ANALISIS UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH MADURA, BABAD GIRI KEDHATON, DAN
SERAT PARARATON
Putut Handoko
Cahyaningsih Pujimahanani
Fakultas Sastra Universitas DR.Soetomo
E-mail:puh_andaka@yahoo.co.id
Abstract
This research is useful to enrich and increase Indonesian culture. This research focuses on the
analysis of literary element of Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat
Pararaton. This research employs the concept of babad as a historical literary work. The research
data are the translation works of the manuscripts of Babad Sejarah Madura, Babad Giri
Kedhaton and Serat Pararaton. The technique of collecting data is a documentation study.The
technique data analysis is content and descriptive analysis. The finding shows that the literary
element seen in Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat Pararaton covers
mythology, legend, extraordinariness, symbolism and suggestion.
luas dan beragam. Setiap kelompok etnis meningkatkan kesanggupan rohania untuk
memiliki sastra daerah. Kekayaan bangsa menghayati segala segi kehidupan dan tata
Indonesia yang berupa khasanah sastra nilai yang berlaku di dalam masyarakat
daerah seharusnya tidak sekedar menjadi untuk mencapai kebahagian hidup yang
etnis tertentu, tetapi hendaknya dapat Salah satu sastra berbahasa daerah
menjadi kekayaan budaya yang dapat adalah babad. Babad merupakan sastra tulis
nilai, maupun manfaatnya bagi setiap babad digunakan kata lain sebagai kata
individu, masyarakat pendukungnya, serta pertama judul karya sastra jenis ini adalah
Penelitian mengenai sastra berbahasa unsur estetik dan aspek fiktif, misalnya
daerah berupa babad atau serat belum mitologi, lagenda, hagiografi, simbolisme,
banyak dilakukan baik oleh peneliti asing sugesti dan pamali.
maupun oleh peneliti Indonesia karena
Perumusan Masalah
bahan-bahan yang diajadikan objek
penelitian sulit didapatkan. Mengenai sastra Penelitian unsur sastra Babad
Madura, Sudikan dkk (1993:2) mengatakan Sejarah Madura,Babad Giri Kedhaton dan
bahwa sastra madura merupakan ‘hutan Serat Pararaton merupakan usaha untuk
rimba dan sekaligus ‘harta karun’ warisan melestarikan dan menyebarluaskan sastra
nenek moyang yang perlu penanganan tulis lama sehingga keberadaan babad atau
secara khusus. serat tetap eksis dan semakin dinikmati
Berdasar fenomena-fenomena di atas, sebagai wacana pembangunan dan
babad atau serat sebagai salah satu sastra pengembangan kebudayaan bangsa.
berbahasa daerah merupakan tambang emas
Peneiliti selanjutnya merumuskan
bagi peneliti guna memperkaya dan
beberapa permasalahan yaitu:
mengembangkan kebudayaan nasional.
Ditinjau dari strukturnya Babad 1. Bagaimana unsur sastra Babad
Sebagai karya sastra sejarah dapat Sejarah Madura ?
dipisahkan menjadi dua persoalan yaitu 1) 2. Bagaimana unsur sastra Babad Giri
tentang struktur sastranya dan (2) tentang Kedhaton ?
struktur isinya (Darusuprapto, 3. Bagaimana unsur sastra Serat
1975:6).Struktur sastra terdiri dari mitologi, Pararaton ?
legenda, hagiografi, simbolisme, sugesti, dan
pamali.Sedangkan struktur isi terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA
fakta sejarah yang aktual.
Berdasar baik struktur sastra maupun Konsep babad
Ainul Yaqin.Saderenge kahasta wahu dalam makam keluar lebah (tawonn endas)
perintah angentupi dhateng Adipati
yang beribu-ribu jumlahnya dan menyengat
Sengguruh saha sebalanira Agung
sami apuyengan wong Demak katha seluruh pasukan Adipati Sengguruh.
lumajeng yen tumingal awangsul
dhateng negaranipun maleh (BGK, Simbolisme
E:12)
Artinya Simbolisme dalam Babad Giri
Kedhaton berupa simbolisme dalam bentuk
Dalam sebagian riwayat Kyai Adipati
Sengguruh itu putra Arya Damar di cahaya dan simbolisme dalam bentuk benda
Palembang.Ia diperintahkan menjadi
keramat atau pusaka.
abdi di kerajaan Majapahit diberi
nama Pecat Tandha Terung hingga
menjadi abdi pada Pangeran Bintoro 1. Simbolisme dalamk bentuk cahaya
di Demak diberi nama Adipati
Sengguruh. Ketika itu hendak Dalam hal simbolisme, Sunan Giri
menggempur Giri. Di malam Jum’ah
mengeluarkan sinar sewaktu masih bayi
Sunan Dalem bermimpi bertemu
ayahandahnya serta dikatakan bahwa seperti dalam kutipan:
jika Adipati Sengguruh hendak
mendatangi Giri, sebaiknya …Nunten injingipun sampun was
menyingkirlah kamu beserta keluarga padha yen punika cahyane pethi
dan pengawalmu semua, maka gumawang lir siang iku. Ingeriku
sesampainya Adipati Sengguruh, lalu sampun taqdire Pangeiran Kang
Sunan Dalem mengungsi ke dusun Maha Suci…Saya geng kang jabang
Gemeno, segera Adipati Sengguruh bayi sangsaya gumawang chayane
memerintahkan pasukannya untuk Nyai Gedhe sangasaya remen
bersama-sama membongkar kubur manahe.Nuli pinaringan name Raden
Kanjeng Sunan Ratu Ainul Samudra (BGK,C.:10)
Yaqin.Sebelum terlaksana perintah
tadi segera berdatangan ‘tawon Artinya
endas’ yang tak terhitung
jumlahnya.Lalu menyengat Adipati Esoknya sudah terlihat bahwa cahaya
Sengguruh beserta pasukannya. tersebut adalah cahaya sebuah peti
Semua terpontang-panting hingga yang memancar seperti siang.
orang Demak semua lari terbirit-birit Rupanya sudah menjadi takdir Tuhan
pulang kembali ke negaranya Yang Maha Suci…selanjutnya bayi
(BGK,E:20) tersebut sudah mulai tampak bersinar
serta berkilau cahayahnya.Nyai
Pada episode ini digambarkan bahwa Gedhe pun semakin senang hatinya,
Sunan Giri memiliki kesaktian yang luar lalu diberikan nama Raden Samudra.
(BGK C :10)
biasa walaupun hanya makamnya.Dari
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
Artinya SIMPULAN
Demikianlah kata para dewata, saling
mengemukakan pembicaraan. Unsur sastra dalam Babad Sejarah
siapakah yang pastinya menjadi raja Madura, Babad Giri Kedhaton dan Serat
di pulau Jawa “demikianlah
pertanyaan para dewa semua. Pararaton meliputi mitologi, legenda,
Menjawablah dewa Guru : “ hagiografi, simbolisme dan sugesti.
ketahuilah dewa-dewa semua adalah
anakku seorang manusia yang lahir Berdasarkan mitologi dalam Babad Sejarah
dari orang pangeran. (SP,8) Madura, para Raden di Madura menurut
jalur kanan merupakan keturunan waliullah
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
Kanjeng Sunan Giri.Legenda dalam Babad
dewa Guru telah meramalkan bahwa Ken
Sejarah Madura adalah tentang legenda
Angroklah yang akan menjadi raja di pulau
Minak Sunaya dan Peri Tunjung
Jawa. Danghyang Lohgawe memberi
Biruwulan.Sedang hagiografi dalam Babad
ramalan tentang wanita nariswara.
Sejarah Madura tentang keluarbiasaan
Lingira mangkata, kauli, elu stri
nareswari arane, adimune yangin Minak Sunaya.Simbolisme dalam Babad
istri iku, kaki, yadyan wong papa Sejarah Madura berupa pusaka Setan
angalapa ring mukyaning istri iku,
dadi ratu anakrawarta (SP,13). Kober.Dan Unsur sugesti dalam Babad
Sejarah Madura berupa tabir mimpi yang
Artinya dialami Ki Demung Palakaran.
Kata Danghyang Lohgawe : “Jika ada Mitologi dalam Babad Giri Kedhaton
perempuan yang demikian, perempuan
itu namanya nariswara, ia adalah menceritakan bahwa Sunan Giri merupakan
perempuan yang paling utama, keturunan Nabi Muhammad SAW. Legenda
buyung, meskipun orang berdosa, jika
memperistri perempuan itu, akan dalam Babad Giri Kedathon berkaitan erat
menjadi maharaja (SP,13). dengan unsur air yaitu Sunan Giri pada
waktu bayi di buang ke samudra oleh
Kutipan tersebut menunjukkan
kakeknya Raja Blambangan. Hagiografi
ramalan Danghyang Lohgawe bahwa siapa
dalam Babad Giri Kedhaton
saja yang dapat memperistri wanita
menggambarkan keluarbiasaan makam
nariswara akan menjadi maharaja.
Sunan Giri. Simbolisme dalam Babad Giri
Kedathon berupa cahaya dimana Sunan Giri
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
DAFTARPUSTAKA
Dananjaya, James. 1984. Foklor Indonesia:Ilmu gaib, dongeng dan lain-lain.Jakarta: Grafiti
Press.
Darusuprapto, 1975.Penulisan Sastra Sejarah di indoensia; Tinjauan Percobaan Tentang
Struktur, Tema dan Fungsi.Leiden : Morsweg
Ekadjati,E.S.1978.Babad (karya Sastra Sejarah) sebagai objek studi lapangan, sastra, sejarah
dan antropologi. Bandung: Lembaga kebudayaan Universitas Padjajaran.
Handoko, Putut.2004.Babad Sejarah Madura (kajian struktur, fungsi, nilai sejarah dan
budaya).Thesis Universitas Negeri Surabaya.
Kasdi, Aminudin.1965.Mengenal sumber sejarah-serat pararaton (posisinya) sebagai karya
sastra dan karya sejarah.Surabaya: Universitas Press.IKIP Surabaya
Mudhofar, M.2002.Babad Giri Kedhaton. Suntingan Naskah dan Telaah struktur.hesis
Universitas Negeri Surabaya.
Newman,W. Lawrence. 1991. SocialResearch Method.Qualitative and quantitative Approach.
Boston: Allyn and Bacon
Strauss, Anselon L.1987.Qualitative Analysis for Social Statistic.New York;Cambridge
University Press.
Sudikan, Setya Yuwono dkk.1993. Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara di Madura. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
…………………… 2001.Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: UNESA
ANALISIS UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH MADURA, BABAD GIRI KEDHATON, DAN
SERAT PARARATON
Putut Handoko
Cahyaningsih Pujimahanani
Fakultas Sastra Universitas DR.Soetomo
E-mail:puh_andaka@yahoo.co.id
Abstract
This research is useful to enrich and increase Indonesian culture. This research focuses on the
analysis of literary element of Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat
Pararaton. This research employs the concept of babad as a historical literary work. The research
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
data are the translation works of the manuscripts of Babad Sejarah Madura, Babad Giri
Kedhaton and Serat Pararaton. The technique of collecting data is a documentation study.The
technique data analysis is content and descriptive analysis. The finding shows that the literary
element seen in Babad Sejarah Madura, Babad Giri Kedhaton and Serat Pararaton covers
mythology, legend, extraordinariness, symbolism and suggestion.
Sastra Daerah di Indonesia sangat babad digunakan kata lain sebagai kata
luas dan beragam. Setiap kelompok etnis pertama judul karya sastra jenis ini adalah
memiliki sastra daerah. Kekayaan bangsa sejarah, pustakaraja, serat dan serat
kekayaan budaya tersimpan dalam lingkup daerah berupa babad atau serat belum
etnis tertentu, tetapi hendaknya dapat banyak dilakukan baik oleh peneliti asing
menjadi kekayaan budaya yang dapat maupun oleh peneliti Indonesia karena
nilai, maupun manfaatnya bagi setiap penelitian sulit didapatkan. Mengenai sastra
Hutomo (dalam Sudikan dkk, 1993:5) sastra rimba dan sekaligus ‘harta karun’ warisan
menghayati segala segi kehidupan dan tata babad atau serat sebagai salah satu sastra
nilai yang berlaku di dalam masyarakat berbahasa daerah merupakan tambang emas
untuk mencapai kebahagian hidup yang bagi peneliti guna memperkaya dan
adalah babad. Babad merupakan sastra tulis Sebagai karya sastra sejarah dapat
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
dipisahkan menjadi dua persoalan yaitu 1) 5. Bagaimana unsur sastra Babad Giri
tentang struktur sastranya dan (2) tentang Kedhaton ?
struktur isinya (Darusuprapto, 6. Bagaimana unsur sastra Serat
1975:6).Struktur sastra terdiri dari mitologi, Pararaton ?
legenda, hagiografi, simbolisme, sugesti, dan
pamali.Sedangkan struktur isi terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA
fakta sejarah yang aktual.
Berdasar baik struktur sastra maupun Konsep babad
Sejarah Madura,Babad Giri Kedhaton dan daerah atau hutan untuk kemudian didirikan
Serat Pararaton merupakan usaha untuk suatu ibukota kerajaan atau pusat
tulis lama sehingga keberadaan babad atau 1975:3; Ekadjati, 1978:1).Babad Sejarah
serat tetap eksis dan semakin dinikmati Madura, misalnya melukiskan pembukaan
sebagai wacana pembangunan dan daerah di Madura, dalam hal ini Madura
keindahan dan aspek fiktif atau unsur mengembara ke Madura dengan menaiki
khayalan yang merupakan unsur-unsur yang Kaluyuh Putih.
harus dipenuhi dalam karya sastra pada
Konsep Hagiografi
umumnya misalnya unsur mitologi, legenda,
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Hagiografi adalah unsur-unsur sastra
yang menggambarkan kemukjizatan,
Konsep mitologi
keluarbiasaan sesorang (Kasdi, 1965: 6).
Unsur mitologi dikaitkan dengan Biasanya hagiografi menyangkut kehidupan
geneologi atau asal usul keturunan (Kasdi, orang-orang suci, misalnya keluarbiasaan
1965). Dalam Babad Giri Kedhaton, Sunan makam Sunan Giri yang mengeluarkan
Giri adalah keturunan ke-9 Nabi beribu-ribu lebah dan menyengat pasukan
Muhammad S.A.W. Babad Sejarah Madura Adipati Sengguruh.
menyebutkan bahwa Ratu Ibu atau Syarifah
Konsep simbolisme
Ambami, istri Pangeran Cakraningrat I
adalah keturunan Sunan Giri yang ke 6. Simbolisme dalam sastra sejarah
berupa lambang-lambang, misalnya
Konsep Legenda
berwujud sinar cahaya berkelerat di angkasa
Legenda adalah kisah-kisah disebut dengan nama wahyu dari atau
mengenai kepribadian atau keunggulan pulung/ada lagi tanda-tanda berupa pusaka
dalam pribadi tokoh-tokoh manusia tertentu, keramat, serta berupa kata- kata kiasan
tokoh-tokoh yang kemungkinan besar hidup (Darusuprapto, 1925:9). Dalam Babad Giri
dalam sejarah (Ibrahim, 1986:16). Kedhaton, misalnya simbolisme sinar cahaya
Keunggulan seseorang sering dikaitkan berkelarat muncul pada Sunan Giri pada
dengan watak istimewa dan supernatural. waktu masih bayi.
Serat Pararaton, misalnya sugesti berupa Jawa dari kulit kayu, dan isinya terdiri dari
suara gaib terjadi pada Ken Arok yang 75 lembar.
mendapat suara gaib untuk pergi ke Rabut Pada penelitian kedua adalah naskah
Gunung Lejan. babad Giri Kedhaton.Naskah Babad Giri
Kedhaton terdiri dari 24 lembar.Setiap
METODE PENELITIAN
lembar berisi dua halaman tulisan bolak
Pendekatan Penelitian balik, sehingga jumlah halamanya sebanyak
Penelitian ini menggunakan 47 halaman ditambah satu bagian tidak
pendekatan kualitatif. Strauss (1987:2) bertuliskan halamannya yaitu lembar
menyatakan bahwa penelitian kualitatif pertama bagian depan.
menjauhkan dari atau menggunakan Data penelitian ketiga adalah naskah
seminim mungkin teknik-teknik matematika. Serat Pararaton.Naskah Serat Pararaton
Newman (1991:418) menambahkan bahwa berupa kropak yang tersusun sebagai
data kualitatif adalah dalam bentuk teks, kata berikut:
tertulis, frase, atau simbol yang
1. Kropak no.37, sejumlah 17 halaman
menggambarkan orang, tindakan, dan
dengan lontar 52 cm.
kejadian dalam kehidupan sosial. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa penelitian 2. Kropak no.550, sejumlah 47 halaman,
kualitatif mengacu pada prosedur penelitian panjang lontar 47 cm
yang berupa kata tertulis, frase atau simbol.
3. Kropak no.600, sejumalh 58 halaman,
Data Penelitian panjang lontar 59 cm, masingmasing
terdapat 3 baris.
Data penelitian pertama dari
penilitian ini adalah naskah Babad Sejarah Ketiga naskah tersebut sudah
Madura.Naskah Babad Sejarah Madura diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan
merupakan koleksi Pigeaud yang waktu Bahasa Indonesia.Dengan demikian bahan
penulisannya ditandai dengan \sengkalan penelitian ini menggunakan terjemahan
‘putra adil septaning ratu’ naskah Babad Sejarah Madura,Babad Giri
(1761=Jawa=1839 M).Naskah asli Kedhaton, dan Serat Pararaton.
menggunakan kertas ‘dluwang’ yaitu kertas
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
Kedhaton (BGK) dan Serat Pararaton (SP). Waringin Pitu berputra Mas
Panganten, Pangeran Mas Panganten
Unsur sastra meliputi mitologi, legenda,
berputra Pangeran Rangga, Pangeran
hagiografi, simbolisme dan sugesti. Rangga berputra Ratu Agung dan
Ratu Arya Jengpati.Sedang Ratu
Agung diperistri Panembahan Sideng
Magiri (BSM,52)
UNSUR SASTRA BABAD SEJARAH Kutipan di atas menggambarkan
MADURA bahwa Para Raden di Madura masih
keturunan Wali Allah Kanjeng Sunan Giri
Unsur sastra dalam Babad Sejarah
yeng berkuasa di Giri Kedhaton.Kanjeng
Madura adalah mitologi, legenda,
Sunan Giri keturunan trah Muhammad
hagiografi, simbolisme dan sugesti.
S.A.W yang ke 9.
Mitologi
Legenda
Mitologi atau asal usul keturuan para
Legenda yang terdapat dalam Babad
raden di Madura dari jalur kanan termasuk
Sejarah Madura adalah legenda Ki Minak
keturunan Kanjeng Sunan Giri seperti dalam
Sunaya dan Peri Ni Tunjung Biruwulan
kutipan bertikut:
seperti tergambar dalam kutipan berikut:
Yen dening tedak datheng madunten Wondenten Haryo Damar wus
Kanjeng Susushunan Ratu ing Giri jumeneng in panagri Palimbang,
Kedhaton aputra Nyai Ayu Gedhe apeputra Ki Arya Minak
Sawo, Nyai Ayu Gedhe Sawo aputra Sunaya.Denten Minak Sunaya punika
Waringin Pitu, Pangeran Waringin kesah anglelana dhateng bang wetan
Pitu Aputra Mas Panganten, anumpak kaluyu pethak.sapadumugi
Pangeran Mas Panganten aputra ing pulo Madunten.Minggah lajeng
Pangeran Rangga, Pangeran Rangga dhumateng ing dhusun Parupuh ing
aputra Ratu Agung kali Raja Arya Pamelingan.Ingkang punika tiyang
Jengpati sening Ratu Agung kagarwo padhusunan wau sakalangkung
dening panembahan sideng Magiri genipun anggumusti-gusti.saha
(BSM, 52) purmatanipun ingkang dhumateng Ki
Artinya Minak Sunaya ingkang mawi dados
sami urmat.sarehne aningali ing
Kalau diturunkan untuk Madura kaluwiiyanipun anumpak kaluyu
Kanjeng Sunan Ratu di Giri pethak. Boten antawis lami kesah
Kedhaton berputra Nyai Ayu Gedhe mangilen. Sapadamugi in dhusun
Sawo, Ratu Ayu Gedhe Sawo Sarasidya Sampang, ing nalika
berputra Waringin Pitu, Pangeran tengah dalu amirsani swara gumuruh
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
Unsur mitologi dalam Serat Angrok Putra Dewa Brahma, Ken Angrok
Pararaton berkaitan dengan geneologi atau juga titisan Dewa Wisnu seperti tergambar
asal-usul keturunan Ken Angrok sebagai dalam kutipan berikut:
tokoh utama dalam Serat Pararaton.Ken Lingira Danghyang Lohgawe : “
Ilana rare adawa tangane, aliwat in
Angrok adalah keturunan dewa. Kutipan
dekunge, tulise tangane tengen cakra,
berikut menggambarkan asal usul Ken kang kiwa sangka, aran Ken Angrok
katon ing jumami, kadadi nira
Angrok.
bhatara wisnu, parawarahira
nguniduk ing jambudwipa (SP, 11)
Tumurun sira arika bathara Brahma
asanggama lawan Ken Endog, Artinya
enggene rayuga ring tegal lalateng,
angenakaken strisamaya sira bathara Kata danghyang Lohgawe : :ada
Brahma : “ Hayo kita asanggama seorang anak panjang tangannya,
lawan lakinta muwah, yan ko melampaui lutut, tulis tangan
asanggamaha lawan lakimu, lakimu kanannya cakra dan yang kiri sangka,
mati muwah kacacampuran mena bernama Ken Angrok, ia tampak
yugamami iku; arane yugamami iku pada waktu itu memuja, ia adalah
Ken Angrok, iku tembe kana mute penjelmaan dewa Wisnu,
bhumi Jawa”. Muksah sira bhatara pemberitahuannya dahulu di
Brahma. (SP,2). jambudwipa (SP, 11).
Artinya Dari kutipan di atas jelaslah bahwa
Ken Angrok adalah penjelmaan Dewa
Dewa Brahma turun kesitu, bertemu
dengan Ken Endok, pertemuan Wisnu dengan tanda tertulis di tangan kanan
mereka kedua ini terjadi di ladang
cakra dan tangan kiri sangka.
Lalateng; Dewa Brahma mengenakan
perjanjian kepada istri itu : “ Jangan
kamu bertemu dengan Lakimu lagi,
kalau kamu bertemu dengan
suamimu ia akan mati, lagi pula akan Legenda
tercampur anakku itu, nama anakku
itu Ken Angrok, dialah kelak yang Unsur legenda dalam Serat
akan memerintah tanah Jawa: Dewa
Brahma lalu menghilang. (SP,2). Pararaton berkaitan dengan api atau cahaya.
Legenda yang berkaitan dengan cahaya
Kutipan di atas menggambarkan Ken
terdapat pada tokoh Ken Angrok seperti
Angrok sebagai putra Dewa Brahma dan
dalam kutipan berikut:
nama Ken Angrok sendiri adalah nama
pemberian dewa Brahma. Disamping Ken
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
Sugesti Artinya
Unsur sugesti dalam serat pararaton Demikianlah kata para dewata, saling
mengemukakan pembicaraan.
berupa suara gaib dan ramalan, Suara gaib
siapakah yang pastinya menjadi raja
terdapat pada tokoh Danghyang Lohgawe di pulau Jawa “demikianlah
pertanyaan para dewa semua.
dan Ken Angrok seperti dalam kutipan
Menjawablah dewa Guru : “
berikut : ketahuilah dewa-dewa semua adalah
anakku seorang manusia yang lahir
… parawahira nguni du king
dari orang pangeran. (SP,8)
Jambudwipa : eh danghyang
Lohgawe wasmono denta muja ring
wisnu arecha mami tan hana ring Kutipan di atas menunjukkan bahwa
kene, ngong angjama manusa maring
dewa Guru telah meramalkan bahwa Ken
Jawa … (SP,10).
Angroklah yang akan menjadi raja di pulau
Artinya Jawa. Danghyang Lohgawe memberi
… pemberitahuannya dahulu di ramalan tentang wanita nariswara.
Jambudwipa demikian wahai
Lingira mangkata, kauli, elu stri
Danghyang Lohgawe, menentukan
nareswari arane, adimune yangin
memuja arca Wisnu, aku telah tak
istri iku, kaki, yadyan wong papa
ada disini, aku telah menjelma pada
angalapa ring mukyaning istri iku,
orang Jawa … (SP,10).
dadi ratu anakrawarta (SP,13).
Jurnal Sastra dan Budaya Vol. 1 No. 2
DAFTARPUSTAKA
Dananjaya, James. 1984. Foklor Indonesia:Ilmu gaib, dongeng dan lain-lain.Jakarta: Grafiti
Press.
Darusuprapto, 1975.Penulisan Sastra Sejarah di indoensia; Tinjauan Percobaan Tentang
Struktur, Tema dan Fungsi.Leiden : Morsweg
Ekadjati,E.S.1978.Babad (karya Sastra Sejarah) sebagai objek studi lapangan, sastra, sejarah
dan antropologi. Bandung: Lembaga kebudayaan Universitas Padjajaran.
Handoko, Putut.2004.Babad Sejarah Madura (kajian struktur, fungsi, nilai sejarah dan
budaya).Thesis Universitas Negeri Surabaya.
Kasdi, Aminudin.1965.Mengenal sumber sejarah-serat pararaton (posisinya) sebagai karya
sastra dan karya sejarah.Surabaya: Universitas Press.IKIP Surabaya
Mudhofar, M.2002.Babad Giri Kedhaton. Suntingan Naskah dan Telaah struktur.hesis
Universitas Negeri Surabaya.
Newman,W. Lawrence. 1991. SocialResearch Method.Qualitative and quantitative Approach.
Boston: Allyn and Bacon
Strauss, Anselon L.1987.Qualitative Analysis for Social Statistic.New York;Cambridge
University Press.
Sudikan, Setya Yuwono dkk.1993. Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara di Madura. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
…………………… 2001.Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: UNESA