai dengan
Analisis Data
perumusan masalah
Tahap berikutnya setalah data selesai 8. Evaluasi tingkat kelayakan dan
dikumpulkan adalah analisis data.Teknik kelengkapan data penyimpulan sebagai
analisis data yang dipakai dalam penelitian hasil revisi terakhir secara keseluruhan.
ini adalah analisis isi (content analysis)dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis deskriptif (descriptive
analysis).Teknik analisis isi digunakan Bagian ini membahas unsur sastra
karena pengolahan data dalam penelitian Babad Sejarah Madura (BSM), Babad Giri
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Kedhaton (BGK) dan Serat Pararaton (SP). Waringin Pitu berputra Mas
Panganten, Pangeran Mas Panganten
Unsur sastra meliputi mitologi, legenda,
berputra Pangeran Rangga, Pangeran
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Rangga berputra Ratu Agung dan
Ratu Arya Jengpati.Sedang Ratu
Agung diperistri Panembahan Sideng
Magiri (BSM,52)
UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH Kutipan di atas menggambarkan
MADURA bahwa Para Raden di Madura masih
keturunan Wali Allah Kanjeng Sunan Giri
Unsur sastra dalam Babad Sejarah
yeng berkuasa di Giri Kedhaton.Kanjeng
Madura adalah mitologi, legenda,
Sunan Giri keturunan trah Muhammad
hagiografi, simbolisme dan sugesti.
S.A.W yang ke 9.
Mitologi
Legenda
Mitologi atau asal usul keturuan para
Legenda yang terdapat dalam Babad
raden di Madura dari jalur kanan termasuk
Sejarah Madura adalah legenda Ki Minak
keturunan Kanjeng Sunan Giri seperti dalam
Sunaya dan Peri Ni Tunjung Biruwulan
kutipan bertikut:
seperti tergambar dalam kutipan berikut:
Yen dening tedak datheng madunten Wondenten Haryo Damar wus
Kanjeng Susushunan Ratu ing Giri jumeneng in panagri Palimbang,
Kedhaton aputra Nyai Ayu Gedhe apeputra Ki Arya Minak
Sawo, Nyai Ayu Gedhe Sawo aputra Sunaya.Denten Minak Sunaya punika
Waringin Pitu, Pangeran Waringin kesah anglelana dhateng bang wetan
Pitu Aputra Mas Panganten, anumpak kaluyu pethak.sapadumugi
Pangeran Mas Panganten aputra ing pulo Madunten.Minggah lajeng
Pangeran Rangga, Pangeran Rangga dhumateng ing dhusun Parupuh ing
aputra Ratu Agung kali Raja Arya Pamelingan.Ingkang punika tiyang
Jengpati sening Ratu Agung kagarwo padhusunan wau sakalangkung
dening panembahan sideng Magiri genipun anggumusti-gusti.saha
(BSM, 52) purmatanipun ingkang dhumateng Ki
Artinya Minak Sunaya ingkang mawi dados
sami urmat.sarehne aningali ing
Kalau diturunkan untuk Madura kaluwiiyanipun anumpak kaluyu
Kanjeng Sunan Ratu di Giri pethak. Boten antawis lami kesah
Kedhaton berputra Nyai Ayu Gedhe mangilen. Sapadamugi in dhusun
Sawo, Ratu Ayu Gedhe Sawo Sarasidya Sampang, ing nalika
berputra Waringin Pitu, Pangeran tengah dalu amirsani swara gumuruh
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

anunten dipun purugi aningali perika Selanjutnya dia mendekati melihat


sami siram ing taman Sarasidya peri sedang mandi di taman
lajeng mendheki lon-lon lampahe Sarasidya, selanjutnya dia mendekati
kados pandung. Sapadamugi ing dengan berjalan pelan pelan seperti
taman lejeng amendet rasukan pencuri. Sesampainya di taman
satunggil.Anglepas sing rasukanipun selanjutnya mengambil baju satu
wata Ni Peri Tunjung kebetulan tepat pada bajunya peri
Biruwulan.Tumunten angila peri Tunjung Biruwulan.Karena melihat
kang sami adus kaget sami lajeng peri yang sedang mandi terkejut
mabur-kantun satunggil ingkang selanjutnya terbang, tinggal satu yang
gadhahi rasukan wau adhempok punya baju tadi mendekam dan
sami nangis, saklangkung genipun menangis sambil merintih meminta
amelasasih sesambate nunten belas kasihan, selanjutnya berkata Ki
angandika Ki Minak Sunaya eh,gusti Minak Sunaya, eh Dewi jangan
sampan nular mapan kang amendhet menangis sebab yang mengambil
rasukan ndika kula sarta jang ndika bajumu itu saya, serta kamu sudah
sampun pinasthi yen dados jatu dititahkan untuk menjadi jodoh saya
karma kula saha dipun erih-erih dan dirayu-rayu.Selanjutnya Ni
nunten Ki Bok Ni Tunjung Biruwulan Tunjung Biruwulan memperhatikan
amirsa ing sabda manis sarta amikir nasehat serta merenung dalam hati,
ing sajroning galih jenawit kaya karena dengan cara seperti itu
mangkana kaya paran wekasane akhirnya Ni Tunjung Biruwulan
awak mami dados angicase Ni dibawah ke Parupuh (BSM,1)
Tunjung Biruwulan kabekta dhateng
parupuh (BSM,1) Legenda ini menceritakan Ki Minak
Sunaya mencuri baju peri yang sedang
Artinya
mandi.Di Kemudian hari peri yang bernama
Sedangkan Ki Arya Damar
Ni Tunjung Biruwulan sudah menjadi istri
berkedudukan di Negara Palembang
mempunyai anak Ki Arya Minak Ki Minak Sunaya
Sunaya.Sedangkan Minak Sunaya itu
pergi berkelana ke arah timur Hagiografi
menaiki kaluyuh putih. Sesampainya
di pulai Madura lalu menuju desa
Unsur hagiografi dalam Babad
Parupuh di Pamekasan. Saat itu
orang pedesaan sangat menjunjung Sejarah Madura menggambarkan
dan sangat menghomati kepada Ki
keluarbiasaan Ki Minak Sunaya. Kehebatan
Minak Sunaya karena mereka melihat
kelebihannya menaiki kaluyu dan keluarbiasaan Ki Minak Sunaya
putih.Tidak lama kemudian pergi ke
tergambar dalam kutipan berikut:
arah barat.Sesampainya di desa
Sarasidya Sampang. Ki Minak
Sunaya saat tengah malam Wondenten Haryo Damar wus
mendengar suara gemuruh. jumeneng in panagri Palimbang,
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

apeputra Ki Arya Minak Demung Palakaran seperti dalam kutipan


Sunaya.Denten Minak Sunaya punika
berikut:
kesah anglelana dhateng bang wetan
anumpak kaluyu p ethak (BSM,1)
Dunten Ki Demung wau
Artinya sakalangkung sanget genipun
aprapta angira ngira arsanipun
Sedangkan Ki Arya Damar malah asring kesah dhateng wana
berkedudukan di Negari Palembang kangasepun.Kala wonten ing wana
mempunyai anak Ki Arya Minak atilem sakedhap nunten asupena ing
Sunaya.Sedangkan Minak Sunaya itu sawunginipun asaring enget
pergi berkelana ke arah timur supenanipun yen dipun kersakake
menaiki kaluyuh putih. (BSM,1) kesah dhumaten ler kilen (BSM,3)
Kutipan di atas menggambarakan Artinya
keluarbiasaan Ki Minak Sunaya yang pergi
Sedangkan Ki Demung sangat
dari Palembang ke Madura dengan menaiki senang bertapa dan sering pergi ke
hutan yang sepi ketika di hutan tidur
Kaluyuh Putih.
sebentar lalu bermimpi, setelah
bangun di ingat impiannya kalau
disuruh pergi ke arah barat laut
Simbolisme
(BSM,3)
Simbolisme dalam Babad Sejarah
Kutipan di atas menggambarkan Ki
Madura adalah pusaka keramat yaitu keris
Demung Palakaran yang mendapat tabir
pusaka Setan Kober seperti dalam kutipan
mimpi sewaktu tidur dan diminta pergi ke
berikut:
arah barat laut.
Pangeran Arya Ratu kamapah
nunten angunus dhuhung wastapun
UNSUR SASTRA BABAD GIRI
Setan ober dipun lerehake dhateng
KEDHATON
Pangeran Cakraningrat (BSM,14)
Artinya Unsur sastra dalam Babad Giri
Pangeran Arya tidak marah, Kedhaton meliputi mitologi, legenda,
selanjutnya mencabut keris yang
hagiografi, simbolisme dan sugesti
bernama Setan Kober, ditusuklah
Pangeran Cakraningrat (BSM,14)
Sugesti
Mitologi
Sugesti dalam Babad Sejarah
Madura berupa tabir mimpi yang dialami Ki Geneologi atau asal usul Sunan Giri
dari jalur kanan adalah Sunan Giri keturunan
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Nabi Muhammad S.A.W.Kutipan berikut Maha Suci.Bahita punika lajeng


boten angsal siliran. Dados pethi
menggambarkan asal usul Sunan Giri:
punika wahu anotok dhateng
bahita.Ananging Ki Juragan tuwin
Punika pertelan sejarahipun Kanjeng pandhega sedaya sami ajrih
Nabi Muhammad Shallallabualahi angentas. Nunten bahita punika
Wassalam ingkang tumedhak kedhatengan siliran.Tunten layar
dhateng Kanjeng Sinuhun Prabu ngantos layar kaping tiga taksih ugi
Satmata ing Giri Kedhaton wangsul dhateng panggenan waahu
(BGK.A.1) malih sarta amedhaki dhateng pethi
wahu.Dados juragan asung
Artinya prembak dhateng pandhiga. Sedaya
Inilah petikan sejarah Kanjeng Nabi sami rembak angentas lanju entase
Muhammad Shallallahuaalaihi engal kahinggahaken dhateng
Wassalam yang berurutan sampai bahita. Nuli kabuki tumingal yen isi
pada kanjeng Sinuhun Prabu Satmata jabang bayi jalu bagus tur mocar
di Giri Kedhaton (BGK,A.1) cahya …nuli pinaringan nama
Raden Samudra (BGK,C.10-11)
Legenda
Artinya
Unsur legenda bekaitan erat dengan
air, api atau cahaya. Legenda dalam Babad Diceritakan tentang adanya
syahbandar sang raja Majapahit
Giri Kedhaton yang berkaitan dengan air yang bernama Nyai Gedhe Pinatih
adalah legenda Raden Samudra seperti di Gresik. Kala itu ada utusan
seorang majikan dari Kamboja
dalam kutipan berikut: menyuru membawa perahu layar
hendak berlabuh ke Sukadana di
Kocapa subandar sang nata ing suatu negeri, lantas segera kembali
mahospahit ingkang awasta Nyai memenuhi majikan untuk berlayar
Gedhe Pinasih ing Gresik ing di lautan malam itu.Maka
nalika punika utusan kang awasta terlihatlah sinar terang-benderang
juragan kemboja kinen abekta seperti sebuah sebuah kapal atau
bahita ejung kesah layar gerami gunung di tengah samudra.Maka
dhateng sukadara ing negeri tanah ketika makin mendekat yang
wangsul sigra juragan kesah layar nampak adalah sebuah benda kecil.
wonten ing lahutan nuju dalem. Esoknya sudah terlihat bahwa
Mangka tumingal apadhang sarta cahaya tersebut adalah cahaya
gumeremeng kadi bahita kapal sebuah peti yang memancar seperti
utawi ngardi. Mangka dupi pedhek- waktu siang. Rupanya sudah
pedhek kang tumingal saya alit. menjadi takdir Tuhan Yang Maha
Nunten injingipun sampun was Suci. Perahu tersebut tiba-tiba tidak
padha yen punika cahyane pethi dapat melaju sehingga peti tersebut
gumawang lir siang iku. Ingeriku menempel pada perahu itu.Tetapi
sampun taqdire Pangeran Kang juragan dan awak kapal semuanya
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

takut untuk mengangkatnya.Lalu nama pecat Tandha Terung.Dupi


kapal tersebut diterpa angin.Lantas suwita dhateng Pangiran Bintoro ing
kembali berlayar sampai berlayar Demak keparingan nama Adipati
tiga kali tetapi masih kembali lagi Senggurh ing nalika punika akersa
ke tempat semula, serta mendekat angluruk dhateng ing Giri.Nujane
pada tepi tadi. Hal itu menjadikan ing malam Jumu’ah Suhunan Dalem
sang majikan berembuk dengan asupena pinanggih dhateng kang
anak buahnya semua untuk rama saka adhawuh yen estu Adipati
mengangkat peti itu. Peti akhirnya Sengguruh arep anekani ing Giri
dinaikan ke atas kapal. Lalu dibuka becik pakenira sumingkira lan putra
dan nampak jika berisi jabang bayi sentana nira kabeh.Mangka
yang berparas bagus serta sedhatenge Adipati Senggurh nunten
memancarkan cahaya terang…lalu Suhunan Dalem lorat dhateng ing
diberikan nama Raden Samudra dhusun Gumena.Enggal Adiati
(BGK, C:10-11) Sengguruh perintah dhateng bala
nira sami kinen angedhuk
kuburanipun Kanjeng Suhunan Ratu
Raden Samudra pada kutipan diatas
Ainul Yaqin.Saderenge kahasta wahu
adalah Sunan Giri yang dibuang oleh perintah angentupi dhateng Adipati
Sengguruh saha sebalanira Agung
kakeknya sendiri Raja Blambangan. Bayi
sami apuyengan wong Demak katha
Sunan Giri Tampak bersinar terang dan lumajeng yen tumingal awangsul
dhateng negaranipun maleh (BGK,
sangat mengagumkan. Pada episode
E:12)
berikutnya sinar itu muncul lagi, tatkala peti
Artinya
yang berisi bayi Sunan Giri dibuka tampak
Dalam sebagian riwayat Kyai Adipati
bayi yang berparas bagus serta
Sengguruh itu putra Arya Damar di
memancarkan cahaya. Palembang.Ia diperintahkan menjadi
abdi di kerajaan Majapahit diberi
nama Pecat Tandha Terung hingga
Hagiografi menjadi abdi pada Pangeran Bintoro
di Demak diberi nama Adipati
Unsur hagriografi dalam Babad Giri
Sengguruh. Ketika itu hendak
Kedathon dijumpai dalam bentuk cerita menggempur Giri. Di malam Jum’ah
Sunan Dalem bermimpi bertemu
kemukjizatan makam Sunan Giri atau Raden
ayahandahnya serta dikatakan bahwa
Samudra atau Raden Paku seperti dalam jika Adipati Sengguruh hendak
mendatangi Giri, sebaiknya
kutipan:
menyingkirlah kamu beserta keluarga
Wonten setengahing riwayat punika dan pengawalmu semua, maka
Kyahi Adipati Sengguruh putranipun sesampainya Adipati Sengguruh, lalu
Arya Damar ing Palembang diwek Sunan Dalem mengungsi ke dusun
asuwita ing Mahospahit kaparingan Gemeno, segera Adipati Sengguruh
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

memerintahkan pasukannya untuk Nyai Gedhe sangasaya remen


bersama-sama membongkar kubur manahe.Nuli pinaringan name Raden
Kanjeng Sunan Ratu Ainul Samudra (BGK,C.:10)
Yaqin.Sebelum terlaksana perintah
tadi segera berdatangan ‘tawon Artinya
endas’ yang tak terhitung
jumlahnya.Lalu menyengat Adipati Esoknya sudah terlihat bahwa cahaya
Sengguruh beserta pasukannya. tersebut adalah cahaya sebuah peti
Semua terpontang-panting hingga yang memancar seperti siang.
orang Demak semua lari terbirit-birit Rupanya sudah menjadi takdir Tuhan
pulang kembali ke negaranya Yang Maha Suci…selanjutnya bayi
(BGK,E:20) tersebut sudah mulai tampak bersinar
serta berkilau cahayahnya.Nyai
Pada episode ini digambarkan bahwa Gedhe pun semakin senang hatinya,
Sunan Giri memiliki kesaktian yang luar lalu diberikan nama Raden Samudra.
(BGK C :10)
biasa walaupun hanya makamnya.Dari Dalam episode ini Raden Samudra
dalam makam keluar lebah (tawonn endas) atau Sunan Giri tampak sebagai sosok yang
yang beribu-ribu jumlahnya dan menyengat bersinar dan berkilauan yang menandakan
seluruh pasukan Adipati Sengguruh. dia akan menjadi orang besar

Simbolisme 4. Simbolisme dalam bentuk benda-benda


keramat atau pusaka
Simbolisme dalam Babad Giri
Simbolisme dalam bentuk pusaka
Kedhaton berupa simbolisme dalam bentuk
dalam Babad Giri Kedhaton adalah Keris
cahaya dan simbolisme dalam bentuk benda
Sura Angun-angun dan Kyai Mahisa Sundari
keramat atau pusaka.
seperti dalam kutipan:
3. Simbolisme dalamk bentuk cahaya …sampun ingaturaken Jeng Suhunan
Perapen sanget anggene seneng.
Dalam hal simbolisme, Sunan Giri Nalika punika keparingan nama Kyai
Sura Sngun-angun saha kesesrah
mengeluarkan sinar sewaktu masih bayi kencana wangunan sekar
seperti dalam kutipan: kemajongan. Dumugi ing mangke
punika dhuwung kekaleh maksih
tetep kasimpen ing dalem
…Nunten injingipun sampun was
astananipun kanjeng Suhunan Ainul
padha yen punika cahyane pethi
Yaqin.Dinten dhuwung sanunggal
gumawang lir siang iku. Ingeriku
maleh nalika boten mawi pamor saha
sampun taqdire Pangeiran Kang
boten ngagngge serasa kang marta
Maha Suci…Saya geng kang jabang
Kyai Mahisa Sundari ( BGK,19)
bayi sangsaya gumawang chayane
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

tedha maring Allah putra nira besok


Artinya dadiya pepakune bumi nusa Jawa.

…Sesudah diberikan Kanjeng Sunan ( BGK, C:12-13).


Perapen merasa girang hatinya
seketika itu diberikan nama Kyai Artinya
Suro Angun-angun diberi sarung
emas berukir sekar kamajongan. Lalu diserahkan pada kanjeng Sunan
Sampai akhirnya kedua keris tersebut Ampel supaya diajar mengaji.
masih tetap tersimpan di dalam Kanjeng Sunan Ampel melihatnya
makam Kanjeng Sunan Ainul lalu tertarik hatinya. Lantas
Yaqin.Sedangkan keris satunya dipeganglah tangan Raden Samudra,
malah tak memakai pamor serta tak
sebab sudah tahu jika Raden itu
bersarung (wareng) yang bernama
Kyai Mahisa Sundari (BGK, 19) satu bangsa sama keturunan dari
Nabi Ismail hingga dari Rasulullah.
Raden Samudra kemudian diberi
Sugesti nama Raden Paku dijadikan saudara
angkat dengan anaknya yang
Unsur sugesti dalam Babad Giri
bernama Maqdum Ibrahim, sunan
Kedhaton berupa ramalan, wisik, dan mimpi. Bonang, lalu Nyai Gedhe bertanya
Sugesti berupa ramalan terdapat pada tokoh ‘kenapa diberi nama Raden Paku?
Sunan Giri seperti dalam kutipan berikut: Maka menjawab kanjeng Sunan,
“Tenanglah kamu, saya mohon pada
Nunten dipun cahosaken dhateng Allah putramu besok menjadi
kanjeng Suhunan Ngampel Denta pepakune (Raja) di bumi nusa Jawa”.
supados den wulanga (BGK, C:12-13).
ngahos.Kanjeng Suhunan tumingal Kutipan di atas menggambarkan
lajeng kadugi ing galih. Nuli Sunan Ampel meramalkan bahwa Raden
cinandhal, astanepun sabab sampun Samudera akan menjadi penguasa atau raja
wikam yen punika tunggil bangsa di tanah Jawa.
sami tedhaki Nabi Ismail kang saking
Rosululloh. Nunten penaringan nama UNSUR SASTRA SERAT PARARATON
Raden Paku saha den sedi rekaken
kalayan ingkang putra ingkang wasta Unsur sastra dalam Serat Pararaton
Makdum Ibrahim, Suhunan Bonang. terdiri dari mitologi, legenda, hagiografi,
Nunten Nyahi Gedhe matur punapa
simbolisme, dan sugesti.
rehipun tuan paring name Raden
Paku. Mangka angendika Kanjeng
Mitologi
Suhunan lah wus sira menenga sun
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Unsur mitologi dalam Serat Angrok Putra Dewa Brahma, Ken Angrok
Pararaton berkaitan dengan geneologi atau juga titisan Dewa Wisnu seperti tergambar
asal-usul keturunan Ken Angrok sebagai dalam kutipan berikut:
tokoh utama dalam Serat Pararaton.Ken Lingira Danghyang Lohgawe : “
Ilana rare adawa tangane, aliwat in
Angrok adalah keturunan dewa. Kutipan
dekunge, tulise tangane tengen cakra,
berikut menggambarkan asal usul Ken kang kiwa sangka, aran Ken Angrok
katon ing jumami, kadadi nira
Angrok.
bhatara wisnu, parawarahira
nguniduk ing jambudwipa (SP, 11)
Tumurun sira arika bathara Brahma
asanggama lawan Ken Endog, Artinya
enggene rayuga ring tegal lalateng,
angenakaken strisamaya sira bathara Kata danghyang Lohgawe : :ada
Brahma : “ Hayo kita asanggama seorang anak panjang tangannya,
lawan lakinta muwah, yan ko melampaui lutut, tulis tangan
asanggamaha lawan lakimu, lakimu kanannya cakra dan yang kiri sangka,
mati muwah kacacampuran mena bernama Ken Angrok, ia tampak
yugamami iku; arane yugamami iku pada waktu itu memuja, ia adalah
Ken Angrok, iku tembe kana mute penjelmaan dewa Wisnu,
bhumi Jawa”. Muksah sira bhatara pemberitahuannya dahulu di
Brahma. (SP,2). jambudwipa (SP, 11).
Artinya Dari kutipan di atas jelaslah bahwa
Ken Angrok adalah penjelmaan Dewa
Dewa Brahma turun kesitu, bertemu
dengan Ken Endok, pertemuan Wisnu dengan tanda tertulis di tangan kanan
mereka kedua ini terjadi di ladang
cakra dan tangan kiri sangka.
Lalateng; Dewa Brahma mengenakan
perjanjian kepada istri itu : “ Jangan
kamu bertemu dengan Lakimu lagi,
kalau kamu bertemu dengan
suamimu ia akan mati, lagi pula akan Legenda
tercampur anakku itu, nama anakku
itu Ken Angrok, dialah kelak yang Unsur legenda dalam Serat
akan memerintah tanah Jawa: Dewa
Brahma lalu menghilang. (SP,2). Pararaton berkaitan dengan api atau cahaya.
Legenda yang berkaitan dengan cahaya
Kutipan di atas menggambarkan Ken
terdapat pada tokoh Ken Angrok seperti
Angrok sebagai putra Dewa Brahma dan
dalam kutipan berikut:
nama Ken Angrok sendiri adalah nama
pemberian dewa Brahma. Disamping Ken
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Wekasan huwus genep leking rare kuburan.Seorang perampok bernama


metu rare lanang, binuncal ing
Lembong melihat benda bernyala.Sesudah
pabajangan denira Ken Endok.. Dadi
hama wong amamaling, aran, sira dilewati ternyata yang menyala itu adalah
Lembong, kasasar ing pabajangan
seorang anak.Lalu Lembong mengambil dan
tumingkal ing murub, pinaran denira
Lembong, amiresep rare anangis, di bawa pulang.Jadi nyatalah Ken Angrok
pinarekan denira Lembong, singgih
adalah sosok yang bersinar menyala yang
kang murub rare anangis ika,
sinambut ing emban binaktha menunjukkan dia bukan orang biasa.
mantuk, denaku, weka dera
Lembong. Angrungu sira ken Endok Hagiografi
yen sira Lembong, angkuaku weka,
ring rowange ki Lembong kang
Unsur hagiografi dalam Serat
Awerta, anengguh rare antuke
amanggih ring pabajangan, katon Pararaton berkaitan dengan keluarbiasaan
murub ing ratri (SP, 2).
seseorang tokoh seperti danghyang Lohgawe
Artinya dan Ken Angrok. Keluarbiasaan Danghyang
Lohgawe tergambar dalam kutipan berikut:
Akhirnya sesudah genap bulannya,
lahirlah seorang anak laki-laki
dibuang dikuburan anak-anak oleh Wudhyan sira Ken Angrok
Ken Endok. Selanjutnya ada seorang angangkena bapa ring sang
perampok bernama Lembong, brahmana makanama sira
tersesat di kuburan anak-anak itu, danghyang Lohgawe, wahu tekoa
melihat benda menyala, didatangi saking Jambudwipa kinen apanggiha
oleh Lembong, mendengar anak ring Taloka; samang kana mulaning
menangis, setelah didekati oleh brahmana hama ring wetaning kawi.
Lembong itu, nyatalah yang menyala Duk maring Jawa Tampahawan
itu anak yang menangis tadi, diambil parahu atampakan roning kakatang
dan di bawa pulang, diaku anak oleh telung tugel, mentas sira anuju
Lembong. Ken Endok mendengar, pradeca ring Taloka. (SP, 2).
bahwa Lembong memungut seorang
Artinya
anak, teman Lembonglah yang
memberitahukan itu dengan
menyebut anak, yang didapatinya Diberi petunjuklah Ken Angrok agar
dikuburan anak-anak, tampak mengaku ayah kepada seorang
bernyala pada waktu malam hari. Brahmana yang benama Danghyang
(SP,2). Lohgawe, ia baru saja datang dari
Jambudwipa, disuruh menemuinya di
Kutipan tersebut menceritakan bahwa Taloka, itulah asal mulanya ada
Brahmana di sebelah timur hari pada
Ken Endok membuang anak laki-lakinya
waktu ia menuju ke Jawa, tidak
yang bernama Ken Angrok ke berperahu hanya menginjak rumput
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

kekatang tiga pohon, setelah Angrok tidak tertahankan pada malam


mendarat dari air, lalu menuju ke
harinya keluarlah ribuan kelelawar dari
daerah Taloka (SP,2).
ubun-ubunnya memakan buah jambu sang
Kutipan diatas menggambarkan
guru.
keluarbiasaan Danghyang Lohgawe yang
telah melakukan perjalanan dari Jambudwipa
(India) ke Jawadwipa (Jawa) hanya dengan
Simbolisme
menginjakkan kakinya diatas daun kekatang
tiga potong. Keluarbiasaan Ken Angrok Simbolisme dalam Serat Pararaton
tergambar dalam kutipan berikut: yaitu simbolisme dalam bentuk benda
keramat berupa pusaka keramat yang
Tekaning saratri, masa sireping
wong aturu, sira ken angrok sira bernama keris Mpu Gandring seperti dalam
aturu, mangke tang lalawah metu kutipan:
saking wunwunarira ken Angrok
adulurdulur tanpa pegatan, sawengi
Apanas twasira ken angrok, dadi
amangan wohing jamnbunira
sinudukaken ing sira gandring keris
Janggan. (SP,4).
antukira gandring agawe ika. Annuli
Artinya pinerangaken ing lumping
celapambebekan gurinda, belah
aparo; pinerangaken ing pironira
Setelah malam tiba, waktu orang
Gandring, belah apalih. Samangka
tidur sedang nyenyak-nyenyaknya,
sira Gandring ngucap : “Ki Angrok
Ken Angrok tidur, keluarlah
kang amateni. Ring tembe keris iku,
kelelawar dari ubun-ubun ken
anak-putunira mati dene keris iku,
Angrok, berbondong-bondong tak
oleh ratu pipitu tembe keris iku
ada putusnya, semalam malaman
amateni”. Wusira Gandring angucap
makan buah jambu sang guru. (SP,
mangkana, mati sira Gandring.
4).
(SP,13).
Kutipan diatas menggambarkan
kemukjizatan Angrok yaitu keluarnya ribuan Artinya
kelelawar dari ubun-ubun ken Angrok. Menjadi panas hati ken Angrok,
akhirnya ditusukkan kepada
Ceritanya guru di Sagenggeng memiliki Gandring keris buatan Gandring itu.
pohon jambu yang buahnya telah ranum Lalu diletakkan pada lumping batu
tempat air asahan lumping berbelah
buah jambu itu baru boleh dipetik setelah menjadi dua, diletakkan pada
semuanya masak. Akan tetapi keinginan Ken landasan penempa, juga ini berbelah
menjadi dua. Kini Gandring berkata :
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

“Buyung Angrok, kelak kamu akan Kutipan di atas mengisahkan


mati oleh keris itu, anak cucumu
dahyang Lohgawe mendapat suara gaib dari
akan mati karena keris itu juga, tujuh
orang raja akan mati karena keris Dewa Wisnu. Unsur ramalan dikenalkan
itu”. Sesudah Gandring berkata
pada Ken Angrok seperti tampak pada
demikian, lalu meninggal (SP, 13).
kutipan berikut:
Episode di atas menggambarkan keris
Mangkata uja sanga wasek dewata
Mpu Gandring. Ken Angrok menusuk Mpu
kabeh sama asalonggapan ujar :
Gandring dengan keris buatannya sendiri “Ndi kang yogya prabhua ring nusa
jawa “, pitakone wasek hyang kabeh.
yang belum selesai. Mpu Gandring
Sumahur hyang Guru : “ wruhanta
mengutuk Ken Angrok bahwa kelak keris itu kabeh wasek dewa, hana si
yugamami, manusa wiji wong
akan membunuhnya bahkan tujuh orang raja.
pangeran (SP,8)

Sugesti Artinya
Unsur sugesti dalam serat pararaton Demikianlah kata para dewata, saling
mengemukakan pembicaraan.
berupa suara gaib dan ramalan, Suara gaib
siapakah yang pastinya menjadi raja
terdapat pada tokoh Danghyang Lohgawe di pulau Jawa “demikianlah
pertanyaan para dewa semua.
dan Ken Angrok seperti dalam kutipan
Menjawablah dewa Guru : “
berikut : ketahuilah dewa-dewa semua adalah
anakku seorang manusia yang lahir
… parawahira nguni du king
dari orang pangeran. (SP,8)
Jambudwipa : eh danghyang
Lohgawe wasmono denta muja ring
wisnu arecha mami tan hana ring Kutipan di atas menunjukkan bahwa
kene, ngong angjama manusa maring
dewa Guru telah meramalkan bahwa Ken
Jawa … (SP,10).
Angroklah yang akan menjadi raja di pulau
Artinya Jawa. Danghyang Lohgawe memberi
… pemberitahuannya dahulu di ramalan tentang wanita nariswara.
Jambudwipa demikian wahai
Lingira mangkata, kauli, elu stri
Danghyang Lohgawe, menentukan
nareswari arane, adimune yangin
memuja arca Wisnu, aku telah tak
istri iku, kaki, yadyan wong papa
ada disini, aku telah menjelma pada
angalapa ring mukyaning istri iku,
orang Jawa … (SP,10).
dadi ratu anakrawarta (SP,13).
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Artinya Sejarah Madura berupa tabir mimpi yang


Kata Danghyang Lohgawe : “Jika ada dialami Ki Demung Palakaran.
perempuan yang demikian, perempuan
Mitologi dalam Babad Giri Kedhaton
itu namanya nariswara, ia adalah
perempuan yang paling utama, menceritakan bahwa Sunan Giri merupakan
buyung, meskipun orang berdosa, jika
keturunan Nabi Muhammad SAW. Legenda
memperistri perempuan itu, akan
menjadi maharaja (SP,13). dalam Babad Giri Kedathon berkaitan erat
dengan unsur air yaitu Sunan Giri pada
Kutipan tersebut menunjukkan
waktu bayi di buang ke samudra oleh
ramalan Danghyang Lohgawe bahwa siapa
kakeknya Raja Blambangan. Hagiografi
saja yang dapat memperistri wanita
dalam Babad Giri Kedhaton
nariswara akan menjadi maharaja.
menggambarkan keluarbiasaan makam
Sunan Giri. Simbolisme dalam Babad Giri
Kedathon berupa cahaya dimana Sunan Giri
SIMPULAN
pada waktu bayi sebagai sosok yang
Unsur sastra dalam Babad Sejarah bercahaya dan berupa benda keramat Keris
Madura, Babad Giri Kedhaton dan Serat Suro Angun-angun serta Kyai Mahisa
Pararaton meliputi mitologi, legenda, Sundari. Dan Sugesti dalam Babad Giri
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Kedhaton berupa ramalan Sunan Ampel.
Berdasarkan mitologi dalam Babad Sejarah Mitologi dalam Serat Pararaton
Madura, para Raden di Madura menurut berkenaan dengan Ken Angrok putra Dewa
jalur kanan merupakan keturunan waliullah Brahma dan penjelmaan dewa Wisnu.
Kanjeng Sunan Giri.Legenda dalam Babad Legenda dalam Serat Pararaton berkaitan
Sejarah Madura adalah tentang legenda
erat dengan dengan cahaya yaitu Ken
Minak Sunaya dan Peri Tunjung
Angrok sebagai sosok yang bercahaya.
Biruwulan.Sedang hagiografi dalam Babad
Hagiografi dalam Serat Pararaton
Sejarah Madura tentang keluarbiasaan
menggambarkan keluarbiasaan Dahyang
Minak Sunaya.Simbolisme dalam Babad
Lohgawe Ken Angrok. Simbolisme dalam
Sejarah Madura berupa pusaka Setan
Serat Pararoton berupa benda keramat Keris
Kober.Dan Unsur sugesti dalam Babad
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

Mpu Gandring. Dan Sugesti dalam Serat


Pararaton berupa ramalan dan suara gaib.
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2

DAFTARPUSTAKA

Dananjaya, James. 1984. Foklor Indonesia:Ilmu gaib, dongeng dan lain-lain.Jakarta: Grafiti
Press.
Darusuprapto, 1975.Penulisan Sastra Sejarah di indoensia; Tinjauan Percobaan Tentang
Struktur, Tema dan Fungsi.Leiden : Morsweg
Ekadjati,E.S.1978.Babad (karya Sastra Sejarah) sebagai objek studi lapangan, sastra, sejarah
dan antropologi. Bandung: Lembaga kebudayaan Universitas Padjajaran.
Handoko, Putut.2004.Babad Sejarah Madura (kajian struktur, fungsi, nilai sejarah dan
budaya).Thesis Universitas Negeri Surabaya.
Kasdi, Aminudin.1965.Mengenal sumber sejarah-serat pararaton (posisinya) sebagai karya
sastra dan karya sejarah.Surabaya: Universitas Press.IKIP Surabaya
Mudhofar, M.2002.Babad Giri Kedhaton. Suntingan Naskah dan Telaah struktur.hesis
Universitas Negeri Surabaya.
Newman,W. Lawrence. 1991. SocialResearch Method.Qualitative and quantitative Approach.
Boston: Allyn and Bacon
Strauss, Anselon L.1987.Qualitative Analysis for Social Statistic.New York;Cambridge
University Press.
Sudikan, Setya Yuwono dkk.1993. Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara di Madura. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
…………………… 2001.Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: UNESA

Anda mungkin juga menyukai